Anda di halaman 1dari 5

Nama : Latifa Tsania D.

Npm : A10190018

Matakuliah : Manajemen Pemasaran Internasional

Kelas : S1 Manajemen A

Tugas 4

1. Jelaskan peluang 2 pasar di pasar asia, eropa, timur tengah, sehingga kita bisa
memasarkan produk yang dibutuhkan mereka.
 Peluang pasar di Asia

Indonesia kini tengah berpacu dengan waktu dalam menyambut pelaksanaan pasar
bebas Asia Tenggara atau biasa disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
yang akan dimulai pada tahunn 2015. ASEAN telah menyepakati sektor-sektor
prioritas menuju momen tersebut. Ketika berlangsung ASEAN Summit ke-9 tahun
2003 ditetapkan 11 Priority Integration Sectors (PIS). Namun pada tahun 2006 PIS
yang ditetapkan berkembang menjadi 12 yang dibagi dalam dua bagian yaitu tujuh
sektor barang industri dan lima sektor jasa. Ke-7 sektor barang industri terdiri atas
produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil,
otomotif, dan produk berbasis kayu. Sedangkan kelima sektor jasa tersebut adalah
transportasi udara, e- asean, pelayanan kesehatan, turisme dan jasa logistik.

Keinginan ASEAN membentuk MEA didorong oleh perkembangan eksternal dan


internal kawasan. Dari sisi eksternal, Asia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi
baru, dengan disokong oleh India, Tiongkok, dan negara-negara ASEAN. Sedangkan
secara internal, kekuatan ekonomi ASEAN sampai tahun 2013 telah menghasilkan
GDP sebesar US$ 3,36 triliun dengan laju pertumbuhan sebesar 5,6 persen dan
memiliki dukungan jumlah penduduk 617,68 juta orang. Tulisan ini secara ringkas
akan menganalisis peluang Indonesia menghadapi persaingan dalam MEA.

Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN

Sejalan dengan pesatnya dinamika hubungan antar-bangsa di berbagai kawasan,


ASEAN menyadari pentingnya integrasi negara-negara di Asia Tenggara. Pada
pertemuan informal para Kepala Negara ASEAN di Kuala Lumpur tanggal 15
Desember 1997 disepakati ASEAN Vision 2020 yang kemudian ditindaklanjuti
dengan pertemuan di Hanoi yang menghasilkan Hanoi Plan of Action (HPA). Visi
2020 termasuk HPA berisi antara lain: kondisi yang ingin diwujudkan di beberapa
bidang, seperti orientasi ke luar, hidup berdampingan secara damai dan menciptakan
perdamian internasional.

Beberapa agenda kegiatan yang akan dilaksanakan untuk merealisasikan Visi 2020
adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, ekonomi, lingkungan
hidup, sosial, teknologi, hak cipta intelektual, keamanan dan perdamaian, serta
turisme melalui serangkaian aksi bersama dalam bentuk hubungan kerjasama yang
baik dan saling menguntungkan diantara negaranegara anggota ASEAN.

Selanjutnya pada KTT ASEAN ke 9 di Bali pada tahun 2003 dihasilkan Bali Concord
II, yang menyepakati pembentukan ASEAN Community untuk mempererat integrasi
ASEAN. Terdapat tiga komunitas dalam ASEAN Community yang disesuaikan
dengan tiga pilar didalam ASEAN Vision 2020, yaitu pada bidang keamanan politik
(ASEAN Political-Security Community), ekonomi (ASEAN Economic Community),
dan sosial budaya (ASEAN Socio-Culture Community). MEA adalah tujuan akhir
integrasi ekonomi seperti yang dicanangkan dalam ASEAN Vision 2020, adalah : "To
create a stable, prosperous and highly competitive ASEAN economic UHJLRQ LQ
ZKLFK WKHUH LV IUHH ÀRZ RI goods, services, investment, skill labor DQG
IUHHU ÀRZ RI FDSLWDOHTXLWDEOH economic development and reduced
poverty and socio-economic disparities2 in year 2020."

Untuk membantu tercapainya integrasi ekonomi ASEAN melalui AEC, maka


dibuatlah AEC Blueprint yang memuat empat pilar utama yaitu (1) ASEAN sebagai
pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran
bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas;
(2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen
peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,
pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce; (3) ASEAN sebagai
kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan
usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara
Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam; dan (4) ASEAN sebagai kawasan yang
terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan
yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran
serta dalam jejaring produksi global.

Dengan berlakunya MEA 2015, berarti negara-negara ASEAN menyepakati


perwujudan integrasi ekonomi kawasan yang penerapannya mengacu pada ASEAN
Economic Community (AEC) Blueprint. AEC Blueprint merupakan pedoman bagi
negaranegara Anggota ASEAN dalam mewujudkan AEC 2015.

