Anda di halaman 1dari 7
KARAKTERISASI BATUAN PEMBAWA EMAS BATANG TORU TAPANULI SELATAN Oleh: Rustiadi Purawiardi dan Immanuel Ginting Pusat Penelitian Metalurgi-LIPL Kawasan Puspiptek, Serpong INTISARI Tyjuan dari penelitian karakterisasi endapan emas dari Batang Toru adalah mengidentifikasi jenis- Jenis mineral yang terkandung di dalam sampel batuan dari Batang Toru dan teksturnya. Pengenalan jenis ‘mineral akan sangat membantu dé dalam proses ekstraksi emas, karena mineral yang mengandung sulfida sangat mengganggu di dalam proses amalgamasi, sedangkan hubungan antara satu mineral dengan mineral-mineral lain, youg dikenal dengan tekstur akan memberikan informasi tentang jenis penguncian mineral, Dengan mengetahui jenis penguncian akan memberikan gambaran tentang ukuran butir yang diperlukan, untuk mempertinggi derajat liberasi mineral. Dengan menggunakan difeakiometer sinar X, hasil analisis sampel batuan dari Batang Toru terdiri dari Kwarsa, Goethite, Argentite, Galena, Pyrite, dan sejumlah kecil Electrum dan emas. Dengan analisa petrografi, Argentite intergrowth dengan Galena dan terbentuk sebagai cavity filling ke dalam veinlets di dalam Goethite dan Kwarsa terbreksikan. Goethite terbentuk pada tahap magmatik aval di dalam Kwarsa terbreksikan, sedangkan emas dan Electrum terbentuk pada tahap magmatik paling akhir dalam bentuk urat-urat yang sangat halus. Kata kunci: karakierisasi, genesa, emas, Batang Toru, Tapanuli Selatan ABSTRAK The aims of investigation of gold deposits of Batang Toru are to identify the types of minerals and their textures contained in the rock samples from Batang Toru. The minerals identification will support in gold extraction, because the sulfide minerals make disturbance in amalgamation process, whereas the relation among minerals, known as texture wil! give information about locking type of mineral. By knowing this lacking type will give information of grain size that is needed for rising degree of liberation of minerals. By using X ray Diffractometer, the result of the rock samples analyzes of Batang Toru consist of Quarte, 6, Argentite, Galena, Pyrite, and the small amount of Electrum and Gold. By Petrographyc analyzes the Argenthite dan Galena were intergrowth and formed as cavity filling into veinlets in Geothite and brecciated Quartz, The Geothite were formed at first magmatic stage in brecciated Quartz, while Gold and Electrum were formed at the ‘atest magmatic stage in the form of veinlets. I. PENDAHULUAN lihatkan bahwa kedudukan geologinya berada antara daerah Danau Toba dan daerah Danau Endapan emas Batang Toru, Tapanuli Singkarak. Selatan belum banyak terungkapkan, dise- Kedudukan geologi dari daerah pene- lidiki atau diketahui orang, Dari_peneliti- litian dipengaruhi ole geologi daerah Danau peneliti terdahulu di daerah Tapanuli Selatan Toba dan sekitarnya, “hanya beberapa daerah saja yang diketahui, Beberapa satuan batuan yang tersebar seperti endapan emas di tepi sungai Batang di daerah Toba ” adalah sedimen Pra-Toba Gadis (Huta Bargot), Estella (batas dengan dan batu beku Andesitic dan Dacitie Pre- Muara Pungkut), Gunung Marisi (barat daya Toba Tuff, Rhyolitic Toba Tuff dan Alu- Muara Sipongi), Sidingin (utara Kota Nopan vium, Penjelasan tentang geologi daerah atau timur laut Muara Sipongi), Singengon Toba