Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

PEMBAHASAN DAN TUGAS KHUSUS

1. Laporan Pendahuluan

1. Definisi Penyakit

Demam Tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistematik yang disebabkan oleh
salmonella thypi ( Nurarif dan kusuma, 2015 )

Tifoid termasuk infeksi sistemik dengan gejala yang khas yaitu demam. Adapun
demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini umumnya memilliki pola
khusus dengan suhu yang meningkat ( sangat tinggi ) naik – turun. Hal ini terjadi pada sore
dan malan hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi demam. Hal inilah yang biasanya
tidak disadari oleh penderita maupun keluarga penderita ( Dinkes, 2013 )

Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
salmonella thypi, penyakit ini dapat ditularkan melalui kuman, mulut atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman salmonella thypi (Azis,2006)

Gejala demam Thypoid biasanya berkembang satu atau dua minggu setelah
seseorang terinfeksi dengan bakteri salmonella thypi dengan pengobatan, gejala demam
thypoid meningkat dalam waktu tiga sampai lima hari. Jika demam thypoid tidak di obati,
kondisi biasanya semakin memburuk selama beberapa minggu dan ada risiko yang signifikan
bahwa komplikasi yang mengancam jiwa dapat terjadi tanpa pengobatan, akan memakan
waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk sepenuhnya pulih dan gejala
dapat kembali.data focus pengkajian
2. Tanda dan gejala
 Nyeri daerah perut atau otot
 Diare
 Mual
 Muntah
 Sembelit
 Demam yang meningkat setiap hari hinga mencapai 40 ℃
 Kelelahan
 Kehilangan selera makan
 Penurunan berat badan
 Malaise atau panas dingin
 Otot lemas
 Penurunan berat badan
 Ruam dengan bintik kecil berwarna merah
 Ruam kulit
 Sakit kepala

3. Etiologi
Demam Thipoid adalah bakteri gram negative, bentuk batang, tidak berkapsul,
bersifat aerobik dan anaerob fakultatif, memiliki flagela dan tidak ber spora,
dinamakan samonella thypi atau salmonella enterica serotype thypi.
Salmonella sp memiliki ciri khas anti gen O, H dan Fi. Penyakit thipoid ini
sering di hubungkan dengan parathifoid, yang biasanya lebih ringan dan menunjukan
gambar klinis yang sama, atau menyebabkan enteritis akut disebabkan oleh genus
bakteri yang sama dengan subspesies paratyphi A,B,C. Salmonela thypi hanya
menginfeksi manusia, sedangkan S.paratyphi menginfeksi manusia dan hewan
peliharaan. Salmonella yang berasal dari telur mentah atau tidak matang juga dapat
mendapatkan keracunan makanan.
Penyebab demam thipoid adalah kuman salmonella thypi, salmonella para
typhi A, dan salmonella parathypi B wujudnya berupa basil gram negative, bergerak
dengan rambut getar, tidak berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif anaerob
pada suhu 15 – 41 ℃, ( oftimum 37℃ ) dan pH pertumbuhan 6 – 8 (ardiansyah
2012).
4. Patofisiologi
Bila seseorang menelan Salmonella typhi bersama makanan atau minuman
yang tercemar, sebagian bakteri akan di musnahkan dalam lambung oleh asam
lambung. Bakteri dapat bertahan pada pH lambung serendah 1,5 akan masuk ke ileum
bagian distal, mencapai jaringan limpoid lalu berkembang biak, dan menyebabkan
hyperplasia peyeri patches ( disebut sebagai plak penyeri ).
Bakteri masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan bakteriemia, akan
melepaskan endotoksin yang berperan pada pathogenesis Tifoid, karena membantu
terjadinya proses inflamasi local pada jaringan tempat bakteri ini berkembang biak.
Demam pada Tifoid disebabkan karena Samonella typhi dan endotoksinya
merangsang sintesis dan pelepasan zat meradang. Reaksi tubuh terhadap pirogen ini
menyebabkan timbulnya manifestasi sistemik seperti sakit kepala, inkubasi sekitar 7 –
14 hari setelah bakteri tersebut tertelan sampai onset demam terjadi.
Bakteri Samonella typhi selanjutnya masuk ke jaringan beberapa organ tubuh,
terutama limpa, usus dan kandung empedu.

