A. AL – GHAZALI
a. Biografi Al Ghazali
1
Nama yang ditunjukan kepadanya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
bin Muhammad bin Ta’us Ath-Thusi Asy-Syafi’I Al-Ghazali. Lihat Perdana boy, Filsafat Islam:
Sejarah Aliran dan Tokoh, (Malang: UMM Press, 2003), h. 175.
2
Hery Sucipto, “ Imam al-Ghazali dalam, Hery Sucipto, Ensiklopedia Tokoh Islam, dari Abu Bakr
samapi Nasr dan Qardhawi, ( Jakarta: Hikmah, 2003), h. 163.
3
M. Dholihin, Epistemologi Ilmu dalam Sudut Pandang Abu Hamid Al-Ghazali, (Bandung:
PustakaSetia, 2001), h. 20.
4
Manshur Thoha Abdullah, Kritik Metodologi Hadits, Tinjauan atas Kontroversi Pemikiran al-
Ghazali (Yogyakarta: Pustaka Rihalah, 2003), h. 23.
5
Ibid, h.23.
6
Fadjar Noegraha Syamhoedie, Tasawuf Kehidupan al-Ghazali, Refleksi Petualangan Intelektual
dan Teolog, Filosof hingga sufi, (Jakarta: CV Putra Harapan, 1999, cet. 1), h. 10.
Hamid Al – Ghazali ) dan saudaranya Ahmad7 diasuh dan disempurnakan
pendidikannya sampai tuntas sekalipun harus menghabiskan seluruh harta
warisannya.
7
Nama lengkapnya adalah Abdul Futuh Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad at-
Tusi Abu Hamid al-Ghazali yang dilaqabi dengan Majd ad-Din, Lihat: Ahmad bin Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad Abu Hamid al-Ghazali, h. 8.
8
Ensiklopedia Islam, Jilid 2, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), 1993, h. 25.
9
Ibid. h.25
10
Fadjar Noegraha Syamhoedie, Tasawuf Kehidupan,…. H. 11
11
M. Amin Abdullah, Antara al-Ghazali dan Kant, Filsafat Etika Ilsma, (Bandung: Mizan, 2002),
h. 28.
12
M. Abdul Quasem, Etika Abu Hamid al-Ghazali: Etika Maejemuk di dalam Islam, terj. J.
Mahyudin, Judul Asli: The Ethics of Abu Hamid al-Ghazali: A Composite Ethics In Islam,
(Bandung: Pustaka, 1998), cet. 1, h. 3-4.
nan menenggelamkan”13. Ketika gurunya meninggal dunia pada tahun 478
H, Al- Ghazali meninggalkan Naisabur dan menuju ke Istana Nidzam Al –
Mulk14, dan menetap disana.15
13
Lihat A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h. 215.
14
Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan versi Abu Hamid al-Ghazali, terj. Fathur Rahman
dan Syamsuddin Asyrafi, Judul Asli : al-Madzabut Tarbawi indal Ghazali, (Bandung: Alma’arif,
1986), cet. 1, h. 13-14 .
15
Sulaiman Dunya, “Pengantar” dalam al-Ghazali, Keancuan Fisafat, terj. Achmad Maimun,
(Yogyakarta: Islamika, 2003), h. xxix.
16
Lihat al – Munqiz min ad – Dalal, (takhrij) oleh Jamil Saliba dan Kamil ‘Iyad, Cet. 3, h, 6 – 9.
karya – karya Al – Ghazali ini bisa dikatakan banyak. Beliau telah
menyusun banyak buku dan risalah, diantara karya al – Ghazali buku Ihya
Ulumuddin yang menacangkup kurang lebih sebanyak delapan puluh
buah, mencangkup didalam nya berbagai disiplin ilmu, filsafat, ilmu
kalam, fikih, ushul fikih, akhlak, tasawwuf, dianggap sebagai karyanya
yang paling monumental. Tidak kalah menarik, bukunya yang berjudul
Tahaful al – falasifah atau Kerancuan Filsuf membicarakan kesalahan
berfikir para filsuf dan buah pemikirannya, kimia as – sa’adah (Kimia
Kebahagiaan).
B. Causality
17
Louis O Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj, Soejono Soemargono, Tiara Wacana,
Yogyakarta. 1995. Page 57
18
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang, Jakarta. 1991. Page 75.
19
Ahmad Nawawi, Prespektif Teologi & Filsafat Al – Ghazali dan Hume ( Malang : Madani,
2011), http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/2233/1/Nawawi2.pdf.
