Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU

TENTANG DEMAM DENGAN PENGELOLAAN DEMAM


PADA ANAK

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna mencapai derajat strata-1 kedokteran umum

AMARILLA RIANDITA
G2A008016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU


TENTANG DEMAM DENGAN PENGELOLAAN DEMAM
PADA ANAK

Disusun oleh :

AMARILLA RIANDITA
G2A008016

Telah disetujui:

Semarang, 31 Juli 2012

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Nahwa Arkhaesi, MSi.Med, Sp.A dr. Hardian


19691025 200812 2 001 19630414 199001 1 001

Ketua Penguji Penguji

dr. Dodik Pramono, MSi.Med dr. Noor Wijayahadi, M.Kes, Ph.D


19680427 199603 1 003 19580723 198810 1001

i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
DEMAM DENGAN PENGELOLAN DEMAM PADA ANAK

Amariila Riandita1, Nahwa Arkhaesi2, Hardian3

ABSTRAK

Latar Belakang: Demam merupakan suatu kondisi yang umum terjadi


terutama pada anak-anak. Penanganan demam pada anak sangat tergantung
pada peran orang tua, terutama ibu. Pengetahuan ibu yang berbeda akan
mengakibatkan pengelolaan demam pada anak yang berbeda pula.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
demam dengan pengelolaan demam pada anak.
Metode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Subjek penelitian adalah ibu dari anak yang menderita sakit dengan disertai
gejala demam yang menjalani rawat jalan dan yang dirawat di bangsal infeksi
RSUP Dr.Kariadi Semarang pada bulan Maret-Juni 2012. Pengambilan data
dilakukan dengan pengisian kuisioner terpimpin yang telah diujicobakan. Data
dianalisis dengan uji Chi Square menggunakan SPSS ver 17 for Windows
dengan nilai p<0,05.
Hasil: Jumlah responden pada penelitian ini adalah 44 orang ibu dengan rerata
usia ibu adalah 32,68 ± 7,087. Sebagian besar responden berpendidikan
rendah (45,5%). Sebagian besar rsponden memiliki penghasilan keluarga
diatas UMR. Dijumpai sebanyak 52% responden memiiki pengetahuan yang
rendah tentang demam dan didapati masing-masing 50% dari total responden
memiliki pengelolaan demam yang baik dan buruk. Berdasarkan hasil uji Chi
square dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan pengelolaan demam pada
anak.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
demam dengan pengelolaan demam pada anak. Ibu dengan tingkat
pengetahuan rendah tentang demam memiliki risiko 7 kali lebih besar untuk
melakukan pengelolaan demam anak yang buruk daripada ibu dengan tingkat
pengetahuan yang tinggi.
Kata kunci: Pengetahuan ibu, pengelolaan demam, anak.

1
Mahasiswa program pendidikan S-1 kedokteran umum FK Undip
2
Staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Undip Semarang
3
Staf pengajar Bagian Fisiologi FK Undip Semarang

ii
RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF MATERNAL KNOWLEDGE
ABOUT FEVER WITH THE MANAGEMENT OF FEVER IN CHILDREN

Amarilla Riandita1, Nahwa Arkhaesi2, Hardian3

ABSTRACT

Background: Fever is a common condition that occurs primarily in children.


Treatment of fever in children is highly dependent on the role of parents,
especially mothers. Different knowledge of mothers will result in the different way
of mothers to manage the fever in children.
Objective: To find out the relationship between the level of maternal knowledge
about the fever with the management of fever in their children.
Methods: Analytical observational research with cross sectional approach.
Subjects were mothers of children whom suffered ill that accompanied with fever
whose underwent outpatient or had been treated in the ward infections
department of Dr. Kariadi hospital. Data was collected from March-June 2012
using a structured questionnaire that has been tested. Data was analyzed with Chi
Square test using SPSS ver 17 for Window.
Results: The total of respondents in this study were 44 mothers. Most of the
respondents were less educated and have family income above minimum wage.
There were 52% of respondents who have low knowledge about the fever. The
result shows that 50% of the total respondents have a good management of fever
in tehir children. Based on the results using Chi square test, there was a
significant association between mother's level of knowledge about the fever with
the management of fever in children.
Conclusion: Mothers with high level knowledge about fever in children have a
better management of fever in their children.
Keywords: maternal knowledge, fever management, children.
1
Undergraduate Student, Medical Faculty of Diponegoro University
2
Pedriatic Department Staff, Medical Faculty of Diponegoro University
3
Physiology Department Staff, Medical Faculty of Diponegoro University