Gejala demam thypoid biasanya berkembang satu atau dua minggu setelah
seseorang terinfeksi dengan bakteri Samonella thypi dengan pengobatan, gejala
demam thypoid meningkat dalam waktu tiga sampai lima hari. Jika demam thypoid
tidak diobati, kondisi biasanya semakin memburuk selama beberapa minggu dan ada
resiko yang signifikan bahwa komplikasi yang mengancam jiwa dapat terjadi tanpa
pengobatan, akan memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan
untuk sepenuhnya pulih dan gejala dapat kembali.
3. Pathway

Salmonella thyposa

Basil masuk bersama makanan/minuman yang terkontaminasi

Terjadi infeksi pada saluran pencernaan

Anoreksia, mual, muntah diseraf usus halus

Ketidakseimbangan
Kehilangan volume nutrisi kurang dari Melalui pembuluh
cairan secara aktif kebutuhan limfe masuk
kedalam pembuluh
darah
Defisit volume cairan

Masuk keorgan tubuh


terutama hati dan limfa
Nyeri akut

Kurang informasi Basil yang tidak dihancurkan


berkembang biak dalam hati
dan limfa akan membasar
Kurang pengetahuan
Masuk kembali kedalam darah
hipertermia (endotoksin)

(Bakterimia) dan menyebar


kesuluruh tubuh

Basil kedalam kelenjar limfoid usus


halus timbul tukak berbentuk lonjong
pada mukosadiatas plak penyeri

Bendarahan dan perforasi


4. Data Fokus Pengkajian

a. Wawancara :

Sudah berapa lama timbul demam, apakah ada gejala lain selain demam
(misalnya : mual, muntah, pusing, lemes, kurangnya nafsu makan dan lain-lain)
apakah pasien kelihatan menggigil.

b. Pemeriksaan Fisik :

T : 115/77 mmHg

P : 84x/m

R :2 x/m

S : 36,6 ℃

c. Pemeriksaan Diagnostik

menurut Widodo 2007 pemeriksaan pada klien dengan thypoid adalah


pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari ;

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat


leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataanya leukopenia tidaklah
sering di jumpai . pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit
pada sediaan darah tapi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam thypoid.

2. Pemeriksaan Sgot dan Sgpt

Sgot dan sgpt pada demam thypoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya thypid.
3. Biakan Darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam thypoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinnan akan terjadi demam thypoid.

5. Analisa Data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 DS : Klien mengatakan Proses infeksi Perubahan nutrisi
kurang nafsu makan di usus halus
dan mual.
DO : Porsi makan
tidak di habiskan. Absorsi makanan

T : 112/76 mmHg terganggu

P : 97 x/m
R : 20 x/m
Nutrisi kurang
S : 36,7 ℃
terpenuhi

2 DS : Klien mengatakan Peningkatan suhu Gangguan pola


tidur siang dan malam tubuh lemah tidur
tidak menentu.
DO : Tampak lemah Gangguan pola
T : 112/76 mmHg tidur
P : 97 x/m
R : 20 x/m
S : 36,7 ℃

6. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang adekuat

7. Intervensi Keperawatan

No Dp Tujuan Intervensi rasional


1 Hipertermi Setelah 1. Pantau suhu 1. Meyakinkan
berhubung dilakukan tubuh pasien perbandingan
an dengan tindakan selama 24 data yang
jam
proses keperawatan akurat.
2. Kolaborasi
infeksi selama 24 jam 2. Menurunkan
pemberian
pasien demam
antipiretik
menunjukan 3. Meningkatkan
sesuai
temperatur anjuran
keyamanan,
dalam batas 3. Turunkan menurunkan
normal dengan panas temperatur
kriteria dengan suhu tubuh
 Bebas dari melepaskan 4. Peningkatan
kedingina selimut atau deyut nadi,
n meninggalka penurunan
n pakaian
 Suhu tekan vena
yang terlalu
tubuh sentral, dan
tebal, beri
stabil 36- penurunan
kompres
37℃ tekanan darah
dingin pada
 Tanda- aksila dan dapat
tanda vital lipatan paha mengindikasik
dalam 4. Kontrol an
rentang factor hipovolomia
normal lingkungan yang
yang mengarah
mempengaru pada fungsi
hi nyeri
jaringan.
seperti suhu
5. Perubahan
ruangan,
pencahayaan tingkat
dan kesadaran
kebisingan dapat
5. Observasi
merupakan
adanya
akibat dari
konfunsi
hipoksia
disiorientasi
jaringan
6. Berikan
cairan sesuai
6. Menghindari

yang di kehilangan air


anjurkan natrium
klorida dan
kalium yang
berlebihan.
2 Resiko Nutrisi 1. Kaji pola 1. Mengetahui
tinggi kebutuhan tubuh nutrisi klien pola makan,
pemenuha terpenuhi 2. Kaji kebiasaan
n nutrisi makanan makan,
yang keteraturan
disukai dan waktu makan.
tidak di 2. Meningkatkan
sukai status
3. Anjurkan makanan yang
tirah disukai dan
baring/pem menghindari
batasan pemberian
aktifitas makanan yang
selama fase tidak disukai
akut 3. Penghematan
4. Timbang tenaga,
berat badan mengurangi
tiap hari kerja tubuh
5. Anjurkan 4. Mengetahui
pasien adanya
makan penurunan
sedikit tapi atau kenaikan
sering berat badan
6. Kolaborasi 5. Mengurangi
dengan ahli kerja
gizi untuk usus,menghind
pemberian ari kebosanan
diet makanan
6. Mengetahui
makanan apa
saja yang di
anjurkan dan
makanan yang
tidak boleh
dikonsumsi.

5. Laporan Kasus
Asuhanan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
No rekamedik : 6049
Tanggal masuk : 16 februari 2020
Tanggal pengkajian : 17 februari 2020
Diagnose medis : Demam thypoid
Alamat : Rt 02 / Rw 05
Dusun : Sukaharja
Desa : Karyamukti
Kab / Kota : Banjar
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. Y
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Orang tua
Alamat : Rt 02 / Rw 05
Dusun : Sukaharja
Desa : Karyamukti
Kab / Kota : Banjar

2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Mual
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan mual, pusing, dan nyeri kepala klien juga mengeluh dingin
dan tampak lemah.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan pernah dirawat di Puskesmas Pataruman II karena penyakit
maag dan demam, klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit Umum
karena tersengat listrik.
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit yang sama seperti
diderita klien sendiri.

3. Riwayat Activity Daily Living


Tabel 1.1 Riwayat Activity daily living

No Kebutuhan Sebelum sakit Sesudah sakit


1 Nutrisi
a. BB / TB 57/ 154 54/ 154
b. Diet Tidak ada Bubur
c. Kemampuan
 Mengunyah Baik Baik
 Menelan Baik Baik
 Bantuan total / sebagian Tidak ada Tidak ada
d. Frekuensi 3x 3x
e. Porsi makanan Habis Tidak habis
f. Makanan yang menimbulkan alergi Tidak ada Tidak ada
g. Makanan yang disukai Semua jenis Semua jenis
makanan makanan
2 Cairan
a. Intake
 Oral
Air putih Air putih
 Jenis
1500 cc 1500 cc
 Jumlah cc / hari
Tidak ada Tidak ada
 Bantuan total / sebagian
 Intervena
Tidak ada Infus RL
 Jenis
Tidak ada 500 cc
 Jumlah cc / hari

