Tugas Pak Haikal 2
Tugas Pak Haikal 2
NPP. 28.1215
1.Ceritakan kondisi krisis ekonomi yang terjadi sebelumnya dan Cerita kondisi krisis
ekonomi yang terjadi saat ini
Jawaban
1.
Krisis Tahun1998
Sekitar 22 tahun yang lalu, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang awalnya
disebabkan oleh merosotnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat. Depresiasi Rupiah tersebut disebabkan oleh efek berantai gejolak nilai tukar
mata uang Thailand, Baht, yang dipicu oleh serangkaian aksi spekulasi. Nilai tukar
Rupiah yang merosot bahkan hingga 80% tersebut mengguncang korporasi yang
memiliki pinjaman dalam mata uang dolar AS. Banyak perusahaan mengalami
kebangkrutan karena nilai utangnya membengkak.
Di saat yang bersamaan, Indonesia mengalami krisis politik pada saat itu.
Banyak pihak mendorong turunnya Soeharto sebagai Presiden Indonesia setelah
berkuasa lebih dari 32 tahun. Soeharto akhirnya turun dari takhtanya pada Mei 1998.
Krisis ekonomi saat itu mengakibatkan banyak perusahaan melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK) karyawan. Menurut data Bank Indonesia, jumlah pengangguran
penuh dan pengangguran tidak penuh mencapai 13,7 juta orang sepanjang 1998.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 13,8% sepanjang tahun 1998.
Inflasi melonjak hingga 77% atau tertinggi dalam beberapa puluh tahun terakhir. 1998
adalah salah satu periode terburuk dalam sejarah Indonesia modern.
Krisis 2020
Sementara itu, situasi berbeda terjadi pada 2020 dimana Indonesia mengalami
krisis kesehatan akibat penyebaran virus corona yang menginfeksi belasan ribu orang
dan menewaskan lebih dari seribu orang hingga 12 Mei 2020. Apabila pada 1998 krisis
moneter dialami oleh negara-negara Asia, krisis kesehatan pada 2020 dialami oleh
lebih dari 200 negara di dunia dimana jutaan orang meninggal akibat virus ini.
Krisis yang timbul akibat COVID-19 sangat berbeda dengan krisis ekonomi dan
keuangan yang selama ini sering terjadi, karena krisis ini dipicu oleh wabah yang
menghambat kegiatan perekonomian.Untuk itu protokol penanganan krisis ekonomi dan
keuangan yang ada tidaklah memadai menghadapi kondisi terburuk, karena yang perlu
ditangani terlebih dahulu bukanlah masalah keuangan tetapi penyebab utamanya.
Pemerintah perlu terlebih dahulu mencegah penyebaran COVID-19.
Pemerintah perlu menyiapkan protokol atau strategi yang tidak lazim untuk
menghadapi berbagai skenario eksploratif (plausible scenario). Kementerian keuangan
telah menyiapkan beberapa skenario menghadapi krisis wabah COVID-19, beberapa
diantaranya adalah menambah hutang negara untuk menambal defisit anggaran dan
pemerintah juga sudah menyiapkan anggaran untuk membantu menjaga pertumbuhan
ekonomi yang akan terdampak jika dilakukan karantina.
Dalam kondisi ini respons kebijakan yang dapat dan perlu ditempuh antara lain:
Kelompok masyarakat yang paling rentan tidak hanya yang selama ini masuk ke dalam
Program Keluarga Harapan tetapi juga kelompok masyarakat yang kehilangan
pendapatan seperti pegawai harian lepas yang diberhentikan, pedagang kecil yang
kehilangan penghasilan, termasuk perlindungan bagi tenaga medis yang berhadapan
langsung menangani pasien COVID-19.