Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM JARINGAN IRIGASI

NAMA : VERONIKA BLANDINA JEOK


NIM : 022200042
KELAS : SIPIL IV B
MATA KULIAH : IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “SISTEM JARINGAN IRIGASI”
dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang sistem jaringan irigasi. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Tuhan karuniai bagi penulis sehingga makalah ini
dapat penulis susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Terutama dosen mata
kuliah Teknik Irigasi, Bapak Dedi Imanuel , S.T., M. Eng dan kepada kedua orang tua dan juga
kepada teman -teman seperjuangan yang membantu penulis dalam berbagai hal.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan, atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang penulis angkat pada makalah
ini, penulis mohon maaf . Penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar
bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Maumere, 1 Maret 2022

Penulis

.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Irigasi
2.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Irigasi
2.3 Jenis-jenis Irigasi
2.4 Tipe Pemberian Air Irigasi
2.5 Klasifikasi Jaringan Irigasi
2.6 jenis Jaringan Irigasi
2.7 Skema Jaringan
2.8 Jenis Saluran Pada Jaringan Irigasi Teknis
2.9 Jenis Organisasi Petak-petak Jaringan Irigasi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian dan kebutuhan manusia, yang berfungsi untuk mengaliri lahan dan menampung air
di saat hujan dan mengalirkan air pada saat kemarau agar persediaan air tetap tersedia.
Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum Masehi. Hal ini dapat
dibuktikan oleh peninggalan sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah dunia. Keberadaan
bangunan tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa sumber makanan nabati yang
disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segi teknis
dari persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari yang paling sederhana sampai
yang paling sulit.
Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui saluran-saluran secara
alamiah ke tempat yang lebih rendah. Untuk keperluan air irigasi, dengan cara yang paling
sederhana pun telah dapat dicapai hasil yang cukup memadai. Kemajuan ilmu dan teknologi
senantiasa memperluas batas-batas yang dapat dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia
mengembangkan ilmu alam, ilmu fisika dan juga hidrolika yang meliputi statika dan dinamika
benda cair. Semua ini membuat pengetahuan tentang irigasi bertambah lengkap.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan
produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat,
khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat
persedian air tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga
tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh
tata cara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang
dibutuhkan tanaman.
Pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan pangan,
sehingga ketersediaan air di daerah irigasi akan terpenuhi walaupun daerah irigasi tersebut
berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik
irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan
cara yang efektif dan ekonomis.
Daerah irigasi (D.I.) adalah suatu wilayah daratan yang kebutuhan airnya dipenuhi oleh sistem
irigasi. Daerah irigasi biasanya merupakan areal persawahan yang membutuhkan banyak air
untuk produksi padi. Untuk meningkatkan produksi pada areal persawahan dibutuhkan sistem
irigasi yang handal, yaitu sistem irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan air irigasi sepanjang
tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.2.1 Apa itu sistem irigasi ?
1.2.2 Apa tujuan, fungsi dan manfaat irigasi ?
1.2.3 Jelaskan tentang jenis-jenis irigasi !
1.2.4 Jelaskan tentang tipe pemberian air irigasi !
1.2.5 Jelaskan tentang klasifikasi jaringan irigasi !
1.2.6 Jelaskan tentang jenis jaringan irigasi!
1.2.7 Jelaskan tentang skema jaringan !
1.2.8 Jelaskan tentang jenis saluran pada jaringan irigasi teknis !
1.2.9 Jelaskan tentang jenis organisasi petak-petak jaringan irigasi !

