Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Retno Susilowati, M.Si
Disusun oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang yang berjudul ‘Anatomi dan
Fisiologi Pembuluh Darah’ dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas matakuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia. Penulisan makalah ini dapat
terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Retno Susilowati M, Si. Sebagai dosen pengampu mata kuliah anatomi dan
fisiologi manusia,
2. Orang yang telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan moral maupun
marerial,
3. Teman-teman yang membantu penulisan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Penyusun makalah menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempumaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Kelompok 5-Biologi A
i
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
Daftar Gambar ....................................................................................................... iii
Daftar Tabel ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Integrasi Ayat Al-Qur‟an terhadap Pentingnya Urat Nadi Jantung dengan
Konsep Penggolongan Pembuluh Darah ................................................... 3
2.2 Mekanisme Sistem Peredaran Darah Manusia ........................................... 3
2.3 Anatomi Pembuluh Darah ........................................................................ 4
2.4 Histologi Pembuluh Darah ........................................................................ 6
2.5 Fisiologi Pembuluh Darah ........................................................................ 7
2.6 Jenis Pembuluh Darah .............................................................................. 9
2.7 Nama dan Kedudukan Arteri, Vena, dan Kapiler dalam Tubuh Manusia ... 12
2.8 Hubungan Antara Aliran Darah, Tekanan, dan Resistensi ......................... 27
2.9 Definisi Aterosklerosis ............................................................................. 30
2.10 Faktor Resiko Aterosklerosis .................................................................... 31
2.11 Patofisiologi Aterosklerosis ...................................................................... 34
2.12 Etiopatogenesis Aterosklerosis ................................................................. 35
2.13 Macam-Macam Lesi Aterosklerosis .......................................................... 38
2.14 Manifestasi Klinik dan Komplikasi ........................................................... 41
2.15 Pencegahan dan Penatalaksanaan Aterosklerosis ...................................... 41
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 44
3.2 Saran .......................................................................................................... 44
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 45
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Makna tersirat dari ayat diatas adalah fenomena fisiologis mahkluk hidup tidak hanya
pada tumbuhan namun dihewan dan manusia juga dijelaskan. Salah satunya komponen
cair pada darah, pada dasarnya darah merupakan komponen penting dalam tubuh. Karena
semua sistem aliran gizi dan oksigen disalurkan oleh darah melalui pembuluh darah.
Secara universal pembuluh darah diartikan sebagai sistem peredaran darah. Sebagai
manusia yang berakal hendaknya menggunakan akalnya untuk berfikir dan menemukan
bukti-bukti ilmiah sebagai tanda kekuasan Allah. Untuk itu makalah mengenai anatomi
dan fisiologi manusia pembuluh darah ini perlu dikaji, sebagai bentuk ketaqwaan kepada
Allah SWT dan tambahan ilmu pengetahuan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggolongan dan fungsi pembuluh darah?
2. Bagaimana fungsi sistem vena, arteri, dan kapiler?
3. Bagaimana resistensi pembuluh darah pada manusia?
4. Bagaimana faktor resiko Aterosklerosis?
5. Bagaimana patogenesis Aterosklerosis?
6. Bagaimana pencegahan Aterosklerosis?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Integrasi Ayat Al-Qur’an Terhadap Pentingnya Urat Nadi Jantung dengan
Konsep Penggolongan Pembuluh Darah
Al-Qur‟an dan hadits merupakan pegangan hidup manusia, yang mana didalamnya
terdapat tanda-tanda kekuasan Allah dari berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk
bidang medis. Sebagaimana dalam Al Qaaf ayat 16 yang artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya.”
Penjelasan urat leher di atas adalah vena jugular yang mengalirkan darah dari jantung ke
leher oleh pembuluh darah vena. Adapun pembuluh darah besar lainnya yang disebutkan
dalam Qur‟an ialah Al-Aatiin (aorta). Aorta merupakan pembuluh darah besar yang
mengalirkan darah langsung dari jantung untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Dalam Surat
Al Haqqah ayat 45 dan 46 Allah berfirman:
“Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian
benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.”
Maksud dari ayat tersebut ialah jika Rasulullah SAW berdusta terhadap Allah maka
sanksi yang akan diberikan ialah pemotongan pembuluh darah yang keluar dari
jantungnya (aorta) sehingga kematian adalah hasil akhirnya. Aorta memiliki aliran darah
yang cepat karena tekanannya langsung berasal dari kontraksi jantung, selain itu volume
darahnya masih sangat banyak (hanya punya 1 percabangan kecil yaitu koroner) oleh
karena itu ketika aorta dipotong maka konsekuensinya ialah akan terjadi pendarahan yang
sangat hebat lalu syok dan dengan mudahnya dapat menimbulkan kematian. Ayat ini
menjelaskan bahwa darah dipandang sebagai suatu “kendaraan” untuk hidup, dan arteri
yang langsung berasal dari jantung (aorta) penting untuk mempertahankan hidup.
3
diteruskan ke bilik kiri, untuk selanjutnya disalurkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah aorta (utama). Darah yang dipompa melewati aorta akan terus
mengalir hingga ke bagian paling tepi di seluruh area tubuh. Setelah menyalurkan
berbagai zat yang dibawanya ke sel-sel tubuh, darah akan mengalir kembali menuju
serambi kanan jantung untuk mengalami proses pembersihan darah.
2. Sirkulasi pulmonalis (paru-paru )/sirkulasi kecil yaitu sirkulasi darah dari jantung
menuju paru-paru dan sebaliknya, yang berlangsung saat darah yang mengandung
karbondioksida dari sisa metabolism tubuh kembali ke jantung melalui pembuluh
vena besar (vena cava), lalu maemasuki serambi kanan dan diterukan ke bilik kanan
jantung selanjutnya darah yang sudah berada di bilik kanan akan dialirkan ke paru-
paru melalui arteri pulmonalis, untuk melakuakn pertukatan gas karbondioksida
dengan oksigen, setelah itu darah bersih yang kaya akan oksigen akan memasuki
serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis.
3. Aliran darah portal, aliran darah balik, darah vena yang berasal dari (usus halus,
usus besar, lambung, limpa, dan hati). Aliran darah system portal mempunyai satu
pintu keluar yaitu vena porta ke arteri hepatica menuju ke hati keluar ke vena
hepatica, masuk ke jantung melalui vena kava inferior. Hati merupakan organ
terbesar yang memproses bermacam-macam jenis reaksi kimia, dan menerima zat
makanan dari system pencernaan. Kerusakan struktur jaringan hati menyebabkan
aliran darah tidak lancer karena jaringan hati mengerut sehingga darah tidak dapat
dialirkan.
4. Sirkulasi coroner (jantung) yaitu sama seperti organ tubuh lain, jantung juga
membutuhkan asupan oksigen dan nutrisi supaya dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Darah yang menutrisi jantung akan di alirkan melalui arteri coroner ke
oto-otot jantung. Maka dari itu, sumbatan pada arteri coroner bisa mengurangi
aliran oksigen dan nutiri ke otot jantung, sehingga meningkatkan risiko terkena
serangan jantung.
Darah dalam tubuh terdiri dari sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru-paru. Sirkulasi
sistemik dimulai dari jantung yang memompa darah dan dibawa oleh aorta ke seluruh
tubuh termasuk organ-organ dalam tubuh, lalu kembali lagi ke jantung dibawa oleh vena
cava superior dan inferior. Sirkulasi paru-paru dimulai dari jantung yang memompa darah
melalui vena pulmonalis ke paru-paru dan kembali lagi ke jantung dibawa oleh arteri
pulmonalis (Graff, 2009).
