Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

HUDUD DAN HADNYA

A. Hudud

Secara bahasa, kata hudud merupakan bentuk jamak dari kata had yang artinya larangan,
batasan antara dua hal yang bertentangan. Menurut terminologi fiqih, hudud adalah batas-batas
ketentuan Allah SWT tentang hukuman yang diberikan kepada orang-orang yang berbuat dosa
atau melanggar hukum. Perbuatan melanggar hukum itu disebut jarimah, sehingga pelanggaran
terhadap hudud disebut jarimah hudud.

Menurut sebagian ulama, pemberian had adalah hak Allah, sehingga penetapannya tidak
tergantung pemerintah atau penguasa. Perbuatan yang dikenai sanksi had, seperti zina,
mencuri, mabuk, murtad, dan pemberontak.

B. Zina
1. Pengertian dan Hukum Zina
Zina yaitu melakukan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami
istri dan bukan budaknya. Persetubuhan antara suami istri atau budaknya bukan
termasuk zina, walaupun dilakukan dalam keadaan haid di siang hari pada bulan
Ramadhan atau dalam keadaan ihram. Pada saat-saat tersebut diharamkan melakukan
persetubuhan bagi suami istri bukan karena zat perbuatannya, tetapi karena sebab lain.
Berzina hukumnya haram dan termasuk dosa besar. Allah SWT berfirman:
‫االزىَن ِان َّ ُه اَك َن فَا ِحشَ ًة َو َس َاء َس ِب ْياًل‬
ِ ّ ‫َو َال تَ ْق َربُ ْو‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhna zina itu adalah perbuatan yang keji.
Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’/17:32)
Dalam sebuah hadis diceritakan:

Saya (Abullah bin Ma’sud) bertanya: “ Ya Rasulullah, dosa apa yang paling besar?” Nabi
Muhammad saw. Menjawab: Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dia adalah
yang menciptakan kamu.” Saya bertanya lagi: “ Kemudian (dosa) apa (lagi)?” “Engkau
membunuh anakmu karena takut miskin.” Saya bertanya lagi: “ Kemudian apa?” Beliau
menjawab: “engkau berzina dengan istri tetanggamu. (HR. Buhkari Muslim dari Abdullah
Ibnu Mas’ud)

Dalam hadist lain Nabi Muhammad saw. Bersabda:


Ada empat hal yang menyebabkan kemurkaan Allah kepada mereka (umatnya) yaitu
penjual yang suka bersumpah, orang fakir yang sombong, orang lanjut usia yang berzina,
dan pemimpin yang durhaka (jahat). (HR. Nasa’i dari Abu Hurairah)

2. Dasar Penetapan Hukum Zina

Dasar hukum ditetapkannya hukuman bagi pezina adalah:

a. Al-Qur’an surat An-Nur ayat 2 yaitu:

ِ ‫آ َّلزا ِن َي ُة َو َّالزاىِن فَا ْجدِل ُ و ْا لُك َّ َوا ِح ٍد ِّمهْن ُ َما ِم ْاَئ ًة َجدْل َ ٍة َو َال تَْأخ ُْذمُك ْ هِب ِ َم َارْأفَ ٌة ىِف ِد ْي ِن‬
‫هللا ِأ ْن‬
َ ‫هللا َوالْ َي ْو ِماَأل ِخ ِر َولْيَ ْشهَدْ عَ َذاهَب ُ َما َطآِئ َف ٌة ِّم َن الْ ُمْؤ ِم ِننْي‬ َ ُ‫ ُك ْنمُت ْ تُْؤ ِمن‬.
ِ ‫ون اِب‬
Artinya: perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan
hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman.