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:

1.3 1 Mampu menjelaskan tentang sistem irigasi


1.3.2 Mampu menjelaskan tentang tujuan, fungsi dan manfaat irigasi
1.3.3 Mampu menjelaskan tentang jenis-jenis irigasi
1.3.4 Mampu menjelaskan tentang tipe pemberian air irigasi
1.3.5 Mampu menjelaskan tentang klasifikasi jaringan irigasi
1.3.6 Mampu menjelaskan tentang jenis jaringan irigasi
1.3.7 Mampu menjelaskan tentang skema jaringan
1.3.8 Mampu menjelaskan tentang jenis saluran pada jaringan irigasi teknis
1.3.9 Mampu menjelaskan tentang jenis organisasi petak-petak jaringan irigasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Irigasi
Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan
pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia. Apabila berbicara tentang irigasi, orang selalu
berpikir tentang satu sistem infrastruktur yang rigid dan itu tidak selamanya benar. Teori
tentang manajemen, irigasi dapat dibahas dari sudut pandang sebuah sistem karena mempunyai
unsur-unsur yang saling kait-mengait untuk mencapai satu tujuan manajemen. Sebagai suatu
sistem pengaliran maka Peraturan Menteri PUPR No.30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan
dan Pengelolaan Sistem Irigasi menganggap irigasi terdiri atas lima (5) pilar irigasi yaitu:
1) Air
2) Infrastruktur
3) Pengelolaan Irigasi
4) Institusi Irigasi; dan
5) Manusia Pelaku.
Kelima unsur tersebut harus saling bersesuaian, berhubungan dan saling terkait sehingga dapat
dikatakan bahwa irigasi merupakan suatu sistem. Masing-masing unsur tersebut disebut
sebagai sub sistem.
Pada prinsipnya irigasi adalah upaya manusia untuk mengambil air dari sumber air,
mengalirkannya ke dalam saluran, membagikan ke petak sawah, memberikan air pada
tanaman, dan membuang kelebihan air ke jaringan pembuang.
Pemberian air irigasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Tempat: setiap daerah irigasi mempunyai karakteristik kebutuhan air yang berbeda
tergantung dari jenis tanah dan iklim (evapotranspirasi dan curah hujan efektif), serta
kehilangan air di saluran.
2) Jumlah: setiap daerah irigasi memiliki luas dan usaha tani yang berbeda.
3) Waktu: setiap fase tanaman pertumbuhan (fase pengolahan tanah, pertumbuhan dan
panen) mempunyai kebutuhan air yang berbeda.
4) Mutu : air irigasi harus memenuhi standar mutu irigasi (contoh: salinitas yang sangat
rendah).
Sistem irigasi dibangun dan dikelola oleh manusia untuk tujuan kesejahteraan manusia,
sehingga manusia merupakan unsur utama dalam pembangunan dan pengelolaan irigasi.Secara
fisik sistem irigasi dinyatakan dua pengertian, yaitu jaringan irigasi dan daerah irigasi. Secara
fungsional jaringan irigasi dibedakan menjadi empat komponen utama, yaitu bangunan, saluran
pembawa, saluran pembuang dan petak yang diairi.

2.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Irigasi


2.2.1 Tujuan Irigasi
• air yang tersedia dapat dipergunakan atau dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
• air yang tersedia dibagi secara adil dan merata.
• air yang diberikan ke petak-petak tersier secara tepat cara, waktu dan jumlah, sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman.
• akibat negatif yang mungkin ditimbulkan oleh air berlebihan dapat dihindari.

2.2.2 Fungsi Irigasi


Irigasi tidak hanya digunakan untuk mendistribusikan air, ada juga beberapa fungsi irigasi
antara lain:
a) Membasahi tanah, hal ini merupakan salah satu tujuan terpenting karena tumbuhan
banyak memerlukan air selama masa tumbuhnya. Pembasahan tanah ini bertujuan
untuk memenuhi kekurangan air apabila hanya ada sedikit air hujan.
b) Merabuk tanah atau membasahi tanah dengan air sungai yang banyak mengandung
mineral.
c) Mengatur suhu tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dengan suhu yang
optimal. Air irigasi dapat membantu tanaman untuk mencapai suhu yang optimal
tersebut.
d) Membersihkan tanah dengan tujuan untuk menghilangkan hama tanaman seperti ular,
tikus, serangga, dan lain-lain. Selain itu dapat juga membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan oleh tanaman ke saluran pembuang.
e) Memperbesar ketersediaan air tanah karena muka air tanah akan naik apabila digenangi
air irigasi yang meresap. Dengan naiknya muka air tanah, maka debit sungai pada
musim kemarau akan naik.