5
2.4 Histologi Pembuluh Darah
Dinding arteri biasanya mengandung tiga lapisan konsentrik atau disebut dengan
tunika. Lapisan terdalam adalah tunika intima yang terdiri dari epitel selapis gepeng atau
endotel, dan jaringan ikat subendotel di bawahnya. Lapisan tengah adalah tunika media,
terutama terdiri dari serat oto polos dan otot polos ini menghasilkan matriks ekstraselular.
Lapisan terluar adalah tunika adventisia yang terdiri dari serat jaringan ikat kolagen dan
elastik, terutama kolagen tipe I. Dinding sebagian arteri muskular juga memperlihatkan
dua pita serat elastik bergelombang dan tipis yang disebut lamina elastika interna dan
lamina elastika ekstrna. Lamina elastika interna berada diantara tunika intima dan media,
sedangkan lamina elastika eksterna berada diantara tunika media dan adventisia.
(Eroschenko, 2010).
Susunan Lapisan Pembuluh Darah Arteri terdiri dari 3 tunika, yaitu : tunika
adventisia, tunika media, dan tunika intima (dari luar ke dalam). Antara tunika adventisia
dan tunika media dibatasi oleh lamina elastika eksterna, sedangkan tunika media dan
tunika intima dibatasi oleh lamina elastika interna. Sel-sel endotel pada tunika intima ini
dihubungkan oleh serangkaian kompleks persambungan dan juga dihubungkan dengan
jaringan ikat bawahnya, yaitu lamina basalis. Tunika media terdiri dari sel otot polos
yang tampaknya sebagai sel pembentuk 8 jaringan ikat utama dinding arteri,
menghasilkan kolagen, serat elastik, dan proteoglikan. Sedangkan pada tunika
adventisia,terdiri dari vasa vasorum dan nervus (Eroschenko, 2010).
6
Pembuluh darah manusia mempunyai bentuk seperti pipa saluran panjang yang
bersifat elastis dan kenyal, berongga di bagian tengahnya disebut lumen, tersusun atas
tiga lapis dinding penyusun pembuluh darah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
bahwa dinding pembuluh darah arteri dan vena masing-masing tersusun atas tiga lapisan,
yaitu (Graff, 2009):
a. Tunika intima/tunica intima, adalah lapisan paling dalam dari dinding pembuluh
darah yang terdiri atas lapisan endothelium dan jaringan konektif elastis dan
jaringan kolagen. Lapisan ini berbatasan dengan lumen pembuluh darah. Lapisan
ini terbentuk oleh endothelium yang sangat licin, yang di batasi oleh selapis tunggal
sel epitel gepeng.
b. Tunica media/tunica media, adalah lapisan kedua dari dinding pembuluh darah
yang paling tebal dan tersusun atas otot-oto polos serat elastis. Adanya otot-otot
polos inilah yang memungkinkan terjadinya mekanisme kerja otot yaitu kontraksi
dan relaksasi pembuluh darah dalam bentuk pelebaran dan penyempitan pembuluh
darah serta memberikan tekanan yang tetap terhadap darah.
c. Tunika adventisia/tunica adventitia, adalah lapisan ketiga paling luar dari dinding
pembuluh darah yang tersusun atas jaringan ikat serat elastis. Lapisan terluar ini
menjadi pelindung. Sedangkan dinding dari pembuluh darah kapiler hanya terdiri
atas sebuah lapisan tunggal endothelium dan membrane basalis (basement
membrane). Atas dasar inilah kenapa pembuluh kapiler mempunyai ukuran lebih
kecil dan lebih tipis dibandingkan dengan ukuran arteri dan vena.
7
baru yang mengisi arteri. Apabila arteri kaku dan tidak mempunyai distensibilitas,
tekanan akan naik jauh lebih tinggi di sistol dan drop untuk hampir nol di diastol. Tetapi
ketika arteri sehat, mereka memperluas dengan masing-masing sistol dan menyerap
beberapa kekuatan darah untuk dipompakan. Kemudian, ketika jantung dalam diastol,
elastisitas mereka mempertahankan tekanan darah dan mencegah tekanan darah jatuh ke
nol. Dengan demikian, arteri yang elastis "memuluskan" fluktuasi tekanan dan
mengurangi stres pada arteri yang lebih kecil. Arteri kecil dan arteriol disebut juga
sebagai pembuluh resistensi karena mereka adalah tempat utama dari resistensi perifer.
Tekanan dipengaruhi oleh resistensi, dan aliran dipengaruhi oleh keduanya. Darah
mengalir lebih cepat jika di tengah pembuluh darah, di mana ia bertemu sedikit gesekan,
dan lebih lambat jika dekat dengan dinding, di mana ia mengalami gesekan pada dinding
pembuluh darah. Ketika pembuluh darah melebarkan, sebagian besar darah dalam tengah
pembuluh dan aliran rata mungkin cukup cepat. Ketika pembuluh mengalami konstriksi,
banyak darah yang lebih dekat dengan dinding sehingga menurunkan aliran darah
(Guyton & Hall, 2007).
Metabolisme arteri menunjukkan bikimiawi sel otot polos. Terdapat cara anabolik
dan katabolik. Sel ini metabolisme glukosa dengan cara anaerobik dan glikolisis aerobik.
Sel dinding arteri dapat mensintesis asam lemak, kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida
dari substrat endogen untuk memenuhi kebutuhan strukturalnya, tetapi sel otot polos
lebih mengutamakan penggunaan lipid dari lipoprotein plasma yang dihantarkan ke
dinding. Lipoprotein yang melintasi sel endotel melalui vesikel pinositotik. Sel otot polos
mempunyai reseptor permukaan khusus dengan afinitas tinggi terhadap apoprotein
tertentu pada permukaan lipoprotein kaya akan lipid, sehingga memudahkan masuknya
lipoprotein ke dalam sel melalui endositosis adsorptif (Guyton & Hall, 2007).
Selain organ jantung, sistem peredaran darah juga tersusun atas pembuluh-
pembuluh darah yang memegang peranan penting dalam sirkulasi darah ke seluruh tubuh
maupun dari seluruh tubuh. Pembuluh darah „‟Blood Vessels‟‟, merupakan sistem yang
terdapat di seluruh tubuh yang menghubungkan organ-organ vital tubuh seperti paru-
paru, hati, pancreas, ginjal dengan organ jantung. Fungsi pembuluh darah adalah sebagai
saluran transportasi bagi darah daru jantung ke seluruh tubuh ataupun sebaliknya, selain
itu fungsi pembuluh darah lainnya yaitu membatu menjaga keseimbangan tekanan darah
melalui mekanisme kontraksi dan relaksasi otot-otot penyusun pembuluh darah (Graff,
2009).
8
2.6 Jenis Pembuluh Darah
Terdapat tiga jenis pembuluh darah arteri, kapiler,vena yang membentuk sistem
tertutup berbentuk tabung yang membawa darah dari jantung ke sel-sel tubuh dan
kembali ke jantung. Tabel berikut ini menunjukkan perbandingan di antara pembuluh
darah.
