Anda di halaman 1dari 5

B.

Sholat Berjama’ah

A. TUJUAN MATERI

1. Tujuan Umum (Goals)


- Mengetahui keutamaan sholat berjamaah
2. Tujuan Khusus ( Indikator)
- Mampu mengetahui keutamaan sholat berjamaah
- Melaksanakan sholat berjamaah
- Mampu menghafal 1 hadits tentang keutamaan sholat berjamaah

B. ISI MATERI

SHOLAT BERJAMA’AH

Sholat berjamaah adalah ketika beberapa orang yang melaksanakan shalat


yang dipimpin oleh seorang imam. Shalat berjamaah memiliki keutamaan
dibandingkan shalat secara sendiri. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw:

‫َصاَل ُة الْ َج َماعَ ِة تَ ْفضُ ُل عَىَل َصاَل ِة الْ َف ِّذ ب َِس ْبع ٍ َو ِعرْش ِ َين د ََر َج ًة‬
Artinya:

"Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian, dengan kelebihan dua
puluh tujuh derajat."

Dalam hal ini, Imam Syafi’i berpendapat bahwa apabila ada tiga orang atau
lebih dan jika seseorang dari mereka dapat menjadi imam, maka itu disebut
sebagai jamaah. Namun demikian , jika hanya terdapat dua orang saja , maka
salah satu diantara keduanya dapat menjadi imam dan lainnya makmum. Itu
tetap bisa dikatakan berjamaah. Semakin besar jumlah jama’ah yang dipimpin
seorang imam, maka itu lebih mustajab dan lebih dekat dengan yang lebih utama.
- Posisi Imam dan Makmum dalam Sholat jama’ah

Dalam sholat berjama’ah, ada aturan bagaimana posisi antara imam dan
makmum, baik ketika makmum itu seorang diri, berdua atau lebih dari itu, baik
makmumnya laki-lak i atau perempuan, semua itu ada aturannya, kita sebagai
umat Islam tentu sudah selayaknya mengetahui hal-hal tersebut. Berikut
beberapa aturan tentang posisi-posisi makmum dalam sholat berjama’ah:

1. Satu orang makmum laki-laki


Dalam madzhab Syafi’i shalat dapat dikatakan berjama’ah ketika dikerjakan
minimal oleh dua orang, satu imam dan satu makmum. Imam Nawawi mengatakan
bahwa minimal jama’ah adalah dua orang, yaitu imam dan makmum. Apabila
seorang lelaki shalat bersama seorang lelaki lain atau bersama seorang perempuan
atau bersama budak perempuannya atau bersama anak perempuannya atau selain
mereka, atau tuan bersama budaknya, atau budak bersama tuannya atau selain
mereka, maka keduanya (imam dan makmum) mendapat fadhilah (keutamaan)
shalat berjama’ah, yang mana (keutamaanya tersebut) adalah 25 atau 27 derajat.
Sedangkan bila seorang laki-laki berjama’ah dengan satu orang laki-laki,
maka aturannya adalah makmum tersebut berdiri di sebelah kanan imam dan lebih
mundur sedikit. Imam Nawawi mengatakan sunnah hukumnya satu orang
makmum berdiri di sebelah kanan imam, baik makmum tersebut laki-laki atau
seorang anak kecil. Dianjurkan juga bagi makmum tersebut agar mundur sedikit
dari sejajar dengan imam, tujuannnya supaya bisa dibedakan mana imam dan mana
makmum, imam sebelah kiri dan makmum sebelah kanan. Tujuan lainnya kenapa
makmum lebih mundur dari imam adalah agar makmum tidak lebih maju posisinya
dari imam.