2.2.3 Manfaat Irigasi


Manfaat irigasi antara lain:
• melancarkan aliran air ke lahan persawahan.
• menyuburkan/meningkatkan kesuburan tanah.
• sebagai tempat budidaya tumbuhan.
• pengatur suhu dalam tanah.

2.3 Jenis-Jenis Irigasi
Irigasi merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk mengairi lahan pertanian. Irigasi
sudah dikenal sejak jaman peradaban manusia dulu seperti Mesir, Mesopotamia, Cina, dan
lainnya. Pada dasarnya irigasi dilakukan dengan cara mengalirkan air dari sumbernya
(danau/sungai) menuju lahan pertanian. Di era modern ini sudah berkembang berbagai macam
jenis metode irigasi untuk lahan pertanian. Ada 4 jenis irigasi yang banyak ditemui saat ini
yaitu:
a) Irigasi permukaan (surface irrigation)
b) Irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation)
c) Irigasi pancaran (sprinkle irrigation)
d) Irigasi tetes (drip irrigation)

2.3.1 Irigasi permukaan (surface irrigation)


Irigasi permukaan merupakan jenis irigasi paling kuno dan pertama di dunia. Irigasi ini
dilakukan dengan cara mengambil air langsung dari sumber air terdekat kemudian disalurkan
ke area permukaan lahan pertanian menggunakan pipa/saluran/pompa sehingga air akan
meresap sendiri ke pori-pori tanah. Sistem irigasi ini masih banyak dijumpai di sebagian besar
masyarakat Indonesia karena tekniknya yang praktis.
Irigasi permukaan dilakukan dengan cara mendistribusikan air ke lahan pertanian dengan cara
gravitasi (membiarkan air mengalir di permukaan lahan pertanian). Metode ini merupakan cara
yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Irigasi permukaan yang cenderung tidak
terkendali umumnya disebut dengan irigasi banjir atau irigasi basin, yaitu merendam lahan
pertanian hingga ketinggian tertentu dengan jumlah air yang berlebih. Irigasi permukaan yang
terkelola dengan baik biasanya dilakukan dengan mengalirkan air di antara guludan (furrow)
atau batas tertentu.

2.3.2 Irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation)


Irigasi bawah permukaan adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meresapkan air ke dalam
tanah dibawah zona perakaran tanaman melalui sistem saluran terbuka maupun dengan pipa
bawah tanah. Pada sistem ini air dialirkan dibawah permukaan melalui saluran-saluran yang
ada di sisi-sisi petak sawah. Adanya air ini mengakibatkan muka air tanah pada petak sawah
naik. Kemudian air tanah akan mencapai daerah penakaran secara kapiler sehingga kebutuhan
air akan dapat terpenuhi. Syarat untuk menggunakan jenis sistem irigasi seperti ini antara lain:
a) Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi.
b) Lapisan tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1,5 meter – 3
meter.
c) Permukaan tanah relatif sangat datar.
d) Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah.
e) Organisasi pengaturan air berjalan dengan baik.
2.3.3 Irigasi pancaran (sprinkle irrigation)
Irigasi pancaran adalah irigasi modern yang menyalurkan air dengan tekanan sehingga
menimbulkan tetesan air seperti hujan ke permukaan lahan pertanian. Pancaran air tersebut
diatur melalui mesin pengatur baik manual maupun otomatis. Sistem ini banyak digunakan di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, New Zealand, dan Australia. Selain untuk
pengairan, sistem ini juga dapat digunakan untuk proses pemupukan.