iii
PENDAHULUAN

Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh diatas normal, yaitu diatas

38oC.1 Saat ini, demam dianggap sebagai suatu kondisi sakit yang umum,

terutama pada anak-anak. Terdapat dua kondisi demam yang memerlukan

pengelolaan yang berbeda. Pertama adalah demam yang tidak boleh terlalu cepat

diturunkan karena merupakan respon terhadap infeksi ringan yang bersifat self

limited. Kedua adalah demam yang membutuhkan pengelolaan segera karena

merupakan tanda infeksi serius dan mengancam jiwa.2,3

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengelolaan demam

pada anak yang terjadi di masyarakat sangat bervariasi. Mulai dari yang ringan

yaitu berupa self management seperti memberi kompres, memberi minum yang

banyak, mengipasi, sampai yang serius dengan cara non self management yang

mengandalkan pengobatan pada tenaga medis.2,4

Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada peran orang tua,

terutama ibu. Hasil penelitian terdahulu memperlihatkan hampir 80% orang tua

mempunyai “fobia” demam.5 Banyak ibu yang mengira bahwa bila tidak diobati,

demam anaknya akan semakin tinggi. Karena konsep yang salah ini, banyak orang

tua mengobati demam ringan yang sebetulnya tidak perlu diobati.6

Penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap

pengelolaan demam anak di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti

mencoba untuk meneliti hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam

dengan pengelolaan demam pada anak di Indonesia, khususnya di RSUP Dr.

Kariadi Semarang.

1
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP

Dr. Kariadi Semarang pada bulan Maret 2012 sampai bulan Juni 2012. Penelitian

ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional.

Subjek adalah ibu dari anak yang menderita sakit dengan gejala demam yang

menjalani rawat jalan dan yang dirawat di bangsal infeksi RSUP Dr. Kariadi

Semarang, dan memenuhi kriteria inklusi, antara lain tinggal serumah dengan

anak dan dapat diwawancarai. Ibu yang berprofesi sebagai tenaga medis akan

diekslusi. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan consecutive sampling.

Penelitian ini telah dimintakan Ethical Clearence dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan ijin dari

Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. Pengambilan

data dilakukan menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan

realibilitas. Data yang dikumpulkan dari kuesioner berupa data karakteristik

responden, data mengenai pengetahuan ibu mengenai demam anak, dan data

mengenai pengelolaan demam pada anak. Kuesioner dibacakan secara langsung

kepada responden dan diberikan penjelasan mengenai setiap butir pertanyaan.

Sebelum wawancara dilakukan, subjek penelitian diberi penjelasan mengenai

maksud, tujuan, dan manfaat penelitian. Subjek yang bersedia ikut serta dalam

penelitian diminta untuk menandatangani informed consent.

Data yang telah terkumpul dianalisis secara statistik dengan program

komputer. Uji hipotesis menggunakan uji Chi Square (χ2). Nilai signifikansi

dianggap bermakna apabila p < 0,05.