Tabel 2.1 Perbandingan Vena, Arteri, dan Kapiler
Tipe Pembuluh Fungsi Struktur
Darah
Vena Membawa darah dari kapiler di Dinding tipis, banyak terdapat
seluruh tubuh ke jantung katup untu mencegah darah
kembali
Arteri Membawa darah dari jantung ke Dinding tebal untuk menahan
kapiler di seluruh tubuh tekanan darah
Kapiler Pertukaran materi antara Ukuran kecil atau mikroskopis,
pembuluh darah dan jaringan tersusun dari satu lapisan
endotelium
Klasifikasi pembuluh darah pada manusia ada 3 berdasarkan organ darah yang
dibawa didalamnya :
a. Pembuluh darah nadi/arteri/artery
Arteri merupakan pembuluh darah yang bertugas membawa darah bersih yang kaya
akan oksigen, sedikit karbondioksida dan zat nutrisi dari jantung ke seluruh tubuh,
kecuali pembuluh arteri pulmonalis yang membawa darah kotor dari jantung
menuju paru-paru. Pada gambar diagram anatomi, pembuluh darah arteri berwarna
merah. Pada lapisan tengah aorta dan arteri memiliki bentuk yang lebih besar
karena berisi sejumlah besar serabut elastis dan sedikit otot, karena arteri untuk
9
mengembung. Arteri memiliki bentuk yang lebih kecil jika dibandingkan arteriol
yang relative besar karena teridri atas jaringan otot, karena dindingnya harus
menyesuaikan diri pada pengendalian saraf vasomotorik untuk keperluan tubuh.
Arteri dan arteriol memperoleh pendarahan dari sebuah sistem pembuluh khusus
yaitu vas-vasorum keduanya juga di sarafi oleh serabut-serabut saraf yang ramping
yang melingkari dinding pembuluh darah. Susunan darah dalam arteri berisi
oksigen dan berwarna merah cemerlang sebab hemoglobin bergabung dengan
oksigen. Bila sebuah arteri terpotong maka akan terlihat darah merah cemerlang
yang menyemprot ke luar dengan semburan yang seirama denyutan jantung
(Ardhina, 2020).
b. Pembuluh darah balik/vena/vein
Vena merupakan permbuluh darah yang bertugas membawa darah kotor yang kaya
akan karbondioksida sedikit oksigen dan zat sampah sisa metabolisme menuju
jantung dari seluruh tubuh kecuali vena pulmonalis yang membawa darah bersih
dari paru-paru ke jantung. Pada gambar diagram anatomi, pembuluh darah balik
berwarna biru. Seperti pada arteri vena terdiri atas tiga lapis, tetapi pada lapisan
tengah arteri beorot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kemps, dan kurang elastic
daripada arteri. Oleh karena darah dalam anggota gerak berjalan melawan gaya
berat, maka vena mempunyai katup yang tersusun sedemikian sehingga darah dapat
mengalir ke jantung tanpa jatuh kembali kea rah sebaliknya. Katupnya berbentuk
lipatan setengah bulan terbuat dari lapisan dalam vena yaitu endothelium, yang
diperkuat oleh sedikit jaringan fibrus. Lipatan-lipatan itu satu sama lain
berhadapan, pinggiran yang bebas menghadap kea rah darah mengalir. Bila vena
mengembung karena penuh dengan darah makana vena itu jadi seolah-olah diikat
pada beberapa tempat. Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu karena banyak
dari oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Bila sebuah vena terpotong maka
darah mengalir ke luar dengan arus rata (Ardhina, 2020).
c. Jaringan kapiler/kapiler/capillary network
Pembuluh darah terkecil yang menghubungkan arteri dengan vena, terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Kapiler berisi darah campuran anatara darah bersih
dan darah kotor sehingga di dalam gambar diagram anatomi, jaringan kapiler
diberikan warna ungu (campuran anatara warna merah dengan biru. Kapiler ialah
pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri berakhir. Semakin kecil arteruol
makin menghilang ketiga lapis dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler
yang sehalus rambut, dinding itu tinggal hanya satu lapis saja, yaitu lapisan
10
endothelium. Lapisan yang sangat tipis itu memungkinkan limfe merembes keluar
membentuk cairan jaringan dan membawa air, mineral dan zat makanan untuk sel,
dan melalui pertukaran gas pembuluh kapiler dan menyingkirkan bahan buangan
termasuk karbondioksida. Maka dari tu kapiler melaksanakan fungsi yang sangat
penting sebagai distributor zat-zat penting ke jaringan yang memungkinkan
berbagai proses dalam tubuh berjalan. Darah dalam kapiler terus-menerus berubah
susunan dan warnanya karena terjadi pertukaran gas. Pendarahan pada kapiler
mengalirnya secara perlahan-lahan ke permukaan(Ardhina, 2020).
Pertukaran yang terus-menerus bahan antara darah dan jaringan sel sangat penting
bagi kehidupan. Sel membutuhkan oksigen dan nutrisi untuk melakukan fungsi
metabolisme mereka, dan mereka menghasilkan karbon dioksida dan limbah metabolik
lainnya yang harus dikeluarkan oleh darah. Sel-sel jaringan yang diselimuti lapisan tipis
cairan ekstraseluler yang disebut cairan interstitial, atau cairan jaringan, yang mengisi
ruang jaringan dan terletak di antara sel jaringan dan kapiler. Oleh karena itu, semua
11
bahan yang lolos antara darah dan jaringan sel harus melewati cairan interstitial. Zat
terlarut seperti oksigen dan nutrisi dari darah berdifusi dalam kapiler ke dalam cairan
interstitial dan dari cairan interstitial ke dalam sel-sel tubuh. Karbon dioksida dan limbah
metabolik berdifusi ke arah yang berlawanan (Sa‟adah, 2018).
2.7 Nama dan kedudukan Arteri, Vena, dan Kapiler dalam Tubuh Manusia
2.7.1 Aorta
Aorta ialah arteri utama dalam tubuh, yang keluar dari jantung bagian ventrikel
sinitra melalui aorta asendens membelok ke belakang melalui radiks pilmonalis sinitra,
turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma, turun ke abdomen, jalan arteri
terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Aorta asenden, yang mempunyai cabang A. kororaria dekstra berasal dari sinus
aorta anterior, dan A. koronaria sinistra berasal dari sinus posterior sinistra. Kedua
arteri ini memberikan darah untuk jantung.
2. Arkus aorta merupakan lanjutan dari aorta asendens, yang mempunyai cabang
brakhiosefalika yang memberikan darah pada anggota gerak atas bagian kanan, A.
subklavia sinistra untuk kepala, dan A. karotis komunis sinistra anggota gerak atas
bagian kiri.
3. Aorta desendens, adalalı lanjutan dari arkus aorta, yang kemudian bercabang
menjadi aorta torakolis yang memberikan darah untuk area rongga torak dan
dinding torak(Syaifuddin, 2011).
12
Gambar 2.6. Sistem Peredaran Darah Jantung
2.7.2 Arteri
1 Arteri Kepala dan Leher
Arteri kepala dan leher disuplai oleh arteri karotis komunis dekstra dan arteri
karotis komunis sinistra. Bagian dekstra agak pendek, merupakan cabang dari A.
anonima dan sinistra, lebih panjang karena langsung dari arkus aorta. Pada masing-
masing sisi menuju ke atas leher di bawah otot sternosmastoid dan pada ketinggian
perbatasan atas kartilago tiroid membagi diri menjadi dua yaitu (Syaifuddin, 2011).:
a. Arteri karotis eksterna, menyuplai darah bagian leher dan kepala, dengan
percabangan
1. A. tiroid superior yang memperdarahi laring dan struktur sekitarnya
13
2. A. tiroid asendens yang memperdarahi faring dan struktur sekitarnya
3. A. lingualis yang memperdarahi untuk otot lidah.
4. A. fasialis yang memperdarahi rahang bawah.
5. A. oksipitalis bersama dengan nervus oksipitalis mengurus kulit kepala bagian
belakang.