2.3.4 Irigasi tetes (drip irrigation)


Irigasi tetes adalah sistem irigasi tentu yang nantinya air akan keluar dalam bentuk tetesan
langsung pada zona tanaman. Perbedaan jenis sistem irigasi ini dengan sistem irigasi siraman
adalah pipa tersier jalurnya melalui pohon, tekanan yang dibutuhkan kecil (1 atm). Sistem
irigasi tetesan ini memiliki keuntungan antara lain :
a) Tidak ada kehilangan air,karena air langsung menetes dari pohon.
b) Air dapat dicampur dengan pupuk.
c) Pestisida tidak tercuci.
d) Dapat digunakan di daerah yang miring.

2.4 Tipe Pemberian Air Irigasi


1) Irigasi genangan : pemberian air dengan digenangkan pada lahan pertanian umumnya
untuk tanaman padi
2) Irigasi tetes/mikro : pemberian air langsung diteteskan pada tanaman dengan
menggunakan emiter/penetes dan apabila sumber air tidak cukup bersih diperlukan
penyaringan. Metode ini biasanya digunakan oleh petani maju yang membudidayakan
Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET), misalnya melon, semangka, cabe, dll.
3) Irigasi curah : pemberian air dengan cara membentuk pancaran/semprotan/tetesan mirip
hujan ke lahan dengan menggunakan sprinkler dan cocok untuk yang lahannya porus.
4) Irigasi alur : memberikan air melalui alur-alur yang telah disediakan dan membasahi
langsung pada akar tanaman
Beberapa pertimbangan yang dipakai untuk menentukan cara pemberian airirigasi pada
tanaman, antara lain ditentukan oleh ketersediaan sumber air, jenis teknologi yang dipakai,
jenis tanaman, topografi, ketersediaan keuangan, dll.

2.5 Klasifikasi Jaringan Irigasi


Klasifikasi jaringan irigasi permukaan ditentukan oleh keberfungsian sistem jaringan irigasi,
yaitu
• mengambil air dari sumber,
• mengalirkan air ke dalam sistem saluran,
• membagi ke petak sawah, dan
• membuang kelebihan air ke jaringan pembuang.
Berdasarkan faktor pengaturan dan pengukuran debit aliran serta kerumitan sistem
pengelolaannya, maka sistem jaringan irigasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) tiga
macam, yaitu :
1) Jaringan Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi sederhana dicirikan oleh kesederhanaan fasilitas bangunan yang
dimiliki, sehingga operasional pembagian air pada jaringan irigasi sederhana pada
umumnya air tidak diukur dan diatur. Kondisi ini mungkin diterapkan jika ketersediaan
air berlebihan (pada tanah dengan kemiringan sedang sampai curam) dan jika memiliki
keterbatasan ketersediaan air irigasi maka kondisi ini harus segera diatasi.Jaringan
irigasi desa yang banyak dibangun masyarakat secara mandiri kebanyakan dapat
diklasifikasikan ke dalam jaringan irigasi sederhana ini.
Di dalam proyek sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air lebih akan
mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai air tergabung dalam satu kelompok sosial
yang sama, dan tidak diperlukan keterlibatan pemerintah di dalam organisasi jaringan
irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara
sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit
untuk pembagian air.
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah di organisasi tetapi memiliki
kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada pemborosan air dan karena pada
umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu tidak selalu
dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat banyak penyadapan
yang memerlukan lebih banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap desa membuat
jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan pengelaknya bukan
bangunan tetap/permanen, maka umurnya mungkin pendek. Namun jaringan ini masih
memiliki beberapa kelemahan antara lain,
• terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang,
• air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang
lebih subur, dan
• bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
Skema jaringan irigasi sederhana

