NIM : 22221099
BAB I
PENDAHULUA
N
1. Definisi
Arthritis gout atau arthritis pirai adalah suatu peradangan sendi
sebagai manifestasi dari akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang
terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di
dalam darah (hiperurisemia) (Noor, 2016). Penyakit asam urat atau gout
adalah kondisi yang dapat menyebabkan gejala nyeri yang tidak
tertahankan, pembengkakan dan rasa panas pada persendian. Meskipun
semua sendi di tubuh dapat terkena asam urat, namun yang paling sering
terserang adalah sendi jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki.
Laki-laki lebih berpotensi terkena penyakit asam urat dibandingkan
dengan perempuan terutama pada saat usia mereka di atas 30 tahun. Pada
perempuan, penyakit ini biasanya justru berisiko timbul setelah
menopouse (Anies, 2018).
Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukkan
asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki
bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah (Merkie, 2005 dalam
Aspiani, 2014). Gout merupakan penyakit metabolik yang ditandai oleh
penumpukkan asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi (Mereau,
2005 dalam Aspiani, 2014).
Gout adalah penyakit yang di akibatkan gangguan metabolisme purin
ditandai dengan hiperurikemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang
(Chairuddin, dalam Nurarif dan Kusuma, 2015). Penyakit ini paling
sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan wanita
pasca menopouse (Fauci, Braunwald dalam Nurarif dan Kusuma, 2015).
Gout adalah sekelompok kondisi inflamasi kronis yang berhubungan
dengan defek metabolisme purin secara genetik dan menyebabkan
hiperurisemia (Brunner & Suddart, ed 12). Jadi penulis menyimpulkan
bahwa gout adalah salah satu penyakit persendian dimana sendi
mengalami peradangan.
.
2. Anatomi Fisiologi
a. Sistem Perkemihan
3) Vesika Urinaria
Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet, terletak dibelakang simfisis pubis
di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis medius (Devi, 2017).
4) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
(a) Uretra Pria
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-
tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang fubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm.
(b) Uretra Wanita
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan
miring sedikit kea rah atas,panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan
uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar),
lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan
lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada
Penyebab asam urat di dalam sendi adalah penyebab penyakit
asam urat. Asam urat sebenarnya merupakan limbah yang terbentuk
dari penguraian zat purin yang ada di dalam sel-sel tubuh. Sebagain
besar asam urat dibuang melalui ginjal dalam bentuk urine dan
sebagian kecil lainnya dibuang melalui saluran pencernaan dalam
bentuk tinja (Anies, 2018).
Menurut Aspiani (2014) penyebab utama terjadinya gout adalah
karena adanya deposit/penimbunan kristal asam urat dalam sendi.
Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit metabolisme
asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan
purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Faktor
pencetus terjadinya endapan kristal urat menurut Aspiani (2014)
adalah:
a. Diet tinggi purin dapat memicu terjadinya gout pada orang
yang mempunyai kelainan bawaan dalam metabolisme purin
sehingga terjadi peningkatan produksi asam urat.
b. Penurunan filtrasi glomerulus merupakan penyebab
penurunan ekskresi asam urat yang paling sering dan
mungkin disebabkan oleh banyak hal.
c. Pemberian obat diuretik seperti tiazid dan furosemide, sasilat
dosis rendah dan etanol juga merupakan penyebab penurunan
ekskresi asam urat yang sering dijumpai.
d. Produksi yang berlebihan dapat menyebabkan oleh adanya
defek primer pada jalur penghematan puirn (mis, defisiensi
hipoxantin fosforibosil transferase), yang menyebabkan
peningkatan pergantian sel (mis, sindrom lisis tumor)
menyebabkan hiperurisemia sekunder.
e. Minum alkohol dapat menimbulkan serangan gout karena
alkohol meningkatakan produksi urat. Kadar laktat darah
meningkat akibat produksi sampingan dari metabolisme
normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat
oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam
serum.
f. Sejumlah obat-obatan dapat menghambat ekskresi asam urat
oleh ginjal sehingga dapat menyebabkan serangan gout. Yang
termasuk diantaranya adalah aspirin, asam nikotinat,
asetazolamid, dan atambutol.
1. Patofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh
peningkatan berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat, ataupun
keduanya. Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin
akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorbsi di tubulus
proksimal ginjal. sebagian kecil asam urat yang diresorbsi kemudian
diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin (Aspiani,
2014). Pada penyakit Gout, terdapat gangguan keseimbangan
metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut
menurut Aspiani (2014) meliputi:
a. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.
b. Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena
gagal ginjal.
c. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh
tumor (yang meningkatkan cellular) atau peningkatan sintesa
purin (karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan
balik inhibibsi yang berperan)
d. Meningkatkan asupan makanan yang mengandung purin.
e. Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan
meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini
merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah
sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam
urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal
monosodium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih
belum diketahui.
Bagan 1
Pathway Gout
Arhtritis konsum
suhu Diet tinggi
peningkata asam si
meningkat purin
n pemecah urat dalam
m
menopause
asam urat dalam serum meningkat (hiperurisemia)
urin pekat penyakit
Hormon estroge
Hiperurisemia Hiperurisemia dalam
plasma dan garam urat
terbentuk kristal monosodium urat (MSU)
Merangsang
Penumpukan dan pengendapan MSU neutrophil (leukosit
PMN)
Penumpukan dan pengendapan MSU
Pembentukan batu ginjal asam urat Terjadi fagositosis kristal oleh leukosit
Pembentukan thopus
Respon inflamasi
Proteinuria, hipertensi Terbentuk fagolisosom
ringan, urin asam dan pekat
Hipertermi Pembesaran dan
Resiko ketidakseimbangan
cairan Merusak selaput
protein kristal
Gangguan pola tidur
Deformitas sendi
Nyeri
a. Nyeri hebat
b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
c. Sakit kepala
d. Demam.
a. Serangan akut
b. Hiperurisemia yang tidak diobati.
c. Terdapat nyeri dan pegal.
d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi
(penumpukkan monosodium urat dalam jaringan).
4. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
penderita gout arhtirits menurut Aspiani (2014) adalah:
a. Serum asam urat
Umumnya meningkat di atas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperurisemia akibat peningkatan produksi
asam urat atau gangguan ekskresi.
b. Leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai
20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode
asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu
5000-10.000/mm3.
c. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan
sedimen rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai
akibat deposit asam urat di persendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi
dan ekskresi asam urat. Jumlah normal seorang
mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam urat di dalam
urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam
urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengindikasikan gangguan ekskresi pada klien dengan
peningkatan serum asam urat. Instruksikan klien untuk
menampung semua urin dengan proses atau tisu toilet selama
waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet
bebas purin pada waktu itu di indikasikan.
e. Analisis cairan aspirasi sendi
Analisi cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi
akut atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum
kristal urat yang tajam, memberikan diagnosa definitif gout.
f. Pemeriksaan radiografi
Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan
tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah
penyakit berkembang progesif maka akan terlihat jelas/ares
terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.
5. Penatalaksanaan
Menurut Aspiani (2014) tujuan penatalaksanaan dilakukan untuk
mengakhiri serangan akut secepat mungkin mencegah serangan
berulang, dan pencegahan komplikasi. Pengobatan gout tergantung
pada tahap penyakitnya:
a. Pada stadium 1 (Hiperurisemia asimtomatik)
1) Biasanya tidak membutuhkan pengobatan
2) Turunnya kadar asam urat dengan obat-obatan urikosurik
dan penghambat xanthin oksidase.
b. Stadium 2 (Arhritis Gout Akut)
Serangan akut arthritis gout dapat diobati dengan obat-obatan
antinflamasi nonsteroid atau kolkisin. Obat-obatan ini
diberikan dalam dosis tinggi atau dosis penuh untuk
mengurangi peradangan akut sendi. Kemudian dosis ini
diturunkan secara bertahap dalam beberapa hari.