6. A. aurikularis posterior berjalan ke atas belakang sepanjang tepi atas venter
posterior M. gastrik di bawah glandula parotis, antara kulit kepala belakang
dan aurikula.
7. A. maksilaris bagian belakang rahang atas.
b. Arteri karotis interna : tidak bercabang di leher, arteri ini menuju ke atas dalam
leher melalui kanalis karotis, pada os temporalis bersatu dalam tengkorak. Arteri
tersebut menyebar, terletak di dalam sinus akvernosus, berakhir pada A. serebri
anterior dan A. serebri media, dan memberikan cabang-cabangnya :
1. A. oftalmika yang memperdarahi mata
2. A. komunikan posterior bergabung dengan A. serebri posterior
3. A. koroidea : cabang kecil yang berjalan ke belakang memasuki kornu inferior
ventrikulus lateralis berakhir dalam pleksus khoroideus.
4. A. serebri anterior yang memperdarahi korteks serebri dan hemisfer otak.
5. A. serebri media, arteri ini masuk ke seluruh korteks motorik, cabang-cabang
sentral masuk ke subtansia grisea dalam hemisfer serebri.
6. A. nasalis, berjalan ke depan memperdarahi hidung.
14
Gambar 2.8 Arteri Kepala dan Leher
2 Arteri vertebralis
Merupakan cabang bagian pertama subklavia berjalan naik melalui foramen
prosesus transversi masuk ke cranium melalui foramen magnum berjalan ke atas, lalu ke
depan medial medulla oblongata, sampai di tepi bawah pons arteri ini bergabung dan
membentuk A. basilaris,dengan percabangan
a. Rami meningen, memperdarahi selaput otak
b. Arteri spinalis anterior dan posterior memperdarahi otak bagian spinal
c. Arteri inferior posterior selebri memperdarahi otak kecil
d. Rami medularis memperdarahi medulla oblongata
3 Arteri basilaris
Arteri basilaris dibentuk oleh penggabungan dua A. vertebralis, berjalan naik dalam
alur. Pada permukaan anterior pons bercabang dua :
a. A. serebralis posterior, memperdarahi permukaan inferolateralis temporalis,
permukaan lateral lobus oksipitalis dan medial lobus oksipitalis. Cabang-
15
cabang sentral menembus subtansia otak, memperdarahi subtansia otak,
memperdarahi subtansia grisea dan otak tengah.
b. A. sirkumarteriosus, melalui arteri ini disebar ke setiap bagian hemisfer serebri
memperdarahi subtansi otak.
4 Sirkulai Arteri wajah
a. A. fasalis , cabang dari karotis eksterna berkelok ke atas sudut mulut dan
ditutupi oleh muskulus plastima, dan berjalan sepanjang sisi hidung
beranastomosis dengan arteri oftalmika. Cabang-cabangnya:
1. A. submentalis, memperdarahi kulit dagu dan bibir bawah
2. A. labialis inferior, memperdarahi bibir bawah
3. A. labialis superior, memperdarahi septum dan bibir atas
4. Ramus lateralis nasal, memperdarahi kulit pada dorsum nasi dan sisi
hidung
b. A. temporalis superfisialis : cabang dari eksterna berawal dari glandula
partotis, naik di depan aurikula, memperdarahi kulit kepala
c. A. transversa fasalis : cabang dari A. temperolis superfisialis dari grandula
parotidea, berjalan ke depan melintasi pipi tepat di atas duktus parotideus.
d. A. supraorbitalis dan supratroklearis : Cabang A. oftalmika memperdarahi kulit
dahi.
5. Rongga toraks
a. A. interkustalis, terdiri dari dua bagian yaitu: A. interkostalis posterior
memberikan darah untuk rongga dada bagian belakang di percabang kan oleh
A. interkostalis superior dan A. interkostalis anterior memberikan darah untuk
otot, kulit, dan pleura parietal. Pada daerah glandul mamae wanita, cabangnya
menuju ke traktus superfisial besar.
b. A. perikavdiaiis, memperdarahi lapisan jantung bagian luar.
c. A. bronkialis, memberikan cabang sesuai dengan bronkus, dan memperdarahi
bronkhus dan paru.
d. A. esofagialis, memperdarahi esofagus.
e. A. mediastinelis, memperdarahi mediastinum.
6. Dinding toraks
a. A. prenikus superiormemperdarahi diafragma bagian atas
b. A. subkosteismemperdarahi otot-otot iga melayang.
7. Arteri Anggota Gerak Atas
16
a. Arteri subklavia, adalah cabang A. anonima sedangkan A. sub- klavia sinistra
cabang dari arkus aorta. Arteri ini terdapat di dalam media- stinum superior
yang berjalan naik ke atas menuju pangkal leher, kemudian melengkung ke
lateral depan, keluar dari rongga torak melalui belakang, selanjutnya masuk ke
aksila (ketiak) menjadi A. aksilaris.
b. A. aksilaris, mulai dari tepi lateral iga I, merupakan lanjutan dari A. sub-
klavia, berakhir pada tepi bawah M. terres mayor, melanjutkan diri sebagai A.
brakhialis.
c. A. brakhialis, mulai pada tepi bawah M. terres mayor, merupakan arteri utama
lengan atas, berakhir di depan kollum radii, berlanjut dua menjadi A. ulnaris
dan A. radialis, dan mempunyai cabang-cabang kecil yaitu :
a. Rami muskularis : Menuju ruang anterior lengan atas
b. Arteri nutrika : menuju humerus
c. Arteri profunda brakii mengikuti perjalanan radialis
d. Arteri kolateralis ulnaris superior : mengikuti perjalanan radialis
e. Arteri kolateralis ulnalis inferior membentuk anastomosa sekitar sendi siku
d. A. ulnaris, memasuki telapak tangan, dengan cabang rektus muskularis yang
memperdarahi otot sekitarnya, rektus rekuens anastomosis arteri sekitar sendi
siku, dan arteri interosa kommunis yang mendarahi sekitar pergelangan tangan
dan ruang posterior lengan bawah.
e. A. radialis, berada di bagian lateral pergelangan tangan hingga permukaan
posterior tangan dengan cabang ramus muskularis untuk otot sekitarnya, ramus
ramus rekuens anastomosis dengan sendi siku, dan ramus palmaris superfisialis
yang bergabung dengan A. ulnalis.
f. A. arkus palmaris superfisialis, memasuki telapak tangan, tepi distal ibu jari
dan radialis.
g. A. arkus palmaris profundus, memberikan cabang ke superior anastomosis
pergelangan tangan.
h. A. digitalis, berasal dari arkus yang berjalan, masing-masing menyuplai darah
ke jari-jari tangan.
i. Aorta Abdominalis, merupakan lanjutan dari aorta torakalis, mulai dari
vertebrae torakalis XII sampai lumbalis IV, terdapat dalam rongga abdomen.
17
Gambar 2.9 Pembuluh Darah Arteri Anggota Gerak Atas
18
1. A.penkreatike duedenalis inferior, memperdarahi pankreas bagian
duodenum.
2. A. kolika media, memperdarahi kolon transversum kanan dan kiri.
3. A. kolika dekstra, berjalan ke kanan memperdarahi kolon asendens,
bercabang menjadi ramus asendens dan desendens.
