1. Laporan Pendahuluan
1. Definisi Penyakit
Demam Tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistematik yang disebabkan oleh
salmonella thypi ( Nurarif dan kusuma, 2015 )
Tifoid termasuk infeksi sistemik dengan gejala yang khas yaitu demam. Adapun
demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini umumnya memilliki pola
khusus dengan suhu yang meningkat ( sangat tinggi ) naik – turun. Hal ini terjadi pada sore
dan malan hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi demam. Hal inilah yang biasanya
tidak disadari oleh penderita maupun keluarga penderita ( Dinkes, 2013 )
Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
salmonella thypi, penyakit ini dapat ditularkan melalui kuman, mulut atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman salmonella thypi (Azis,2006)
Gejala demam Thypoid biasanya berkembang satu atau dua minggu setelah
seseorang terinfeksi dengan bakteri salmonella thypi dengan pengobatan, gejala demam
thypoid meningkat dalam waktu tiga sampai lima hari. Jika demam thypoid tidak di obati,
kondisi biasanya semakin memburuk selama beberapa minggu dan ada risiko yang signifikan
bahwa komplikasi yang mengancam jiwa dapat terjadi tanpa pengobatan, akan memakan
waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk sepenuhnya pulih dan gejala
dapat kembali.data focus pengkajian
2. Tanda dan gejala
Nyeri daerah perut atau otot
Diare
Mual
Muntah
Sembelit
Demam yang meningkat setiap hari hinga mencapai 40 ℃
Kelelahan
Kehilangan selera makan
Penurunan berat badan
Malaise atau panas dingin
Otot lemas
Penurunan berat badan
Ruam dengan bintik kecil berwarna merah
Ruam kulit
Sakit kepala
3. Etiologi
Demam Thipoid adalah bakteri gram negative, bentuk batang, tidak berkapsul,
bersifat aerobik dan anaerob fakultatif, memiliki flagela dan tidak ber spora,
dinamakan samonella thypi atau salmonella enterica serotype thypi.
Salmonella sp memiliki ciri khas anti gen O, H dan Fi. Penyakit thipoid ini
sering di hubungkan dengan parathifoid, yang biasanya lebih ringan dan menunjukan
gambar klinis yang sama, atau menyebabkan enteritis akut disebabkan oleh genus
bakteri yang sama dengan subspesies paratyphi A,B,C. Salmonela thypi hanya
menginfeksi manusia, sedangkan S.paratyphi menginfeksi manusia dan hewan
peliharaan. Salmonella yang berasal dari telur mentah atau tidak matang juga dapat
mendapatkan keracunan makanan.
Penyebab demam thipoid adalah kuman salmonella thypi, salmonella para
typhi A, dan salmonella parathypi B wujudnya berupa basil gram negative, bergerak
dengan rambut getar, tidak berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif anaerob
pada suhu 15 – 41 ℃, ( oftimum 37℃ ) dan pH pertumbuhan 6 – 8 (ardiansyah
2012).
4. Patofisiologi
Bila seseorang menelan Salmonella typhi bersama makanan atau minuman
yang tercemar, sebagian bakteri akan di musnahkan dalam lambung oleh asam
lambung. Bakteri dapat bertahan pada pH lambung serendah 1,5 akan masuk ke ileum
bagian distal, mencapai jaringan limpoid lalu berkembang biak, dan menyebabkan
hyperplasia peyeri patches ( disebut sebagai plak penyeri ).
Bakteri masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan bakteriemia, akan
melepaskan endotoksin yang berperan pada pathogenesis Tifoid, karena membantu
terjadinya proses inflamasi local pada jaringan tempat bakteri ini berkembang biak.
Demam pada Tifoid disebabkan karena Samonella typhi dan endotoksinya
merangsang sintesis dan pelepasan zat meradang. Reaksi tubuh terhadap pirogen ini
menyebabkan timbulnya manifestasi sistemik seperti sakit kepala, inkubasi sekitar 7 –
14 hari setelah bakteri tersebut tertelan sampai onset demam terjadi.