1) Kalkisin di berikan 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1
tablet) setiap 2 jam sampai serangat akut menghilang.
2) Indometasin 4 x 50 mg sehari.
3) Fenil butazon 3 x 100-200 mg selama serangan, kemudian
turunkan.
4) Penderita di anjurkan untuk diet rendah purin, hindari
alcohol dan obat-obata yang menghambat ekskresi asam
urat.
c. Stadium 3 (Tahap inter kritis)
Pengobatan gout kronik adalah berdasarkan usaha untuk
menurunkan produksi asam urat atau meningkatkan ekskresi
asam urat oleh ginjal. Obat alpurinol menghambat
pembentukan asam urat dari prekursornya (xantin dan
hipoxantin) dengan menghambat enzim xantin oksidase. Obat
ini dapat diberikan dalam dosis yang memudahkan yaitu sekali
sehari.
1) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti banyak
makan lemak, alcohol dan protein, trauma dan infeksi.
2) Berikan obat profilaktik (Kalkisin 0,5-1 mg indometasin tiap
hari).
d. Stadium 4 (Gout kronik)
1) Alopurinol menghambat enzim xantin sehingga mengurangi
pembentukan asam urat.
2) Obat-obat urikosurik yaitu prebenesid dan sulfinpirazon.
3) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan
konservatif perlu dieksisi.
1. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999 dalam Sunaryo, 2016). Pada
lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Sunaryo,
2016).
Lansia menurut BKKBN (1995) dalam Abdul dan Sandu (2016),
adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya
memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis,
psikologis, sosial, ekonomi.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/
menganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994 dalam Aspiani, 2014).
Pandangan Islam terhadap lanjut usia menurut Padila (2013)
menjelaskan bahwa agama Islam memandang masyarakat lansia
dengan pandangan terhormat sebagaimana perhatiannya terhadap
generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para
lansia dan mengarjarkan metode supaya keberadaan mereka tidak
dianggap sia-sia dan tidak bernilai oleh masyarakat. Dalam Islam
penuan sebagai tanda dan simbol pengamalan dan ilmu. Para lansia
memiliki kedudukan tinggi di masyarakat khususnya, dari sisi bahwa
mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan
pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai dan
diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan.
Nabi Muhammad SAW bersabda, hormatilah orang-orang yang lebih
tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda
dari kalian.
2. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk
mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia menurut Nadjib
(2015) adalah:
a. Jenis kelamin: proporsi kelompok lansia lebih banyak pada
wanita; terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan
antara lansia laki-laki dan perempuan. Misalnya lansia laki
kebanyakan menderita dengan hipertropi prostat, wanita
mungkin menghadapi osteoporosis.
b. Status perkawinan: status masih pasangan lengkap atau sudah
hidup ajnda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan
lansia baik fisik maupun psikologis.
c. Keadaan keluarga (living arrangement): misalnya keadaan
pasangan, tinggal sendiri atau masih bersama istri, anak atau
keluarga lainnya.
d. Tanggung jawab keluarga: masih menanggung anak atau
anggota keluarga, atau justru sudah ditanggung oleh anak atau
keluarga lainnya.
e. Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal dengan anak/keluarga
atau di rumah jompo. Dewasa ini kebanyakan lansia
Indonesia masih hidup sebagian keluarganya, baik lansia
sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Di
masa depan terjadi kecenderungan lansia kan ditinggalkan
oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.
f. Kondisi kesehatan
1) Kondisi umum; kemampuan umum untuk tidak tergantung
kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari, seperti dapat
tidaknya mandi, buang air kecil atau besar sendiri.
