A. Definisi
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan terganggunya
fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta
elektrolit yang mengakibatkan destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi sisa metabolit (toksit uremik) yang menumpuk dalam darah (Persyaratan &
Sahal, 2021).
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-
lahan. Biasanya gagal ginjal ini diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah dan tidak
dapat disembuhkan (Kognisi et al., 2021).
Gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kemunduran
fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh
untuk mempertahankan keseimbangan metabolisme, cairan dan elektrolit sehingga
mengakibatkan uremia (Pvs & Murharyati, 2020).
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan dimana ginjal tidak mampu
memfiltrasi sisa-sisa metabolisme, kerusakan ginjal ini bersifat irreversibel dan terjadi
secara progresif.
B. Etiologi
1. Predisposisi
a. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis).
b. Peyakit vaskuler (renal nephrosclerosis).
c. Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis).
2. Presipitasi
a. Zat toksik (Abarca, 2021).
C. Manifestasi Klinis
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2002:1448), tanda dan gejala pada pasien Gagal Ginjal
Kronik ini tergantung tingkat keparahannya, diantaranya :
Kardiovaskular: hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmonary,
perikarditis.
Dermatologi: pruritus (gatal), kulit kering, mudah lecet, perubahan pada 3
rambut (mudah patah, tipis, merah).
Gastrointestinal: anoreksia, nausea (mual), muntah , berat badan menurun,
gastritis, diare.
Sistem urinaria : perubahan frekuensi berkemih, hematuria, nocturia, aliguria.
D. Patofisiologi
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal gangguan,
keseibangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi
dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari
25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minial karna nefron sisa
yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan
kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertropi. Seiring
dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas
yang semakin berat sehingga nefron yang mati, maka nefron yang tersisa dan akhirnya
mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada
nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan
progresif nefron – nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darh ginjal akan
berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan
sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal
ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein – protein plasma. Kondisi
akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebgai respon
kerusakan nefron dan secara prongresif fungsi ginjal menurun secara drastis dengan
manifestasi pada setiap organ tubuh (Sri, 2021).
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemberian pelayanan keperawatan terutama intervensi perlu pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan lab darah yaitu:
Hematologic: hb, ht, eritrosit, leukosit, trombosit
RFT (renal fungsi test): ureum dan kreatinin
LFT (Liver fungsi test)
Elektrolit: klorida, kaliu, kalsium
Kougulasi studi: PTT, PTTK
2. Urine yaitu:
Urine rutin
Urine khusus: benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
EKG
ECO
4. Radiodiasnostik
USG Abdominal
CT SCAN abdominal
BNO/IVP, FPA(Nikmatuzaroh, 2019).
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan
mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut :
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius,
seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas
biokimia, menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas,
menghilangkan kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terpi yang
bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan
kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah
sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga
kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2
jenis dialisis:
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit gagal ginjal kronik adalah :
a. Penyakit tulang
Penyakit tulang dapat terjadi karena retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah,
metabolisme vitamin D abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
b. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal yang rusak akan gagal mengatur tekanan darah. Ini karena aldosteron (hormon
pengatur tekanan darah) jadi bekerja terlalu keras menyuplai darah ke ginjal. Jantung
terbebani karena memompa semakin banyak darah, tekanan darah tinggi membuat
arteri tersumbat dan akhirnya berhenti berfungsi.tekanan darah tinggi dapat
menimbulkan masalah jantung serius.
c. Anemia
Anemia muncul akibat tubuh kekurangan entrokosit, sehingga sumsum tulang yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk darah lama kelamaan juga akan semakin
berkurang.
d. Disfungsi seksual
Pada klien gagal ginjal kronik, terutama kaum pria kadang merasa cepat lelah
sehingga minat dalam melakukan hubungan seksual menjadi kurang (Chye & Han,
2018).