b. Hadis nabi riwayat Muslim dari Ubadah bin Samit yang artinya:
Terimalah dariku! Terimalah dariku! Sungguh Allah telah memberi jalan kepada
mereka. Bujangan yang berzina dengan gadis dijilid seratus kali dan diasingkan selama
satu tahun. Dan orang yang telah kawin yang berzina didera seratus kali dan dirajam.
Macam-macam zina:
1. Pezina muhsan (pernah menikah), hukumannya didera 100 kali dan dirajam
Pezina ghairu muhsan (belum pernah menikah), hukumannya dicambuk/didera 100
kali dan diasingkan
Untuk menetapkan seseorang berbuat zina, Rasulullah saw. Menelitinya dengan sangat
hati-hati. Hal ini bertujuan agar tidak keliru dalam menetapkan had atau hukuman
kepada seseorang karena hukuman bagi pelaku zina termasuk hukuman yang berat.
Ada dua cara yang dijadikan dasar untuk menetapkan seseorang telah berbuat zina,
yaitu sebagai berikut.
a. Empat Orang Saksi
Syarat bagi saksi-saksi tersebut adalah semua laki-laki, baligh, berakal, muslim, adil,
memberikan kesaksian yang sama tentang tempat, waktu, pelaku, dan cara
melakukannya. Apabila ada salah satu syarat yang tidak terpenuhi, maka belum bisa
ditetapkan secara syarak bahwa seseorang telah berbuat zina. Misalnya, saksinya
hanya tiga orang, saksinya ada yang tidak adil, tidak sama memberikan kesaksian,
dan seterusnya. Bahkan para saksi tersebut bisa terkena had kazaf.
b. Pengakuan dari Pelaku
Syarat bagi pelaku adalah sudah baligh dan berakal. Jika orang yang mengaku telah
berbuat zina itu belum baligh atau sudah baligh tapi akalnya terganggu( gila), maka
tidak bisa ditetapkan had zina kepadanya.
Imam Malik dan Imam Syafi’i mengatakan bahwa pengakuan itu cukup dikatakan 1
kali oleh pelaku zina. Adapun Imam Hanafiah dan Imam Ahmad berpendapat bahwa
pengakuan itu harus diulang-ulang sampai empat kali. Setelah itu baru dijatuhi had
pada pelakunya.
3. Macam-Macam Zina
Perbuatan zina dibagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Zina muhsan, yaitu perbuatan zina yang dilakukan oleh orang yang sudah atau
pernah menikah. Hukuman bagi plaku zina muhsam adalah rajam (dilempar dengan
batu yang sederhana sampai mati). Hukuman tersebut dapat dilakukan setelah
mendapatkan keterangan yang jelas dari empat orang saksi. Hal tersebut
berdasarkan sabda Rasulullah yang artinya :
“Dan Abu Hurairah ra. Berkata : “Ada seorang laki-laki (Maiz bin Malik Al Aslam)
datang kepada nabi SAW. Ketika beliau sedang berada di masjib berkata : “Rasulullah
saya telah berzina”. Mendengar itu Rasulullah berpaling dari padanya. Tetapi orang
tersebut kembali mengulang-ngulang perkataannya, bahkan bersumpah pula. Maka
Nabi SAW. Memanggil dan bertanya : “ Apakah engkau gila?” Jawabnya : “Tidak”. nabi
bertanya : “Apakah engkau berzina muhsan?” Jawabnya : “Benar”. Nabi SAW bersabda
: “Bawalah orang ini dan rajamlah!” Jabir berkata : “Saya adalah termasuk orang
yang merajamnya. Kami merajamnya di tempat Salat Id. Tetapi setelah kena batu
orang tersebut lari. Kami mengejarnya dan sampai di tempat yang banyak batu ia
kami dapatkan, dan kami rajam ia disana” (H.R Bukhari Muslim)
b. Zina gairu muhsan, yaitu zina yang dilakuakan oleh orang yang belum pernah
menikah. Hukuman bagi zina gairu muhsan adalah dicampak seratus kali dan
diasingkan ke luar kota selama satu tahun. Firman Allah SWT :
ِ ‫آ َّلزا ِن َي ُة َو َّالزاىِن فَا ْجدِل ُ و ْا لُك َّ َوا ِح ٍد ِّمهْن ُ َما ِم ْاَئ ًة َجدْل َ ٍة َو َال تَْأخ ُْذمُك ْ هِب ِ َم َارْأفَ ٌة ىِف ِد ْي ِن‬
‫هللا ِأ ْن‬
َ ‫هللا َوالْ َي ْو ِماَأل ِخ ِر َولْيَ ْشهَدْ عَ َذاهَب ُ َما َطآِئ َف ٌة ِّم َن الْ ُمْؤ ِم ِننْي‬ َ ُ‫ ُك ْنمُت ْ تُْؤ ِمن‬.
ِ ‫ون اِب‬
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap
seseorang dari keduanya seratus kali dera dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah jika kamu beriman
kepada Allah dan hari akhir, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (Q.S An-Nur : 2)
Adapun anak-anak yang belum balig dan orang gila tidak didera, baik laki-laki
maupun perempuan. Adapun bagi budak yang berzina hukumannya adalah
setengah dari orang yang merdeka. Baik zina muhsan maupun zina gairu muhsan.

4. Hikmah Dilarangnya Zina


Hikmah dilarangnya zina adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kesucian dan harga diri atau martabat manusia, baik di hadapan manusia
maupun di hadapan Allah SWT.
2. Menjaga nasab (keturunan) dari percampuradukkan yang diharamkan oleh agama.
Kesucian suami-istri dapat diwujudkan dalam kehidupan keluarga yang harmonis
dan bersih dari penyelewengan.
3. Terpelihara dari penyakit-penyakit kotor yang diakibatkan oleh kebebasan seksual.
Misalnya, penyakit kelamin raja singa atau sifilis, penyakit AIDS, dan lain-lain
4. Hukuman bagi pelaku zina yang dilakukan secara terbuka dan demonstrative dapat
menanamkan rasa takut bagi orang yang bermaksud berbuat zina
5. Sebagai tindakan preventif terhadap timbulnya perbuatan zina, seperti keretakan
rumah tangga dan hancurnya masa depan seorang gadis atau jejaka.
C. Qazaf
1. Pengertian dan Hukum Qazaf
Qazaf berasal dari bahasa arab bentuk masdar yang artinya melempar atau
melontar. Sinonimnya adalah kata
Menurut istilah syar’I, qazaf adalah melemparkan tuduhan berbuat zina kepada
seseorang. Menuduh artinya melontarkan sangkaan kepada seseorang tanpadikuatkan
dengan bukti-bukti yang nyata. Dalam masalah qazaf, orang yang menuduh tidak dapat
menunjukkan bukti-bukti yang nyata.Hukum qazaf termasuk dosa besar. Allah SWT
berfirman :

