Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Good Corporate Governance GCG


Cadburry Committee : Corporate Governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengen
dalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenanga
n yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertang
gungjawaban kepada stakeholders.
Organization for Economic Coorperation and Development (OECD) mendefinisikan Corpora
te Governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, pemegan
g saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.
Center for European Policy Study (CEPS) : corporate governance adalah seluruh sistem yang
dibentuk mulai dari hak, proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar ma
najemen perusahaan dengan catatan bahwa hak di sini adalah hak dari seluruh stakeholders d
an bukan hanya terbatas pada satu stakeholders saja.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) : Good Corporate Governance (GCG) adal
ah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif
2. Dasar Teori Good Corporate Governance
Good Corporate Governance terdiri dari teori-teori yang menyertai, antara lain:
1) Stewardship Theory yaitu pendekatan teori alternatif Good Corperate Governance yang
beranggapan manajer adalah orang-orang yang berpikiran kolektif dan pro organisasi.
(Donaldson, 1991) Teori ini menekankan tidak ada konflik antara manajer dan pemilik serta
tujuan utama Corporate Governance adalah untuk menentukan mekanisme dan struktur yang
memfasilitasi koordinasi paling efektif yang dapat dibentuk antara dua pihak.
2) Agency Theory. Tahun 1976, Jensen dan Meckling mengembangkan agency theory guna
perkembangan tata kelola. Teori ini didasari konflik antara agen dan principal dimana agen
adalah pihak yang dipercayakan oleh pricipal untuk mengoprasikan perusahaan dan principal
adalah pihak yang dipercayakan agen untuk bertindak atas nama principal. Menurut teori,
agen harus mengambil kebijakan yang wajar untuk kepentingan klien mereka, dan agen harus
menggunakan pengetahuan profesional, kebijaksanaan, ketulusan, keadilan untuk memimpin
perusahaan. Menurut (Raharjo, 2018) Teori ini mencoba untuk memecahkan dua masalah
utama yaitu masalah keagenan dan masalah pembagian resiko. Menurut Jensen dan Meckling
dalam (Raharjo, 2018), ini dapat menyebabkan dua masalah yaitu Moral Hazard dan Adverse
Selection.
Sebagai contoh: Salah satu pemicu kondisi ini adalah nilai aliran kas bebas. Pemilik saham
sebagai pihak yang menanamkan modal mengharapkan pengembalian atas keputusan
investasinya yaitu pendistribusian kas dari keputusan investasi pada saat aset tetap dan modal
kerja dari operasional perusahaan yaitu berupa deviden. Namun agen sebagai pihak yang
memiliki informasi detail sering mengambil tindakan menguntungkan pribadi dari free cash
flow perusahaan ( Rahmawati, 2017)
3) Entity Theory. Teori ini memandang pemegang saham sebagai pemilik dan pusat perhatian
akuntansi. Teori ini melahirkan agency theory dan stewardship theory, yang dimana
keduanya sangat berperan untuk pembentukan Corporate Governance. Persamaan
akuntansinya akan membentuk Aset - Kewajiban = Ekuitas
4) Stakeholder Theory. Berupaya mengintegrasikan sistem tanggung jawab perusahaan
didepan semua pemangku kepentingan. Dan mengatakan bahwa perusahaan bukan suatu
entitas yang beroprasi semata untuk keuntungan sendiri, tapi harus dapat memberikan
manfaat pada pemegang sahamnya. Kepentingan para stakeholder dapat dibagi menjadi tiga
yaitu: yang didukung oleh kontrak perusahaan, yang telah diatur pemerintah, dan yang tidak
ada kontrak spesifik.
5) Political Theory. Metode untuk mendapatkan dukungan dari pemegang saham, daripada
membeli hak suara. Jika ada dari sisi politisi didalam internal perusahaan, teori ini melihat
tata kelola berdasarkan dari terbentuknya dukungan suara pemegang saham dibandingkan
dari suara atau kekuatan puschasing power (Karina and Weli, 2020)