2) Frekuensi sakit: sering sakit menyebabkan makin tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
Bahkan ada yang karena penyakit kroniknya sudah
memerlukan perawatan khusus.
g. Keadaan ekonomi
1) Sumber pendapat resmi: pensiunan ditambah sumber
pendapatan lain kalau masih bisa aktif. Penduduk lansia di
daerah pertanian menunjukkan proporsi yang lebih besar
dibandingkan dengan di daerah non pertanian. Lapangan
kerja sector pertanian cukup banyak menyerap tenaga kerja
lansia, di samping sector perdagangan dan sektor jasa.
2) Sumber pendapatan keluarga: ada tidaknya bantuan
keuangan dari anak/keluarga lainnya, atau bahkan masih
ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
3) Kemampuan pendapatan: lansia memerlukan biaya yang
lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun.
Masalahnya adalah sampai seberapa besar pendapatan
lansia dapat memenuhi kebutuhannya.
1. Pengkajian
Menurut Oda (2017) pengkajian adalah langkah pertama dalam
proses keperawatan. Proses ini meliputi langkah-langkah seperti
pengumpulan data, verifikasi data, organisasi data, interpretasi data,
dan pendokumentasi data. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan
data dasar tentang kesehatan klien baik fisik, psikologis, maupun
emosional. Data dasar ini digunakan untuk menetapkkan status
kesehatan klien, menemukan masalah aktual maupun potensial, serta
sebagai acuan dalam memberi edukasi kepada klien. Beberapa hal
yang perlu dikaji menurut Aspiani (2014) adalah:
j. Identitas klien
Identitas klien yang biasa di kaji pada penyakit sistem
muskuloskeletal adalah usia, karena ada beberapa penyakit
muskuloskeletal banyak terjadi pada klien di atas usia 60 tahun.
k. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (saat masuk RS)
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan
penyakit muskuloskeletal seperti: Rhemathoid Arthritis, Gout
Arthritis, Osteoarthritis Dan Osteoporosis adalah klien
mengeluh nyeri pada persendian yang terkena, adanya
keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas.
2) Keluhan utama (saat pengkajian)
Klien biasanya mengeluh nyeri di persendian sekitar ektremitas
atas dan bawah dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Sifat
keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau
timbul nyeri dalam waktu yang lama.
l. Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat kesehatan saat ini berupa serangkakian wawancara yang
dilakukan perawat untuk menggali permasalahan lansia dari
timbulnya keluhan utama pada sistem muskuloskeletal
sampai pada pengkajian.
1) Alasan datang ke Panti Sosial
Alasan mengapa lansia datang ke panti dengan kemauan
lansia sendiri atau karena diantar keluarga.
2) Riwayat penyakit yang lalu
Riwayat penyakit yang pernah di derita lansia pada masa lalu.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dimana anggota keluarga tidak ada yang menderita
seperti yang di alami lansia saat ini.
4) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kronologis dari penyakit yang di derita lansia gout
arthritis meliputi nyeri:
(a) P (Provaiking) : Apa penyebab timbulnya
rasa nyeri
(b) Q (Quality) : Seberapa berat keluhan nyeri
yang dirasakan
(c) R (Region) : Lokasi dimana keluhan nyeri
yang dirasakan
(d) S (Skala) : Untuk mengetahui skala nyeri
yaitu 0-10
(e) T (Time) : Untuk mengetahui kapan
saja nyeri itu muncul
5) Pola Aktivitas/Latihan
(a)Aktivitas atau latihan yang dilakukan pada lansia sebelum di
panti atau sesudah di panti secara mandiri atau dengan
bantuan keluarga atau perawat misalnya saat melakukan
aktivitas sebagai berikut:
(b) Makan/minum
Pada saat lansia makan atau minum dilakukan secara
mandiri atau dibantu orang lain
(c) Mandi
Pada saat lansia mandi dilakukan secara mandiri
atau dibantu orang lain
(d) Berpakakin
Pada saat lansia berpakakin dilakukan secara mandiri
atau dibantu orang lain
(e) Toileting
Pada saat lansia BAK/BAB dilakukan secara mandiri
atau dibantu orang lain
(f) Mobilisasi
Pada saat lansia mobilisasi dilakukan secara mandiri
atau dibantu orang lain
6) Pola Nutrisi
(a) Diet tertentu : Pada lansia gout diutamakan diet
purin misalnyajeroan dan
kepiting dan makanan lainnya.
