FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2021 1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis gangguan pada sistem tenaga listrik. Jawab: 1. Gangguan Beban Lebih Beban lebih mungkin tidak tepat disebut sebagai gangguan. Namun karena beban lebih adalah suatu keadaan abnormal yang apabila dibiarkan terus berlangsung dapat membahayakan peralatan, jadi harus diamankan, maka beban lebih harus ikut ditinjau. Beban lebih dapat terjadi pada trafo atau pada saluran karena beban yang dipasoknya terus meningkat, atau karena adanya maneuver atau perubahan aliran beban di jaringan setelah adanya gangguan. Beban lebih dapat mengakibatkan pemanasan yang berlebihan yang selanjutnya panas yang berlebihan itu dapat mempercepat proses penuaan atau memperpendek umur peralatan listrik. 2. Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit) Gangguan hubung singkat dapat terjadi antara fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau antara 1 fasa ke tanah, dan dapat bersifat temporair (non persistant) atau permanent (persistant). Gangguan yang permanent misalnya hubung singkat yang terjadi pada kabel, belitan trafo atau belitan generator karena tembusnya (break downnya) isolasi padat. Gangguan temporair misalnya akibat flashover karena sambaran petir, pohon, atau tertiup angin. Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan secara termis dan mekanis. Kerusakan termis tergantung besar dan lama arus gangguan, sedangkan kerusakan mekanis terjadi akibat gaya tarik-menarik atau tolak-menolak. 3. Gangguan Tegangan Lebih Tegangan lebih dapat dibedakan sebagai berikut : a) Tegangan lebih dengan power frequency b) Tegangan lebih transient Tegangan lebih transient dapat dibedakan : a) Surja Petir (Lightning surge) b) Surja Hubung (Switching surge) Timbulnya tegangan lebih dengan power frequency, dapat terjadi karena : a) Kehilangan beban atau penurunan beban di jaringan akibat switching, karena gangguan atau karena maneuver. b) Gangguan pada AVR (Automatic Voltage Regulator) pada generator atau pada on load tap changer dari trafo. c) Over speed pada generator karena kehilangan beban. 4. Gangguan Kurangnya Daya Kekurangan daya dapat terjadi karena tripnya unit pembangkit (akibat gangguan di prime movernya atau di generator) atau gangguan hubung singkat di jaringan yang menyebabkan kerjanya relay dan circuit breakernya yang berakibat terlepasnya suatu pusat pembangkit dari sistem. Jika kemampuan atau tingkat pembebanan pusat atau unit pembangkit yang hilang atau terlepas tersebut melampaui spinning reverse system, maka pusat-pusat pembangkit yang masih ada akan mengalami pembebanan yang berkelebihan sehingga frequency akan merosot terus, yang bila tidak diamankan akan mengakibatkan tripnya unit pembangkit lain (cascading) yang selanjutnya dapat berakibat runtuhnya (collapse) sistem (pemadaman total). 5. Gangguan Ketidakstabilan (Instability) Gangguan hubung singkat atau kehilangan pembangkit dapat menimbulkan ayunan daya (power swing) atau yang lebih hebat dapat menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron (out of synchronism). Power swing dapat menyebabkan relay pengaman salah kerja yang selanjutnya menyebabkan gangguan yang lebih luas. Lepas sinkron dapat mengakibatkan berkurangnya pembangkit karena tripnya unit pembangkit tersebut atau terpisahnya sistem, yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan yang lebih luas bahkan runtuh (collapse). 2. sebutkan syarat-syarat dan fungsi sebuah rele pengaman. Jawab: Rele proteksi dalam fungsinya sebagai pengaman memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Kepekaan (sensitivity) Pada prinsipnya rele harus cukup peka sehingga dapat mendetekasi gangguan di kawasan pengamanannya meskipun gangguan yang ada relatif kecil. 2. Keandalan (reliability) Maksud dari keandalan adalah bahwa sebuah rele proteksi harus selalu berada pada kondisi yang mampu melakukan pengamanan pada daerah yang diamankan. Keandalan memiliki 3 aspek, antara lain : • Dependability, adalah kemampuan suatu sistem rele untuk beroperasi dengan baik dan benar. Pada prinsipnya pengaman harus dapat diandalkan bekerjanya (dapat mendetaksi dan melepaskan bagian yang terganggu), tidak boleh gagal bekerja. Dengan kata lain dependability-nya harus tinggi. • Security, adalah tingkat kepastian suatu sistem relai untuk tidak salah dalam bekerja. Salah kerja, misalnya lokasi gangguan berada di luar pengamanannya, tetapi salah kerja mengakibatkan pemadaman yang seharusnya tidak perlu terjadi. • Availability, adalah perbandingan antara waktu di mana pengaman dalam keadaan siap kerja (actually in service) dan waktu total operasinya. 3. Selektifitas (selectivity) Maksudnya pengaman harus dapat membedakan apakah gangguan terletak di daerah proteksi utama dimana pengaman harus bekerja cepat atau terletak di luar zona proteksinya dimana pengaman harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak bekerja sama sekali. 