َ ‫ات مُث َّ ل َ ْم يَْأت ُْوااِب َ ْرب َ َع ٍة ُشهَدَ ا َءفَا ْجدِل ُ ْومُه ْ ثَ َما ِننْي‬
ِ َ‫َواذَّل ِ ْي َن يَ ْر ُم ْواَن لْ ُم ْح َصن‬
‫َجدْل َ ة ًَّو َالتَ ْق َبلُ ْوالَه ُْم َشهَا َد ًة َابَدً ا َو ُاولَِئ َك مُه ُالْ َف ِس ُق ْو َن‬
Artinya : dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang
menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat
selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. ( Surat An-Nur ayat 4)

Rasulullah saw bersabda :

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda “Jauhilah olehmu tujuh (Perkara) yang
membinasakna. “Nabi ditanya : “Apa saja tujuh perkara itu ya Rasulullah?”. Rasulullah
menjawab : “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allahkecuali
dengan jalan yang sah menurut syarak, memakan riba, memakan harta anak yatim,
berpaling dari medan perang, dan menuduh berzina terhadap wanita baik-baik yang tak
pernah berbuat keji dan beriman.” (H.R Bukhari Muslim)
2. Had Qazaf
Orang yang menuduh seseorang berbuat zina maka hukumannya adalah didera
(dicambuk) sebanyak 80 kali.
Firman Allah SWT :

َ ‫ات مُث َّ ل َ ْم يَْأت ُْوااِب َ ْرب َ َع ٍة ُشهَدَ َاءفَا ْجدِل ُ ْومُه ْ ثَ َما ِننْي‬
ِ َ‫َواذَّل ِ ْي َن يَ ْر ُم ْواَن لْ ُم ْح َصن‬
‫َجدْل َ ة ًَّو َالتَ ْق َبلُ ْوالَه ُْم َشهَا َد ًة َابَدً ا َو ُاولَِئ َك مُه ُالْ َف ِس ُق ْو َن‬
“Dan orang-orang yang menuduh wanita baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan
puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya.
Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.S An-Nur : 4)

Had qazaf bagi hamba sahaya yang menuduh berbuat zina adalah setengah dari had
orang yang merdeka, yaitu didera sebanyak wmpat puluh kali. Had ini diqiyaskan
kepada ayat Al-Qur’an Surat An-Nisa’ : 25.

“Sungguh saya telah mendapatkan Abu Bakar, Umar, Usman, dan orang-orang sesudah
mereka, saya tidak melihat mereka menjatuhkan deraan kepada hamba sahaya karena
menuduh berzina kecuali empat puluh kali dera.” (H.R Malik dan Tsauri)

Syarat tuduhan yang mewajibkan dera 80 kali, yaitu sebagai berikut :


a. Orang yang menuduh itu sudah balig, berakal, dan bukan ibu, bapak, atau nenek dan
seterusnya dari yang dituduh
b. Orang yang dituduh adalah orang Islam, sudah bali, berakal, merdeka, dan
terpelihara (orang baik).

3. Syarat Gugurnya Had Qazaf


a. Mengemukakan empat orang saksi yang menerangkan bahwa yang tertuduh
tersebut betul-betul berzina

b. Dimaafkan oleh yang dituduh


c. Orang yang menuduh istrinya berzina dapat terlepas dari hukuman qazaf, dengan
jalan li’an.

Menghadirkan empat orang saksi didasarkan pada firman Allah Surat An-Nur ayat 4
yang mengatakan, tidak mendatangkan empat saksi, maka jika ia dapat mendatangkan
empat orang saksi dia terlepas dari hukuman.

Kondisi yang kedua, yaitu dimaafkan oleh yang dituduh, didasarkan pada pernyataan
bahwa hukuman itu adalah hak tertuduh maka ia berhak mengambilnya dan
menghilangkannya dengan member maaf. Adapun yang ketiga didasarkan pada ayat
tentang li’an yang terdapat dalam Surat An-Nur ayat 6-7

4. Hikmah Had Qazaf


Hikmah had qazaf, antara lain sebagai berikut :
a. Menjaga kehormatan diri seseorang di mata masyarakat
b. Orang-orang Islam akan terhindar dari tuduhan yang tidak berdasar
c. Orang tidak akan mudah menuduh seseorang melakukan zina
d. Menegakkan keadilan dan kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat.

Hafalkan !
1. Syarat dikenakan hukuman qazf adalah:
a. Yang menuduh berakal sehat dan telah baligh
b. Tuduhannya tidak terbukti
c. Orang yang dituduh jelas dalam keadaan muhsan ( islam, baligh, berakal sehat,
merdeka, suci dari perbuatan zina)
d. Yang menuduh bukan ayah atau ibu, kakek atau nenek dan seterusnya ke atas
e. Objek tuduhan adalah zina
f. Tuduhan dilakukan tanpa disertai syarat atau terkait dengan sesuatu yang lainnya

2. Syarat gugurnya had qazf adalah


a. Si penuduh dapat mendatangkan 4 orang saksi yang menerangkan bahwa yang
tertuduh itu betul-betul berzina
b. Dimaafkan oleh yang tertuduh
c. Orang yang menuduh istrinya berzina dapat terlepas dari hukuman dengan jalan
bersumpah li’an
Li’an adalah suatu kata yang telah dimaklumi, yang dijadikan alasan bagi orang yang
menuduh zina.