Obstruksi saluran
H. Pathway kemih
Vaskuler
Zat toksik
Retensi urine Batu besar & Iritasi / cidera
Infeksi
arteriosclerosis kasar jaringan
Tertimbun
ginjal Menekan
Bakteri & Hematuria
Suplai darah saraf perifer
virus ginjal menurun
Nyeri Anemia
Reaksi antigen &
antibodi pinggang
GFR menurun
Anemia Resiko
pendarahan Gangguan rasa
nyaman (D. 0074)
Kelelahan
Hematemesis
melena
Intoleransi
aktivitas (D. 0056)
I. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Semua langkah-langkah ini
membutuhkan waktu pengetahuan tentang konsep-konsep yang mendasari ilmu
keperawatan. Sebelum pola didefiniskan sesuai data klinis atau penetapan diagnosis
yang akurat (menurut Herman H, 2015).
1. Identitas klien
Meliputi: nama, jenis kelmain, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekekerjaan, tanggal masuk, diagnosis, dan nomer registrasi
2. Keluhan utama - Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit -
Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawa ke rumah sakit - Tipe cedera,
posisi saat cedera dan lokasi cedera - Gambaran mekanisme cedera dan penyakit
yang ada (nyeri)
3. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang. Metode
yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
P: (Provoked) pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan dan mengurangi
nyeri
Q: (Quality) kualitas nyeri
R: (Region) lokasi nyeri dan penyebaran nyeri
S: (Skala) skala nyeri 1-10
T: (Time) lamanya nyeri yang sudah dialami klien
4. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkianan klien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama,
karena bukan penyakit menular atau keturunan.
6. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan dengan klien terhadap penyakitnya
7. Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
a. Makan dan minum
Tanyakan kebiasaan makan dan minum
b. Eliminasi
Pola eliminasi perlu ditanyakan, mengenai, kebiasaan defekasi sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit
c. Gerak dan aktifitas
Akibat GGK adanya kelebihan cairan yang menyebabkan pembekakan
sehingga mengganggu klien dalam beraktifitas.
d. Istirahat tidur
e. Kebersihan diri
f. Rasa nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien
g. Rasa aman
Kaji klien apakah merasa cemas atau gelisah
8. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas urine
2) Leher : distansi vena jugularis
3) Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada
4) Perut : adanya edema anasarka (ascites)
5) Ekstremitas: edema pada tungkai, spatisitas otot
6) Kulit : sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun
Luaran :
Integritas Kulit dan Jaringan (L. 14125) halaman : 33
Kriteria hasil :
Kerusakan jaringan menurun (5)
Kerusakan lapisan kulit menurun (5)
Suhu kulit membaik (5)
Tekstur membaik (5)
Intervensi :
Perawatan Integritas Kulit (I. 11353) halaman : 316
Observasi :
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik :
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi :
Luaran :
Status kenyamanan (L.08064) Halaman : 110
Kriteria Hasil :
Kesejahteraan Fisik meningkat (5)
Kesejahteraan psikologis meningkat (5)
Keluhan tidak nyaman menurun (5)
Gelisah menurun (5)
Intervensi :
Terapi Relaksasi (I. 09326) halaman : 436
Observasi :
Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Monitor respon terhadap teknik relaksasi
Terapeutik :
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Gunakan pakaian longgar
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi :
jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensai relaksasi
Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
3. Diagnosa
Intoleransi aktivitas (D. 0056) halaman : 128
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab : kelemahan, imobilitas.
Luaran :
Toleransi Aktivitas (L. 05047) Halaman : 149
Kriteria Hasil :
Frekuensi nadi meningkat (5)
Kemudahan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari meningkat (5)
Keluhan lelah menurun (5)
Intervensi :
Manajemen Energi (I. 05178) halaman : 176
Observasi :
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi :
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Diagnosa
Nyeri Akut (D. 0077) halaman : 172
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang belangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab : agen pencedera fisiologis, kimiawi dan fisik.