(b) Nafsu makan : Makan yang tidak teratur dan porsi
makan sepiring yang tidak penuh
(c) Perubahan BB selama 6 bulan terakhir
7) Pola Eliminasi
(a) Kebiasaan BAB : Warna, frekuensi dan konsistensi
(b) Kebiasaan BAK : Warna, frekuensi dan konsistensi
8) Pola Istirahat/Tidur
(a) Tidur Malam
Pada saat lansia idur adakah gangguan insomnia atau tidak
(b) Tidur Siang
Pada saat lansia tidur siang terdapat gangguan atau tidak
(c) Kebiasaan Tidur
Berapa lama lansia tidur dan hal apa saja yang
biasa dilakukan sebelum tidur
9) Pola Persepsi-Kognitif
(a) Apakah lansia orang yang penuhkasihsayang atau tidak
(b) Apakah kulit lansia masih sensitif terhadap rabaan
10) Pola Hubungan dengan Keluarga
(a) Apa pendapat lansia tentang keluarga
(b) Apa pendapat lansia tentang teman-teman di panti sosial
(c) Apakah lansia dan berorientasi dengan baikdengan
orang sekitar
11) Pola Spritual
(a) Agama apa yang dianut oleh lansia
(b) Kegiatan ibadah yang biasanya dilakukan lansia
12) Pemeriksaan Fisik
(a) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami
gangguan muskuloskeletal biasanya lemah.
(b) Kesadaran
Kesaadaran klien biasanya Composmentis dan Apatis.
(c) Tanda-Tanda Vital
(1) Suhu meningkat (>37o C)
(2) Nadi meningkat (N: 70-82X/menit)
(3) Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal
(4) Pernapasan biasanya mengalami normal
atau meningkat
13) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
(a) Sistem Pernapasan (B1: Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih
dalam batas normal.
(b) Sistem Sirkulasi (B2: Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi
apikal, sirkulasi perifer, warna dan kehangatan.
(c) Sistem Persarafan (B3: Brain)
Kaji adanya kehilangan kemampuan gerakan/sensasi,
spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan
mata/kejelasan melihat, dilatasi pupil. Agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri/ansietas).
(d) Sistem Perkemihan (B4: Bledder)
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin,
dysuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihannya.
(e) Sistem Pencernaan (B5: Bowel)
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi
bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri
tekan abdomen.
(f) Sistem Muskuloskeletal (B6: Bone)
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi
pada area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi,
kekuatan otot, kontraktur, atrofi, laserasi kulit dan
perubahan warna. Deformitas sendi, sendi inflamasi dan
kontraktur sendi, fibrosisi ankilosis tulang yang terserang
pada sendi jari kaki dan jari tangan, lutut, tumit,
pergelangan tangan dan siku, pembesaran dan penonjolan
sendi serta kekuatan tonus otot berupa:
(1) Skala 0 : Artinya otot tak mampu
bergerak/lumpuh total misalnya jika tangan dan kaki
mempunyai skala 0 maka tidak dapat di gerakkan
walaupun sudah diperintah
(2) Skala 1 : Terdapat sedikir kontraksi tetapi tidak
ada gerakkan pada tangan dan kaki
(3) Skala 2 : Terdapat sedikit gerakkan pada
tangan dan kaki dengan cara ke atas dan ke bawah
(4) Skala 4 : Dapat bergerak dan dapat
melawan hambatan yang ringan
(5) Skala 5 : Dapat bergerakdengan melawan
hambatan ringan
(6) Skala 6 : Dapat bergerak dengan melawan
hambatan berat (normal)
Skala nyeri (0-10) dengan menggunakan Comperative
Pain Scale:
(1) 1-3 : Nyeri ringan
(2) 4-6 : Nyeri sedang
(3) 7-10 : Nyeri berat
14) Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan pada penderita asam
urat:
(a) Laboratorium:
(1) Pemeriksaan cairan synovia didapatkan adanya kristal
monosodium urat intraseluler
(2) Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7 mg/dL.