3. Prinsip-prinsip CG berdasarkan OECD


1. Perlindungan terhadap hak pemegang saham
Prinsip GCG harus mempu melindungi hak-hak yang saham. Hak-hak tersebut meliputi hak d
asar pemegang saham, yaitu hak untuk (a) adanya keamanan dalam metode pendaftaran kepe
milikan, (b) mengalihkan saham yang dimiliki, (c) memperoleh informasi secara tepat dan be
rkala mengenai perusahaan, (d) ikut berperan dalam memberikan suara di dalam RUPS, (e) m
emilih anggota dewan komisaris dan direksi, dan (f) mendapatkan pembagian keuntungan per
usahaan.
2. Persamaan perlakuan terhadap pemegang saham. Perusahaan wajib menjamin adanya persa
maan perlakukan terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham asing da
n minoritas. Selain itu, prinsip ini juga menyiratkan adanya perlakukan yang sama atas peme
gang jenis saham yang sama (mis:saham biasa), melarang praktik insider trading, serta mengh
aruskan dewan komisaris untuk melakukan keterbukaan jika terjadi benturan kepentingan (co
nflict of interest). Persamaan ini juga berlaku terhadap investor, dimana mereka memiliki hak
yang sama atas informasi mengenai hak dan perlindungan terhadap saham yang akan dibeli.
3. Peranan stakeholder yang terkait dengan perusahaan.
Prinsip GCG harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholder, seperti dalam men
ciptakan hubungan yang baik diantara perusahaan dan stakeholder dalam menciptakan kemak
muran dan lapangan kerja. Hal ini penting sebab kesuksesan operasi bisnis perusahaan akan s
ecara tidak langsung akan ditentukan oleh kerja sama yang dibentuk oleh para stakeholder, ya
itu para pemegang saham, karyawan, kreditur, dsb.
4. Pengungkapan dan transparansi. Menurut OECD, perusahaan harus mampu menciptakan k
ondisi yang transparan dimana setiap permasalahan dapat diungkap secara akurat dan tepat w
aktu. Pengungkapan ini meliputi performa perusahaan, kepemilikan, serta pengelolaan perusa
haan. Selain itu, informasi yang diungkapkan harus dapat dipertanggungjawabkan, yang berar
ti harus memenuhi standar yang ada. Oleh sebab itu, manajeman akan meminta auditor ekster
nal yang bersifat independen untuk melakukan proses audit atas laporan keuangan perusahaa
n.
5. Akuntabilitas dewan pengurus. Struktur dewan pengurus di banyak negara terdiri dari dua l
apis. Di Indonesia, lapis pertama disebut Dewan Komisaris, sedangkan lapis kedua disebut Di
reksi, Dewan bertanggung jawab untuk memberikan arahan jalannya operasi bisnis perusahaa
n dan juga performa Direksi, Sedangkan, Direksi bertanggung jawab untuk mengelola harta,
utang serta kegiatan bisnis perusahaan sehari-harinya.
Source :
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123250-6107-Analisis%20hubungan-Literatur.pdf

4. Prinsip-Prinsip CG di Indonesia (KNKG)


1. Transparency (Transparansi)
Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan untuk menjaga obyektivitas dalam menjala
nkan bisnis. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masala
h yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pe
ngambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. U
ntuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perus
ahaan dengan memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan la
in. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesin
ambungan.
3. Responsibility (Responsibilitas)
Perusahaan harus mematuhi aturan peraturan perundangan serta melaksanakan tanggung jawa
b terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dala
m jangka Panjang dan mendapat sebagai good corporate citizen.
4. Independency (Independensi)
Untuk melancarkan pelaksanaan prinsip GCG, perusahaan harus dikelola secara independen s
ehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diinterve
nsi oleh pihak lain.
5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan prinsip kesetaraan dan kew
ajaran.
Source:
https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/mbis/2014/jiunkpe-is-s1-2014-314090
01-30502-penerapan-chapter2.pdf
5. Konsep Penting Good Corporate Governance
Menurut Syakhroza (2003)
Good Corporate Governance sebagai suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dala
m melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis maupun p
roduktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independen, dan
adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tata kelola perusahaan yang baik pada umum
nya mencakup penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas, kewajaran, dan tanggung jawab.
Menurut Monks dan Minow, (2003)
Good Corporate Governance secara teori merupakan sebuah konsep/paham yang dapat mem
buat sebuah sistem dapat mengatur dan mengendalikan perusahaan/organisasi agar dapat men
ciptakan nilai tambah untuk kemajuan perusahaan dan kepada seluruh stakeholders
Menurut Efendi (2009)
Good Corporate Governance sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan.
Hal ini disebabkan karena good corporate governance dapat mendorong terbentuknya pola ke
rja manajemen yang bersih, transparan
Hasil survey dari Booz-Allen di Asia Timur pada tahun 1998
Menunjukkan bahwa Indonesia memiliki indeks corporate governance paling rendah dengan
skor 2,88 jauh dibawah Singapura (8,93), Malaysia (7,72) dan Thailand (4,89). Rendahnya ku
alitas good corporate governance korporasi-korporasi di Indonesia menyebabkan menjadi kej
atuhan perusahaan tersebut. Konsep good corporate governance baru populer di Asia dan rela
tif berkembang sejak tahun 1990-an (Kaihatu, 2006)
Berdasarkan data tersebut dapat dipahami dan membuka wawasan bahwa korporat atau perus
ahaan kita belum dikelola secara benar, atau dalam bahasa khusus, disebut korporat atau peru
sahaan kita belum menjalankan governansi (Moeljono, 2005)

6. faktor faktoe yang mempengaruhi penerapan GCG


Faktor external
Yang dimaksud faktor external adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG :
a) Terdapat sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi h
ukum yang konsisten dan efiktif
b) Dukungan pelaksana GCD dari sektor publik / lembaga pemerintahan yang diharapka
n dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government menuju Good G
overnment Governance yang sebenarnya.
c) Terdapat contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi sta
ndard pelaksana GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam bench
mark (acuan)
d) Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat
Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalan
gan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
e) Semangatnya anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perushaan
beroprasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja.
Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangt memepengaruhi ku
alitas dan skor perusahaan dalam implementasi GCG
Faktor internal
Maksdu faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasa
l dari dalam perusahaan. Beberapa faktor antara lain :
a) Terdapat budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG dal
am mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b) Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penera
pan nilai-nilai GCG.
c) Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah stand
ar GCG
d) Terdapanya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghin
dari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e) Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan
langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami da
n mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu
ke waktu
https://www.scribd.com/embeds/258498260/content?start_page=

Anda mungkin juga menyukai