3. Hikmah dilarang menuduh orang berzina


1. Mencegah orang berbuat bathil
2. Mencegah terjadinya berita bohong dan pencemaran nama baik seseorang
3. Melindungi kehormatan orang muslim, menjaga reputasinya dan memelihara
kemuliaannya
4. Mencegah orang dari berbuat fasik
5. Menjaga kesucian masyarakat dari maraknya perzinaan di dalamnya

D. Minuman keras
1. Dasar hukum dilarangnya minuman keras
Islam memandang khamar sebagai salah satu faktor utama timbulnya kejahatan, seperti
menimbulkan permusuhan dan kebencian antara sesama manusia, menghalangi orang
berzikir, menghalangi orang melakukan shalat, menghalangi hati dari sifat hikmah, dan
merupakan perbuatan setan. Oleh karenanya, baik secara asensi maupun
penggunaannya, khamar diharamkan secara qat’I (yakin) dalam sunah Nabi Muhammad
SAW.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Ma’idah : 90-91
      
   
          

            
 
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman khamar, berjudi, berkorban
untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji yang termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan ituagar kamu mendapatkan
keberuntungan. Sesunggguhnya setan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran minuman khamar dan judi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan salat, maka berhentilah kamu dari mnegerjakan
pekerjaan itu.” (Q.S Al- Ma’idah : 90-91)

Dasar hukum keharaman minuman keras QS. Al-Maidah ayat 90-91 seperti tertulis di atas
dan hadis nabi riwayat Al-Bukhari :

}‫لُك ُّ رَش َ ٍب َا ْس َك َر فَه َُو َح َرا ٌم { َر َوا ُه الْ ُبخ َِاري‬


Artinya : setiap minuman yang memabukkan hukumnya haram
Dalam kedua ayat diatas terdapat hal-hal yang menunjukkan haramnya meminum
minuman keras yaitu sebagai berikut :
a. Disebutkan sebagai perbuatan keji dan kotor, seperti halnya memakan bangkai,
darah, daging babi yang jelas hukumnbya haram
b. Dikatakan bahwa minum minuman keras termasuk perbuatan setan dan setiap
perbuatan setan haram dilakukan
c. Ditegaskan agar ditinggalkan atau dijauhi. Perintah untuk menjauhi, member
pengertian hukum wajib. Jadi, menjauhi minuman keras adalah wajib hukumnya.
Sesuatu yang wajib dilakukan, berarti haram untuk dilakukan.
d. Janji mendapat keberuntungan bagi yang menjauhi. Susunan ayat demikian
mengisyaratkan hukum wajib terhadap perintah sebelumnya, yaitu menjauhi
minum-minuman keras, yang berarti haram dilakukan
e. Ditegaskan bahwa khamar dapat menjadi penyebab permusuhan dan kebencian di
antara kaum muslimin. Permusuhan dan kebencian di antara sesame muslim adalah
haram. Dengan demikian, minum minuman keras yang menjadi penyebab
permusuhan dan kebencian juga haram.
f. Minum minuman keras dapat menghalangi pelakunya dari mengingat Allah dan
salat. Segala sesuatu yang dapat menghalangi Allah dan salat, tidak diragukan lagi
haramnya, kecuali ada unsure syar’i
g. Digabungkannya keterangan tentang minuman keras dengan berkorban untuk
berhala sudah jelas bahwa berkorban untuk berhala adalah perbuatan dosa besar
yang haram dilakukan karena termasuk perbutan syirik.
h. Dalam akhir ayat 91 disebutkan perintah untuk meninggalkan dengan lafaz istifham
yang maksudnya adalah “berhenti” (kamu dari mengerjakan perbuatan itu) seperti
tertulis dalam terjemahan ayat. Jelas bahwa Allah menyuruh agar berhenti dari
perbuatan kotor yang disebut sebelumnya, termasuk minum minuman keras.

Itulah hal-hal yang menjadi qarinah dalam ayat bahwa minum-minuman keras adalah
haram. Kiranya tidak ada satu ketentuan hukum selain haramnya minum-minuman
keras yang ditegaskan begitu mendetail dan diberi qarinah tentang haramnya.

Adapun dalil yang berupa hadis Nabi Muhammad saw. Antara lain :

“Dari Abdullah bin Umar, rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang minum khamar
dan ia tidak bertaubat maka ia tidak akan memperolehnya di akhirat” (H.R Bukhari)

“Dari Ibnu Umar r.a nabi Muhammad SAW bersabda : “Tiap-tiap apa yang memabukkan
adalah khamar dan tiap-tiap yang memabukkan itu haram.” (Dikeluarkan oleh Muslim)

Hukum haram minum minuman keras ini tidak terbatas banyak atau sedikit sebab yang
diharamkan bukan hanya mabuknya, tetapi juga meminumnya. Oleh karena itu,
walaupun jumlah yang diminum itu sedikit atau tidak sampai mabuk, hukumnya tetap
haram. Sabda Rasulullah SAW :

“ Dari jabir ra Rasulullah SAW bersabda : “Sesuatu yang (jika ia diminum) dalam jumlah
yang banyak (dapat) memabukkan, maka dalam jumlah yang sedikitpun hukumannya
haram.” (H.R Ahmad dan empat imam hadis)