dalam hubungan dengan endapan emas (tenggara Kota Nopan). Batang Toru dapat diterangkan pada bab Di Muara Sipongi " kadaraya sekitar 4 selanjutnya. ppm, sedangkan di daerai Batang Gadis Dalam rangka menunjang perbaikan (Aek Sihajo) hanya diketemukan bijih Pb, Cu proses Pertambangan Emas Rakyat, perlu dan Zn, dilakukan penelitian tentang karakterisasi Batang Toru yang berada di sebelah endapan mineral pembawa bijih emas. utara Batang Gadis atau tepatnya + 60 Km Pemilihan daerah Batang Toru sebagai objek sebelah utara Padang Sidempuan memper- penelitian antara lain Karena di daerah Metalurgi, Volume 23, No. 1, Juli 2008 31 tersebut ditemukan beberapa tambang rakyat yang menggunakan air raksa untuk pengo- lahan emas dengan proses amalgamasi, yang perlu dikembangkan agar limbah air raksanya tidak mengganggu lingkungan. Permasalahan jenis mineral dan teks- tur, akan memberikan informasi tentang proses yang cocok untuk perbaikan ekstraksi emas. Jenis mineral yang mengandung sul- fida akan mengganggu proses amalgamasi emas, sedangkan tekstur intergrowth ”) akan mengalami kesukaran di dalam pembebasan mineral, karena mineral-mineral tersebut saling penetrasi. Beberapa tekstur inter- growth akan memperlihatkan bentuk geo- metris pada klasifikasi jenis penguncian atau dikenal dengan locking type, seperti graphic atau mymerkite, Tentang Klasifikasi jenis pe- nguncian akan diterangkan pada bab se- lanjutnya, Mengingat fokus penelitian pada jenis mineral dan tekstur, maka ruang lingkup penelitian adalah pada karakteristik endapan emas Batang Toru, bukan permasalan eks- plorasi mineral. Dengan demikian pende- katan yang dilakukan adalah idenfitikasi mineral, genesa mineral, tekstur. Alat yang, digunakan adalah difraktometer sinar X, dan untuk penelitian petrografi digunakan mi- kroskop bijih ®. Identifikasi mineral dengan difraktometer sinar X akan memberikan hasil lebih akurat, karena sifatnya matematis, se- dangkan identifykasi mineral dengan petro- grafi dalam hal ini mikroskopik bijih akan memberikan penekanan pada gambaran teks- tur, paragenesa mineral, dan lain-lain, Beberapa hipotesa tentang terbentuk- nya endapan emas antara lain proses hidro- termal, intergrowth, replacement dapat diper- lihatkan pada tekstur dari gambaran_ perto- grafi, Endapan emas hidrotemal dapat diper- lihatkan berupa urat-urat halus, yang amur- nya lebih muda dari pada batuan yang ditembusnya, sedangkan intergrowth diperli- hatkan dengan gejala saling penetrasi atau sisa larutan yang terbentuk pada keadaan eutetic. Sebagai hasil yang diharapkan adalah kurva difraksi yang memberikan gambaran tentang jenis-jenis mineral, dan gambaran tekstur untuk —mengetehui _—_jenis-jenis, penguncian mineral, paragenesa mineral dan lain-lain, Pada penelitian tentang karak- teristik endapan emas Batang Toru ini telah kukan pengujian dengan difraktometer sinar X, guna mengetahui jenis mineral pada 32 contoh batuan, dan penelitian petrografi dengan menggunakan mikroskop bijih untuk mengetahui penyebaran unsur emas yang ter- dapat di dalam contoh batuan endapan emas Batang Toru. TL, HUBUNGAN ANTARA KEDUDUKAN GEOLOGI TOBA DENGAN ENDAPAN EMas BATANG TORU Peta Geologi daerah Toba dido- minasi oleh singkapan batuan Toba Tuff yang berumur Pleistocene yang merupakan Rhyolitic Pumice Tuff, sering memper- lihatkan