Anda di halaman 1dari 23

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2020


UNIVERSITAS HASANUDDIN

KANKER SERVIKS

DISUSUN OLEH:
Nurul Amalia
C01418217

RESIDEN PEMBIMBING
dr. Eva Kurnianti

SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. Nurbani Bangsawan, Sp.OG(K), MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nurul Amalia


Stambuk : C014182117
Judul Lapsus : Kanker Serviks

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus pada bulan November tahun 2020 dan telah
mendapatkan perbaikan. Tugas ini dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen
Obsetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, November 2020

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

(dr. Nurbani Bangsawan, Sp.OG(K),MARS) (dr.Eva Kurnianti)

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 Laporan Kasus.. ....................................................................................................1
1. Identitas Pasien......................................................................................................1
2. Data Subjektif........................................................................................................1
3. Data Objektif.........................................................................................................2
4. Data Penunjang......................................................................................................4
5. Diagnosis...............................................................................................................4
6. Tatalaksana............................................................................................................4
BAB 2 Tinjauan Pustaka...................................................................................................5
1. Definisi..................................................................................................................5
2. Epidemiologi.........................................................................................................5
3. Etiologi..................................................................................................................5
4. Faktor Risiko.........................................................................................................6
5. Patofisiologi...........................................................................................................8
6. Diagnosis.............................................................................................................10
7. Stadium................................................................................................................12
8. Tatalaksana..........................................................................................................13
9. Deteksi dini..........................................................................................................16
10. Pencegahan..........................................................................................................18
11. Diagnosis Banding...............................................................................................19
12. Prognosis.............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

ii
BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. C
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan
Status : Menikah

II. Data Subyektif


A. Keluhan Utama: Keluar darah dari kemaluan
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu stidak terus menerus terjadi
terutama setelah berhubungan suami istri. Namun, 3 bulan terakhir
perdarahan dirasakan semakin sering. Selain itu, keluar cairan putih kekuning
dan berbau dari kemaluan namun tidak gatal. Pasien juga kadang merasa
adanya nyeri perut, lemas dan nafsu makan dirasakan menurun. Penurunan
beart badan 5 kg dirasakan dalam 3 bulan terakhir. BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Riwayat demam tidak ada. Riwayat trauma tidak ada.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : Disangkal
Diabetes mellitus : Disangkal
Asma : Disangkal
Alergi : Disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi : Disangkal
Diabetes mellitus : Disangkal
Asma : Disangkal

1
Alergi : Disangkal
E. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari, tidak teratur
Lama : 5-7 hari
Dismenorhea : tidak ada
Banyak : 3-4 pembalut per hari
F. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali, saat usia 16 tahun
Lama menikah : 26 tahun
G. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
P4A0
No Jenis Tahun Penolong Jenis BB Bayi Keadaan
Kelamin Persalinan Partus Bayi
Bayi
1. Laki-laki 1993 Bidan Pervaginam 3100 g Sehat
2. Perempuan 1995 Bidan Pervaginam 2900 g Sehat
3. Perempuan 1996 Bidan Pervaginam 3000 g Sehat
4. Laki-laki 2000 Bidan Pervaginam 2800 g Sehat

H. Riwayat KB
Kontrasepsi dipakai/lalu: -
Keluhan :-
Lamanya Pemakaian :-
Alasan Berhenti :-

III. Data Objektif


A. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg

2
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu (axilla) : 36,9°C
Status Gizi
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 55 kg
Status Gizi : Normal (IMT 21.5)
Kepala : Normocephal, rambut warna hitam sukar dicabut
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
Leher : Pembesaran tiroid (-), KGB (-)
Thoraks
Cor
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi : Thrill tidak teraba
3) Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
4) Auskultasi : Bunyi Jantung I/II regular, murmur (-)
Pulmo
1) Inspeksi : Normochest, glandula mammae hipertrofi (+),
areola mammae hiperpigmentasi (+), simetris kanan dan kiri statis
maupun dinamis
2) Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), vokal fremitus simetris
3) Perkusi : Sonor pada kedua hemitorax, batas paru hepar
normal
4) Auskultasi : Vesikuler normal, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Genitalia : Status Obstetrikus
Ekstremitas : Edema -/-, akral dingin -/-
B. Status Ginekologi
Pemeriksaan luar :
Abdomen; datar, lemas, simetris, fundus uteritidak teraba, massa (-), nyeri
tekan (-), tanda cairan bebas (-).
 Inspekulo : portio berbenjol-benjol dengan diameter massa terbesar
2 cm, rapuh, dan mudah berdarah, fluor (-)

