Anda di halaman 1dari 1

Menurut Knechtle (1979) yurisdiksi pemajakan (tax jurisdiction) sebagai kedaulatan dalam bidang

perpajakan merupakan konsekuensi dari kedaulatan wilayah suatu negara. Selain Knechtle yang
menjelaskan mengenai yurisdiksi pemajakan, Martha (1989) juga menyebutkan bahwa ada empat teori
justifikasi legal hak pemajakan suatu negara yaitu:

1. Realistis atau empiris Teori realistis menyatakan bahwa yurisdiksi setara dengan kekuasaan fisik
(physical power), untuk melaksanakan yurisdiksi terhadap orang dan harta yang berada dalam
wilayah kekuasaannya. Namun, secara empiris, yurisdiksi pemajakan bukanlah semata karena
kekuasaan fisik, tetapi berdasarkan ketentuan perundangan dan tidak terbatas pada wilayah
kekuasaan, tetapi dapat meluas sampai kepada orang yang secara fisik berada di luar kewenangan
administrasi pengenaan pajak.
2. Etis atau retributif Teori etis atau retributif menyatakan bahwa pemajakan merupakan kontraprestasi
atau imbalan (return) atas manfaat dan kemudahan yang diperoleh dari negara. Suatu perusahaan
yang merupakan bagian dari suatu komunitas ekonomi memberikan kontribusi proporsional untuk
tersedianya fasilitas kemerdekaan ekonomis. Kontribusi yang dimaksud lazim disebut dengan pajak.
3. Kontraktual Teori kontraktual menyatakan bahwa pemajakan sepertinya merupakan pembayaran
atas barang dan jasa yang diterima dari negara pemungut pajak berdasarkan anggapan adanya
kontrak (perjanjian tak tertulis) antara pemegang yurisdiksi pemajakan dengan subjek pajak. Namun,
dalam berbagai hal teori tersebut kurang tepat sehubungan dengan tidak adanya konsensus atau
kesepakatan dari kedua pihak sehingga merupakan penyimpangan dari kebebasan atau kesukarelaan
dari salah satu (kedua) pihak dalam perjanjian kontrak tersebut.
4. Soverenitas Teori soverenitas menyatakan bahwa pemajakan adalah merupakan suatu bentuk
pelaksanaan dari yurisdiksi ketika yurisdiksi merupakan atribut (kelengkapan) dari soverenitas.
Sumber dari hak pemajakan (right to tax) suatu negara berasal dari soverenitas (kedaulatan) negara
tersebut. Sebagai kebutuhan historis (akan adanya suatu negara), hak, dan kewajiban utama suatu
negara adalah untuk mengamankan dan melestarikan keberadaannya.

Anda mungkin juga menyukai