Welded Tuff dan memperlihatkan tekstur ignimrite, Rhyolitic Pumice Tuff merupakan hasil erupsi dahsyat, beberapa ahli vulkanologi mengklarifikasikan sebagai erupsi belahan tipe Katmai dengan pusat erupsi di Danau Toba sekarang. Ketebalan maksimum dari Rhyolitic Pumice Tuff adalah 600 m ke arah timur laut dan menorun secara gradual menjadi 50 m di daerah sekitar Medan, Pumice Tuff ini tersebar ke arah timur laut dan barat daya menutupi pulau Sumatera sekitar Danau Toba. Rhyolitic Pumice Toff ini menutu older andesitic vulcanic atau kalau tidak ada, menutupi older neogen sandstone (batu pintu sandstone) dan batuan rhyolitic ini ditutupi oleh Late Pleistocene dan Holocene Ande- site. Dari beberapa endapan bijih di daerah Kota Nopan, Muara Sipongi, Batang Gadis dan Muara Soma, merupakan endapan urat (vein). Pembentukan endapan_ bijih_emas, perak, tembaga di daerah Tapanuli Selatan berhubungan dengan kegiatan erupsi Toba (fissure eruption), Karena erupsi Toba dapat digolongkan kepada erupsi yang hebat sejenis Katmai, di mana sifat magma asam. yang membawa serta mineral berharga. Di daerah Tapanuli Selatan belum begitu kuat untuk bererupsi, schingga terjadi beberapa intrusi baik berupa dike, maupun vein atau veinlet yang sifatnya late magmatic stas schingga kemungkinan besar endapan bijih di Tapanuli Selatan tersebut terbentuk pada ja- man Pre-Toba Tuff. Peta lokasi daerah Batang Toru dapat dilihat pada Gambar 1. Metalurgi, Volume 23, No. 1, Juli 2008 Gambar 1, Peta lokasi daerah Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara IIL. PENGUJIAN DENGAN DIFRAKTOMETER SINAR X Sebelum pengujian dengan difrakto- meter sinar X dilakukan terhadap sampel dari Batang Toru, lebih dahulu dilakukan bebe- rapa prosedur pengujian sebagai berikut: 1, Sampel digerus schalus mungkin dengan alat agat mortar dalam cawan sampai terbentuk tepung dengan ukuran butir 10 mikron. 2, Sampel yang telah digerus halus tersebut, kemudian ditaburkan pada spesimen holder yang berukuran 25 mm x 35 mm x 1 mm, sedangkan luas lapisan yang akan disinari adalah 22 mm x 15 mm. 3. Masukkan serbuk ke dalam Iuas lapisan yang akan disinari tersebut, kemudian ratakan serbuk tadi dengan bilah spatula schingga lapisan serbuk mempunyai ke- tebalan yang merata. 4, Pasang spesimen holder yang sudah terisi pada shaft goniometer di difaktometer sinar X. Dari hasil pengukuran teridentifikasi mineral-mineral sebagai berikut: I. Kwarsa diperoleh pada puncak intensitas paling tinggi pada d = 3.34 A®. Disusul Intensitas yang lebih rendah pada d = 1.81 A°, d= 1.54 A°, d= 1.37 A°, 2. Geothite diperlihatkan pada puncak Intensitas d= 2.35 A°, d= 2.04 A® dan d = 1.23 A® dengan Intensitas kecil (5%). 3. Argentite (AgS) diperlihatkan pada jarak kisi d= 2.61 A°, d=2.44 A°, Metalurgi, Volume 23, No. 1, Juli 2008 4, Galena (PbS) diperlihatkan pada jarak kisi d = 3.43 A®, d = 2.10 A® dengan intensitas kecil. 5. Pyrite (FeS2) diperlihatken pada jarak kisi d = 1.63 A®, d= 2.71 A®, d= 2.42 ‘A® dengan intensitas kecil (2%). Kurva difftaksi beserta jenis mineral dapat dilihat pada Gambar 2. Rw aa ao wm aN TaN ote Gambar 2. Kurva diftaksi beserta jenis mineral sampel bijih emas Batang Toru IV.PETROGRAFI Pengujian petrografi dimaksudkan un- tuk mengetahui gambaran tekstur mineral, jenis mineral yang menyusun batuan pem- bawa emas, besar butir, dan genesa mineral, Dengan menggunakan mikroskop bijih dapat diketahui jenis mineral secara visual, hubungan mineral yang satu dengan mineral yang lainnya, yang dikenal sebagai tekstur, serta mineralisasi bijih. Prosedur pengujian mineral dengan mikroskopik bijih adalah sebagai berikut 1. Sampel dipotong sesuai dengan keper- Juan dengan mesin potong atau cutting machine. 