4. A. iliokolika, berjalan ke bawah beranastomosis dengan A. mesenterika
superior.
5. A. renalis, masuk ke dalam hilus ginjal.
6. A. spérmatika dan A. ovarika. Pada laki-laki A. spermatika memperdarahi
testis dan pada wanita A. ovarika memperdarahi ovarium.
d. A. mesenterika inferior, memperdarahi 1/3 distal kolon transversum, fleksura
kolika sinistra, kolon desendens. kolon sigmoid rektum, dan separuh atas anus.
Cabang-cabangnya :
1. A. kolika sinitra, memperdarahi kolon transversum, fleksura sinitra, dan
kolon desendens atas.
2. A. sigmoidea, memperdarahi kolon desendens dan sigmoid.
3. A. rektalis seperor, memperdarahi rektum dan separuh anus
beranastomosis dengan A. rektalis superior
4. A. marginalis, merupakan cabang dari A. mesenterika superior,
beranastomosis dengan A. rektalis superior.
9 Arteri dinding abdomen
Arteri dinding abdomenmuka dan belakang meliputi :
1. Prenikus inferior, cabang dari aorta abdominalis yang memperdarahi diafragma
bagian bawah.
2. A. subkostalis, memperdarahi otot-otot iga melayang.
3. Epigastrika superior masuk ke dalam M. rektus abdominus berjalan turun ke
belakang beranastomosis dengan A. epigastrika inferior.
4. A. lumbalis kulit dan punggung sumsum tulang belakang(Syaifuddin, 2011)..
10 Rongga panggul
Arteri iliaka komunis berawal dari aorta desendens sampai pada vertebra lumbalis
IV akan bercabang menjadi A. iliaka komunis dekstra dan A. iliaka komunis sinistra,
berjalan ke bawah dan lateral sepanjang tepi medial M. psoas(Syaifuddin, 2011).
1. A. iliaka interna, masuk ke rongga pelvis depan artikulasiosakralis. Pada lepi
atas foramen iskiadika mayor membelah menjadi ramus anterior dan ramus
19
posterior. cabangnya memperdarahi visera pelvis, peritoneum bokong, dan
kanalis sakralis:
a. A. sakralis media
b. A. rektalis superor, memperdarahi rektum dan testis pada laki-laki.
c. A. orwrika memperdarahi ovarium pada wanita.
d. A. uterina memperdarahi uterus.
2. A. iliaka eksterna, berjalan sepanjang tepi medial M. poas mengikuti tepi
pelvis, dengan cabangnya :
a. A. femoralis, memasuki paha memperdarahi tungkai, dengan cabang A.
sirkumfleksa superfisialis, A. epigastrika superfisialis, A. regio pudenda
eksterna superfisialis memperdarahi kulit skrotum/ labium mayus.
b. A. profunda femoralis, cabang besar yang timbul di sisi latersi A.
femoralis, memasuki ruang medial paha bersama A. genikularis desendens
membantu menyuplai darah untuk sendi lutut.
c. A. popliteal, dengan cabang, A. tibialis anterior, sisi lateral denyut nadi
mudah diraba di depan sendi pergelangan kaki arteri, yaitu A. dorsalis
pedis, dan A. tibialis posterior pada permukaan posterior tibia pada bagian
bawah tungkai 2,5 cm. Sendi kalkaneus area kulit dan fasia bercabang
menjadi A. plantaris medialis dan A. plantaris lateralis.
d. A. plantaris medialis, menyuplai darah untuk ibu jari kaki, bercabang
menjadi M. kalkaneus dan M. artikular.
e. A. plantaris lateralis, bergabung dengan A. dorsalis bercabang ke A. digitis
plantaris ke empat jari kaki lateral.
f. A. dorsalis pedis, memasuki telapak kaki di antara kaput M. internes
dorsalis pertama, bergabung dengan A. plantaris lateralis. Cabangnya A.
metatarsa plantaris pertama, menyuplai darah untuk celah ibu jari kaki dan
jari kedua. Cabang-cabangnya:
5. A. tarsalis lateralis, di bawah sendi pergelangan kaki.
6. A. kuarta di bawah tendo otot ekstensor, bercabang metatarsal jari-jari.
20
Gambar 2.10 Arteri Dinding Abdomen
21
Gambar 2.12 Arteri Seluruh Tubuh
2.7.3 Vena
Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh darah arteri yang
membawa darah dari alat-alat tubuh masuk ke jantung. Bentuk dan susunannya hampir
sama dengan arteri. Katup pada vena terdapat di sepanjang pembuluh darah untuk
mencegah darah tidak kembali lagi ke sel atau vena yang terbesar adalah vena
pulmonalis. Vena mempunyai cabang yaitu venosus, selanjutnya menjadi kapiler.
Pembuluh darah vena yang terdapat dalam tubuh diuraikan di bawah ini(Syaifuddin,
2011).
1. Vena ke Jantung
Vena yang mengalirkan darah kembali ke jantung meliputi :
a. V. kava superior. Vena besar ini menerima darah dari bagian atas leher dan
kepala.
b. V. kava inferior, menerima darah dari alat-alat tubuh bagian bawah.
c. Vena pulmonalis. Dua V. pulmonalis yang meninggalkan paru membawa
darah teroksigenasi (banyak mengandung O,) masuk ke atrium sinistra
2. Vena yang Bermuara pada Vena Kava Superior
Vena yang bermuara pada vena kava superior berawal tepat di belakang angulus
mandibulare, menyatu dengan V. aurikularis posterior, turun melintasi M.
sternokleidomastoideus, tepat di atas klavikula menembus fasia servikalis profunda
dan mencurahkan isinya ke V. subklavia. Cabang-cabangnya
a. V. aurikularis posterior, menerima darah dari telinga bagian belakang
b. V. retromadibularis, menerima darah dari mandibularis
c. V jugularis eksterna posterior yang bertugas bagian kulit kepala dan leher,
bergabung dengan vena jugularis eksterna.
d. V. supraskapularis, menerima darah dari otot bahu bagian atas
22
e. V. jugulans anterior, berawal tepat di bawah dagu menyatu turun ke leher di
atas insisura jugularis, berjalan di bawah M.sternokleidomastoideus,
mencurahkan isinya ke vena jugularis eksterna.
3. Vena kulit kepala
Vena-vena di kulit kepala meliputi:
a. V. trokhlearis dan V. supraorbitalis
b. V. temporalis superfisialis
c. V. aurikularis posterior
d. V. oksipitalis, vena kulit kepala bebas beranastomosis dengan sinus venosus
intrakranial.
4. Vena wajah
Vena-vena pada wajah meliputi:
a. V. fasialis
b. V. profunda fasialis
c. V. transvera fasialis
5. Vena pterigoideus
Jalinan vena yang mengelilingi M. pterigoideus menyambung vena-vena sesuai
dengan cabang-cabang A. maksilaris dan bermuara ke dalam.
a. V. maksilaris
b. V. fasialis
c. V. lingualis
d. V. oftalmika superior
23
6. Vena tonsil dan palatum
Vena palatine eksterna turun dari palatum mole bergabung dengan pleksus venosus
faringeus, menembus M. konstrikto faringeus superior, bergabung dengan V. palatine,
V. faringea, dan V. fasialis. Vena ini bermuara ke pleksus venosus faringeus dan
venosus jugularis interna.