4. Kecepatan kerja (Speed Of Operation) Untuk memperkecil kerugian atau kerusakan akibat gangguan, maka bagian yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin dari bagian sistem lainnya. Selang waktu sejak dideteksinya gangguan sampai dilakukan pemisahan gangguan merupakan penjumlahan dari waktu kerja relai dan waktu kerja pemutus daya. Namun pengaman yang baik adalah pengaman yang mampu beroperasi dalam waktu kurang dari 50 ms. 5. Sederhana (Simplicity) Relai pengaman harus disusun sesederhana mungkin namun tetap mampu bekerja sesuai dengan tujuannya. 6. Ekonomis (Ekonomic) Faktor ekonomi sangat mempengaruhi pengaman yang akan digunakan. Namun sebaiknya pilihlah suatu sistem proteksi yang memiliki perlindungan maksimum dengan biaya yang minimum. 3. sebutkan pengaruh-pengaruh yang ada pada transformator arus dan transformator tegangan. Jawab: a. Transformator arus trafo arus atau transformator arus bertujuan untuk mengkonversi arus primer yang memiliki nilai arus yang besar, biasanya kisaran puluhan hingga ribuan ampere, menjadi arus sekunder yang memilik inilai rendah sebesar 1A atau 5A, tergantung dari aplikasi yang dibutuhkan. Karena bertujuan untuk mengkonversikan arus, maka pada kedua sisi trafo arus tersebut harus terbentuk rangkaian tertutup sehingga dimungkinkan mengalirnya arus pada rangkaian tersebut. Dengan kata lain, pada sisi primer trafo arus harus di pasang seri dengan beban dan pada sisi sekunder trafo arus harus diterkoneksi pada beban peralatan ukur atau peralatan proteksi. Arus yang mengalir pada sistem distribusi tegangan menegah ataupun tegangan rendah berkisar ratusan hingga ribuan ampere. Oleh karena itu, belitan primer dari trafo arus terbuat dari batangan tembaga dengan dimensi yang relative besar agar mampu menahan arus yang mengalir secara terus-menerus disisi primer ataupun arus sesaat ketika terjadi kegagalan sistem. Karena belitan primer terbuat dari batang tembaga yang dimensinya cukup besar, maka impedansi disisi primer bisa dianggap tidak ada karena terlalu kecil dibandingkan impedansi sistem. Prinsip kerja dari trafo adalah sebagai berikut: a) Pada saat arus primer Ip mengalir pada lilitan primer, maka akan muncul medan magnet disekeliling lilitan primer tersebut. b) Medan magnet tersebut akan terkumpul lebih banyak pada inti atau core. Medan magnet yang berputar di dalam inti atau core menghasilkan perubahan flux primer dan memotong lilitan sekunder sehingga menginduksikan tegangan pada lilitan sekunder sesuai hukum faraday. c) Karena lilitan sekunder membentuk loop tertutup, maka akan mengalir arus sekunder Is yang akan membangkitkan medan magnet untuk melawan flux magnet yang dihasilkan oleh belitan primer sesuai hukum lenz. b. Transformator tegangan Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang lebih tinggi ke suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk peralatan indikator, alat ukur/meter dan relai. Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi rancangan Trafo tegangan berbeda yaitu : a) Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukur, relai dan peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil. b) Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. c) Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan. Fungsi dari trafo tegangan yaitu : a) Mentransformasikan besaran tegangan sistem dari yang tinggi ke besaran tegangan listrik yang lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan proteksi dan pengukuran yang lebih aman, akurat dan teliti. b) Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian sekunder yang tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistm proteksi dan pengukuran peralatan dibagian primer. c) Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100/√3, 110/√3 dan 110 volt) untuk keperluan peralatan sisi sekunder. 4. Jelaskan mengenai: a. Pengaman arus lebih b. Pengaman jarak c. Pengaman differensial Jawab: a. Pengaman arus lebih Proteksi arus lebih adalah proteksi atau perlindungan terhadap perubahan parameter arus yang sangat besar dan terjadi dengan sangat cepat yang disebabkan oleh hubung singkat. Berikut adalah macam-macam pengaman arus lebih. 1. Fuse dan fuse Cut Out Berfungsi mengamankan gangguan hubung singkat dengan prinsip melebur bila arus yang mengalir pada sistem melebihi harga arus yang ditentukan. Fuse merupakan elemen logam yang dapat meleleh jika arus berlebihan mengalir padanya. Karakteristik waktu kerja Fuse ● Fuse memiliki batas arus maksimal yang dapat dilewati, sehingga fuse tersebut dapat melebur. ● Kerja dari fuse adalah instan artinya fuse bekerja sangat cepat, jika arus yang mengalir melebihi batas arus In, maka fuse langsung melebur. Fuse dipergunakan secara terkoordinasi artinya dalam suatu rangkaian fuse dipergunakan tidak hanya untuk mengamankan satu komponen tetapi digunakan dalam rangkaian instalasi. Kerja dari fuse di atas terkoordinasi mengamankan beberapa saluran, misal untuk fuse 1620 A dapat mengamankan fuse yang terdiri dari cabang B dan jalur A , sedang fuse 875 A mengamankan