3
 Bimanual Palpasi / VT :
Vulva/vagina : Normal
Portio : Berbenjol-benjol,mudah berdarah
OUI/OUE : Sulit dinilai
Adnexa : Kesan normal
Cavum douglasi : Kesan Normal
Pelepasan : Darah (+) minimal

IV. Pemeriksaan Penunjang


A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 10,6 g/dl 12.0-16.0
Leukosit 9,5 10^3/ul 4.0-10.0
Hematokrit 38 % 37,0-48,0
Trombosit 264 10^3/ul 150-400
Eritrosit 4,6 10^6/ul 4,0-6,0
MCV 91,0 U 80.0-97.0
MCH 28,5 pcg 26,5-33,5
MCHC 33,1 g/dl 31,5-35,0

B. USG
Uterus kesan antefleksi, bentuk dan ukuran dalam batas normal

V. Diagnosis
Perdarahan pervaginam e.c suspek carcinoma serviks

VI. Tatalaksana dan Planning


Asam traneksamat inj 1amp/8 jam
Pap Smear
Konsul ke spesialis Obstetri dan Ginekologi

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Kanker serviks adalah keganasan pada serviks yang disebabkan oleh infeksi
HPV grup onkogenik risiko tinggi; terutama HPV 16 dan 18 serta filogeniknya.
Serviks adalah bagian paling bawah dari rahim, berbentuk silinder dan
berhubungan dengan vagina1

2. Epidemiologi
Menurut laporan World Health Organization (WHO), kanker serviks adalah
kanker paling umum keempat pada wanita dengan sekitar 570.000 kasus baru
pada tahun 2018 dan 311.000 wanita meninggal karena kanker serviks. Sekitar
90% kematian terjadi di negara berpenghasilan rendah dan sedang, dimana
mortalitas 18 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju.2
Berdasarkan estimasi Global Burden Cancer (GLOBOCAN) pada tahun2018,
kanker serviks menduduki urutan ke-2 sejumlah 10,7% sebagai penyebab kanker
pada wanita berusia 15 sampai 44 tahun di Indonesia, denganjumlah kasus baru
32.469 per tahun. Sedangkan dalam segitingkat mortalitas, kanker serviks
menduduki urutanke-3 sebagai penyebab kematian dengan menyumbangkan
10,3% kasus.2

3. Etiologi
HPV atau HumanPapillomaVirusadalah virus yang ditularkan secara seksual
dan dikaitkan dengan 99% kanker serviks. Tipe HPV 16 dan 18 yang berisiko
tinggi adalah penyebab tersering dari 70% kanker serviks.1
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus Human papiloma Virus (HPV) tipe
tertentu yang ditularkan melalui hubungan seksual. Dua tipe virus HPV yaitu
tipe 16 dan 18 merupakan tipe terbanyak yang menyebabkan lesi pra kanker dan
kanker serviks.Virus HPV 16/18 menyebabkan 70% kasus kanker serviks di
dunia dengan rincian 41% - 67% menyebabkan lesi kanker high-grade dan 16 –
32% menyebabkan lesi kanker low-grade. Selain virus HPV tipe 16/18, tipe
virus HPV lain yang menyebabkan kanker serviks di dunia diantaranya virus

5
HPV 31, 33, 35, 45, 52 dan 58. Keenam tipe virus HPV ini menjadi penyebab
20% kasus kanker serviks di dunia.1

4. Faktor Risiko
Adapun faktor resiko terjadinya kanker serviks antara lain : 1,3
a. Berhubungan seksual dengan multipartner
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan
secara seksual. Beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara
riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan
etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak dan
wanita yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan
meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Karena sel kolumnar
serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa maka wanita
yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena
kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat pertama
berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah faktor risiko kuat
untuk terjadinya kanker serviks.
b. Hubungan seksual dini
Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko
kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau
manajemen persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko.
wanita yang menjalani hubungan seksual awal < 18 tahun memiliki
risiko 2x lipat, sedangkan usia 18-20 tahun memiliki risiko 1,5x lipat
dibandingkan dengan wanita yang menjalani hubungan seksual awal >
21 th
c. Infeksi Menular Seksual
Agen I Infeksius Mutagen pada umumnya berasal dari agen-agen yang
ditularkan melalui hubungan seksual seperti Human Papilloma Virus
(HPV) dan Herpes Simpleks Virus Tipe 2 ( HSV 2 ).
d. kondisi immunosupresi (HIV, penggunaan obat immunosupresi)
Human immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan
AIDS, melemahkan sistem kekebalan dan membuat orang berisiko

