Makalah Ekonomi Islam
Makalah Ekonomi Islam
KONVENSIONAL
1. Pengertian
1
Dede Nurohman, Memahami Dasar-dasar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 95.
2
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi
Mikro&Makro (Jakarta: RajaGarfindo Persada, 2003), 147.
21
2
barang dan jasa yang ingin dibeli dalam jangka waktu itu. Masalah
3
agar kesejahteraan ekonominya maksimum.
3
Ari Sudarman, Teori Ekonomi Mikro (Yogyakarta: BPFE, 1987), 15.
4
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011),
5.
5
Ari Sudarman, Teori Ekonomi..., 14.
2
6
(fundamental values), yaitu:
b. Utilitarianisme (utilitarianism)
6
M.B. Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika..., 120.
7
Monzer Kahf, Ekonomi Islam Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam
terj. Machnun Husein (Ypgyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 16.
8
Ibid.
2
tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu yang
dapat kita saksikan. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu
Kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motif. Oleh sebab itu kita
10
dan yang sesungguhnya dirasakan. Sedangkan, perilaku (tindakan)
9
Basu Swastha Dharmmesta dan Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku
Konsumen (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2008), 77-78.
10
Rini Dwiastuti dkk, Ilmu Perilaku Konsumen (Malang: UB Press, 2012), 58.
11
Ibid., 61.
2
12
memperoleh barang dan jasa dapat dibedakan kepada dua bentuk:
(permintaan efektif).
13
maka keinginan-keinginan yang baru akan wujud. Kebutuhan
manusia itu luar biasa banyaknya, baik kebutuhan fisik maupun psikis,
14
manusia itu tiada terbatas.
15
papan (tempat tinggal). Ada dua faktor penyebab kebutuhan yang
dirasakan oleh konsumen (felt need) yaitu faktor luar dan faktor
dalam. Faktor luar konsumen seperti aroma makanan orang jadi ingin
12
Sadono Sukirno, Mikroekonomi..., 5.
13
Ibid., 6.
14
Suherman Rosyidi, Pengantar ..., 51.
15
Ibid.
2
beli jadi membeli. Selain dari luar, konsumen juga ada faktor dari
dalam diri konsumen sendiri (fisiologis) atau innate needs misal rasa
16
kehidupan.
17
sepatu, sepeda, pendidikan, dan sebagainya. Kebutuhan sekunder
18
bentuk rumah yang bergengsi.
16
Rini Dwiastuti dkk, Ilmu Perilaku ..., 60.
17
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori ..., 51.
18
Rini Dwiastuti dkk, Ilmu Perilaku ..., 60.
19
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori ..., 51.
2
20
Rini Dwiastuti dkk, Ilmu Perilaku ..., 61.
21
P3EI, Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 127.
2
22
maksimum kepada individu dan masyarakat.
tesrsebut telah menjelma menjadi gaya hidup yang asal beda. Mereka
tidak lagi terikat pada utilitas, fungsi dan kebutuhan, namun mewujud
22
Sudono Sukirno, Mikroekonomi ..., 7.
23
Monzer Kahf, Ekonomi Islam..., 16-17.
24
Dede Nurohman, Memahami Dasar-Dasar..., 96-97.
2
berbeda, baik makna sosial, status, simbol, atau prestice. Pada titik ini,
3. Prinsip-prinsip
25
Ibid., 97.
26
Alfred W. Stonier dan Douglas C. Hague, Teori Ekonomi, terj. Imanuddin Asmawi
(Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 1984), 73.
3
memaksimumkan kepuasannya.
28
bersesuaian).
indifferent).
27
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), 51.
28
Ibid., 16-17.
3
besar sedang unsur-unsur yang lain lebih kecil atau sama, maka
bukan B.
dipengaruhi oleh tingkat harga yang ditawarkan, baik cita rasa (taste),
29
ataupun income seseorang. Dalam analisis ekonomi, preferensi
29
Said Sa’ad Marton, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global Terj. Ahmad
Ikrom & Dimyauddin (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), 73.
30
Ibid.
3
yaitu:
31
membayar mahal, begitu juga sebaliknya.
maksimal.
31
Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam (Malang: UIN-Malang Press, 2008),
103-104.
32
Ibid.
3
33
bahwa:
33
Ari Sudarman, Teori Ekonomi..., 15-16.
34
Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro..., 105.
3
1. Pengertian
atau rezeki harus dengan cara yang halal dan baik. Artinya, perbuatan
35
Abdul Aziz, Ekonomi Islam: Analisis Mikro dan Makro (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), 37-38.
36
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’a>n ..., 25.
3
Islam selama keduanya tidak melibatkan hal-hal yang tidak baik atau
37
merusak.
37
Abdul Aziz, Ekonomi Islam..., 38.