2) Jaringan Irigasi Semi Teknis


Jaringan irigasi semi teknis mempunyai ciri bahwa fasilitas-fasilitas yang ada untuk
melaksanakan ke empat fungsinya sudah lebih baik dan lengkap dibandingkan jaringan
irigasi sederhana. Misalnya, bangunan pengambilan sudah dibangun permanen, debit
sudah diukur, tetapi sistem jaringan pembagi masih sama dengan sistem irigasi
sederhana. Hal ini ditunjukkan pemisahan saluran pembawa dan pembuang belum
dipisahkan secara baik dan pembagian petak tersier belum dilakukan secara detail,
sehingga sulit dilakukan pembagian air. Pada sistem irigasi ini, biasanya pemerintah
sudah terlibat dalam pengelolaannya, misalnya dalam pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan (O&P) bangunan pengambilan.
Dalam kebanyakan hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan
jaringan semi teknis adalah bahwa yang belakangan ini bendungnya terletak di sungai
lengkap dengan pengambilan dan bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin juga
dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem pembagian air
biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Adalah mungkin bahwa pengambilan
dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan
jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah
layanan. Organisasinya lebih rumit dan jika bangunan tetapnya berupa bangunan
pengambilan dari sungai, maka diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah,
dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum.
Skema jaringan irigasi semi teknis

3) Jaringan Irigasi Teknis


Jaringan irigasi teknis mempunyai fasilitas bangunan yang sudah lengkap. Salah satu
prinsip rancang bangun dalam jaringan irigasi adalah jaringan pembawa dengan
jaringan pembuang. Bangunan ukur dan bangunan pengatur sangat dibutuhkan dalam
pengaturan air irigasi. Petak tersier menjadi sangat penting karena menjadi dasar
perhitungan sistem alokasi air, baik jumlah maupun waktu. Jaringan irigasi teknis
dilengkapi : Bangunan Pengambilan yang permanen, sistem pembagian air dapat diukur
dan diatur, serta jaringan pembawa dan pembuang telah terpisah.
Salah satu teknis prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan antara
jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik saluran
irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari
pangkal hingga ujung. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan
saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke selokan-selokan
pembuang alamiah yang kemudian akan membuangnya ke laut.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak
tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar
antara 50-100 Ha. Petak tersier menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah
diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Pembagian air
di dalam petak tersier diserahkan kepada para petani. Jaringan saluran tersier dan
kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung di dalam suatu jaringan
saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang
primer. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip di atas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu-waktu
merosotnya persediaan air serta kebutuhan-kebutuhan pertanian. Jaringan teknis
memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan
pembuangan air lebih secara efisien.
Jika petak tersier hanya memperoleh air dari satu tempat saja yaitu jaringan (pembawa)
utama, akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran primer,
eksploitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan dengan
apabila setiap petani diijinkan untuk mengambil sendiri air dari jaringan pembawa.
Untuk menghindari kesalahan pengolahan air dalam hal-hal khusus, dibuat sistem
gabungan (fungsi saluran irigasi dan pembuang digabung). Walaupun jaringan ini
memiliki keuntungan-keuntungan tersendiri, kelemahan-kelemahannya juga amat
serius sehingga sistem ini pada umumnya tidak akan diterapkan.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam ini adalah
pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah, karena
saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahan-kelemahannya adalah
• jaringan semacam ini lebih sulit diatur dan dieksploitasi,
• lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata.
• Bangunan-bangunan tertentu di dalam jaringan tersebut akan memiliki sifat-
sifat seperti bendung dan relatif mahal.

skema jaringan irigasi teknis


2.6 Jenis Jaringan Irigasi
1. Irigasi Utama
Jaringan irigasi utama meliputi bangunan utama, saluran primer dan sekunder serta
bangunan air (bangunan bagi/bagi sadap/sadap) dan bangunan pelengkapnya yang ada
di saluran primer dan saluran sekunder.

2. Jaringan Irigasi tersier


merupakan jaringan irigasi di petak tersier, mulai saluran tersier, saluran kuarter dan
bangunan yang ada di kedua saluran tersebut (boks bagi tersier, boks bagi kuarter dan
bangunan air lainnya).

2.7 Skema Jaringan


Adapun dalam merencanakan jaringan irigasi harus dibuat skema rencana jaringan irigasi dan
skema letak maupun jenis bangunan.
a. Skema jaringan irigasi adalah merupakan gambaran yang menampilkan jaringan
saluran dimulai dari bendung, saluran primer, sekunder, bangunan bagi, bangunan
sadap, dan petak-petak tersier dengan standar sistem tata nama.
b. Skema bangunan adalah yang menampilkan khusus jumlah dan macam bangunan-
bangunan yang ada pada tiap-tiap ruas saluran dan berada dalam satu daerah jaringan
irigasi dengan standar sistem tata nama.