6
lebih tinggi terkena infeksi HPV. Sistem kekebalan penting dalam
menghancurkan sel kanker dan memperlambat pertumbuhan dan
penyebarannya. Pada wanita dengan HIV, prakanker serviks mungkin
berkembang menjadi kanker invasif lebih cepat dari biasanya.
Kelompok wanita lain yang berisiko terkena kanker serviks adalah
mereka yang memakai obat untuk menekan respons kekebalan mereka,
seperti mereka yang dirawat karena penyakit autoimun (di mana sistem
kekebalan melihat jaringan tubuh sendiri sebagai benda asing dan
menyerang mereka, seperti halnya kuman). ) atau mereka yang pernah
menjalani transplantasi organ
e. Merokok
Saat ini terdapat data yang mendukung bahwa rokok sebagai faktor
resiko kanker serviks dan terdapat hubungan antara merokok dengan
kejadian kanker sel skuamosa pada serviks Mekanisme kerja bisa
langsung (aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada
perokok) atau melalui efek imunosupresif dari merokok. Bahan
karsinogenik spesifik dari tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari
mulut rahim pada wanita perokok. Bahan karsinogenik ini dapat
merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama infeksi HPV dapat
mencetuskan transformasi keganasan.
f. Kontrasepsi Oral
Faktor Risiko yang Diperkirakan Kontrasepsi Risiko noninvasif dan
invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan dengan kontrasepsi
oral. Bagaimanapun, penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten dan
tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko dengan
mengontrol pengaruh kegiatan seksual. Beberapa studi gagal dalam
menunjukkan beberapa hubungan dari salah satu studi, bahkan
melaporkan proteksi terhadap penyakit yang invasif . Hubungan yang
terakhir ini mungkin palsu dan menunjukkan deteksi adanya bias
karena peningkatan skrining terhadap pengguna kontrasepsi. Beberapa
studi lebih lanjut kemudian memerlukan konfirmasi atau menyangkal
observasi ini mengenai kontrasepsi oral.

7
g. Riwayat keluarga kanker serviks
Kanker serviks dapat menyebar di beberapa keluarga. Jika ibu atau
saudara perempuan Anda menderita kanker serviks, kemungkinan Anda
terkena penyakit ini lebih tinggi daripada jika tidak ada anggota
keluarga yang mengidapnya. Beberapa peneliti menduga bahwa
beberapa kejadian langka dari kecenderungan kekeluargaan ini
disebabkan oleh kondisi bawaan yang membuat beberapa wanita
kurang mampu melawan infeksi HPV dibandingkan yang lain. Dalam
kasus lain, wanita dalam keluarga yang sama dengan pasien yang sudah
didiagnosis mungkin lebih cenderung memiliki satu atau lebih faktor
risiko non-genetik lain yang dijelaskan sebelumnya di bagian ini.
h. Etnis dan Faktor Sosial
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor
risiko lima kali lebih besar daripada wanita di kelas yang paling tinggi.
Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh hubungan seksual dan akses ke
sistem pelayanan kesehatan. Di Amerika Serikat, ras negro, hispanik,
dan wanita Asia memiliki insiden kanker serviks yang lebih tinggi
daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini mungkin mencerminkan
pengaruh sosioekonomi.

5. Patofisiologi
Kebanyakan wanita dengan mudah membersihkan HPV, tetapi mereka yang
dengan infeksi eprisisten dapat berkembang menjadi lesi displastik serviks
preinvasif. Dari lesi tersebut, karsinoma sel skuamosa serviks biasanya muncul
di skuamokolumnar junction. Secara umum, perkembangan dari displasia
menjadi kanker invasif membutuhkan
beberapa tahun, meskipun waktunya bisa sangat bervariasi. Perubahan
molekuler yang terlibat dengan karsinogenesis serviks bersifat kompleks
dan tidak sepenuhnya dipahami. Dicurigai adanya karsinogenesis
merupakan hasil dari efek interaktif antara lingkungan, imunitas inang, dan
variasi genom sel somatik