(3) Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam
urat.
(4) Urinalisis untuk mendeteksi resiko batu asam urat.
(5) Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi
ginjal, hati, hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan
adanya diabetes milletus.
(6) Leukosit didapatkan pada fase akut.
(b) Radiodiagnostik:
(1) Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi.
(2) Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan
sendi dan kapsul sendi.
6. Diagnosa (Nurarif dan Hardhi, 2015)
1. Hipertermi berhubungan dengan respon trauma ditandai dengan suhu
tubuh diatas normal
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (inflamasi) ditandai
dengan gelisah dan sulit tidur
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai
dengan pola tidur berubah, mengeluh susah tidur.
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis
(penekanan pada penonjolan tulang, gesekan) ditandai dengan kerusakan
jaringan
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal ditandai dengan sendi kaku, nyeri saat bergerak
3. Intervensi Keperawatan
4 Hambatan Mobilitas Fisik NOC: Pergerakan Sendi: Lutut NIC: Terapi Latihan: Mobilitas
Definisi: KH A T (Pergerakan) Sendi
Keterbatasan dalam gerak Ekstensi 0 derajat (R) 2 5
1. Monitor lokasi dan
satu atau lebih ektremitas Fleksi 130 derajat (R) 2 5 1. Mengetahui lokasi dan
kecenderungan adanya
secara mandiri dan terarah Hiperekstensi 15 derajat 2 5 kecenderungan nyeri
nyeri dan ketidaknyamanan
Batasan Karakteristik: (R) pada klien
selama
1. Mengeluh sulit Ekstensi 0 derajat (L) 2 5
pergerakan/beraktivitas
menggerakkan ektremitas Fleksi 130 derajat (L) 2 5
2. Bantu klien mendapatkan
2. Kekuatan otot menurun Hiperekstensi 15 derajat 2 5 2. Mengoptimalka
posisi tubuh yang optimal
3. Sendi kaku (R) pergergerakan sendi
untuk pergerakan sendi
4. Gerakan terbatas yang mengalami
pasif maupun aktif
5. Nyeri saat bergerak peradangan
6. Dispnea saat beraktivitas 3. Lakukan latihan ROM
7. Gangguan sikap berjalan NOC: Pergerakan Sendi: Pergelangan pasif atau ROM dengan 3. Melakukan ROM pada
8. Gerakan lambat Kaki bantuan, sesuai indikasi klien untuk
9. Gerakan tidak KH A T meningkatkan
terkoordinasi Dorsal fleksi 20 derajat (R) 2 5 pergerakan
10. Instibilitas postur Plantar fleksi 45 derajat (R) 2 5 4. Bantu untuk melakukan 4. Memaksimalkan
11. Kesulitan membolak- Inversi 30 derajat (R) 2 5 pergerakan sendi yang rentang sendi dengan
balikan posisi Eversi 20 derajat (R) 2 5 ritmis dan teratur sesuai melakukan pergerakan
12. Keterbatasan rentang Rotasi (R) 2 5 kadar nyeri yang bisa
gerak Dorsal fleksi 20 derajat (L) ditoleransi, ketahanan dan
13. Ketidaknyamanan Plantar fleksi 45 derajat (R) pergerakan sendi
14. Penurunan kemampuan Inversi 30 derajat (L) 5. Bantu klien untuk 5. Memudahkan klien
melakukan keterampilan Eversi 20 derajat (L) membuat jadwal latihan melakukan jadwal
motorik halus Rotasi (L) ROM aktif latihan rutin
15. Penurunan kemampuan
Skala Indikator:
melakukan keterampilan
1. Deviassi berat dari keadaan
motorik kasar normal
16. Penurunan waktu reaksi 2. Deviasi cukup berat dari keadaan
17. Tremor akibat bergerak
Faktor yang berhubungan: normal