20
Nawawi, Prespektif Teologi & Filsafat.
bersifat empiris, normatif, dan objektif. Sebab sebagai materi yang
mempengaruhi atas terjadinya suatu peristiwa, sedangkan akibat sebagai
dampak yang terjadi karena ada faktor yang mempengaruhinya. Teori
kausalitas inilah yang menjadi pondasi atas perkembangan ilmu
pengetahuan klasik masa Yunani hingga modern. Hukum sebab-akibat
merupakan eksistensi yang signifikan. Dalam dunia medis misalnya,
penggunaan obat mesti berasaskan prinsip-prinsip kausalitas. Sebuah obat
dianggap harus memiliki kadar kepastian tertentu sebagai sebab-akibat
sembuhnya suatu penyakit. Jika hal tersebut tidak berlaku, maka dapat
dibayangkan proses kehidupan manusia berada pada titik krisis. Seorang
dokter dapat berspekulasi bahwa penyakit yang diderita pasien adalah
berdasarkan gejala-gejala yang menjangkiti kondisi pasien, sehingga
dokter melakukan penyelidikan atas penyakit tersebut secara ilmiah.
Dokter akan memberikan penanganan intensif atas kondisi pasien yang
lemah dan memberikan pelayanan pemeriksaan rutin dan memberikan
resep obat agar pasien penyandang penyakit dapat segera sembuh.
Kronologi peristiwa demikian tidak dapat lepas dari hukum sebab-akibat
dan masih banyak lagi konsep tersebut dalam kehidupan sehari - hari.
Teori kausalitas bahkan sangat penting pada tataran rekonstruksi ilmu
pengetahuan. Asumsinya menjadi pondasi epistemologis bagi progresifitas
sains dan teknologi yang dikembangkan manusia. Sebagaimana menurut
Barbour, pengetahuan adalah suatu yang bertumpu pada dunia observasi
dan eksperimentasi.21 Proses tersebut berlangsung berdasarkan melalui
kegiatan pengamatan saat menyusun hipotesis yang kemudian diikuti
percobaan - percobaan empirik yang kemudian menjadi dasar perumusan
dan penentuan suatu teori dari sisi keilmuan hukum (scientific law).
Teori-teori ilmiah dalam berbagai lapangan eksperimen dan
observasional, secara umum bergantung pada prinsip dan hukum-
hukum kausalitas. Jika kausalitas dan sistem tentunya terhapus dari
alam semesta, maka penciptaan teori ilmiah dalam lapangan apapun akan
21
Ian G Barbour, Religion in the edge of Science ( London : SCM Press, 1990 ).
menjadi sulit sekali. Untuk menjelaskan hal ini, harus dipaparkan
sejumlah hukum kausal dari himpunan (hukum) filosofis yang menjadi
sandaran ilmu pengetahuan. Hukum-hukum ini adalah sebagai
berikut:22
1. Prinsip Kausalitas yang menyatakan bahwa setiap peristiwa
mempunyai sebab.
2. Hukum keniscayaan yang menyatakan bahwa setiap
sebab niscaya melahirkan akibat alaminya, dan bahwa
tidak mungkin akibat terpisah dari sebabnya,
3. Hukum keselarasan antara sebab dan akibat yang
menyatakan bahwa setiap himpunan alam yang secara
esensial selaras mesti pula selaras dengan sebab dan
akibatnya.
Apa yang disebut dalam filsafat dengan “hukum alam” dan “hukum
kausalitas”, dalam agama islam disebut juga “sunnatullah”.Di dalam
al-Qur‟an disebutkan surat al-Fath/48 ayat 23 yang artinya: “ sebagai
suatu suannatullah yang telah berlaku seak dahulu, kamu sekali-kali
tidak akan menemukan perubahan bagi sunnatullah.”23
Hal yang terpenting disini ialah mengetahui bahwa alam ini tidak
berjalan tanpa aturan dan tidak berputar secara semena - mena. Semuanya
mengikuti taqdir Allah dan peputarannya sesuai dengan hukum Allah.
Inilah yang disebut dalam Al-Qur‟an sebagai hukum alam. Hukum ini
berlaku untuk alam semesta, dan manusia tidak dapat mengubah
22
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1996. 102
23
Murtadla Muthahari, Manusia dan Agama, Mizan, Bandung. 1995. 107
ataupun menggantinya. Perjalanannya sekarang sama seperti
peralanannya dulu, hukum ini juga berlaku untuk orang-orang beriman
dan orang-orang kafir.24
24
Yusuf Qardlawi, Fiqh Peradaban, terj, Faizah Firdaus, Dunia Ilmu, Surabaya. 1995. 262.