8
Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa onkoprotein HPV mungkin
menjadi komponen penting dari proliferasi sel kanker yang berkelanjutan Tidak
seperti serotipe risiko rendah, serotipe HPV onkogenik dapat berintegrasi ke
dalam DNA manusia. Akibatnya, dengan adanya infeksi, HPV onkogenik lebih
dini replikasi protein E1 dan E2 memungkinkan virus untuk bereplikasi di dalam
sel serviks. Protein ini diekspresikan pada tingkat tinggi pada awal infeksi HPV.
Mereka dapat menyebabkan perubahan sitologi terdeteksi sebagai sitologi
intraepitelial skuamosa derajat rendah (LSIL) temuan dari tes Pap Smear.4

Amplifikasi replikasi virus dan


selanjutnya transformasi sel normal
menjadi sel tumor dapat mengikuti.
Secara khusus, produk gen virus
onkoprotein E6 dan E7 terlibat dalam
transformasi ini. Protein. E7
mengikat protein penekan tumor
retinoblastoma (Rb), sedangkan E6
mengikat protein penekan tumor p53.
Di kedua kasus, pengikatan
menyebabkan degradasi penekan ini protein. Efek E6 dari degradasi p53
dipelajari dengan baik dan terkait dengan proliferasi dan immottalisasi
serviks. 4

9
6. Diagnosis
Diagnosis kanker serviks ditegakkan atas dasar histopatologi spesimen biopsi
serviks.
 Anamnesis
Pada stadium awal biasanya belum timbul gejala klinis yang spesifik.
Sebagian besar mengeluh keputihan berulang berbau dan bercampur darah.
Selain itu, perdarahan sesudah bersenggama yang kemudian berlanjut
dalam bentuk perdarahan abnormal. Pada stadium lanjut, sel kanker invasif
ke parametrium dan jaringan di rongga pelvis. Hal ini dapat menimbulkan
gejala perdarahan spontan dan nyeri panggul; bahkan menjalar ke pinggul
dan paha. Beberapa penderita mengeluh nyeri berkemih, kencing berdarah
dan perdarahan dari dubur. Metastasis ke KGB inguinal dapat
menimbulkan edema tungkai bawah. Invasi dan metastasis dapat
menimbulkan penyumbatan ureter distal yang mengakibatkan gejala uremia
dan gagal ginjal.1
 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, umumnya dalam batas normal namun dapat
ditemukan anemia pada kanker stadium lanjut. Pada pemeriksaan
spekulum, serviks akan tampak normal jika invasinya bersifat mikro. Lesi
yang didapatkan sangat beragam. Lesi dapat berupa pertumbuhan eksofilik
atau endofilik, massa bertangkai, massa berpapil, barrel-shaped cervix,
ulserasi serviks, atau jaringan nekrosis. Sekret yang encer, purulen, atau
berdarah juga dapat terlihat. Pada pemeriksaan bimanual, pemeriksa akan
meraba pembesaran uterus yang merupakan hasil invasi dari tumor. Pada
stadium lanjut, kanker yang meluas ke vagina dapat dipalpasi pada
pemeriksaan dinding vagina. Selain itu, invasi pada organ lain seperti
rektum, dapat dipalpasi pada rectal touche.4

10
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama untuk mendiagnosis kanker serviks adalah
biopsi jaringan. Meskipun pap smear digunakan sebagai pemeriksaan
screening untuk mendeteksi kanker serviks. Pap smear adalah metode
screening ginekologi untuk menemukan proses-proses premalignant dan
malignant di ectoervix, dan infeksi dalam endocervix dan endometrium.
Pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan pada orang yang telah
melakukan hubungan seksual pertama kali dan pada gadis sekitar usia 25-
30 tahun. Pada pemeriksaan pap smear, pertumbuhan sel abnormal pada
pemeriksaan serviks dikategorikan dari CIN 1 sampai CIN 3 untuk
menggambarkan sel abnormal dan jumlah jaringan serviks yang
terlibat. Pemeriksaan BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan atau
MRI, PET scan dilakukan untuk kecurigaan metastasis kanker. Sedangkan
untuk mendeteksi dini dapat digunakan IVA (inspeksi Visual Asam asetat)
test.4