 Peluang pasar di Eropa

Perluas Pasar Ekspor Tiga Produk Unggulan Indonesia di Uni Eropa.

Pasar Eropa masih terbuka lebar untuk produk perdagangan Indonesia. Dalam kurun
waktu 2007-2016, total nilai perdagangan Eropa dengan Indonesia telah tumbuh
sampai 25 persen. Membaiknya peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia juga
menjadi kesempatan bagi Indonesia dan Uni Eropa untuk bermitra."Perusahaan-
perusahaan di Eropa sangat terbuka untuk saling berbagi teknologi dan inovasi dengan
negara mitra seperti Indonesia. Investasi kami berfokus pada teknologi mutakhir dan
bersifat jangka panjang," kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei
Darussalam dalam acara diskusi panel "EU-Indonesia Business Dialogue 2017",
Selasa (28/11), di Jakarta.Berdasarkan penelitian Institute for Development of
Economics and Finance (Indef), hubungan ekspor dan impor antara Eropa dan
Indonesia saling berkaitan. Ekonom Senior Indef Rina Oktaviani mengatakan, setiap
kenaikan 1 persen impor dari Eropa menyebabkan kenaikan investasi langsung luar
negeri Eropa di Indonesia 2,43 persen di tahun berikutnya. "Begitu pula setiap 1
persen kenaikan ekspor ke Eropa dapat menyebabkan investasi langsung luar negeri
naik 1,98 persen pada tahun berikutnya," ujar Rina. Indef, lanjut Rina, menyarankan
sejumlah perbaikan internal agar potensi ekonomi Indonesia berkembang lebih pesat.
Saran itu, antara lain, memperbaiki iklim investasi lewat penyederhanaan birokrasi
seiring dengan gencarnya pembangunan infrastruktur di dalam negeri. Selain itu,
mutu sumber daya manusia Indonesia mendesak untuk terus ditingkatkan.Pada
kesempatan itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri di
Indonesia terus menggeliat. Sampai triwulan III-2017, industri dalam negeri tumbuh
5,49 persen. Sektor industri yang tumbuh paling pesat adalah industri baja sebesar
10,6 persen. "Memang banyak isu yang mesti diselesaikan antara Indonesia dan
Eropa. Perundingannya pun bukan perkara mudah. Akan tetapi, dengan melihat
potensi kedua pihak, saya percaya kerja sama Eropa dan Indonesia akan terus
membaik," kata Airlangga. (APO)

Kementerian Perindustrian mendorong tiga produk unggulan Indonesia agar lebih


memperluas pasar ekspor di Uni Eropa, yaitu pakaian, tekstil, dan sepatu. Langkah ini
seiring upaya Indonesia yang tengah melakukan negosiasi dengan Uni Eropa terkait
perdagangan dan investasi kedua belah pihak.“Kami melihat potensi dari kedua pihak.
Kami juga percaya, kerja sama Eropa dan Indonesia akan terus membaik,”

Negosiasi melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) ini


dilakukan, salah satunya untuk mengantisipasi resolusi parlemen Uni Eropa yang
dapat mengganggu proses kerja sama kedua belah pihak. Contohnya mengenai
kampanye negatif yang digunakan untuk menekan ekspor minyak kelapa sawit
Indonesia. Sambil menunggu penyesuaian standar, kedua belah pihak mesti
merundingkan perjanjian dagang agar kesepakatan akhir tercapai. Salah satu caranya
adalah pembahasan komoditas yang sensitif seperti kelapa sawit dibicarakan paling
akhir.“Untuk itu, kami mendorong yang prioritas terlebih dahulu, yaitu clothing,
footwear, dan tekstil. Mereka juga dorong isu lain. Ketiga produk tersebut masih
dikenakan bea masuk sebesar 12 persen, sedangkan minyak kelapa sawit nol persen,
kecuali beberapa produk turunannya yang terkena bea masuk sekitar 10 persen.

Menperin berharap, dengan adanya pembebasan bea masuk, menjadi peluang besar
bagi industri Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang. “Karena kita punya daya
saing tinggi, sehingga mereka pasang barikade,” jelasnya.Misalnya, industri tekstil
dan produk tekstil (TPT)nasional telah mampu menunjukkandaya saingnya di tingkat
global. Pasalnya, sektor andalan initelah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan
produknya dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional. “Bahkan,
khusus untuk industri shoes and apparel sport, kita sudah melewati Tiongkok. Di
Brasil, kita sudah menguasai pasar di sana hingga 80 persen,” ungkap Airlangga.
Sebelumya, Menteri Airlangga meminta perundingan dari Perjanjian Kemitraan
Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (IEU CEPA) dapat lebih seimbang
untuk kedua belah pihak. Negosiasi ini telah memasuki putaran ketiga yang
dilaksanakan di Brussel pada September 2017.“Kami berharap peraturan-peraturan
tersebut dapat menghasilkan keuntungan ekonomis yang terukur, seperti akses pasar
yang lebih luas sebagai insentif bagi pihak yang dapat memenuhi
kriteriasustainability,” tuturnya.