2. Had minuman keras


Sesuai dengan ijmak ulama, minuman keras adalah haram. Ulama juga sepakat dengan
dikenakannya had bagi peminum minuman keras. Adapun bentuk dan alat yang
dikenakan terhadap peminum minuman keras adalah dipukul dengan sepotong kayu,
sandal, sepatu, tongkat, tangan, atau dengan alat-alat lainnya.
Dasar had minum minuman keras adalah hadis Rasulullah saw antara lain :
“Dari Anas bin Malik ra. Dihadapkan kepada Nabi saw. Seorang yang telah minum
minuman keras, kemudian menjilinya (mendera) dengan dua tangkai pelepah kurma kira-
kira 40 kali.” (Muttafaq ‘Alaih)
Mengenai jumlah pukulan, ulama berbeda pendapat. Jumhur ulama, diantaranay Imam
Abu hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa jumlah
pukulan dalam had minum minuman keras adalah 80 kali. Mereka beralasan bahwa
para sahabat setelah bermusyawarah menetapkan secara ijma,bahwa had minum
minuman keras adalh 80 kali. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Anas ra. :
“Dari Anas bin Malik ra. Telah dihadapkan kepada Nabi saw.seorang yang telah minum
khamar kemudian Nabi saw. Menjilidnya dengan dua tangkai kurma kira-kira 40 kali.
Anas berkata : “Abu bakar pun melakukannya (empat puluh kali).” Setelah masa Umar, ia
bermusyawarah dengan orang-orang, dan Abdurrahman bin Auf berkata : “Seringan-
ringan had adalah 80 kali”. Maka Umar menetapkan had minum minuman khamar
dengan 80 kali pukulan. (Muttafaq ‘Alaih)
Imam Syafi’I, Abu Daud, dan ulama-ulama Zahiriah berpendapat bahwa had minum
khamar adalah 40 kali pukulan, tetapi imam (hakim) dapat menambah hingga mencapai
80 kali. Tambahan 40 kali adalah takzir yang merupakan hak imam (penguasa).
Hukuman ini juga berlaku bagi jenis minuman lain (selain khamar) yang bersifat
memabukkan. Ketetapan ini didasarkan pada analogi (qiyas) atas dasar kesamaan ilat
(sebab), yaitu memabukkan.
3. Bahaya minuman keras
Apabila seseorang sudah kecanduan meminum minuman keras maka akan terjadi
kerusakan yang nyata pada akal. Kedudukan akal adalah untuk membedakan antara
memelihara kemurnian dan kesehatan akal, sehingga dalam penentuan sah atau
tidaknya suatu ibadah di antaranya adalah dengan akal sehat.
Jelas bahwa semua jenis minuman yang mempunyai pengaruh memabukkan dan
dapat menghilangkan kewarasan akal pikiran hukumnya adalah haram.
Rasulullah saw dalam suatu hadisnya pernah bersabda :
“Telah turun (ayat) pengharaman khamar, sedang ia berasal dari lima macam, yaitu dari
anggur, kurma, madu, gandum, dan syair. Khamar itu ialah apa saja yag merusak akal.”
(Muttafaq ‘Alaih)
Keharaman khamar sebagaimana ditegaskan dalam ayat tersebuttermasuk pula
menjual, membeli, membuat, membawa, menghidangkan, dan mengambil manfaat dari
hasil penjualannya. Hal itu sesuai dengan hadis Nabi saw. yang artinya : Dari Ibnu Umar,
Nabi Muhammad saw bersabda : “Allah melaknat khamar, peminumnya, penyajinya,
penjualnya, pembuatnya, tempat pembuatannya, pembawanya, dan penerimanya”. (H.R
Abu Daud dan Ibnu Majah)
Dalam hadis lain, Rasulullah saw. memperingatkan orang yang beriman supaya
menghindari minuman khamar, yaitu “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka ia jangan duduk di meja tempat orang minum khamar.” (H.R Bukhari)
Di antaranya bahaya khamar dan judi ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’idah
ayat 90-91 yaitu sebagai berikut.
a. Khamar dan judi disejajarkan dengan “berkurban untuk berhala”, dan khamar dapat
membahayakan keimanan dan keislaman seorang
b. Khamar dan judi termasuk perbuatan keji dan kotor
c. Khamar dan judi termasuk perbuatan setan
d. Khamar dan judi dapat menjauhkan manusia dari kesejahteraan dan kebahagiaan
karena keduanya berbahaya bagi jiwa, akal, dan akhlak
e. Khamar dan judi dapat menjurus kepada permusuhan dan kebencian
f. Khamar dan judi dapat menghalangi orang dari mengingat Allah dan meninggalkan
salat.
4. Hikmah dilarangnya minuman keras
Diharamkannya minuman keras banyak mengandung hikmah, antara lain sebagai
berikut.
a. Masyarakat terhindar dari kejahatan yang dilakukan seseorang yang diakibatkan
pengaruh minuman keras. Peminum minuman keras yang sudah terbiasa, sangat
sulit untuk menghentikan perbuatannya. Karena minuman keras merupakan
biangnya racun dan induk dari segala kejahatan maka kejahatan itu akan hilang jika
kebiasaan minumnya berhenti.
b. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani dari penyakit yang disebabkan pengaruh
minuman keras. Minuman keras itu dapat merusak fisik dan jasmani seperti perut
busung dan dapat merusak mental atau rohani seperti penyakit hilang ingatan.
c. Masyarakat terhindar dari sikap kebencian dan permusuhan akibat pengaruh
minuman keras. Minuman keras dapat menyebabkan mental peminumnya mnjadi
labil, mudah tersinggung dan salah paham yang dapat mengundang sikap kebencian
dan permusuhan.
d. Menjaga hati agar tetap takarub kepada Allah dan mengerjakan shalat sehingga
selalu meperoleh cahaya-Nya. Minuman keras yang menggangggu kestabilan
jasmani dan rohani menyebabkan hati seseorang bertambah jauh dari mengingat
Allah, hati menjadi gelap dank eras sehingga mudah sekali berbuat yang dilarang
Allah.