7. Vena Punggung
Vena pada punggung mengembalikan darah dari struktur punggung bentuk pleksus
majemuk yang tersebar sepanjang kolumna vertebrai kranium sampai ke koksigis.
a. Pleksus venosus vertebralis eksternus, terletak di luar kolumna vertebralis dan
mengelilinginya.
b. Pleksus venosus vertebralis internus, terdapat di dalam kanalis vertebralis
kedua. Pleksus ini saling berhubungan dengan vena-vena leher, perut, dan
panggul. Pada bagian atas yang berhubungan dengan sinus oksipitalis dan
sinus basilaris dalam kavum kranii(Syaifuddin, 2011)..
8. Vena yang Bermuara pada Vena Kava Interna
Vena-vena yang bermuara pada vena kava interna meliputi(Syaifuddin, 2011). :
a. Vena torasika interna, bersatu membentuk darah tunggal. Mengalirkan darah
ke V. brakiosefalika.
b. Vena dinding anterior dan lateral abdomen. Darah vena dikumpulkan ke
jalinan vena-vena dari umbilikus, dialirkan ke atas ke vena aksilaris melalui
vena torakalis lateralis dan ke bawah melalui V. femoralis melalui V.
epigastrika superfisialis
1) V.safena magna, terhubung jalinan vena melalui umbilikus sepanjang
ligamentum teres hepatis ke vena porta.
2) V. epigitstrika superior, V. epigastrika inferior dan V. sirkumfleksa ileum
profundus mengalirkan darah ke vena iliaka eksterna.
c. V. interkestalis posterior mengalirkan darah ke V. azigos dan V. lumbalis,
mengalirkan darah ke V. kava inferior.
d. Vena lambung. Vena vang mengalirkan darah ke sirkulasi portal V. gastrika
sinistra dan V. gastrika dekstra langsung mengalirkan darah ke vena porta.
e. Vena dinding posterior abdomen, V. kava inferior mengalirkan sebagian besar
darah dari tubuh di bawah diatragma ke atrium kanan jantung, menerima
cabang sesuai dengan cabang arterinya.
f. V. lienalis
g. Vena mesenterika superior
24
h. Vena porta, Sirkulasi portal mulai sebagai pleksus kapiler dalam organ tempat
darah keluar, berakhir dengan pengosongan darahnya ke dalam sinusoid hati,
mengalirkan darah dari pencernaan bagian bawah esofagus sampai pertengahan
atas anus.
9. Vena Dinding Pelvis
Vena dinding pelvis meliputi (Syaifuddin, 2011).:
26
Gambar 2.16 Vena Seluruh Tubuh
27
seluruh sistem sirkulasi sama dengan kecepatan pompa darah oleh jantung yakni, sama
dengan curah jantung. Isi sekuncup jantung dipengaruhi oleh tekanan pengisian (preload),
kekuatan yang dihasilkan oleh otot jantung, dan tekanan yang harus dilawan oleh jantung
saat memompa (afterload). Normalnya, afterload berhubungan dengan tekanan aorta
untuk ventrikel kiri, dan tekanan arteri untuk ventrikel kanan. Afterload meningkat bila
tekanan darah meningkat, atau bila terdapat stenosis (penyempitan) katup arteri keluar.
Peningkatan afterload akan menurunkan curah jantung jika kekuatan jantung tidak
meningkat. Baik laju denyut jantung maupun pembentukan kekuatan, diatur oleh sistem
saraf otonom (SSO/autonomic nervous system, ANS) (Hamarno, 2010).
Darah beredar karena perbedaan tekanan darah. Darah mengalir dari daerah tekanan
tinggi ke daerah tekanan rendah. Tekanan darah adalah terbesar dalam ventrikel dan
terendah di atrium. Gambar 36. menunjukkan penurunan tekanan darah dalam rangkaian
sistemik dengan peningkatan jarak dari ventrikel kiri. Kontraksi ventrikel menciptakan
tekanan darah yang mendorong darah melalui arteri. Namun, tekanan menurun sebagai di
yang lebih kecih hingga ke kapiler. Penurunan tekanan darah terjadi karena luas
penampang keseluruhan arteri gabungan sangat meningkat seirnging dengan banyaknya
percabangan arteri. Saat darah meninggalkan kapiler dan memasuki vena, ada tekanan
darah yang sangat sedikit yang tersisa untuk kembali darah ke jantung. Kembalinya darah
vena dibantu oleh tiga kekuatan tambahan: kontraksi otot skeletal, gerakan pernapasan,
dan gavitasi. Kontraski dari otot rangka menekan pembuluh darah, memaksa darah
mengalir dari satu segmen ke segmen yang lain dan menuju jantung karena katup
mencegah aliran balik darah. Metodi pergerakan tersebut terjadi di pembuluh darah vena
menuju jantung sangat pentinglah terutama untuk mengalirkan darah dari lengan dan kaki
ke jantung (Sa‟adah, 2018)
28
Gambar 2.17 Tekanan Darah yang Menurun Seiring Menjauhnya Pembuluh Darah Dari
Ventrikel Kiri
29
suhu, di mana peningkatan hasil suhu penurunan viskositas. Hal ini terutama penting
dalam hipotermia, di mana peningkatan kekentalan darah akan menyebabkanmasalah
dengan sirkulasi darah (Guyton and Hall, 2007).
Penting untuk dipahami bahwa tahanan terhadap aliran darah tidak dapat diukur,
melainkan pengukuran yang dihitung pada pengukuran tekanan dan curah jantung.
Misalnya, tahanan pembuluh darah sistemik dihitung sebagai perbedaan antara tekanan
arterial rata-rata tekanan atrium dibagi dengan curah jantung. Tekanan pembuluh darah
pulmonal dihitung sebagai perbedaan antara tekanan arteri pulmonal dan tekanan atrium
kiri dibagi dengan curah jantung. Tahanan dinyatakan dalam dynes/s/cm-5 dan dihitung
dengan mengalikan dengan persamaan untuk tahanan pembuluh darah sistemik atau
tahanan pembuluh darahnpulmonal. Konduktivitas adalah tahanan timbal balik dan
diukur jumlah aliran darah yang dapat melewati pembuluh darah dalam waktu tertentu.
Beda tekanan antara dua ujung pembuluh darah menyebabkan darah mengalir dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, sedangkan resistensi/tahanan
menghambat aliran darah (Rakhmawati, 2013).
Hubungan antara tekanan, resistensi, dan aliran darah dalam sistem kardiovaskular
dapat diperoleh rumus fisika:
35
makrofag. LDL yang teroksidasi (Ox LDL) akan memicu pelepasan sitokin dan
kemokin yang memperberat inflamasi. Makrofag kemudian akan menangkap Ox
LDL dan membentuk sel busa (foam cell) yang merupakan prekusor ateroma.
2) Progresi
Ateroma yang sedang terbentuk ikut terakumulasi pada otot polos. Sel otot polos
kaya akan kolagen yang berguna untuk melindungi stabilitas plak. Penurunan
aktivitas sintesis sel otot polos dapat membahayakan stabilitas plak. Kekurangan sel
otot polos pada lokasi ruptur berkaitan dengan proses apoptosis. Ateroma yang
terbentuk seringkali menyebabkan kalsifikasi yang mempengaruhi stabilitas plak.
Plak ateromatosa tersusun dari komponen seluler seperti makrofag, sel otot polos,
sel T, matriks ekstraseluler termasuk kolagen, serat elastis, proteoglikan, dan lipid.