Luaran :
Tingkat Nyeri (L. 08066) halaman : 145
Kriteria hasil :
Keluhan nyeri menurun (5)
Meringis menurun (5)
Gelisah menurun (5)
Frekuensi nadi membaik (5)
Intervensi :
Manajemen Nyeri (I. 08238) halaman : 201
Observasi :
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik :
Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5. Diagnosa
Defisit Nutrisi (D.0019) Halaman : 56
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab :
ketidakmampuan menelan makanan
ketidakmampuan mencerna makanan
Luaran :
Status Nutrisi (L.03030) Halaman : 121
Kriteria Hasil :
Indeks masa tubuh (IMT) membaik (5)
Frekuensi makanan membaik (5)
Nafsu makan membaik (5)
Membran mukosa membaik (5)
Intervensi :
Manajemen Nutrisi (I.03119) Halaman 200
Observasi :
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Terapeutik :
Lakukan oral hygiene sebelum makan
Fasilitasi menentukan pedoman diet
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat
ditpleransi
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
6. Diagnosa
Gangguan pertukaran gas (D.0003) Halaman : 22
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler.
Penyebab :
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
perubahan membran alveolus-kapiler
Luaran :
Pertukaran gas (L.01003) Halaman : 94
Kriteria Hasil :
Dispnea (5)
Bunyi naas tambahan (5)
Pusing (5)
Penglihatan kabur (5)
Diaforesis (5)
Gelisah (5)
Intervensi
Terapi oksigen (I.01026) Halaman : 430
Observasi :
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oximetry, analisa gas darah) jika perlu
Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik :
Bersihkan sekret pada mulut hidung dan trakea jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Siapkan dana tur peralatan pemberian oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi :
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah kolaborasi
Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur
7. Diagnosa
Gangguan Pola Tidur (D.0055) Halaman : 126
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab :
Hambatan lingkungan (Mis. Kelembaban lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan bau tidak sedap jadwal pemantauan atau pemeriksaan
atau tindakan)
Kurang kontrol tidur
Restrain fisik
Luaran :
Pola tidur (L.05045) Halaman : 96
Kriteria hasil :
Keluhan sulit tidur(5)
Keluhan tidak puas tidur(5)
Keluhan pola tidur berubah(5)
Keluhan istirahat tidak cukup(5)
Intervensi :
Dukungan Tidur (i.09265) Halaman : 48
Observasi :
Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan atau psikologis)
Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (Mis. kopi, teh,
alkohol makanan, mendekati waktu tidur minum banyak air sebelum tidur)
Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapetik :
Modifikasi lingkungan (miss. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras dan
tempat tidur)
Batasi waktu tidur siang , jika perlu
Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur rutin
Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan
posisi, posisi akupresur)
Sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk menunjang siklus
tidur terjaga
8. Diagnosa
Defisit pengetahuan (D.0111) Halaman : 246
Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
Penyebab:
keterbatasan kognitif
Gangguan fungsi kognitif
Kekeliruan mengikuti anjuran
Kurang terpapar
Kurang minat dalam belajar
Kurang mampu mengingat
Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Luaran :
Tingkat pengetahuan (L.12111) Halaman : 146
Kriteria hasil :
Perilaku sesuai anjuran (5)
Verbalisasi minat dalam belajar (5)
Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik (5)
Puan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik (5)
Perilaku sesuai dengan pengetahuan (5)
Intervensi
Edukasi kesehatan (I.12383) Halaman :65
Observasi:
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapetik:
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
9. Diagnosa
Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009) Halaman : 37
Definisi : Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh.
Penyebab :
Penurunan konsentrasi hemoglobin
Kekurangan volume cairan
Penurunan aliran arteri dan atau vena
Kurang terpapar informasi tentang factor pemberat (mis, merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)
Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis, diabetes mellitus,
hyperlipidemia)
Kurang aktivitas fisik
Luaran :
Perfusi Perifer (L.02011) Halaman : 84
Kriteria Hasil :
Denyut nadi perifer meningkat (5)
Warna kulit pucat menurun (5)
Edama perifer menurun (5)
Nekrosis menurun (5)
Pengisian kapiler cukup membaik (5)
Tekanan darah sistolik cukup membaik (5)
Tekanan darah diastolic cukup membaik (5)
Tekanan arteri rata-rata cukup membaik (5)
Intervensi :
Pemantaun Tanda Vital (I.02060) Halaman : 248
Observasi :
Monitor tekanan darah
Monitor nadi
Monitor oksimetri nadi
Monitor tekanan nadi
Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
Terapeutik :
Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi ;
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
10. Diagnosa
Neusea (D.0076) Halaman : 170
Definisi : Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan lambung yang
mengakibatkan muntah.