3 Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi 2x 1x

 Konsistensi Lembek Lembek

 Warna Kuning Kuning

 Keluhan Tidak ada Tidak ada

 Bantuan total / sebagian Tidak ada Tidak ada

 Bantuan Tidak ada Tidak ada

b. BAK
 Frekuensi Sering Jarang

 Konsistensi - -

 Warna Bening Bening

 Keluhan Tidak ada Tidak ada


 Bantuan total / sebagian Tidak ada Tidak ada
4 Istirahat tidur
a. Lama tidur 8 jam 2 – 3 jam
b. Kesulitan memulai tidur Tidak ada Ada
c. Gangguan tidur Tidak ada Ada
d. Kebiasaan tidur Tidak ada Tidak ada

5 Personal Hygiene
a. Mandi
 Frekuensi 2 x 1 / hari 1 x 1/ hari

 Bantuan total / sebagian Tidak ada Sebagian

 Kebiasaan mandi Bersih Kurang

b. Gosok gigi 3 x 1/ hari Tidak

c. Cuci rambut 2 x 1 / minggu Tidak

d. Gunting kuku 1 x 1 / minggu Tidak

e. Ganti pakaian 3 x 1 / hari 1 x 1 / hari

6 Aktifitas
a. Mobbilitas Baik Kurang
b. Olahraga Baik Tidak
c. Rekresi Baik Tidak

4. Data Psikologi
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dan klien
juga dapat menganggap ini adalah cobaan dari Allah Swt. Klien juga dapat beradap
tasi dengan baik di Puskesmas Pataruman II.

5. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga tampak harmonis, dilihat dari banyaknya
berkunjung selama klien di rawat.

6. Data Spiritual
Klien beragama islam, tetapi selama dirawat klien tidak melaksanakan shalat klien
hanya meminta do’a untuk kesembuhanya.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Mual, pusing, badan mengigil
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 112/76 mmHg
2) Pulse : 97 x/m
3) Respirasi : 20 x/m
4) Suhu : 36,7 ℃
c. Kesadaran : Compos mentis
d. Data penunjang
Tabel 1.2 data penunjang

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


1 Heamoglobin 12.2 12 – 16
2 Leukosit 4.6 4.0 - 10.0
3 Trombosit 170 150 – 400
4 Hematokrit 37 ( p ) : 35 - 45 ( L ) : 40 – 50
5 Eritrosit 4.6 ( p ) : 3.5 - 5.5 ( L ) : 4.0 - 6.6

8. Therapi
1. Amoxilin tablet 3x1
2. Paracetamol tablet 3 x 1
3. Antasid sirup 3x1
4. Ranitidin tablet 2x1
5. Diazepam tablet 1x1

9. Analisa Data
Table 1.3 Analisa data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Klien mengatakan Proses infeksi Perubahan nutrisi
kurang nafsu makan dan di usus halus
mual.
DO : Porsi makan tidak
di habiskan. Absorsi makanan

T : 112/76 mmHg terganggu


P : 97 x/m
R :20 x/m
S : 36,7 ℃ Nutrisi kurang
terpenuhi
2 DS : Klien mengatakan Peningkatan suhu Gangguan pola
tidur siang dan malam tubuh lemah tidur
tidak menentu.
DO : Tampak lemah Gangguan pola tidur
T : 112/76 mmHg
P : 97 x/m
R :20 x/m
S : 36,7 ℃

10. Diagnosa keperawatan


1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
11. Intervensi Keperawatan
Table 1.4 Intervensi keperawatan

No Dp Tujuan Intervensi rasional


1 Hipertermi Setelah 1. Pantau suhu 1. Meyakinkan
berhubunga dilakukan tubuh pasien perbandingan
n dengan tindakan selama 4 jam data yang
2. Kolaborasi
proses keperawata akurat.
pemberian
infeksi n selama 24 2. Menurunkan
antipiretik
jam pasien demam
sesuai
menunjukan 3. Meningkatka
anjuran.
temperatur 3. Turunkan
n
dalam batas panas keyamanan,
normal dengan menurunkan
dengan melepaskan temperatur
kriteria selimut atau suhu tubuh
 Bebas meninggalka 4. Peningkatan
dari n pakaian denyut nadi,
kedingi yang terlalu penurunan
tebal, beri
nan tekanan vena
kompres
 Suhu sentral, dan
dingin pada
tubuh penurunan
aksila dan
stabil tekanan
lipatan paha
36℃ 4. Pantau dan
darah dapat
 Tanda- catat denyut mengindikasi
tanda dan irama kan
vital nadi, hipovolomia
dalam tekanan vena yang
rentang sentral, mengarah
normal tekanan pada perfusi
darah,
jaringan.
frekuensi
5. Perubahan
napas,
tingkat
tingkat
kesadaran
responitas,
dan suhu dapat