2
HASIL

Penelitian ini melibatkan 44 ibu dari anak yang menderita sakit dengan

disertai gejala demam baik yang menjalani rawat jalan maupun yang dirawat di

bangsal infeksi RSUP Dr. Kariadi Semarang. Karakteristik ibu dan anak

ditampilkan pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian


Karakteristik Rerata ± SB (min - max) n (%)
Usia ibu 32,68 ± 7,087 (19 - 45)
Usia anak 5,98 ± 3,547 (1 - 15)
Pendidikan ibu
- Tinggi 8 (18,2%)
- Sedang 16 (36,4%)
- Rendah 20 (45,5%)
Pekerjaan ibu
- PNS 4 (9,1%)
- Swasta 10 (22,7%)
- Wiraswasta 2 (4,5%)
- Lainnya 14 (31,8%)
- Tidak bekerja 14 (31,8%)
Penghasilan keluarga
- Diatas UMR 25 (56,8%)
- Dibawah UMR 19 (43,2%)
Pada tabel 1 tampak rerata usia ibu adalah 32,68 ± 7,087 dengan umur

termuda adalah 19 tahun dan tertua adalah 40 tahun. Berdasarkan tingkat

pendidikan diketahui sebagian besar ibu termasuk kategori tingkat pendidikan

rendah (45,5%) sedangkan sisanya adalah kategori tingkat pendidikan sedang

(36,4%) dan tinggi (18,2%). Pekerjaan responden yang terbanyak adalah ibu

rumah tangga (tidak bekerja) dan pekerja lain-lain (bertani, serabutan, dll) dimana

masing-masing dijumpai sebanyak 14 responden (31,8%). Mayoritas responden

(56,8%) memiliki penghasilan keluarga diatas UMR kota Semarang.

3
Sementara itu, distribusi tingkat pengetahuan ibu tentang demam

ditampilkan pada gambar 1.

Tinggi
8 (25%)
Rendah
20 (52%) Sedang
16 (23%)

Gambar 1. Distribusi pengetahuan ibu tentang demam

Berdasarkan gambar 1 diketahui sebagian besar responden memiliki tingkat

pengetahuan rendah (52%), selanjutnya adalah pengetahuan tinggi (25%), dan

paling sedikit adalah pengetahuan sedang (23%).

Distribusi kategori pengelolaan demam pada anak oleh ibu ditampilkan pada

gambar 2.

Buruk Baik
22 22
(50%) (50%)

Gambar 2. Distribusi pengelolaan demam pada anak

Dari gambar 2 terlihat bahwa jumlah responden yang memiliki

pengelolaan demam yang baik adalah sama dengan jumlah responden yang

4
memiliki pengelolaan demam anak yang buruk yaitu masing-masing 22 responden

(50%).

Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan

pengelolaan demam pada anak beserta faktor lain yang mempengaruhi

ditampilkan pada tabel 2.

Tabel 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan demam pada anak


Pengelolaan demam
Variabel pada anak p* RP
Buruk Baik (95% CI)
n (%) n (%)
Tingkat pengetahuan ibu
- Rendah 20 (87,0%) 3 (13,0%)
- Sedang-tinggi 2 (9,5%) 19 (90,5%) 0,002 7,0 (1,1 s/d 46,2)
Pendidikan ibu
- Rendah 9 (45,0%) 11 (55,0%)
- Sedang-tinggi 16 (44,4%) 20 (55,6%) 0,3 1,0 (0,5 s/d 1,9)
Penghasilan keluarga
- Dibawah UMR 7 (36,8%) 12 (63,2%)
- Diatas UMR 15 (60,0%) 10 (40,0%) 0,1 0,6 (0,3 s/d 1,2)
2
*Uji
Pada tabel 2 tampak bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

tingkat pengetahuan ibu dengan pengelolaan demam pada anak (p=0,002).

Sebagian besar (87%) ibu dengan tingkat pengetahuan rendah memiliki

pengelolaan demam anak pada kategori buruk, sedangkan ibu yang tingkat

pengetahuannya tinggi sebagian besar memiliki pengelolaan demam anak pada

kategori baik. Berdasarkan nilai rasio prefalensi diketahui bahwa ibu dengan

tingkat pengetahuan yang rendah memiliki risiko untuk pengelolaan demam yang

buruk 7 kali lebih besar dibandingkan yang pengetahuannya sedang atau tinggi.