1. Agen farmaseutikal 3. Deviasi sedang dari keadaan
2. Ansietas normal
3. Depresi 4. Deviasi ringan dari keadaan
4. Fisik tidak bugar normal
5. Gangguan kognitif 5. Tidak ada deviasi dari
6. Gangguan metabolisme keadaan normal
7. Gangguan
musculoskeletal
8. Gangguan
neuromuscular
9. Gangguan
sensoriperseptual
10. Gaya hidup kurang gerak
11. Indeks masa tubuh di
atas persentil ke-75
sesuai usia
12. Intoleran aktivitas
13. Keengganan memulai
pergerakan
14. Kepercayaan budaya
tentang aktivitas yang
tepat
15. Krusakan integritas
struktur tulang
16. Keterlambatan
perkembangan
17. Kontraktur
18. Kurang dukungan
lingkungan(mis, fisik
dan sosial)
19. Kurang pengetahuan
tentang nilai aktivitas
fisik
20. Malnutrisi
21. Nyeri
22. Penurunan kekuatan otot
23. Penurunan kendali otot
24. Penurunan ketahanan
tubuh
25. Penurunan massa otot
26. Program pembatasan
gerak
5 Kerusakan Integritas Jaringan NOC: Pergerakan NIC: Perlindungan Infeksi NIC: Perlindungan Infeksi
Definisi: KH A T
Cedera pada membran Keseimbangan 3 5 1. Monitor adanya tanda dan 1. Untuk mengetahui
mukosa, sistem integument, Koordinasi 3 5 gejala infeksi iskemik dan adanya infeksi yang
fascia muskular, otot, tendon, Cara berjalan 3 5 local terjadi pada klien
tulang, kartilago, kapsul, Gerakan sendi 3 5 2. Tingkatkan asupan nutrisi 2. Memberikan nutrisi
sendi dan ligament Gerakan mudah 3 5 yang cukup yang cukup terhadap
kebutuhan untuk
Batasan karakteristik: Skala Indikator: proses penyembuhan
1. Cedera jaringan 1. Deviassi berat dari keadaan
2. Jaringan rusak normal 3. Anjurkan asupan cairan 3. Menyeimbangkan
2. Deviasi cukup berat dari dengan tepat asupan cairan
Faktor yang berhubungan: keadaan normal 4. Anjurkan istirahat 4. Untuk mengembalikan
1. Agens cedera kimiawi eenrgi klien
(mis, luka bakar, 3. Deviasi sedang dari keadaan 5. Panatau adanya parubahan 5. Mengetahui tingkat
kapsaisin, metilien, normal tingkat energy energy klien
klorida, agen mustard) 4. Deviasi ringan dari keadaan
2. Agen farmaseutikal normal NIC: Manajemen Nutrisi NIC: Manajemen Nutrisi
3. Faktor mekanik 5. Tidak ada deviasi dari keadaan 1. Tentukan status gizi klien 1. Memberikan asupan
4. Gangguan metabolisme dan kemampuan klien gizi yang seimbangan
5. Gangguan sensasi untuk memenuhi
6. Gangguan sirkulasi kebutuhan gizi
7. Hambatan mobilitas fisik 2. Tentukan jumlah nutrisi 2. Memenuhi gizi
8. Kelebihan volume cairan yang dibutuhkan klien dengan
9. Ketidakseimbangan status seimbang
nutrisi (mis, obesitas dan
malnutrisi)
10. Kurang pengetahuan
tentang perlindungan
integritas jaringan
11. Kurang pengetahuan
tentang pemeliharaan
integritas jaringan
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NY.N DENGAN ASAM URAT
Oleh :
GERONTIK
A. Identitas Demografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny. N
Umur : 75 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : 1 Ilir
2. Identitas Keluarga/ Orang Terdekat Dengan
Klien Nama : Tn. Y
Alamat : 1 Ilir
No.Telepon :-
Hubungan Dengan Klien :
Anak
3. Riwayat Kesehatan
Dikirim Dari : Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Alasan Utama Datang Ke panti : Tn. Y mengatakan bahwa dia dan Ibu nya