2, Sampel yang telah dipotong dicetak dengan resin cair dan dibiarkcan kering, 3. Sefelah sampel yang berada dalam resin tersebut kering, kemudian dipoles dengan mesin poles atau polishing machine, dengan menggunakan ampelas dan alumina cair. 4, Sefelah sampel dipoles dan memenuhi persyaratan untuk bisa dilihat di micros- kop bijih, kemudian dilakukan penga- matan secara microskopik dan akhimya dilakukan pemotretan. Dari hasil penga- matan mikroskop memperlihatkan batuan dikelilingi oleh beberapa veinlet se- hingga di beberapa tempat memper- lihatkan Kwarsa yang terbreksikan yang diisi oleh mineral-mineralnya dapat identifikasikan sebagai berikut: 33 © Kwarsa: sebagai mineral utama pada sampel Batang Toru, beberapa telah terbreksikan dan diisi oleh mineral- mineral. * Goethite: sebagai mineral yang ter- bentuk setelah Kwarsa, yang mengisi rekahan-rekahan Kiwarsa, sebagai pengisisan pertama mineral bijih dan diisi ofeh mineral bijih sclanjutnya. ‘© Argentite: berwama abu-abu, sering menunjukkan warna hijau, bireflec- tance (pleochroism) sangat lemah, isotropic, reffeksi dalam tidak ada, berbentuk kristal yang isomorf (agre- gat dari butiran yang poligonal) mengisi veinlet atau cavity filling, sebagai exsolution body di dalam Gatena dan sebagai inklusi di dalam Pyrite. Dalam sample dari Batang Toru, nampak Argentite intergrowth dengan Galena, © Emas; berwama kuning emas, tidak bire- Slectance, isotropic, refleksi dalam tidak ada, emas murni dikelilingi oleh warna yang lebih merah muda (seperti emas kaya Cu), perkembangan zoning, dapat diteliti oleh perbedaan bayangan warna. Terbentuk sebagai euhedral pentagonal atau dedocahedral, tetapi sebagai butiran yang terisolasi dengan ukuran yang berbeda, Dalam sampel dari Batang Toru ini, emas tersebar di dalam Kwarsa dan Geothite berupa kelompok (cluster), veinlet, globular, sheaf like, menjarum (acicular). Emas pada sampet ini juga tersebar berupa rims, atau coating di dalam Pyrite. © -Blectrum: berwarna kuning pucat, tidak bireflectance, isotropic, refleksi dalam tidak ada, terbentuk sebagai butiran yang tidak teratur dengan ukuran yang ber- variasi dan sebagai veinlets. Pada sampel Batang Toru ini, Electrum tersebar sebagai veinlets di dalam Kwarsa dan Geothite, © Galena (PbS): berwama putih terang, kadang dengan wama pink (merah jambu), tidak bireflectance, isotropic, tefleksi dalam tidak ada, belahan krista! sempuma yang di bawah mikroskop terlihat sebagai triangular pits.” Dalam sampel dari Batang Toru ini Galena 34, terbentuk berupa veinlet di dalam Kwarsa atau Geothite dan intergrowth dengan Argentite, dengan batas kristal yang kabur. * Pyrite (FeS;): berwama kuning terang, kadang dengan wama pink (merah jambu), tidak bireflectance, isotropic, Tefleksi dalam tidak ada, mengandung mineral-mineral_ di dalamnya. Pada sampel Batang Toru ini, mineral Pyrite tersebar tidak merata di dalam Kwarsa dan Geothite. Terjadinya endapan