Plak tersebut memiliki pelindung fibrosa (fibrous cap) yang tersusun dari kolagen
dan sel otot polos. Di dalamnya adalah inti lemak yang nekrosis, sel busa, dan sel
otot polos.
3) Komplikasi
Ketika plak yang stenosis lama-kelamaan akan menyebabkan oklusi pembuluh
darah, menurunkan aliran darah, dan dapat menyebabkan iskemia pada miokardium
jika plak menutupi lumen sebesar 70%. Hal lain yang mungkin terjadi adalah
ruptur plak. Hal ini diakibatkan inflamasi, remodelling pelindung fibrosa, dan inti
lipid seta penurunan sintesis matriks. Faktor lain yang menyebabkan instabilitas
plak adalah vasospasme, aliran yang rendah, dan penurunan aktivitas fibrinolitik.
Proses terjadinya Aterosklerosis terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu (Erizon &
Yerizal, 2020):
1) Disfungsi Endotel
36
Disfungsi endotel dapat disebabkan oleh stres fisik. Stres fisik yang terjadi pada
endotel adalah adanya gangguan pada hidrodinamik sirkulasi darah seperti
hipertensi. Stres fisik ini terutama lebih mudah terjadi pada daerah percabangan
arteri. Selain itu, disfungsi endotel juga dapat disebabkan oleh iritasi akibat zat
kimia yang terdapat dalam darah, seperti asap rokok, peningkatan kadar kolesterol
yang tinggi, peningkatan kadar gula darah pada penyakit diabetes, serta infeksi
mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan sel-sel endotel pembuluh darah.
Ketika stres fisik dan kimia mengganggu homeostasis normal sel endotel, sel
endotel akan teraktivasi yang kemudian diwujudkan dengan terjadi peningkatan
permeabilitas sel endotel, pelepasan sitokin inflamasi, peningkatan produksi
molekul adhesi permukaan yang akan menarik leukosit, perubahan pelepasan zat
vasoaktif (prostasiklin dan NO), dan gangguan fungsi antitrombotik yang normal.
Semua efek yang tidak diinginkan dari disfungsi endotel ini merupakan dasar untuk
proses berikutnya dalam perkembangan aterosklerosis.
37
dalam darah untuk bermigrasi ke dalam lapisan intima. Protein ini juga merangsang
monosit untuk berdiferensiasi menjadi makrofag di dalam lapisan intima.
4) Terbentuknya Sel Busa (Foam Cell)
Setelah masuk ke dalam lapisan intima, monosit akan berdifferensiasi menjadi
makrofag. Sel makrofag akan menghasilkan sitokin diantaranya yaitu Tumor
Necrosis Factor Alpha (TNF-) yang akan mengaktivasi produksi molekul adhesi
(VCAM-1, ICAM-1, E-selectin) oleh sel endotel. Terbentuknya molekul adhesi ini
memudahkan monosit untuk menempel lebih banyak pada dinding pembuluh darah,
sehingga monosit akan bertambah banyak masuk ruang sub endotel. Selanjutnya
monosit yang telah berdiferensiasi menjadi makrofag melalui reseptor scavenger
akan memakan LDL yang telah mengalami modifikasi dalam jumlah yang banyak
membentuk sel busa.
5) Migrasi Otot Polos
Sel Busa memproduksi Platelet-Derived Growth Factor (PDGF) yang dapat
merangsang sel-sel otot polos di tunika media berpindah ke tunika intima. PDGF
juga merangsang pertumbuhan sel-sel otot polos di dalam lapisan intima. Sel busa
juga menghasilkan faktor pertumbuhan dan citokine seperti TNF-, IL-1, fibroblast
growth factor (TGF-) yang akan merangsang proliferasi sel-sel otot polos di
tunika intima.
38
Gambar 2.23 Lesi Aterosklerotik Pada Arteri Manusia
39
Tabel 2.2 Tipe Lesi Utama Pada Aterosklerosis
Nama Lesi Lesi Berdasarkan Histopatologi Thrombosis
Lesi Intimal Non Aterosklerotic
1. Penebalan Intima Akumulasi normal sel otot polos Trombus (-)
pada intima tanpa disertai oleh
lipid atau makrofag sel busa
2. Intimal Xanthoma atau Akumulasi subendotelial dari sel Trombus (-)
Fatty Streaks busa di intima tanpa inti nekrosis
atau Fibrous Cap
Lesi Aterosklerotic Progressif
1a. Penebalan Intima Patologis Terdapat sel otot polos dalam Trombus (-)
matriks kaya akan proteoglikan
dengan akumulasi area dari lipid
ekstraseluler tanpa nekrosis
1b. Penebalan Intima Patologis Trombosis luminal, plak sama Trombus lebih
dengan erosi dengan di atas sering mural dan
jarang oklusif
2a. Fibrous Cap Atheroma Inti nekrosis sudah terbentuk Trombus (-)
sempurna dengan tudung fibroma
yang mendasari
2b. Fibrous Cap Atheroma Thrombosis luminal, plak sama Trombus sering
dengan erosi dengan di atas, tidak ada jaringan terbentuk mural
thrombus dengan inti nekrotik dan jarang oklusif
3. TCFA Lapisan tipis tudung fibroma di Trombus (-)
infiltrasi oleh makrofag, limfosit, dengan intraplak
dan sel otot galus, dan inti nekrosis hemorrhage/fibrin
yang mendasari
a. TCFA dengan Fibroateroma dengan gangguan Trombus
rupture pada tudung, thrombus luminal biasanya oklusif
berhubungan dengan inti nekrotik
yang mendasari
4. Kalsifikasi Nodul Kalsifikasi nodular eruptif dengan Trombus
fibrokalsifik plak yang mendasari biasanya tidak
oklusif
40
5. Fibrokalsifik Plak Plak kaya kolagen yang biasanya Thrombus (-)
berhubungan signifikan dengan
stenosis, terdapat area kalsifikasi
yang luas dengan sedikit sel-sel
inflamatori, inti nekrotik mungkin
ada
42
dikombinasikan dengan statin. Selain itu obat ini memiiki efek samping yang
minimal.
Aterogenesis dapat berlajut disebabkan oleh karena adanya proses inflamasi
vaskular. Ada yang menyebutkan bahwa proses inflamasi berkaitan dengan kadar
kolesterol yang tinggi, namun bisa juga disebabkan oleh karena kuman. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa penyakit aterosklerosis penyakit inflamasi yang
disebabkan oleh reaksi imun (immune-mediated inflammatory disease). Dengan
demikian, pemberian obat-obatan anti inflamasi di harapkan sangat berperan penting
untuk menghambat menjadi proses lebih lanjut. Beberapa obat yang dapat digunakan
antara lain (Adi, 2014):
1. Statin. Memiliki efek utama yaitu menurunkan kadar kolesterol darah. Namun
statin juga memiliki efek anti oksidan sistemik yang kuat, anti inflamasi dan anti
proliferatif. Hal tersebut menjadikan statin menjadi obat yang dapat mengurangi
kejadian kardiovaskular.
2. Angiotensine Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) dan Angiotensin Receptor
Bloker (ARB). Memiliki mekanisme kerja anti-oksidan, antiinflamasi dan anti-
proliferatif yang bekerja secara langsung.
3. Aspirin. Bekerja dengan menurunkan aktifitas trombosit. Selain itu dapat juga
menurunkan aktifitas mediator inflamasi (misalnya:CRP, TNF, IL-6 dan I-CAM)
dan menghambat proliferasi sel otot polos vascular.