kulit merupakan
minimal akibat dari
4jam hipoksia
5. Observasi jaringan.
adanya 6. Menghindari
kunfusi kehilangan
disorientasi
air natrium
6. Berika
klorida dan
cairan yang
kalium yang
dianjurkan
berlebihan.

2 Resiko Nutrisi 1. Kaji pola 1. Mengetahui


tinggi kebutuhan nutrisi klien pola makan,
pemenuhan tubuh 2. Kaji kebiasaan
nutrisi terpenuhi makanan makan,
yang keteraturan
disukai dan waktu
tidak di makan.
sukai 2. Meningkatka
3. Anjurkan n status
tirah makanan
baring/pem yang disukai
batasan dan
aktifitas menghindari
selama fase pemberian
akut makanan
4. Timbang yang tidak
berat badan disukai
tiap hari 3. Penghematan
5. Anjurkan tenaga,
pasien mengurangi
makan kerja tubuh
sedikit tapi 4. Mengetahui
sering adanya
6. Kolaborasi penurunan
dengan ahli atau
gizi untuk kenaikan
pemberian berat badan
diet 5. Mengurangi
kerja
usus,menghi
ndari
kebosanan
makanan
6. Mengetahui
makanan apa
saja yang di
anjurkan dan
makanan
yang tidak
boleh
dikonsumsi.

12. Implementasi keperawatan


Table 1.5 Implementasi keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Hipertermi Melakukan S : klien
berdasarkan dengan kompres hangat mengatakan suhu
proses infeksi tubuhnya menurun.
O : badan tidak
panas lagi
A: masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
2 Nutrisi kurang dari Menganjurkan S : klien
kebutuhan tubuh untuk banyak mengatakan bahwa
makan asupan makannya
sudah membaik
O : sudah tidak
lemas lagi
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
13. Catatan perkembangan
Table 1.6 Catatan perkembangan

No Diagnosa Tanggal/jam Perkembangan Paraf


1 Hipertermi 17-02-2020 DS : klien mengeluh
berdasarkan Pusing ( + ) mual ( + )
dengan demam ( - )
proses DO : klien terlihat
penyakit Pagi lemas
TD : 112/76 mmhg
S : 36,7 ℃
R : 20 x/menit
N : 97 x/menit
DS : klie mengeluh
mual ( + ) pusing ( + )
demam ( - ) badan
terasa dingin
sore
DO : klien terlihat
lemas
TD : 104/76 mmhg
S : 37,3 ℃
R : 20 x/menit
N : 80 x/menit
2 Resiko tinggi 18-02-2020 DS : klien mengatakan
pemenuhan pusing ( + ) makan
nutrisi kurang sedikit
dari DO : klien terlihat
kebutuhan pagi lemas
tubuh TD : 106/74 mmhg
berhubungan S : 36,7 ℃
dengan intake R : 20 x/menit
yang tidak N : 93 x/menit
adekuat
DS : klien mengeluh
dingin, pusing ( + )
DO : klien terlihat
sore lemas
TD : 115/77 mmhg
S : 36,6 ℃
R : 20 x/menit
N : 84 x/menit
3 19-02-2020 DS : klien mengeluh
pusing ( + ) mual ( + )
demam ( - )
DO : keluhan utama
pagi maju membaik
TD : 113/77 mmhg
S : 37,3 ℃
R : 20 x/menit
N : 87 x/menit
DS : klien mengatakan
tidak ada keluhan
DO : klien terlihat
membaik
sore
TD : 90/59 mmhg
S : 35,6 ℃
R : 20 x/menit
N : 101 x/menit

Anda mungkin juga menyukai