emas di Batang Tom” ini dimulai dengan pembentukan urat Kwarsa (quartz vein), yang kemudian mengalami breksiasi. Setelah terbentuk breksi_ Kwarsa, kemudian diisi oleh Pyrite sebagai pengisian bijih awal, yang kemudian terjadi proses pelapukan pada Pyrite menjadi oksida besi. Gambar 3. Argentite mengisi rekahan-rekahan Kwarsa (Qz) berupa urat (vein), rnampak emas (B) imtergrowth dengan Argentite (Ag) iy Gambar 4, Emas (E) dan Flectrum (Bl) mengisi urat haius di dalam Kwarsa (Qz) dan goethite (Go) Metalurgi, Volume 23, No. 1, Juli 2008 Oksida besi terdiri dari Limonite dan goethite, yang mana dua mineral ini mem- punyai komposisi kimia yang sama, tetapi jenis mineral berbeda. Limonite merupakan oksida besi yang tidak berkristal, sedangkan goethite merupakan oksida besi yang ber- kristal, sehingga yang terdeteksi pada diftak- tometer sinar X hanya goethite, sedangkan Limonite tidak terdeteksi oleh difraktometer sinar X. Selain retakan-retakan pada Kwarsa, timbul juga retakan-retakan pada goethite. Baik retakan-retakan Kwarsa maupun soethite merupakan media untuk pengisian -bijih selanjutnya. Pada sampel Batang Toru ini, emas umumnya mengisi rongga- rongga di dalam Kwarsa dan goethite, sedangkan Argentite dan Galena mengisi retakan-retakan Kwarsa dan goethite, yang kemudian membentuk urat-urat halus, se- dangkan urat yang lebih halus lagi diisi oleh Electrum dan emas. Dengan demikian emas dan Electrum terbentuk pada Jartest mugmatic stage » Hubungan antar mineral dapat diperlihatkan pada gambar 3 dan gambar 4. V.PEMBAHASAN: Dari hasil analisa difraksi sinar X, ‘memperlihatkan bahwa contoh endapan emas Batang Toru ini didominasi oleh mineral- mineral Kwarsa dan goethite, sedangkan mineral-mineral lainnya seperti Galena, Argentite, Pyrite, Electrum dan emas, meru- pakan mineral-mineral yang sangat sedikit atau hanya sebagai jejak saja. Mineral-mineral dominan tersebut di- perlihatkan oleh puncak intensitas yang kuat, sedangkan mineral-mineral yang sedikit atau Jejak diperlihatkan olch puncak intensitas Yang lemah, tetapi walaupun demikian mineral-mineral yang sedikit ini merupakan target utama penelitian. Limonite tidak terdeteksi oleh difraktometer sinar X, karena mineral ini tidak berkristal atau amorf, walaupun mineral Limonite ini mempunyai senyawa kimia yang sama dengan. goethite dan terbentuk bersama-sama, Dengan de- mikian goethite merupakan _ perwakilan Limonite di dalam analisa mineral dengan menggunakan difraktometer sinar X. Perlu diketahui bahwa analisa difraksi sinar X yang dilakukan pada penelitian ini hanya merupakan analisa kualitatif, Karena alat diftaktometer sinar X yang digunakan di sini Metalurgi, Volume 23, No. 1, Juli 2008 belum mampu untuk menganalisis secara kuantitatif, Dari hasil analisis petrografi, yang dalam hal ini menggunakan mikroskop bijih, beberapa mineral dari sampel Batang Toru dapat teridentifikasi yaitu Kwarsa, Limonite, Galena, Argentite, Pyrite, Electrum dan Emas. Beberapa tekstur teridentifikasi sebagai vein, veinlet, cavity filling, integrowth, replacement, weathering. Dari beberapa tekstur dan identifikasi mineral dapatlah digambarkan cara terjadinya mineral atau paragenesa mineral sebagai berikut: 1. Larutan hidrotermal, yaitu larutan sisa magma mengisi vei (urat) yang telah ada sebelumnya, Vein tersebut umumnya terjadi akibat shear stress atau com pression stress dati gaya-gaya tektonik. Pada tahap awal ini diendapkan mineral yang didominasi olch Kwarsa, Kemudian pada waktu kristalisasi banyak terjadi rekahan-rekahan kecil yang disertai ge- rakan tektonik sehingga mineral Kwarsa tersebut terbagi menjadi bagian-bagian kecil dengan ukuran butir yang tidak seragam, schingga terbentuk urat-urat halus atau veinle¢ di antara Kwarsa. 