25
Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Kabir, Dar al-kutub al-ilmiyah, Beirut. tt . 715.
26
(Ar-Razi, Jilid XI, Juz XXI: 141)
Ath-Thariqberarti jalan, sebagaimana dikatakan aku tak ada jalan
kedepannya.27
27
Ahmad Warson, Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, Pustaka Progressif,
Yogyakarta. tt . 641
28
Jurnal Pendidikan agama Islam, Hukum Kausalitas prespektif al – qur’an.
29
Mahdi Ghulsyani, Filsafat-Sains menurut Al-Qur’an,Terj. Agus Efendi, Mizan, Bandung. 1993.
125
Beberapa ayat menyebutkan mekanisme dan jalan khusus
kejadian tertentu dalam alam, diantaranya surat al-Mukminun/23
ayat 12-13 dan surat al-Baqarah/2 ayat 22:
30
Murtadla Muthahari, Manusia dan Agama, Mizan, Bandung. 1995. 107
C. Quantum Physic
a. The Understanding of Quantum Physic
31
Richard Feynman, The Feynman Lectures on Physics, Leighton, R.B.; Sands, M. 1963 p.1.
32
Maxwell, J.C, Matter and Motion, D. Van Nostrand’s Magazine, 1878, p.9
33
Holzner, S. , Physics for Dummies, John Wiley & Sons. Inc. 2006. P.
34
Wiener, N. Ruang diferensial, Sistem kuantum, dan prediksi , Cambridge : Institut Teknologi
Massachusetts
35
Halim, .A., Herliana, .F. Pengantar fisika kuantum, Syiah Kuala University Press 2020. P.33
kecepatan yang rendah dimana hukum ruang waktu tidak lagi berlaku.
Fisika kuantum merupakan salah satu cabang dari filsafat modern yang
merupakan respon dari ketidakmampuan fisika klasik dalam memecahkan
masalah hukum fisika yang berlaku kepada benda pada skala mikroskopik
( Pada awal abad ke – 20, telah ditemukan fakta bahwa hukum – hukum
yang mengatur benda – benda makroskopik36 tidak berlaku sama pada
benda berskala mikroskopik37.
36
Makroskopis Ukuran benda yang dapat diamati dengan panca indra telanjang. Batasan ukuran
makroskopik yang biasa digunakan adalah >10-6 meter
37
Mikroskopis Ukuran yang digunakan untuk benda yang tidak dapat diamati oleh panca indra
telanjang. Berkisar antara 10-6 sampai dengan 10-8 meter.
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Halim, .A., Herliana, .F. Pengantar fisika kuantum, Syiah Kuala University Press 2020. P.33
41
Halim, .A., Herliana, .F. Pengantar fisika kuantum, Syiah Kuala University Press 2020. P.95
hasil pengukuran ditentukan oleh besar atau kecil penyimpangan terhadap
nilai yang sebenarnya atau dikenal dengan istilah Tingkat kesalahan
pengukuran. Hasil pengukuran secara matematik ditulis dalam bentuk
x=xo ± ∆ x , dimana xo adalah hasil sebenarnya dan ∆ x adalah
penyimpangan hasil pengukuran. Sedangkan dalam Fisika Kuantum
terdapat empat variabel besaran fisis yang tidak tepat hasil pengukurannya
atau tidak pasti ketepatan hasil pengukuran nya, yaitu posisi ( ∆ x ),
momentum (∆ p ¿, energy ( ∆ E ) ,dan waktu ( ∆ t ).42
Menurut pengukuran ada batasan radiasi yang bisa dicapai oleh benda
panas, oleh karena itu kita tidak bisa melihat warna biru, ungu pada bara
api karena warna tersebut termasuk Ultraviolet dan memiliki radiasi yang
sangat tinggi dan sulit dicapai oleh benda panas, itu terbukti dengan
matahari yang mencapai suhu 15 – 20 juta celcius atau 2e+7 Kelvin hanya
memiliki 10% sinar ultraviolet , fernomena tersebut tidak bisa dipecahkan
oleh para ilmuan pada saat itu dengan teori klasik yang ada pada saat itu,
sampai pada saat Max Planck dengan gagasannya yang Radikal, dia
berpendapat bahwa jangan jangan pandangan kita terhadap cahaya selama
ini salah, karena problem ini bisa diselesaikan seandainya cahaya
dipandang sebagai partikel atau paket – paket energi yang disebut
”Quanta” dari sinilah isitilah kuantum itu berasal.