38
Amri Amir, “Teori Konsumsi Islam”, dalam https://amriamir.wordpress.com/2013/11/16
/teori-konsumsi-Islam/, diakses pada 30 Mei 2017 pukul 11.38 WIB.
39
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 93.
3
ideologik terhadap keduanya. Dalam hal ini dua macam istilah yang
digunakan dalam al-Qur‟an adalah al- yyiba dan al-rizq.41
ta} t>
bersih dan suci, hal-hal yang baik dan indah, makanan diantara yang
buruk, tidak suci (najis) dan tidak bernilai tidak dapat digunakan dan
40
Sri Rizqiningsih, “Analisis Perilaku Konsumen...”, 33-34.
41
Monzer Kahf, Ekonomi Islam..., 25.
3
43
yang sebenarnya dan pemasok kebutuhan semua makhluk.
konsep Islam, bukan barang dan juga tidak dapat dianggap sebagai
42
Ibid.,25-26.
43
Ibid., 26.
44
Ibid.
3
كلΫ ϦϬ بيبلجϦ مϦϬ يلعϦيϧΪ يϦيϨمΆϤلٱ ءاسϧϭ كتاϨبϭ كجϭίِ لق يبϨلٱ اϬ͊يأي
اϤحέ
ا يέϮ فغ َٱϥاكϭ ϦيΫΆ ي َفϦفή عيϥأ ىϧدأ
Qur‟an adalah yang menutup seluruh tubuh tidak hanya bagian kepala
45
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’a>n..., 426.
46
Haya binti Mubaral Al-Barik, Ensiklopedia Wanita Muslimah, terj. Amir Hamzah
Fachrudin (Bekasi: Darul Falah, 2012), 150.
3
atau jasa, maka hal ini akan tercermin pada kenaikan permintaan akan
adanya warna yang nyaman, interior yang rapi dan indah, ruangan
47
Said Sa’ad Marton, Ekonomi Islam ..., 71-72.
48
P3EI, Ekonomi Islam. 130.
4
tidak sukanya seseorang terhadap suatu barang/ jasa, dan hal ini
manusia)
49
Ibid.
4
Dikendalikan
maka martabat manusia bisa meningkat. Semua yang ada di bumi ini
untuk mengkonsumsi barang/ jasa yang halal dan baik saja secara
juga di akhirat. Mas}lah}ah ini juga tidak diukur hanya pada standar
50
Ibid., 131.
4
52
pokok tersebut tentu harus sesuai dengan tuntunan syari‟ah.
51
Dede Nurohman, Memahami Dasar-Dasar..., 104.
52
Rozalinda, Ekonomi Islam, Ibid., 100.
4
N afsu:
Amru bis-su' Motif Tujuan
Lawwamah
Muthma'inah
Maximum
Want
Utility
Subyektif
Ambivalen
Tidak terukur
Tak terbatas
FA LAH
3. Prinsip-prinsip
paling agung adalah kenikmatan akal dan nalar. Kedua elemen otak
Dengan akal pikiran dan hidayah dari Allah, konsumen dapat lebih
53
konsumen bisa berubah karena disebabkan oleh berbagai faktor.
55
kedudukan harta (kahf, 1992).
56
berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
sesuatu yang halal atau haram baik ditinjau dari zat, proses,
maupun tujuannya.
56
Zuliana, Prinsip Konsumsi Dalam..., 26-27.
4
lebih membutuhkan.
4
Islam:
َ ٱϥ· اϭΪَ تعتϭ مكل َٱ لحأ ام تبيط اϮمήحت َ اϮϨ ماءϦيάلٱ اϬ͊يأي
ϦيΪعϤلٱ بحي ت
60
dirinya maupun orang lain.
57
Sri Rizqiningsih, “Analisis Perilaku Konsumen...”, 75-76.
58
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’a>n... 122
59
Ibid., 25.
60
Sri Rizqiningsih, “Analisis Perilaku Konsumen...”, 75-76.
4
61
harus sabar dan merasa cukup dengan apa yang dimilikinya.
Sebagaimana tertulis dalam Surat Al- Ayat 67:
Furqan>
ك ِل
َ ي َْب نَ امًا َوَق و َ
َ ي ق
ْ ت
َ َ ْ َ ُ ُْر
ُ و ا ي س ِ اوُق فَْنَأ َاِذإ ن يِذََ اُوفرċلاو
ْ َ َ
اَكو
َ
Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula )
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
62
tengah antara yang demikian”.
64
pengeluaran, apalagi untuk hal-hal yang tidak mendesak.
61
Ibid.
62
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’a>n..., 365.
63
Sri Rizqiningsih, “Analisis Perilaku Konsumen...”, 75-76.
64
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
158.
5
muslim.
65
Said Sa’ad Marton, Ekonomi Islam..., 77-78.