2. Dua orang makmum laki-laki


Ketika ada dua makmum dan keduanya laki-laki, maka posisi kedua
makmum tersebut adalah di belakang imam. Imam Syafi’i mengatakan:
“Apabila ada imam dan dua makmum, maka imam maju kedepan dan kedua
makmum tersebut membuat shaf dibelakangnya, sama saja hukumnya, apakah
kedua makmum tersebut sama-sama laki-laki, atau sama-sama anak kecil, atau
satu laki-laki dan satu anak kecil”
Namun ini ketika kedua makmum itu datang bersamaan, berbeda ketika
makmum kedua datang belakangan, kebanyakan dari kita mungkin menepuk
makmum pertama supaya mundur lalu shalat bersama di belakng imam, padahal
yang benar adalah ketika makmum kedua datang, dia shalat di sebelah kiri imam.
Imam Syafi’I mengatakan:
“Apabila imam dan satu makmum berjama’ah kemudian datang makmum kedua,
maka makmum kedua ini bertakbiratul ihram di sebelah kiri imam”
Setelah makmum kedua bertakbiratul ihram di sebelah kiri imam, kedua
makmum tersebut mundur membuat shaf atau imam yang maju, tergantung
keadaan, namun apabila keadaan sama-sama memungkinkan, imam bisa maju atau
makmum bisa mundur, maka yang afdhal adalah kedua makmum yang mundur.
Imam Syafi’i berkata:
“Mana yang lebih afdhal (antara imam maju atau makmum mundur)?
Dalam masalah ini ada dua pendapat, yang shahih adalah kedua makmum
mundur, karena imam adalah orang yang diikuti (ketika shalat) maka selayaknya
dia tidak bergeser.”
3. Makmum laki-laki banyak
Ketika jama’ah laki-laki banyak, maka aturannya adalah semuanya berbaris
di belakang imam, dan dianjurkan posisi imam itu selalu berada di tengah, artinya
ketika shaf sebalah kanan panjang, maka makmum berikutnya yang datang supaya
mengambil posisi sebelah kiri. Imam Syafi’i menganjurkan agar menjadikan imam
berada di tengah dan membiarkan kedua sisinya kosong.”
4. Makmum laki-laki dan anak-anak
Shalat jam’ah yang terdiri dari makmum laki-laki dan anak-anak, maka
jama’ah laki-laki posisinya di depan tepat di belakang imam, kemudian setelahnya
baru jama’ah anak-anak. Imam Syafi’i berpendapat bahwa apabila ada banyak
makmum laki-laki dan anak-anak, maka makmum laki-laki yang di depan
kemudian makmum anak-anak.
5. Makmum laki-laki, anak-anak, hermafrodit (khuntsa) dan perempuan
Shalat jama’ah yang terdiri dari jama’ah laki-laki, anak-anak, hemafrodit
(yaitu orang yang berkelamin ganda) dan perempuan, maka aturannya adalah
jama’ah laki-laki di depan, kemudian di belakang mereka anak-anak, kemudian
jama’ah hemafrodit baru kemudian jama’ah perempuan. Imam Syafi’i mengatakan:
“Apabila ada banyak makmum dari kalangan laki-laki, anak-anak,
hermafrodit (berkelamin ganda) dan perempuan, maka jama’ah makmum laki-laki
yang di depan, kemudian anak-anak, kemudian hermafrodit kemudian
perempuan.”
6. Makmum laki-laki, hermafrodit, satu perempuan dan satu anak kecil
Apabila dalam shalat berjama’ah ada jama’ah laki-laki, satu orang
hemafrodit dan satu orang perempuan, maka aturannya adalah jama’ah laki-laki di
depan, kemudian dibelakangnya satu orang hemafrodit menyendiri, kemudian di
belakangnya satu orang perempuan. Imam Syafi’i mengatakan:
“Apabila hadir (dalam shalat) jama’ah makmum laki-laki, satu orang
hermafrodit dan satu orang perempuan, maka satu orang hermafrdit ini berdiri di
belakang shaf (barisan) laki-laki seorang diri, sedangkan satu makmum
perempuan berdiri di belakang hermafrodit. Apabila bersama mereka ada anak
kecil, maka anak kecil ini masuk ke shaf (barisan) laki-laki.”
7. Makmum satu anak kecil, satu perempuan dan satu hermafrodit
Shalat jama’ah yang terdiri dari satu imam laki-laki, kemudian makmumnya
adalah satu orang anak kecil, satu orang perempuan dan satu orang hermafrodit,
maka formatnya adalah anak kecil tersebut berdiri di samping kanan imam,
hermafrodit bediri di belakang mereka berdua dan perempuan tersebut berdiri di
belakan hermafrodit. Imam Syafi’i berkata:
“Apabila hadir (dalam shalat) satu orang imam, satu anak kecil, satu
perempuan dan satu hermafrodit, maka anak kecil berdiri di samping kanan imam,
hermafrodit berdiri di belakang mereka berdua, sedangkan perempuan berdiri di
belakang hermafrodit.”
8. Makmum dan imam perempuan
Ketika shalat jama’ah semuanya adalah perempuan, maka aturannya adalah,
di shaf pertama, imam sejajar dengan makmum, tidak lebih maju, tetapi posisinya
berada di tengah.
9. Shaf perempuan paling afdhal di belakang
Ketika shalat jama’ah dihadiri oleh laki-laki dan perempuan, maka
aturannya adalah jama’ah laki-laki di depan, yang paling depan adalah yang paling
afdhMlal, dan jama’ah perempuan di belakang jama’ah laki-laki, yang paling
belakang adalah yang paling afdhal.
10. Apabila menyelisihi aturan-aturan di atas
Apa yang sudah kita bahas di atas semuanya adalah sunah, artinya apabila
dilanggar maka tidak berdosa, hukumnya makruh tetapi untuk shalatnya sendiri
tetap sah, seagaimana dikatakan oleh imam Nawawi:
“Para ulama kami mengatakan: hal-hal di atas semuanya hanya bersifat
kesunahan, menyelisihinya berarti makruh dan shalatnya tidak batal (tetap sah)”
Seperti ketika satu makmum laki-laki shalat disamping kiri imam, maka
shalatnya sah tetapi dia melakukan hal yang makruh, dan tidak perlu mengulang
sholat, atau ketika makmum shalat di posisi yang jauh dari imam, maka hukumnya
makruh tetapi shalatnya sah.
Inilah penjelasan mengenai aturan-aturan antara imam dan makmum dalam
shalat berjama’ah, semoga mendapat pencerahan dan menambah wawasan
keislaman kita.

C. Kesimpulan
1. Sholat jamaah lebih utama dari sholat sendiri
2. Menyempurnakan shaf sholat merupakan sebagian dari kesempurnaan sholat
D. Evaluasi

1. Jelaskan keutamaan sholat jamaah


2. Hafalkan satu hadits tentang keutamaan sholat jamaah

E. REFERENSI

Republika.co.id

Sunan An-Nasa'i

Studi islamkaaffah/posts/aturan-shaf-jamaah-menurut-mazhab-
syafiidalam-shalat-berjamaah-

Anda mungkin juga menyukai