2. Pada tahapan selanjutnya larutan hidro- termal yang lebih encer mengisi veinlet di antara Kwarsa tadi yang mengen- dapkan Pyrite. Mineral Pyrite di sini terbentuk pada temperatur rendah yang diperlihatkan oleh tekstur —botriodal. Tekstur ini merupakan salah satu jenis dari tokstur kolodial, yang menunjukkan gejala pembentukan temperatur rendah atau epithermal. 3. Tahapan selanjutnya adalah tahapan pelapukan atau weathering, di mana pada tahap pelapukan ini Kwarsa sukar lapuk, sedangkan Pyrite mudah lapuk, Pyrite mengalami pelapukan menjadi Limonite, di mana sebagai mineral Limonite ber- sifat berpori dan lunak, sehingga mudah untuk dilalui cairan hidrotermal selan- jutnya. Tekstur botroidal masih tampak pada gambaran mikroskop, yang ditandaj oleh urat-urat halus yang berbelok-belok mengelilingi Kwarsa. 4, Setelah proses weathering ®, tahap selan- jutya adalah pengisian oieh larutan hidrotemal yang lebih encer sehingga mampu menembus urat-urat yang lebih hatus lagi. Pada penampakan mikroskop 35 36 diperlihatkan, bahwa ada gejala pengi- sian atau gejala cavity filling, yaitu pengisian pori dan pengisian urat hatus atau veinlet, Pada cavity filling ©) ini, diperlihatkan Galena dan emas mengisi pori di dalam Kwarsa tersebar tidak merata, sedangkan pada pengisian urat, nampak Galena menggerogoti Limonite atau istilan umum adalah Limonite mengalami gejala replacement oleh Galena. Pada pengisian pori oleh Galena dan emas didalam Kwarsa, akan meng- hasilkan bentuk geometris berupa jenis penguncian mottled atau spotty. Pada Jenis penguncian ini Galena dan emas tersebar berbentuk bundar tanggung atau bersudut tanggung di dalam Kwarsa, sehingga liberasi tidak sukar, peng- gerusan sesuai besar butir minimum, Dari pengamatan mikroskopik, nampak Galena tumbuh bersama dengan Argen- tite atau istilah umum adalah Galena intergrowth dengan Argentite. Jenis intergrowth yang ditemui di sini adalah exsolution intergrowth, di mana Argen- tite berupa bereak-bercak berada di dalam Galena. Exsolution intergrowth ini akan menghasilkan bentuk | geometris yang disebut jenis penguncian drops like atau emulsion like, Pada jenis penguncian drops like atau emulsion like ini, liberasi sukar, sehingga diperlukan penggerusan yang sangat halus. Jenis exsolution imergrowth yang {ain adalah iameitar intergrowth, yang menghasilkan jenis penguncian /amellar. Pada lamellar intergrowth ini Electrum —berbentuk memanjang atau lamellar berada dalam Galena, sehingga liberasi cukup mudah, penggeruisan sesuai dengan lebar larnellar. Tahapan yang paling akhir adalah pengisian oleh larutan hidrotermal yang lebih encer lagi schingga mampu me- nembus urat-urat yang paling halus dan mengendapkan emias dan Blectrum. Pada kenampakan mikroskopik terlihat urat halus atau veinlets yang memotong Kwarsa diisi oleh mineral emas dan Electrum, Pada pengisian urat halus ini, menghasilkan bentuk