Rentang 95% interval kepercayaan juga tidak melingkupi angka 1, sehingga faktor
5
tingkat pengetahuan ibu dapat disimpulkan sebagai faktor yang berpengaruh

terhadap pengelolaan demam pada anak.

Faktor tingkat pendidikan dan penghasilan keluarga tidak berhubungan

dengan pengelolaan demam pada anak. Pada faktor pendidikan, baik ibu dengan

tingkat pendidikan rendah maupun tinggi sebagian besar memiliki pengelolaan

demam anak pada termasuk kategori baik. Hasil uji statistik menunjukkan

hubungan antra tingkat pendidikan ibu dengan pengelolaan demam adalah tidak

bermakna (p=0,3). Pada faktor pengasilan keluarga dijumpai sebagian besar

penghasilan keluarga yang dibawah UMR justru memiliki pengelolaan demam

anak pada kategori baik, sebaliknya pada ibu dengan penghasilan keluarga diatas

UMR memiliki pengelolaan demam yang buruk. Hasil uji statistik menunjukkan

hubungan antara pengahsilan keluarga dengan pengelolaan demam adalah tidak

bermakna (p=0,1).

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengetahuan ibu tentang

demam mencakup pemahaman beberapa hal yang berkaitan dengan demam,

seperti: a) temperatur suhu tubuh dalam kondisi normal maupun demam; b)

penyebab demam; c) karakteristik demam, d) cara menentukan demam; e) obat

penurun panas dan f) dampak lanjut dari demam.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 44 responden acak, ditemukan bahwa

sebagian besar ibu (88,6%) menyadari bahwa pengertian demam adalah keadaan

peningkatan suhu tubuh. Pengetahuan responden mengenai temperatur demam

6
masih sangat terbatas karena sebagian besar responden tidak mengerti batasan

suhu tubuh yang tepat, baik suhu tubuh normal, suhu tubuh demam awal, suhu

tubuh saat demam tinggi, dan suhu tubuh yang dapat menyebabkan kematian.

Temuan penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kazeem di

Nigeria tahun 2008 yang menunjukkan hanya 2,1% dari 144 responden ibu yang

ditelitinya tidak dapat menjelaskan pengertian demam.7 Rendahnya pengetahuan

ibu mengenai suhu tubuh anak senada dengan penelitian yang dilakukan oleh

Youssef A dkk di Saudi Arabia pada tahun 2000 yang mendapati lebih dari 70%

dari 560 respnoden orang tua memiliki pemahaman yang buruk mengenai

temperatur demam pada anak.8

Berkaitan dengan pengetahuan mengenai penyebab demam, mayoritas

responden (61,4%) menyadari hal yang menjadi penyebab demam yang paling

sering adalah infeksi. Namun berkaitan dengan penyebab demam non infeksi

seperti tumbuh gigi dan paparan sinar matahari masih kurang dimengerti oleh

responden. Temuan ini menunjukkan tingkat pengetahuan responden mengenai

penyebab demam yang masih sempit dibandingkan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kazeem di Nigeria dimana responden mengungkapkan bahwa

demam pada anak dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti infeksi

(43,7%), tumbuh gigi (33,3%), paparan sinar matahari (27,1%) dan lain-lain.7

Pengetahuan responden mengenai karakteristik demam menunjukkan

sebagian besar responden memiliki pemahaman yang keliru. Mayoritas responden

mengatakan bahwa demam pada anak harus segera diturunkan meskipun masih

bersifat demam ringan. Pandangan yang keliru ini harus segera diperbaiki

7
mengingat tidak semua harus segera diturunkan karena demam pada dasarnya

adalah mekanisme pertahanan tubuh.3

Hampir seluruh responden (95,5%) menyadari bahwa pengukuran suhu

tubuh menggunakan termometer adalah cara yang paling akurat. Namun mengenai

daerah pengukuran suhu tubuh masih kurang dimengerti oleh responden. Sebagian

besar responden mengatakan bahwa termometer hanya dapat mengukur suhu

tubuh apabila diletakkan di aksilla dan dianggap paling akurat. Hanya 25%

responden yang mengatakan bahwa pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan

melalui rektal dan oral. Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan sehingga umum

dilakukan, tetapi hanya menggambarkan suhu perifer tubuh yang sangat

dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan keringat sehingga kurang

akurat apabila dibandingkan dengan rektal.9

Berkaitan dengan obat penurun panas, sebanyak 20 orang responden

(45,5%) tidak mengetahui contoh obat penurun panas. Namun mayoritas

responden mengerti bahwa obat penurun panas memiliki batasan dosis harian

(84,1%) dan efek samping (72,7%). Hal ini mendukung penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Dawood dkk tahun 2009, yang menunjukkan sekitar 80,7%

responden orang tua telah mengetahui obat yang tepat diberikan untuk

menurunkan demam anak.10

Pengetahuan responden mengenai dampak lanjut dari demam

memperlihatkan bahwa 79,5% responden mengetahui bahwa demam pada anak

dapat menyebabkan kejang demam sehingga perlu diwaspadai. Mengenai

berbagai dampak buruk demam yang lain, seperti dehidrasi (56,8%), hilang

8
kesadaran (50%), dan kerusakan saraf (56,8%) juga telah dimengerti oleh

sebagian besar responden. Pengetahuan responden mengenai kekurangan oksigen

dan koma sebagai bentuk dampak lanjut demam tampaknya hanya dimengerti

oleh sebagian kecil responden saja. Penelitian ini menunjukan tingkat

pengetahuan responden yang lebih rendah dibandingkan dengan dua penelitian

terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kazeem didapatkan bahwa

mayoritas responden ibu menyatakan bahwa demam dapat menyebabkan kejang

demam (75%), kematian (31%), dan kerusakan otak (31%).7

Dalam penelitian ini, pengelolaan demam anak yang dilakukan oleh ibu

dinilai berdasarkan ketepatan waktu mengelola demam serta ketepatan cara non

self management maupun self management yang dilakukan ibu. Berdasarkan data

yang diperoleh, hampir seluruh responden (95,5%) menyatakan bahwa keadaan

demam merupakan sesuatu yang berbahaya dan harus secepat mungkin

diturunkan. Didapati 50% responden sudah memberikan obat penurun panas pada

demam ringan. Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang mengerti saat yang

tepat untuk menurunkan suhu tubuh anak ketika demam.

Mayoritas responden melakukan pengelolaan non self management dengan

baik. Hampir seluruh responden (93,2%) berusaha melakukan self management

terlebih dahulu dengan memberikan obat penurun panas dalam mengelola demam

anak. Diakui oleh responden bahwa mereka akan segera membawa anak ke dokter

apabila demam yang disertai dengan keadaan umum yang memburuk (79,5%)

atau demam anak berlangsung lebih dari 3 hari (50,8%).

9
Berkaitan dengan pengelolaan self management, mayoritas responden

(65,9%) menyadari bahwa memberi minum yang banyak dapat menurunkan suhu

tubuh anak. Salah satu bentuk terapi fisik dalam pengelolaan demam anak yang

paling umum dilakukan adalah kompres demam (84%). Namun dalam pemberian

kompres demam tampaknya masih perlu diperhatikan mengenai cara pemberian

kompres demam yang tepat. Dijumpai hanya 16 responden (36,4%) yang setuju

bahwa kompres demam sebaiknya dilakukan menggunakan air hangat dan

sejumlah 25 reponden setuju bahwa kompres demam dilakukan menggunakan air

dingin serta terdapat 1 (2,3%) responden yang mengatakan kompres demam

sebaiknya menggunakan alkohol.