Hafalkan!
A. Hukuman bagi pelaku peminum minuman keras
- Hukuman bagi peminum khamar adalah didera sebanyak 40 kali. Para ulama sepakat
bahwa menghukum peminum khamar adalah wajib tapi mereka berbeda terkait
jumlahnya.
- Pengikut mazhab Hanafi dan Imam Malik mengatakan jumlahnya 80 kali. Ini
didasarkan kepada ijmak ulama berdasarkan riwayat yang menceritakan Umar bin
Khattab melakukannya 80 kali dan didasarkan pada analogi dalam surat annur ayat
4 yaitu orang yang menuduh berzina dera 80 kali.
Hukuman bagi peminum khamar ditetapkan berdasarkan salah satu dari dua hal, yaitu
pengakuan pelaku dan kesaksian dua orang saksi yang adil.

B. Syarat pelaksanaan hukuman :


1. Peminum berakal sehat
2. Peminum sudah baligh
3. Berkehendak sendiri untuk melakukan perbuatan (minuman khamar)
4. Peminum sudah mengetahui bahwa yang diminum adalah memabukkan

C. Hikmah Pelarangan Minum Khamar


1. Memelihara kesehatan badan
2. Menghindari penggunaan harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat
Terciptanya anggota masyarakat yang kuat dan sehat fisiknya, memiliki semangat
hidup yang tinggi dan pikiran yang tajam.

E. Mencuri, menyamun, dan Merampok


1. Pengertian dan hukum mencuri, menyamun, dan merampok
a. Pengertian dan hukum mencuri
Mencuri yaitu mengambil harta milik orang lain secara tidak hak untuk dimilikinya
tanpa sepengatahuan pemiliknya. Pengertian mnecuri menurut syarak adalah
perbuatan disengaja mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi, mencapai
jumlah satu nisab dari tempat simpanannya, dan orang yang mengambil tidak
mempunyai andil kepemilikian terhadap barang yang diambil. Hukum mencuri adalah
haram. Firman Allah Q.S Al-Maidah ayat 38 :

ٌ ‫هللا َع ِز ْي ٌز َح ِكمْي‬ ِ َ‫الس ِارقَ ُة فَا ْق َط ُع ْوا َأيْ ِدهَي ُ َما َج َزا َء ِب َما َك َس َبا نَالَك ً ِّمن‬
ُ ‫اهلل َو‬ َّ ‫الس َا ِر ُق َو‬
ّ ‫و‬.َ
Artinya : laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Hal ini juga sesuai dengan hadis berikut :

“Mencuri ialah perbuatan orang mukalaf (balig dan berakal) mengambil harta orang
lain secara sembunyi-sembunyi, mencapai jumlah satu nisab dari tempat simpannya,
dan orang yang mengambil itu tidak mempunyai andil pemilikan terhadap barang-
barang yang diambil.”

Mencuri hukumnya haram dan termauk dosa besar, sebab mengambil hak milik
orang lain tanpa seizing yang punya sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw,
bahwa Allah SWT mengutuk orang yang mencuri.

“Allah mengutuk pencuri yang mencuri telur lalu dipotong tangannya dan pencuri
talinya dan dipotong tangannya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Diharamkan mencuri juga karena adanya pemilikan harta dengan cara yang batil.
Firman Allah swt :

         

      
“ dan janganlah kamu makan harta dianatara kamu dengan jalan yang batil, dan
janganlah kamu menyuap harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu
dapat memakan sebagian harta orang lain tersebut dengan jalan dosa padahal kamu
mengetahuinya.” (Q.S Al-Baqarah : 188)
b. Pengertian serta hukum menyamun dan merampok
Menyamun dan merampok adalah dua istilah yang digunakan untuk
pengertian mengambil harta oreang lain dengan cara kekerasan atau ancaman
senjata dan kadang-kadang disertai dengan pembunuhan terhadap korbannya.
Perbedaan pengertian kdua istilah tersebut terletak pada tempat kejadiannya.
Menyamun terjadi di darat, di tempat yang sepi, dan jauh dari perumahan.
Sedangkan merampok terjadi di rumah atau tempat lain, yang ramai dan dilakukan
oleh segerombolan orang.
Dalam bahasa arab, perkataan mengambil harta orang lain dengan
kekerasan atau ancaman senjata itu disebut dengan fat’utthoriq, artinya
penghadangan di jalan atau al-hirabah artinya penyerangan.