11
7. Stadium
Apabila diagnosis kanker serviks invasif telah ditegakkan melalui pemeriksaan
histopatologi maka tahap selanjutnya adalah penentuan stadium (clinical
staging). Tujuan penetapan stadium adalah untuk menentukan jenis pengobatan
dan prognosis. Penentuan stadium kanker serviks ditentukan berdasarkan
pemeriksaan klinis (palpasi, inspeksi, kolposkopi, kuret endoserviks,
histerokopi, sistoskopi, proktoskopi/ sigmodoskopi, urografi intravena serta foto
X paru dan tulang).1,4
Stadium klinis Kanker Serviks (FIGO,2018)

12
8. Tatalaksana
Tatalaksana Lesi Prakanker
Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan,
sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang
ada. Pada tingkat pelayanan primer dengan sarana dan prasarana terbatas dapat
dilakukan program skrining atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan
tes IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat
program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif maka selanjutnya dapat
dilakukan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau
bidan yang sudah terlatih. Pada skrining dengan tes Pap smear, temuan hasil
abnormal direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan
kolposkopi. Bila diperlukan maka dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision

13
Electrocauter Procedure (LEEP) atau Large Loop Excision of the
Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan diagnostik maupun
sekaligus terapeutik. Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas
sayatan, maka bisa dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau histerektomi
total.
Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:
a. Krioterapi
Krioterapi digunakan untuk destruksi lapisan epitel serviks dengan metode
pembekuan atau freezing hingga sekurangkurangnya -20oC selama 6
menit (teknik Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas N2O atau
CO2. Kerusakan bioselular akan terjadi dengan mekanisme: (1) sel‐ sel
mengalami dehidrasi dan mengkerut; (2) konsentrasi elektrolit dalam sel
terganggu; (3) syok termal dan denaturasi kompleks lipid protein; (4)
status umum sistem mikrovaskular.
b. Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan
melakukan eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakanker pada
zona transformasi. Jaringan spesimen akan dikirimkan ke laboratorium
patologi anatomi untuk konfirmasi diagnostik secara histopatologik untuk
menentukan tindakan cukup atau perlu terapi lanjutan.
c. Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan
efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan
dengan anestesi umum. Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan
jaringan serviks sampai kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat
dipengaruhi, terutama jika lesi tersebut sangat luas.
d. Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation emission of radiation), suatu
muatan listrik dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi campuran gas
helium, gas nitrogen, dan gas CO2 sehingga akan menimbulkan sinar laser
yang mempunyai panjang gelombang 10,6u. Perubahan patologis yang
terdapat pada serviks dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penguapan

14
dan nekrosis. Lapisan paling luar dari mukosa serviks menguap karena
cairan intraselular mendidih, sedangkan jaringan yang mengalami nekrotik
terletak di bawahnya. Volume jaringan yang menguap atau sebanding
dengan kekuatan dan lama penyinaran.
Penatalaksanaan karsinoma serviks dibagi berdasarkan stadium:5
1. Karsinoma serviks mikroinvasive
Histerektomi totalis
2. Stadium IA1
Total Abdominal Histerektomi (TAH)/Total Vaginal Histerektomi
(TVH). Bila disertai Vaginal Intra Epitelial Neoplasma (VAIN)
dilakukan pengangkatan vaginal cuff.
3. Stadium IA2
Histerektomi radikal tipe 2 dan limfe adenektomi pelvis
4. Ca invasive
Biopsi untuk konfirmasi diagnosis
5. Stadium IB1 – IIA < 4cm
Jika mempunyai prognosis baik dapat dikontrol dengan operasi dan radio
terapi
6. Stadium IB2 – IIA >4cm
Kemoradiasi primer Histerektomi radikal primer + limfadenektomi +
radiasi neoadjuvan Kemoterapi neo adjuvan
7. Ca serviks stadium lanjut meliputi stadium IIB, III, IV A
Pengobatan terpilih adalah radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna
dilanjutkan intrakaviter radioterapi. Terapi variasi yang sering diberikan
khemoradiasi, khemoterapi yang sering diberikan antara lain cisplatinum,
pachitaxel, docetaxel, fluorourasil, gemcitabine
8. Stadium IV B

Pengobatan yang diberikan bersifat paliatif, radioterapi

15
9. Deteksi Dini
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks.
Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan
standar berupa kolposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan
pembesaran (4-10x) yang digunakan untuk mengamati secara langsung
permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan
tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan servik, kemudian dilakukan biopsi
terarah pada lesi-lesi tersebut. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) tes
merupakan alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan
praktis dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan non dokter
ginekologi, bidan praktek dan tenaga kesehatan yang terlatih dan berkompeten.
Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks diolesi dengan
asam asetat 3-5%, sehingga akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan
serviks yang abnormal (acetowhite positif). Pemeriksaan HPV DNA (Deoxyribo
Nucleic Acid) baik secara Hybrid capture atau genotyping dapat digunakan
untuk mendeteksi keberadaan virus HPV terutama yang high risk. Pemeriksaan
HPV memiliki beberapa peran dalam penapisan kanker serviks, antara lain:

16
meningkatkan negative predictive value, memberikan hasil prediksi lesi pra
kanker lebih baik, dan lebih obyektif dibanding pemeriksaan sitologi saja
(sebagai penapisan kanker serviks).1
Rekomendasi skrining kanker serviks (ACOG/ American College of Ostetricians
and Gynecologists)
Jenis Pemeriksaan dan Usia Frekuensi
Pap smear untuk wanita > 20 Tahun Setiap 1-3 tahun sekali
Pemeriksaan HPV DNA untuk wanita Setiap 1-3 tahun sekali
> 30 tahun
Pemeriksaan co testing Pap smear + Setiap 1-3 tahun sekali
HPV DNA untuk wanita > 30 tahun
IVA untuk wanita > 20 tahun Setiap 1-3 tahun sekali
> 65 tahun tidak memerlukan skrining, jika hasil 2 kali pemeriksaan skrining
sebelumnya negatif

17
10. Pencegahan
 Menunda onset aktivitas seksual
Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan
secara monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.6
 Penggunaan Kontrasepsi Barier
Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom,
diafragma, dan spermisida) yang berperan untuk proteksi terhadap agen
virus. Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat
dari kulit kambing.6
 Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi
Human Papiloma Virus , karena mempunyai kemampuan proteksi >90%.
Tujuan dari vaksin propilaktik dan vaksin pencegah adalah untuk mencegah
perkembangan infeksi HPV dan rangkaian dari event yang mengarah ke

18
kanker serviks. Kebanyakan vaksin adalah berdasarkan respons humoral
dengan penghasilan antibodi yang menghancurkan virus sebelum ia menjadi
intraseluler. Masa depan dari vaksin propilatik HPV sangat menjanjikan,
namun penerimaan seluruh populasi heterogenous dengan tahap pendidikan
berbeda dan kepercayaan kultur berbeda tetap dipersoalkan. Sebagai
tambahan, prevelansi tinggi infeksi HPV mengindikasikan bahwa akan
butuh beberapa dekade untuk program imunisasi yang sukses dalam usaha
mengurangi insiden kanker serviks.6

11. Diagnosis Banding


 Cervicitis
 Fibroid Serviks
 Endometriosis
 Polip serviks

12. Prognosis
Tingkat kelangsungan hidup bergantung pada banyak faktor, termasuk stadium
kanker serviks yang didiagnosis. Saat terdeteksi pada tahap awal, tingkat
kelangsungan hidup 5 tahun untuk wanita dengan kanker serviks invasif adalah
92%. Sekitar 44% wanita dengan kanker serviks didiagnosis pada tahap awal.
Jika kanker serviks telah menyebar ke jaringan atau organ sekitarnya dan / atau
kelenjar getah bening regional, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun adalah
56%. Jika kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang jauh, tingkat
kelangsungan hidup 5 tahun adalah 17%.3

19
Daftar Pustaka

1. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Ginekologi HOGI 2018.


2. World Health Organization. (2020, 19 Agustus) World Health Assembly adopts
global strategy to accelerate cervical cancer elimination. Diakses
dari:https://www.who.int/news/item/19-08-2020-world-health-assembly-
adopts-global-strategy-to-accelerate-cervical-cancer-elimination
3. American Cancer Society. (2020). Cervical Cancer Risk Factors | Risk Factors
for Cervical Cancer [Internet]. Cancer.org. 2020 [cited 22 November 2020].
Available from: https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/causes-risks-
prevention/risk-factors.html
4. Hoffman B, Schorge J, Bradshaw K, Halvorson L. Williams gynecology. 4th ed.
New York, N.Y.: McGraw-Hill Education LLC; 2020.
5. Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Kanker
Serviks [Internet]. Mentri Kesehatan Republik Indonesia; 2018. Available
from: http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKServiks.pdf
6. Ngoma, M., & Autier, P. (2019). Cancer prevention: cervical
cancer. Ecancermedicalscience, 13, 952.
https://doi.org/10.3332/ecancer.2019.952

20

Anda mungkin juga menyukai