Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang diciptakan untuk melindungi


dan terpenuhinya hak Konsumen. Di Indonesia perlindungan terhadap konsumen sudah diatur
dalam UU Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (PK)
yang berisi seperti seorang konsumen wajib menjamin hak-hak konsumen, diantaranya : hak
atas kenyamanan, keselamatan, keamanan dalam mengonsumsi barang atau memakai jasa
yang di tawarkan oleh pelaku usaha, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas
barang dan/atau jasa yang digunakan, hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, dan sebagainya. Kita,
sebagai konsumen patut bersyukur atas hadirnya UU Perlindungan Konsumen, dengan begitu
konsumen mendapatkan perlindungan atas apa saja yang di alami oleh konsumen, yang
mengakibatkan kerugian, ketidaknyamanan bahkan ancaman keselamatan.
Pada era sekarang ini, banyak pelaku usaha/produsen yang belum atau bahkan tidak
mementingkan dan mengutamakan kesehatan maupun keselamatan konsumennya. Khususnya
pada kegiatan bisnis di bidang jasa seperti pelayanan rumah sakit. Kebanyakan para produsen
hanya memberikan pelayanan saja tampa memberikan informasi yang jelas dan detail kepada
pengguna jasa dan pihak konsumen pun tidak dapat memberikan keluhan-keluhan yang
didapatnya dikarekan ketidaktahuan konsumen atas pelayanan apa yang diterimanya.
Ketidaktahuan konsumen/pasien yang seperti inilah yang dimanfaatkan oleh pelaku bisnis
dengan tidak memberikan informasi yang jelas kepada konsumennya. Hal ini sangat
didayangkan, apalagi bisnis dibidang jasa seperti Rumah sakit merupakan bentuk pelayanan
jasa yang menyangkut nyawa seseorang. Untuk lebih jelasnya, akan di lanjutkan di Bab
selanjutnya (Bab Posisi Kasus), dimana ada artikel yang membahas tentang kasus- yang
marak terjadi di Indonesia tentang masalah perlindungan komsumen ini.
BAB II
POSISI KASUS

Sebelum masuk ke posisi kasus, saya telah melampirkan paparan artikel mengungkapkan dan
menuliskan tentang kasus perlindungan konsumen yang ada di Indonesia yang terjadi
beberapa tahun yang lalu.

Posisi Kasus :
Kasus ini bermula saat Prita Mulyasari memeriksakan kesehatannya di RS
Internasional Omni atas keluhan demam, sakit kepala, mual disertai muntah, kesulitan BAB,
sakit tenggorokan, hingga hilangnya nafsu makan. Oleh dokter rumah sakit, dr.Hengky Gosal
SpPD dan dr.Grace Herza Yarlen Nela, Prita didiagnosis menderita demam berdarah, atau
tifus. Setelah dirawat selama empat hari disertai serangkaian pemeriksaan serta perawatan,
gejala awal yang dikeluhkan berkurang namun ditemukan sejenis virus yang menyebabkan
pembengkakan pada leher.Selama masa perawatan Prita mengeluhkan minimnya penjelasan
yang diberikan oleh dokter atas jenis-jenis terapi medis yang diberikan, disamping kondisi
kesehatan yang semakin memburuk yang diduga akibat kesalahan dalam pemeriksaan hasil
laboratorium awal menyebabkan kekeliruan diagnosis oleh dokter pemeriksa. Disebabkan
karena pengaduan serta permintaan tertulis untuk mendapatkan rekam medis serta hasil
laboratorium awal yang tidak dapat dipenuhi oleh pihak rumah sakit Prita kemudian menulis
email tentang tanggapan serta keluhan atas perlakuan yang diterimanya ke sebuah
milis.Email tersebut kemudian menyebar luas sehingga membuat pihak rumah sakit merasa
harus membuat bantahan atas tuduhan yang dilontarkan oleh Prita ke media cetak serta
mengajukan gugatan hukum baik secara perdata maupun pidana dengan tuduhan pencemaran
nama baik.
Padahal pada kasus tersebut Prita Mulyasari sebenarnya hanyalah ingin menanyakan
mengenai hasil pemeriksaaan laboratorium dimana hal tersebut merupakan bagian dari hak
konsumen seperti yang tercantum di dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, khususnya Pasal 4 huruf d. Pasal itu berbunyi:
“Hak konsumen adalah hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan.”
BAB III
ANALISA DAN KESIMPULAN KASUS

Berdasarkan pemaparan kasus diatas dapat kita lihat beberapa hal seperti :
1. Seharusnya pihak Rumah Sakit Omni menerima feed back yang dilakukan oleh Prita
dan melakukan pendekatan lebih secara kekeluargaan serta menggunakan hati nurani,
bukan langsung dengan jalur hukum denga menuduh telah melanggar UU
telekomunikasi seperti yang disebutkan pihak RS Omni.
2. Pihak RS Omni juga tidak memberikan bentuk pelayanan pengaduan keluhan
konsumen sehingga menyebabkan Prita membuat surat eletronik (e-mail) yang
kemudian menimbulkan masalah, jadi apabila pihak konsumen tidak mendapatkan
kebebasan untuk seperti mengeluhkan pelayanan harus bagaimana lagi masyarakat
mengadukan keluhannya.
3. Melihat kasus seperti diatas sangat jelas bahwa perlindungan hak seorang pasien yang
mendapat pelayanan yang masksimal masih jauh dari kata baik. Kasus yang dialami
oleh Prita merupakan segelintir kasus yang terkuak oleh media, masih banyak kasus-
kasus yang dialami oleh pasien Rumah Sakit yang mereka tidak tahu harus
mengadukan permasalahan dan menuntut permasalah tersebut kemana. Kurangnya
informasi yang didapat pada saat mendapatkan pelayanan membuat sebagian besar
pasien tidak bisa berbuat banyak untuk menuntut hak konsumen seperti yang
tercantum dalam UU No. 8 Tahun 1999.
4. Agar kasus seperti diatas tidak terulang kembali sebaiknya pemerintah dalam hal ini
yang khusus membidangi tentang kesehatan agar membuat Undang-undang yang
mengatur hak pasien untuk bertanya dan mengetahui penanganan yang diterima oleh
pasien. Banyak yang terjadi saat ini adalah apabila pasien tersebut banyak
memberikan pertanyaan maka sering di sebut sebagai pasien yang cerewat, padahal
hal tersebut merupakan bentuk hak yang harus dimiliki oleh seorang pasien dan
sebagai pelaku yang meberikan jasa pelayanan hal tersebut merupakan bentuk standar
dari pemberian pelayanan yang harus dipenuhi. Dengan adanya Undang-undang yang
mengatur hal tersebut diharapkan kasus-kasus pelanggaran yang terjadi di Rumah
Sakit tidak terulang kembali dan pihak Rumah Sakit pun akan lebih berhati-hati dalam
memberikan pelayanan dan memperkarakan berbagai keluhan tersebut ke jalur
hukum.
ANALISA KASUS PELANGGARAN
“HAK KONSUMEN”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum Bisnis

DISUSUN OLEH :
ARI FITRIANI
C2B013041

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS BENGKULU
2014

Anda mungkin juga menyukai