“ Fat’uttoriq ialah usaha sekelompok orang atau hanya satu orang yang mempunyai
kekuatan dan ketahanan, menakut-nakuti kaum muslimin dengan mengancam jiwa
serta merampas harta mereka, baik hal itu terjadi di padang pasir di desa, maupun di
kota, dimana baik yang melakukan maupun yang menjadi korban adalah orang yang
maksum (terpelihara) darahnya.”
Dari pengertian di atas dapat diketahui cirri-ciri perbuatan yang dikategorikan
dalam perbuatan fat’uttoriq yaitu :

 Dilakukan oleh sekelompok orang ataupun satu orang


 Dilakukan atas darsar kekuatan yang dimiliki sehingga selalu ada unsure
paksaan, ancaman, dan kekerasan
 Sasaran perbuatan tidak hanya harta benda tetapi juga jiwa korban
 Baik pelaku maupun korban adalah yang maksum darahnya, maksudnya
adalah pelaku maupun korban adalah bukan orang kafir harbi, tetapi orang
Islam atau Kafir zimmi.

Disamping cirri-ciri tersebut ada satu cirri penting lainnya, yaitu orang yang
menjadi korban tidak mungkin dapat meminta tolong karena kejadiannya di tempat
sepi, atau kalau terjadi di tempat ramai orang-orang tidak ada kekuatan untuk
menolong, jika masih ada kemungkinan mendapat pertolongan perbuatan itu tidak
dapat dikategorikan.

Seperti diketahui, menyamun dan merampok adalah kegiatan yang bersifat


mengancam harta dan jiwa. Merampas harta sama dosanya dengan mencuri, bahkan
lebih besar, sebab di dalamnya terdapat unsure kekerasan. Adapun jika sampai
membunuh korban jelas perbuatan itu hukumnya haram. Dan termasuk salah satu
dosa besar.

Oleh karena itu, wajar jika menyamun dan merampok ini disamping diancam
hukuman had, juga diancam dengan hukuman akhirat berupa azab yang besar,
seperti disebutkan dalam firma Allah SWT :

َ ‫ِان َّ َما َج َزاُؤ ْااذَّل ِ ْي َن حُي َ ِاربُ ْو َن‬


‫ َوي َْس َع ْو َن ىِف ْ اَأل ْر ِض فَ َسادًا َأ ْن يُ َقتَّلُواَأ ْو‬,ُ ‫هللا َو َر ُسوهَل‬
‫يُ َصل َّ ُب ْاَأ ْوتُ َق َّط َع َأيْ ِدهْي ِ ْم َوَأ ْر ُجلُه ُْم ِّم ْن ِخ َال ٍف َا ْو يُ ْن َف ْوا ِم َن ْاَأل ْر ِض َذاكِل َ لَه ُْم ِخ ْز ٌى ىِف ادلُّ نْ َيا‬
ٌ ‫ولَه ُْم ىِف اَأل ِخ َر ِة عَ َذ‬.َ
ٌ ‫اب َع ِظمْي‬
Artinya :Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib,
atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.(Q.S Al-Ma’idah : 33)

2. Had mencuri, menyamun, dan merampok


Had yang diberikan kepada pencuri sesuai firman Allah SWT adalah:

ٌ ‫هللا َع ِز ْي ٌز َح ِكمْي‬ ِ َ‫الس ِارقَ ُة فَا ْق َط ُع ْوا َأيْ ِدهَي ُ َما َج َزا َء ِب َما َك َس َبا نَالَك ً ِّمن‬
ُ ‫اهلل َو‬ َّ ‫الس َا ِر ُق َو‬
ّ ‫و‬.َ
“ Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Ma’idah : 38)
Ayat diatas adalah ketentuan umum tentang had pencuri. Ketentuan yang lebih
terperinci dapat dilihat dari hadist berikut:
“ Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah bersabda mengenai pencuri: “ Jika ia
mencuri kali pertama, potonglah salah satu tangannnya. Namun, jika ia mencuri untuk
yang kedua kalinya, potonglah salah satu kakinya. Kemudian jika ia mencuri yang ketiga
kalinya, potonglah tangannya yang lain. Kemudian, jika ia mencuri yang keempat kalinya,
potonglah kakinya yang lain.” (HR. Syafi’i)
Berdasarkan hadist diatas, urutan pemberian had kepada pencuri menurut Imam Malik
dan Imam Syafi’i, yaitu sebagai berikut:
a. Jika mencuri untuk pertama kalinya maka dipotong tangan kanan.
b. Jika mencuri untuk kedua kalinya maka dipotong kaki kirinya.
c. Jika mencuri untuk ketiga kalinya maka dipotong tangan kiri.
d. Jika mencuri untuk keempat kalinya maka dipotong kaki kanan.
e. Jika mencuri untuk kelima kalinya dan seterusnyahukumannya adalah takzir dan
dipenjara sampai bertaubat.

Hukuman bagi perampok yaitu sebagai berikut:


a. Apabila mereka merampas harta dan membunuh korbannya, maka had-nya adalah
dihukum mati, atau disalib.
b. Apabila mereka hanya merampas harta korban tapi tidak membunuhnya, maka had-
nya adalah dipotong tangan dan kakinya secara silang, tangan kanan dengan kaki
kiri atau tangan kiri dengan kaki kanan.
c. Apabila para penjahat itu hanya membunuh korbannya tetapi tidak mengambil
hartanya maka had-nya adalah hukuman mati sebagaimana hukum qisas.
d. Apabila mereka tidak sempat merampas harta atau tidak membunuh korbannya
misalnya karena sudah tertangkap sebelum berhasil melakukan kejahatannya maka
had-nya adalah dipenjarakan / diasingkan, sehingga pelaku kejahatan menjadi
insyaf.