Berdasarkan hasil uji Chi Square, ditemukan bahwa hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu tentang demam anak dengan pengelolaan demam pada

anak adalah bermakna. Hal ini sesuai dengan hipotesis dimana semakin tinggi

tingkat pegetahuan ibu tentang demam maka pengelolaan demam pada anak akan

semakin baik.

Hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap pengelolaan demam

pada anak adalah tidak bermakna. Temuan ini mungkin disebabkan ibu dengan

tingkat pendidikan yang tinggi umumnya menghabiskan waktu yang lebih banyak

untuk bekerja (karir) sehingga waktu untuk mengurus anak lebih terbatas dan

mungkin mempercayakan pengasuhan anak pada orang tua ataupun pembantu.

Hubungan antara penghasilan keluarga terhadap pengelolaan demam anak

adalah tidak bermakna. Hal ini diduga terjadi karena pengukuran penghasilan

keluarga hanya dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu dibawah UMR dan

10
diatas UMR. Data penghasilan keluarga yang diperoleh kurang bervariasi dan

hampir seluruh responden berpenghasilan di bawah 2 juta rupiah. Hal ini diduga

disebabkan pengambilan data dilakukan di bangsal anak dan poliklinik anak

RSUP Dr. Kariadi yang rata-rata pasiennya memang berpenghasilan rendah

apabila dibandingkan dengan masyarakat umumnya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin

tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang demam maka pengelolaan demam pada

anak akan semakin baik. Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah memiliki risiko

7 kali lebih besar untuk melakukan pengelolaan demam anak yang buruk daripada

ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi.

SARAN

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

pada populasi umum dengan sampel yang lebih besar untuk mengetahui seluruh

faktor yang berhubungan dengan pengelolaan demam pada anak.

Ucapan terima kasih

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Nahwa Arkhaesi, MSi.Med,

Sp.A, dr. Hardian, dr. Dodik Pramono, M.Si.Med dan dr. Noor Wijayahadi,

M.Kes, Ph.D yang telah memberikan bimbingan dan saran bagi penulis sehingga

penelitian ini dapat terselesaikan.


11
DAFTAR PUSTAKA

1. Neto G. Evidence-based pediatrics and child health. Canada: BMJ Books;


2004.
2. Plipat N, Hakim S, Ahrens WR. The febrile child. In : Pediatric emergency
medicine. 2nd ed. New York: McGraw-Hill, 2002: 315-24.
3. Finkelstein JA, Christiansen CL, Platt R. Fever in Pediatric Primary Care:
Occurrence, Management and Outcome. Pediatrics. 2000; 105: 260-6.
4. Kayman H. Management of fever: making evidence-based decision. Clin
Pediatr J. 2003: 43; 383.
5. Kania N. Penatalaksanaan demam pada anak. 2007. Available at:
http://hiperkes.com/pdf/nia-kania-penatalaksanaan-demam.html. [Last Access:
10 January 2012].
6. Crocetti M, Moghbelli N, Serwint J. Fever Phobia Revisited: Have Parental
Misconceptions about Fever Changed in 20 Years. Pediatric. 2001; 107: 1241-
6.
7. Oshikoya K, Senbajo I. Fever in children: mother’s perceptions and their
home management. Iran J Pediatr.2008; 18(3): 229-36
8. Al-Eissa Y, Al-Sanie A, Al-Alola S, Al-Shaalan M, Ghazal S, Al-Harbi A et
al. Parental perception of fever in children. Ann Saudi Med. 2000; 20 (3): 202
– 5.
9. Lubis MB. Demam pada bayi baru lahir. In: Ragam pediatrik praktis. Medan:
USU Press. 2009: 82-5.
10. Dawood OT, Ibrahim MIM, Palaian S. Parent’s knowledge and management
of their children’s ailments in Malaysia. Pharmacy Practice. 2010; 8(2): 96-
102

12

Anda mungkin juga menyukai