Bakteri Samonella typhi selanjutnya masuk ke jaringan beberapa organ tubuh,
terutama limpa, usus dan kandung empedu.
Gejala demam thypoid biasanya berkembang satu atau dua minggu setelah
seseorang terinfeksi dengan bakteri Samonella thypi dengan pengobatan, gejala
demam thypoid meningkat dalam waktu tiga sampai lima hari. Jika demam thypoid
tidak diobati, kondisi biasanya semakin memburuk selama beberapa minggu dan ada
resiko yang signifikan bahwa komplikasi yang mengancam jiwa dapat terjadi tanpa
pengobatan, akan memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan
untuk sepenuhnya pulih dan gejala dapat kembali.
3. Pathway
Salmonella thyposa
Ketidakseimbangan
Kehilangan volume nutrisi kurang dari Melalui pembuluh
cairan secara aktif kebutuhan limfe masuk
kedalam pembuluh
darah
Defisit volume cairan
a. Wawancara :
Sudah berapa lama timbul demam, apakah ada gejala lain selain demam
(misalnya : mual, muntah, pusing, lemes, kurangnya nafsu makan dan lain-lain)
apakah pasien kelihatan menggigil.
b. Pemeriksaan Fisik :
T : 115/77 mmHg
P : 84x/m
R :2 x/m
S : 36,6 ℃
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan leukosit
Sgot dan sgpt pada demam thypoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya thypid.
3. Biakan Darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam thypoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinnan akan terjadi demam thypoid.
5. Analisa Data
P : 97 x/m
R : 20 x/m
Nutrisi kurang
S : 36,7 ℃
terpenuhi
6. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang adekuat
7. Intervensi Keperawatan
5. Laporan Kasus
Asuhanan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
No rekamedik : 6049
Tanggal masuk : 16 februari 2020
Tanggal pengkajian : 17 februari 2020
Diagnose medis : Demam thypoid
Alamat : Rt 02 / Rw 05
Dusun : Sukaharja
Desa : Karyamukti
Kab / Kota : Banjar
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. Y
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Orang tua
Alamat : Rt 02 / Rw 05
Dusun : Sukaharja
Desa : Karyamukti
Kab / Kota : Banjar
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Mual
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan mual, pusing, dan nyeri kepala klien juga mengeluh dingin
dan tampak lemah.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan pernah dirawat di Puskesmas Pataruman II karena penyakit
maag dan demam, klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit Umum
karena tersengat listrik.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit yang sama seperti
diderita klien sendiri.
3 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2x 1x
b. BAK
Frekuensi Sering Jarang
Konsistensi - -
5 Personal Hygiene
a. Mandi
Frekuensi 2 x 1 / hari 1 x 1/ hari
6 Aktifitas
a. Mobbilitas Baik Kurang
b. Olahraga Baik Tidak
c. Rekresi Baik Tidak
4. Data Psikologi
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dan klien
juga dapat menganggap ini adalah cobaan dari Allah Swt. Klien juga dapat beradap
tasi dengan baik di Puskesmas Pataruman II.
5. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga tampak harmonis, dilihat dari banyaknya
berkunjung selama klien di rawat.
6. Data Spiritual
Klien beragama islam, tetapi selama dirawat klien tidak melaksanakan shalat klien
hanya meminta do’a untuk kesembuhanya.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Mual, pusing, badan mengigil
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 112/76 mmHg
2) Pulse : 97 x/m
3) Respirasi : 20 x/m
4) Suhu : 36,7 ℃
c. Kesadaran : Compos mentis
d. Data penunjang
Tabel 1.2 data penunjang
8. Therapi
1. Amoxilin tablet 3x1
2. Paracetamol tablet 3 x 1
3. Antasid sirup 3x1
4. Ranitidin tablet 2x1
5. Diazepam tablet 1x1
9. Analisa Data
Table 1.3 Analisa data
kulit merupakan
minimal akibat dari
4jam hipoksia
5. Observasi jaringan.
adanya 6. Menghindari
kunfusi kehilangan
disorientasi
air natrium
6. Berika
klorida dan
cairan yang
kalium yang
dianjurkan
berlebihan.