4. Agonist Peroxisome Proliferator Activated Receptor-ɣ (Agonist PPAR- ɣ). Bekerja
dengan menurunkan IL-4, IL-5 dan IL-13 serta menurunkan ekspresi gen
proinflamatori.
5. Suplemen anti-oksidan. Diyakini pemakaiannya dapat menurunkan radikal bebas
yang ada di dalam tubuh. Namun antioksidan yang ada selama ini dosisnya masih
kecil sehingga manfaatnya belum jelas.
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari makalan ini, adalah:
1. Pembuluh darah digolongkan menjadi 3 macam, yaitu vena, arteri, dan kapiler.
Fungsi pembuluh darah adalah untuk mengalirkan darah dari jantung ke seluruh
sel-sel hidup tubuh dan kemudian kembali ke jantung.
2. Vena berfungsi untuk membawa darah dari kapiler di seluruh tubuh ke jantung.
Arteri berfungsi untuk membawa darah dari jantung ke kapiler di seluruh tubuh.
Kapiler berfungsi untuk pertukaran materi antara pembuluh darah dan jaringan.
3. Resistensi pembuluh darah dipengaruhi oleh dua factor, yaitu diameter pembuluh
darah (terutama arteriol) dan viskositas (kekentalan) darah. Peningkatan diameter
pembuluh darah (vasodilatasi) akan menurunkan tahanan, sedangkan penurunan
diameter pembuluh darah (vasokontriksi) dapat meningkatkan resistensi.
4. Faktor risiko aterosklerosis dapat dibedakan menjadi faktor risiko mayor dan faktor
risiko minor. Faktor risiko mayor terdiri dari hiperkolesterolemia, hipertensi,
merokok, diabetes mellitus, dan inflamasi. Sedangkan faktor risiko minor terdiri
dari obesitas, stress emosional, kurangnya gerak fisik, dan hiperuricemia.
5. Patogenesis aterosklerosis terdiri dari tiga tahap, yaitu inisiasi, progresi, dan
komplikasi. Proses terjadinya aterosklerosis dimulai dari disfungsi endotel,
masuknya lipoprotein dan modifikasi, migrasi leukosit, terbentuknya sel busa (foam
cell), migrasi otot polos.
6. Pencegahan aterosklerosis dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup menjadi
pola hidup sehat. Selain itu juga dapat menggunakan obat-obatan untuk mengambat
terbentuknya kolesterol LDL dan obat-obatan anti inflamasi untuk menghambat
menjadi proses lebih lanjut.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk pembuatan makalah selanjutmya adalah
sebaiknya menggunakan referensi yang lebih banyak lagi dan pembahasan yang lebih
mendalam. Juga sebaiknya lebih dapat memanajemen waktu dengan baik meskipun
sedang berada dalam kondisi pandemi.
44
DAFTAR PUSTAKA
Adi, P. R., 2014, „Pencegahan dan Penatalaksanaan Aterosklerosis‟, in Setiati, S., Alwi,
I., Sudoyo, A., K, M. S., Setiyohadi, B., and Syam, A. F. ,eds, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 6th edn. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1425–1435.
Adi, P.R. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing.
Cho, H.J., Shashkin, P., Gleissner, C.A., et al. 2007. Induction of dendritic cell-like
phenotype in macrophages during foam cell formation. Physiological Genomics 29,
149-160.
Ekawati, Febriani Fajar. 2010. Upaya Mencegah Penyakit Jantung dengan Olahraga.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Erizon & Yerizal Karani. 2020. HDL dan Aterosklerosis. Jurnal Human Care. Vol. 5 No.
4
Eroschenko, V. P. 2010. Atlas Histologi de Flore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta:
EGC
Evelin C. Pearce. 2000. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Alih bahasa Sri Yuliani
Handoyo. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia
Fukumoto. et al . 2017. Conflicting relationship between agedependent disorders,
valvular heart disease and coronary artery disease by covariance structure analysis:
Possible contribution of natriuretic peptide. Research Article. Division of
Cardiology, Department of Internal Medicine, The Jikei University School of
Medicine, Tokyo, Japan, Volume 2, Number 4 October 2017
Graff, Van de. 2009. Human Anatomy 6th Edition. California: The McGraw Hill
Companies
Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor bahasa Indonesia:
Irawati Setiawan Ed. 9 Jakarta: EGC
Hamarno, R. 2010. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang. Tesis. Program Studi Magister
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.
Handayani, sri. 2021. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Bandung : Penerbit Media
Sains Indonesia
Hansson, G. K. 2005. Mechanisms of Disease Inflammation, Atherosclerosis, and
Coronary Artery Disease. The New England Journal of Medicine. 352: 1685-1695.
Imam, S., 2005. Obesitas Konsekuensi Pencegahan dan Pengobatan. Medan :
Universitas Sumatera Utara
Insull W. 2009. The Pathology of Atherosclerosis: Plaque Development and Plaque
Responses to Medical Treatment. The American Journal of Medicine. Vol. 122: 3-
14
Irawati, L., 2010, Viskositas Darah Dan Aspek Medisnya, Majalah Kedokteran
Andalas,Vol.34, No. 2
Ismudiati, L. 2003. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: UI Press
Kesmarky, G., Peter, K., Miklos, R.danKalman, K., 2008, Plasma viscosity: A forgotten
variable, Clinical Hemorheology and Microcirculation 39 (2008) 243–246 243,
Department of Medicine, University of Pecs, Pecs, Hungary
Klabunde R. 2005. Cardiovascular Physiologi Concept. Lippincot Williams & Wilkins,
Philadelphia, Usa
Kuntoadi, Gama Bagus. 2019. Buku Ajar Anatomi Fisiologi : Untuk mahasiswa APIKES
– Semester 1. Jakarta : Panca Terra Firma
LIPI. 2009.Kolesterol Tinggi, UPT – Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan &
Kesehatan. http://www.bit.lipi.go.id. Dikutip tanggal: 14 Maret 2021
45
Lumongga, Fitriani. 2007. Atherosclerosis. Departemen Patologi Anatmomi Fakultas.
Kedokteran. Universitas. Sumatera. Utara. Medan
Mitchell et al. 2006. Buku Saku dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta : EGC
Nugrahaeni, Ardhina. 2020. Pengantar Anatomi fisiologi Manusia. Yogyakarta : Healthy
Peter L, 2002, Inflammation in Atherosclerosis, Cardiovascular Division, Department of
Medicine, Brigham and Women‟s Hospital, and Harvard Medical School, Boston,
Massachusetts 02115, USA
Prameswari, Neema Putri. 2019. Pemanfaatan Senyawa Anti-Aterogenik Jamur Tiram
Putih (Pleurotus Spp.) dalam Pencegahan Aterosklerosis. JIMKI. Vol. 7 No. 2
Purwaningsih, T. 2009. Faktor-faktor Risiko Hiperurisemia. Tesis, Universitas
Diponegoro
Rakhmawati, S. 2013. Hubungan antara Derajat Hipertensi pada Pasien Usia Lanjut
dengan Komplikasi Organ Target di Rsup Dokter Kariadi Semarang Periode 2008 –
2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang
Silbernagl, S. and Lang F.,2012.Teks& Atlas Berwarna Patofisiologi.Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC
Tanuwijaya, S. 2003. Recent Develpoment in Pathogenesis of Atherosclerosis, in
Atherosclerosis from theory to clinical practice. Semarang Cardiology Update
(Mini Cardiology – Update III). BP Universitas Diponegoro
46