Ny Y tidak tahu kenapa diantar ke panti dari Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
B. Pola Pemeliharaan Kesehatan
1. Persepsi Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Status Kesehatan Umum : Tn.Y mengatakan Ny.N tidak mengetahui
komposisi makanan yang tepat dan cara menyiasati gejala asam urat nya
yang sering kambuh
Keterangan:
: Tinggal 1 rumah
: Menikah
: Perempuan
: Laki-laki
2. Pola Nutrisi
- Tipe Intake ( makan dan minum ) sehari-hari :
Makan nasi 3x sehari, Minum ± 1 L perhari
- Tipe Outake ( makan dan minum ) terakhir :
Implementasi Hasil :
- 130 : mandiri
- 60 : ketergantungan total
Penjelasan : -
Masalah Keperawatan : -
- Kaji orientasi terhadap waktu, orang, tempat dan daya ingat : Baik
Interprestasi Hasil :
Salah 0-3 : Fungsi Intelektual tubuh
Salah 4-5 :Kerusakan Intektual ringan
Salah 6-8 : Kerusakan Intektual Sedang
Salah 9-10 : Kerusakan Intektual berat
Identifikasi aspek kongnitif dari fungsi mental dengan menggunakan
MMSE (Mini Mental Status Exam ) Kerusakan intelektual dengan
menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesioner )
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
Perintahkan pada
klien untuk hal
berikut (bila aktivitas
sesuai perintah nilai
satu point)
Tutup mata anda
Perintahkan pada
kien untuk menulis
satu kalimat dan
menyalin gambar
Menulis satu kalimat
Menyalin gambar
Masalah Keperawatan : -
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan : -
8. Pola seksualitas
- Kecemasan terhadap seksual : tidak ada
- Orientasi seksual : tidak ada
- Hubungan seksual : ( bila ada, derajat kepuasan )
- Fase reproduksi wanita : ( waktu punya anak, menstruasi, monouposen)
- Pemeriksaan payudara/ testis sendiri: tidak ada
- Pemeriksaan PAP smear : tidak ada
- Riwayat reproduksi : ( gravidae, partus, abortus )
- Riwayat proses persalinan : ( normal, SC, vacuum, kesulitan dalam
melahirkan , kembar, kelainan kongenital )
- KB
- Riwayat PMS : ( ada/tidak, pencegahan PMS )
Keluhan lain : -
Masalah keperawatan : -
Pertanyaan tahap II :
- Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ? 1
kali dalam 1 bulan
- Ada masalah atau banyak pikiran ? tidak
- Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain ? tidak
- Menggunakan obat tidur/ penenang atau anjuran dokter ? tidak
- Cenderung mengurung diri ? tidak
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan : -
12. Kenyamanan
- Nyeri : 3
Keluhan lain : -
Masalah keperawatan : -
C. Pengkajian Fisik
1. Data Klinik
- Berat Badan : 65 Kg
- Suhu : 36,6 ºC
Masalah keperawatan : -
2. Kepala : rambut lurus, agak jarang, warna hitam, kulit kepala bersih
mata simetris, konjungtiva agak pucat, sklera tidak ikterik, tidak ada neri
tekan, tekanan bola mata tidak tinggi. Hidung simetris, tidak ada sekret,
tidak ada pembesaran polip, tidak ada nyeri tekan, gigi jarang, terlihat
ada gigi yang ompomg, telinga simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan.
Keluhan : -
Masalah keperawatan : -
3. Leher : tidak ada nodul, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjer tiroid
Keluhan : -
Masalah keperawatan : -
6. Ekstremitas
Sistem Muskuloskeletal
E. Terapi
Tidak ada