Penyebab :
Gangguan pada esofagus
Distensi lambung
Iritasi lambung
Peningkatan tekanan intraabdominal
Peningkatan tekanan intrakranial
Peningkatan tekanan intraorbital
Efek agen farmakologis
Luaran :
Tingkat Nausea (L.12111) Halaman : 144
Kriteria hasil :
Keluhan mual (5)
Perasaan ingin muntah (5)
Intervensi :
Manajemen Mual (I.03117) Halaman : 197
Observasi :
Identifikasi pengalaman mual
Identifikasi dampak mual terhdap kualitas hidup
Identifikasi faktor penyebab mual
Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik :
Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna, jika perlu
Edukasi :
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual (mis.
Biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
11. Diagnosa
Penyebab :
Gangguan mekanisme regulasi
Kelebihan asupan cairan
Kelebihan asupan natrium
Gangguan aliran balik vena
Efek agen farmakologis (mis. Kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinescarbamazepine)
Luaran :
Keseimbangan cairan (L.05020) halaman : 41
Kriteria hasil :
Asupan Cairan (5)
Keluaran Urin (5)
Kelembabab membran mukosa (5)
Intervensi :
Pemantaun Cairan (I. 03121) halaman : 238
Observasi
Periksa tanda dan gejala hipervolemia
Identifikasi penyebab hipervolemia
Monitor status hemodinamik
Monitor intake dan output cairan
Teurapeutik
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Batasi asupan cairan dengan garam
Tinggikan kepala tempat tidur 30-40
Edukasi
Ajarkan cara membatasi cairan
Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
12. Diagnosa
Disfusi Motilitas Gastrointestinal ( D.0021) Halaman : 66
Definisi : Peningkatan,penurunan, tidak efektif atau kurang nya aktivitas peristaltik
gastrointestinal
Penyebab :
Asupan enteral
Intoleransi makanan
Imobilisasi
Makanan kontamin
Malnutrisi
Pembedahan
Efek agen farmakologis (mis. Narkotik/opiat, antibiotik, laksatif, anastesia )
Proses penuaan
Kecemasan
Luaran :
Motilitas Gastrointestinal (L.03023) Halaman : 66
Kriteria hasil :
Nyeri 5
Kram abdomen 5
Mual muntah 5
Regurgitasi 5
Distensi abdomen 5
Diare 5
Suara peristaltik 5
Pengisongan lambung 5
Ratus 5
Intervensi
Edukasi Diet (I. 12369) halaman : 54
Observasi :
Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi
Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang di programkan
Identifikasi keterbatasan finansial untuk menyediakan makanan
Terapetik :
Persiapkan materi, media, dan alat peraga
Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan
Berikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya
Sediakan rencana makan tertulis bila perlu
Edukasi :
Jelaskan kepatuhan diet terhadap kesehatan
Informasikan makanan yang di perbolehkan dan di larang
Informasikan kemungkinan interaksi obat dan makanan, jika perlu
Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) 20-30 menit
setelah makan
Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai diet yang di programkan
Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi
13. Diagnosa
Penurunan Curah Jantung (D.0008) Hal 34
Definisi : ketidakkuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
Penyebab :
Perubahan irama jantung
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan kontraktilitas
Perubahan preload
Perubahan afterload
Luaran :
Curah Jantung (L.02008) halaman : 20
Kekuatan nadi perifer 5
Ejection fraction (ef) 5
Left ventricular strok work index 5
Stroke volume index 5
Palpilasi 5
Bradijardia 5
Takikardia 5
Gambaran ekg aritmia 5
Lelah 5
Edema 5
Distensi vena jugularis 5
Dipsnea 5