2.8 Jenis Saluran pada Jaringan Irigasi Teknis


Saluran adalah bagian dari bangunan pembawa yang mempunyai fungsi membawa
/mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran kuarter, dan saluran pembuang. Termasuk
dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan, dan got miring.
Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan
saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder
tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi yaitu:
a) Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.
b) Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.
c) Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terakhir.
d) Saluran kuarter adalah saluran yang membawa air dari bangunan yang menyadap dari
boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.
e) Saluran pembuang adalah saluran yang berada pada daerah irigasi yang terletak diantara
petak-petak lahan tersier yang dapat difungsikan juga sebagai pembatas area antara
petak-petak tersier ataupun kuarter serta kegunaan yang paling pentingnya adalah untuk
membuang kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alamiah. Terdapat beberapa
jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuarter, saluran pembuang tersier,
saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier
dimaksudkan untuk mengeringkan sawah, membuang kelebihan air hujan, membuang
kelebihan air irigasi.
• Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah
atasnya atau dari saluran pembuang di daerah bawah.
• Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang
kuarter.
• Saluran pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan
membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai

2.9 Jenis Organisasi Petak-Petak Jaringan Irigasi


Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi
petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter,dan petak
sawah sebagai satuan terkecil.
2.9.1 Petak tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai
dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan di petak tersier menjadi
tanggungjawabi para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah
bimbingan pemerintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya
jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap
efisiensi pemberian air.
Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain
jumlah petani, topografi, dan jenis tanaman. Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak
tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat. hal ini akan memudahkan dalam
pengaturan tata letak dan pembagian air yang efisien. Petak tersier sebaiknya berbatasan
langsung dengan saluran sekunder atau saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier
yang terletak tidak secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan
memerlukan saluran muka tersier yang membatasi petak-petak tersier lainnya.

2.9.2 Petak sekunder


Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran
sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi yang
jelas misalnya saluran drainase.
Luas petak sekunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang
bersangkutan. Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi
kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder
juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang
lebih rendah.

2.9.3 Petak primer


Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran
primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari
bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan
mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati
sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari
saluran primer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan
produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat,
khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat
persedian air tanah tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga
tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh
tata cara aplikasi, juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang
dibutuhkan tanaman.
Sistem jaringan irigasi dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Jaringan irigasi sederhana
2. Jaringan irigasi semi teknis dan
3. Jaringan irigasi teknis

3.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang pentingnya teknik irigasi
dan sistem jaringan irigasi dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/38055
654/SISTEM_JARINGAN_DAN_BANGUNAN_IRIGASI&ved=2ahUKEwi9taf2zqL2AhX
Z8XMBHXuwDD4QFnoECAkQAQ&usg=AOvVaw3pGkFo8p1ugTd_C8Gw9kTl
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://bpsdm.pu.go.id/center/pel
atihan/uploads/edok/2019/12/0ab95_Modul_Pengenalan_Sistem_Irigasi.pdf&ved=2ahUKEw
jC5auQz6L2AhURgOYKHb2OD8YQFnoECC4QAQ&usg=AOvVaw2xusr4nXxuGEbS604
hlctt
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://blog.ub.ac.id/rescueiffah/2
013/05/13/pengertian-air-untuk-irigasi-dan-sistem-jaringan-
irigasi/&ved=2ahUKEwjC5auQz6L2AhURgOYKHb2OD8YQFnoECDEQAQ&usg=AOvVa
w1UxUuEQtwRrd0TkKCPfWb2
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.polsri.ac.id/1542/3/
BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjC5auQz6L2AhURgOYKHb2OD8YQFnoECBMQAQ&u
sg=AOvVaw2RJul8E7xoRPbvhKNoeyRH

Anda mungkin juga menyukai