saluran C dan D. 2. Load Break Switch (LBS) Berfungsi mengatasi gangguan arus lebih/over load, dan tidak dapat mengamankan hubung singkat. Bila dikehendaki mengamankan hubung singkat harus dilengkapi dengan fuse. 3. Recloser Berfungsi mengamankan arus lebih yang diatur waktu saat memutus dan menutup kembali secara otomatis, terutama untuk mengatasi gangguan temporer/sementara. Peralatan ini dipasang pada cabang utama distribusi pada sebuah feeder. Recloser didisain untuk membuka dan locked out setelah operasi pengetripan. Recloser ini akan kembali kekeadaan normaly close jika gangguan terjadi sementara. Waktu saat memutus dan membuka dapat diatur secara otomatis. Karakteristik dari sebuah recloser yaitu memiliki daerah kerja antara A (time delay) dan B (instanstaneous). Sehingga recloser memiliki time delay/waktu tunda untuk kembali ke keadaan semula setelah mengalami trip akibat dari gangguan. 4. Circuit Breaker (CB) Kontak-kontak otomatis yang dapat memutus rangkaian listrik dalam keadaan normal/tidak normal dan selalu dilengkapi dengan rele bantu. Circuit Breaker hanya dapat berkerja dengan bantuan relay. Circuit Breaker bekerja apabila dalam jaringan mengalami suatu gangguan yaitu arus gangguan yang melebihi batas tertentu. 5. Over Current Relay (OCR) Pengaman yang berfungsi menutup kontaknya untuk mengaktifkan rangkaian yang dapat menyebabkan CB membuka/menutup ketika arus mengalir melebihi harga yang ditentukan dengan mensetting pada harga/nilai arus tertentu. b. Pengaman jarak Relai jarak atau distance relay digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada suatu sistem transmisi, baik SUTT maupun SUTET, dan sebagai cadangan atau backup untuk seksi didepan. Relai jarak bekerja dengan mengukur besaran impedansi (Z), dan transmisi dibagi menjadi beberapa daerah cakupan pengamanan yaitu Zone-1, Zone-2, dan Zone-3, serta dilengkapi juga dengan teleproteksi (TP) sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif didalam daerah pengamanannya.
Gambar daerah kerja pengaman jarak
Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang terlihat dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat ditentukan. Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan yang terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan: a. Bila harga impedansi ganguan lebih kecil dari pada impedansi seting relai maka relai akan trip. b. Bila harga impedansi ganguan lebih besar daripada impedansi setting relai maka relai akan tidak trip. Menurut jenis gangguan pada sistem tenaga listrik, terdiri dari gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dua fasa ke tanah dan satu fasa ke tanah. Relai jarak sebagai pengaman utama harus dapat mendeteksi semua jenis gangguan dan kemudian memisahkan sistem yang terganggu dengan sistem yang tidak terganggu. c. Pengaman differensial Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus (CT) terpasang pada terminal-terminal peralatan atau instalasi listrik yang diamankan. Penggunaan relay differensial sebagai relay pengaman, antara lain pada generator, transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi. Relay differensial digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada transformator daya yang berguna untuk mengamankan belitan transformator bila terjadi suatu gangguan. Relay ini sangat selektif dan sistem kerjanya sangat cepat. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus (CT) terpasang pada terminal-terminal peralatan atau instalasi listrik yang diamankan. Penggunaan relay differensial sebagai relay pengaman, antara lain pada generator, transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi. Relay differensial digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada transformator daya yang berguna untuk mengamankan belitan transformator bila terjadi suatu gangguan. Relay ini sangat selektif dan sistem kerjanya sangat cepat.
Gambar Pengawatan Dasar Relay Differensial
Jika terjadi gangguan diluar peralatan listrik peralatan listrik yang diamankan (external fault), maka arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasinya akan tetap sama dengan pada kondisi normal, sehingga relay pengaman tidak akan bekerja untuk gangguan luar tersebut. Jika gangguan terjadi didalam (internal fault), maka arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik, menyebabkan keseimbangan pada kondisi normal terganggu, akibatnya arus ID akan mengalir melalui relay pengaman dari terminal 1 menuju ke terminal 2. Selama arus-arus sekunder transformator arus sama besar, maka tidak akan ada arus yang mengalir melalui kumparan kerja (operating coil) relay pengaman, tetapi setiap gangguan (antar fasa atau ke tanah) yang mengakibatkan sistem keseimbangan terganggu, akan menyebabkan arus mengalir melalui Operating Coil relay pengaman, maka relai pengaman akan bekerja dan memberikan perintah putus (tripping) kepada circuit breaker (CB) sehingga peralatan atau instalasi listrik yang terganggu dapat diisolir dari sistem tenaga listrik.