Apabila seorang perampok telah benar-benar bertaubat sebelum tertangkap amka


gugurlah hukumannya. Berarti jika ia membunuh orang dan mengambil harta, guugrlah
baginya hukuman salib dan hukuman wajib dibunuh. Dan wali orang yang terbunuh
boleh melaksanakan qisas atau memaafkan dan perampok tersebut wajib
mengembalikan harta yang diambilnya. Kalau dia hanya membunuh orang saja,
gugurlah hukuman wajib bunuh, dalam hal ini keputusan diserahkan kepada wali
apakah akan melaksanakan qisas atau dimaafkan. Kalau dia hanya mengambil harta
benda saja, dia hanya dipotong tangan kanannya sajanya, tidak dipotong kaki kirinya.
Jadi, yang gugur apabila bertaubat sebelum tertangkap adalah hak-hak Allah SWT,
sedangkan hak manusia terus dilakukan.

3. Batas nisab (kadar) barang yang dicuri


Nisab adalah jumlah tertentu dari barang yang dicuri. Jika jumlah tersebut terpenuhi,
maka dikenakan had, dan jika tidak terpenuhi maka tidak dikenakan had.
Tentang nisab yang dicuri terdapat banyak pendapat, yang seluruhnya merujuk kepada
hadis nabi Muhammad SAW. penda[pat tersebut antara lain sebagai berkut :
a. Menurut mazhab hanafi, nisab barang yang dicuri adalah 10 dirham
b. Menurut mazhab syafii, nisab barang yang dicuri adalah ¼ dinar atau sekitar 3, 34
gram emas.
c. Menurut mazhab maliki dan hambali, nisab barang yang dicuri adalah ¼ dinar atau
3 dirham, jika diukur dengan emas sekitar 3,34 atau 3,36 gram

Harga nilai dinar dan dirham selalu berubah-ubah. Diperkirakan satu dinar adalah 10-
12 dirham. Jika dihargakan dengan emas, maka 1 dinar setara 13, 36 gram.

4. Hikmah dilarangnya mencuri, menyamun, dan merampok


Adanya uqabah atau ketentuan sanksi bagi pencuri, penyamun, dan perampok
mengandung hikmah antara lain sebagai berikut :
a. Seseorang tidak akan begitu saja mengambil barang milik orang lain, karena jika
diketahui pihak lain, maka akan berakibat buruk bagi dirinya. Sanksi moral bagi
dirinya adalah rasa malu, sedangkan sanksi yang merupakan hak anak adam adalah
had.
b. Hak milik seseorang benar-benar dilindungi oleh hukum Islam. Karunia Allah tidak
terbatas bilangannya, akan tetapi apabila seseorang telah memilikinya dengan cara
perolehan yang halal, maka haknya dilindungi.
c. Menghindari sifat malas yang cenderung memperbanyak pengangguran. Mencuri
adalah cara singkat untuk memperoleh sesuatu dan memilikinya secara tidak sah.
Perbuatan seperti ini, disamping tidak terpuji karena membuat orang lain tidak
aman, juga cenderung kepada sikap malas dan tidak mau berjuang. Sifat ini
bertentangan dengan ajaran Islam
d. Pencuri menjadi jera dan terdorong untuk mencari rezeki secara halal. Memperoleh
rezeki dan karunia allah merupaka kebutuhan setiap manusia. Akan tetapi, cara
perolehannya diatur oleh Syariat sehingga keamanan dan ketenteraman batin setiap
orang terpelihara. Pencurian dilarang sedangkan usaha lain, seperti perdagangan
dan pertanian diperintahkan.

Hafalkan !
1. Kategori penyamun, merampok, merompak :
- Sasaran penyamun adalah harta benda bahkan nyawa
- Perbuatan penyamun dilakukan dngan kekerasan, paksaan bahkan ancaman
- Penyamun dilakukan oleh perorangan atau oleh sekelompok orang
- Ada yang hanya baru sampai menakut-nakuti, tidak membunuh dan tidak
mengambil harta

2. Hukuman bagi penyamun, merampok, merompak


a. Jika penyamun membunuh orang dan mengambil hartanya maka hukumannya
adalah dibunuh dan disalib
b. Jika penyamun membunuh orang dan belum sempat mengambil hartanya maka
hukumannya adalah dibunuh
c. Jika penyamun tidak membunuh, tetapi mengambil harta, maka hukumannya adalah
dipotong silang (tangan kanan + kaki kiri)
d. Jika penyamun baru menakut-nakuti saja, belum sempat membunuh dan belum
mengambil harta, maka hukumannya adalah penjara.
Jika penyamun sempat bertobat sebelum tertangkap, maka gugurlah sebahagian
dari hukumannya, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Maidah ayat 34 :

‫ِاالَّاذَّل ِ ْي َن اَت بُ ْوا ِم ْن قَ ْب ِل َا ْن تَ ْق ِد ُر ْوا عَلَهْي ِ ْم‬


Artinya : kecuali orang-orang yang taubat (diantara mereka) sebelum kamu dapat menguasai
(menangkap) mereka

Anda mungkin juga menyukai