geometris pengun- cian yang disebut vein like atau stringer like, Pada bentuk penguncian ini urat halus emas memotong Kwarsa, liberasi Vi. cukup — mudab, sesuai dengan lebar urat. penggerusan KESIMPULAN Sampel batuan dari Batang Toru terdiri dari Kwarsa, goethite, Argentite, Galena, Pyrite, emas dan Electrum, Paragenesa endapan emas dimulai dari pengisian urat atau vein oleh larutan hidrotermal, yang mengendapkan mi- neral utama Kwarsa. Mineral Kwarsa kemudian mengalami deformasi tektonik dan Kwarsamengalami _ breksiasi. Kwarsa terbreksikan tersebut merupakan media untuk pengisian mineral-mineral berharga, Selanjutnya larutan hidrotermal mengisi media tersebut, sehingga meng- fasilkan endapan Pyrite. Sefanjutnya Pyrite mengalami pelapukan menjadi mineral kaya oksida besi seperti limonit dan goethite. Pada waktu mineralisasi, Kwarsa dan gocthite mengalami deformast mekanik akibat gejala-gejalaperubahan tem- peratur dan tekanan, sehingga terbentuk beberapa pori, celah, retakan, patah- patahan kecil, urat-urat halus, yang menjadikan media untuk pengisian la- rutan hidrotermal selanjutnya, sehingga pada tahap akhir pengisian diendapkan mineral-mineral Galena dan Argentite, sedangkan pada tahap paling akhir pengi- sian oleh lacutan hidrotemal mengendap- kan emas dan Electrum, yang dapat diperlihatkan pada uraturat halus dan pori-pori halus pada Kwarsa, ‘Tekstur exsolution intergrowth diperli- hatkan pada Galena dan Argentite, yang menghasitkan bentuk geometris drops like, emulsion like, dan lamellar like. Bentuk geometris vein like diperlihatkan oleh Electrum dan emas di dalam urat- urat halus di dalam Kwersa. Banyaknya urat-urat halus di dalam Kwarsa dan goethite merupakan para. meter kadar emas. Liberasi batuan emas Batang Toru cukup mudah sehingga dapat dipisahkan antara pengotor dengan logam berharga se- hingga memudahkan proses ekstraksi selanjutnya. Metalurgi, Volume 23, No. 1, Juli 2008 DAFTAR PUSTAKA 1. Bemmelen, of Indonesia’ 2. Marks. P., “Stratigraphic Lexicon of Indonesia.” Publikasi Keilmuan No. 31, seri geologi, halaman 188-189. 3. Ramdohr, Paul. “The Ore Mineraly And Their Intergrowth.” second edition, volume 1, Pergamon Press, Copyright @ 1980. 4. UytenbogaardtW., Burke, E, A, Ys “Tables for Microscopie Identification of Ore Minerals”, p. 34, 35, 64, 65, 70, 71., Elsevier Publishing Company, Amsterdam, Copyright @i971. 5, ==. 1971, “Atlas Stratigraphic Lexicon of Indonesia”, Toba Tuff, p. 131, Compiled by ‘The Geological Survey of Indonesia. 6 Dana, E., S., Ford. EB. 1957. “4 Textbook of Mineralogy”, John Witey & sons, Inc, New York, 4%.ed., p. 402-505. W., Van. 1949. "The Geology Metalurgi, Volume 23, No. 1, Juli 2008 7. 1986. JCPDS, "The International Centre for Diffraction”, 1601, Parklane, Swarthmore, PA 19081, USA. RiwayaT PENULIS Rustiadi Purawiardi, lahir di Sukabumi 15 Juli 1946, tahun 1974 lulus Si Geologi ITB, tahun 1989 lulus $2 Geofisika Terapan ITB. Bekerja di Pusat Penelitian Metalurgi LIPI sejak tahun 1978 sampai sckarang. Immanuel Ginting, lahir di Pancurbatu (Medan), 20 Agustus 1952, Lulus Akademi Geologi dan Pertambangan Bandung, tahun 1977, lulus $1 Teknik Metalurgi Universitas Jenderal Ahmad Yani Bandung, tahun 1997, Bekerja di Pusat Penelitian Metalurgi LiPl sojak tahun 1979 sampai sekarang. 37

Anda mungkin juga menyukai