Oliguria 5
Pucat/sianosis 5
Paroxysmal nocturnal 5
Dypsnea (PND) 5
Ortopnea 5
Batuk 5
Suara jantung s3 5
Suara jantung s4 5
Murmur jantung 5
Berat badan 5
Hepatomegali 5
Pulmonary vascular resistance 5
Systemic vascular resistance 5
Tekanan darah 5
Capillary refill time 5
Pulmonari artery wedge 5
Pressure (PAWP) 5
Central venous pressure 5
Intervensi :
Perawatan Jantung (I. 02075) halaman : 317
Observasi :
Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
Monitor tekanan darah
Monitor intake dan output cairan
Monitor saturasi oksigen
Monitor keluhan nyeri dada
Monitor ekg 12 sandapan
Terapeutik :
Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
Berikan diet jantung yang sesuai
Fasilitasi pasien dan keluarga pasien untuk memotivasi gaya hidup sehat
Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
Berikan dukungan emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi :
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat badan
Anjurkan pasien dan keluarga intake dan autput cairan harian
14. Diagnosa :
Resiko Jatuh (D.0143) halaman : 306
Definisi : bersiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh
Faktor resiko :
Usia kurang lebih 65 tahun (pada dewasa) atau kurang lebih 2 tahun (pada anak)
Riwayat jatuh
Anggota gerak bawah prostesi (buatan)
Penggunaan alat bantu jalan
Penurunan tinkat kesadaran
Perubahan fungsi kognitif
Lingkungan tidak aman
Kondisi pasca operasi
Hipotensi ortostatik
Perubahan kadar glukosa darah
Anemia
Kekuatan otot menurn
Gangguan pendengaran
Gangguan keseimbangan
Gangguan penglihatan
Neuropati
Efek agen farmakologis
Luaran :
Tingkat Jatuh (L.14138) halaman : 140
Jatuh dari tempat tidur 5
Jatuh saat berdiri jatuh saat duduk 5
Jatuh saat berjalan 5
Jatuh saat di pindahkan 5
Jatuh saat naik tangga 5
Jatuh saat di kamar mandi 5
Jatuh saat membungkuk 5
Intervensi :
Pencegahan Cidera (I. 14537) halaman : 275
Observasi :
Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstremitas bawah
Terapeutik :
Sediakan pencahayaan yang memadai
Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan limgkungan rawat inap
Sediakan alskaki antislip
Sediakan urinal untuk eliminasi di dekat tempat tidur
Pastikan barang barang pribadi mudah di jangkau
Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi :
Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
Anjurkan berganti posisi secara dan duduk beberapa medit sebelum berdiri
15. Diagnosa
Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037) Halaman : 88
Definisi : beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
Faktor resiko :
Ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air)
Kelebihan volume cairan
Gangguan mekanis regulasi ( mis. Diabetes)
Efeksamping prosedur ( mis. Pembedahan)
Diare
Muntah
Disfusi ginjal
Disfusi regulasi endokrin
Luaran :
Keseimbangan Cairan (L.03020) halaman : 41
Kriteria hasil :
Asupan cairan 5
Haluaran urin 5
Kelembaban memban mukosa 5
Asupan makanan 5
Edema 5
Dehidrasi 5
Asites 5
Konfusi 5
Tekanan darah 5
Denyut nadi radial 5
Tekanan arteri rata-rata 5
Membran mukosa 5
Mata cekung 5
Turgor kulit 5
Berat badan 5
Intervensi :
Manajemen Cairan (I. 03098) halaman : 159
Observasi :
Monitor status hidrasi
Monitor berat badan harian
Monitor bearat badan sebelum dan sesudah dialisis
Monitor hasik pemeriksaan laboratorium
Monitor status dinamik
Terapetik :
Catat intake output dan hitung balance cairan
Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi :
Kolaborasikan pemberian diuretil, jika perlu