Menperin mengatakan, diperlukan peraturan yang lebih seimbang pada tiga elemen
utama di Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa,
yaitu akses pasar, fasilitasi perdagangan dan investasi, serta kerja sama ekonomi dan
peningkatan kapasitas. “Kami percaya bahwa Indonesia dan Uni Eropa merupakan
mitra strategis dalam upaya pembangunan ekonomi,” ujarnya.

Di bidang investasi nonmigas, Uni Eropa menjadi penanam modal terbesar ke-4 di
Indonesia setelah Singapura, Jepang, dan Tiongkok pada tahun 2016, dengan nilai
investasi mencapai USD2,6 miliar atau naik dibanding tahun sebelumnya sebesar
USD2,26 miliar. Investor dari negara-negara Uni Eropa di Indonesia didominasi,
antara lain Belanda, Inggris, dan Perancis dengan tujuan utama investasi ke provinsi
DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Nusa Tenggara Barat.

 Peluang pasar di Timur Tenggah

POTENSI DAN PELUANG PERDAGANGAN INDONESIA

Salah satu jalur perdagangan yang semestinya mulai digarap lebih serius oleh
Indonesia adalah pasar Timur Tengah. Hingga pertengahan tahun 2012, pasar ekspor
di kawasan ini naik 43 persen. Kenaikan substansial ini diraih ketika pasar ekspor
tradisional Indonesia di kawasan Amerika Utara dan Eropa mengalami pertumbuhan
negatif.

Selain itu, kawasan Timur Tengah memiliki potensi pasar yang besar bagi Indonesia.
Kawasan yang saat ini tengah menikmati manisnya pertumbuhan ekonominya dari
tingginya harga minyak ini memiliki sumberdaya alam energi dunia yang berlimpah
dan didukung oleh akselerasi dari reformasi orientasi pasar dan penguatan integrasi
kawasan. Masyarakat kawasan Timur Tengah memiliki purchasing power yang tinggi
sehingga sangat prospektif bagi produk-produk ekspor Indonesia.

Jika dilihat potensinya lebih mendalam, maka performa ekonomi di negara-negara


Timur Tengah menunjukkan tren yang stabil dan menguat. Negara-negara tersebut
memiliki struktur perekonomian yang identik, misalnya tingkat pertumbuhan
perdagangan barang dan jasa yang ratarata diatas 7 persen dan total perdagangannya
yang masih didominasi perdagangan antar kawasan (integrasi Timur Tengah). Ekspor
merekapun masih didominasi sektor migas dan manufaktur. Tingkat investasi asing
(FDI) di negara-negara Timur Tengah pun masih relatif rendah sekitar 0,2-4,0 persen.
Untuk melihat potensi pasar mitra dagang negara-negara Timur Tengah, kita bisa
melihat daya saing dan peluang yang bisa diambil dari perdagangan bilateral.
Indonesia. Turki misalnya, selama periode 2000- 2008 memiliki tren perdagangan
yang positif dengan Indonesia dan menduduki tempat kedua diantara negara-negara
Timur Tengah. Sampai dengan tahun 2007, nilai ekspor Indonesia ke Turki masih
mendominasi daripada impornya. Meski krisis 2008 melemahkan daya saing
Indonesia ke pasar Turki, namun potensi perdagangan Indonesia-Turki masih tinggi
pada tahun 2009. Nilai dan pangsa impor barang-barang Indonesia bagi Turki
meningkat signifikan, lebih dari 100 persen, selama periode 2004- 2008, walupun
pada tahun 2009 terdapat penurunan. Tetapi neraca perdagangan Indonesia ke Turki
kembali positif pada tahun 2009. Komoditi ekspor utama Indonesia ke Turki masih
produk-produk tekstil dan olahan karet.

Meski terlihat peluang yang lebar, Indonesia dihadapkan pula pada tantangan
menembus pasar Timur Tengah. Tantangan-tantangan tersebut antara lain faktor jarak
yang masih diasosiakan dengan biaya tinggi. Hambatan tarif yang masih tinggi antara
Indonesia dengan negaranegara Timur Tengah juga menjadi hambatan perdagangan.
Kemudian stigma negatif masyarakat Indonesia terhadap bangsa Arab yang penuh
dengan konflik dan peperangan. Tantangan lainnya adalah birokrasi dan pengurusan
dokumen perdagangan yang masih rumit yang akan menghambat perdagangan dan
belum adanya kerjasama dengan perbankan lokal yang menangani masalah
pembayaran ekspor-impor

Anda mungkin juga menyukai