Makalah Galenika Fix
Makalah Galenika Fix
GALENIKA
“IDENTIFIKASI PEMALSUAN SENYAWA AKTIF ANTOSIANIN PADA
EKSTRAK BILBERRY (Vaccinium myrtillus L.)”
Disusunoleh :
1. Diana Rosmalinda (18.0343.F)
2. Elsa Septiana Khoirunnisa (18.0345.F)
3. Fidia Nagib (18.0349.F)
4. Widya Febriyani (18.0404.F)
Farmasi 6B
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah galenika tentang identifikasi senyawa aktif antosianin pada
ekstrak bulbery.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyakterima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik darisegi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dalam penelitian ini dilakukan pengukuran antioksi dan dari ekstrak buah
cantigi ungu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DPPH(2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl)
Pada uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-Diphenyl-
1-Picrylhydrazyl) radikal bebas distabilkan dengan cara menerima atom
hidrogen atau elektrondari senyawa antioksidan seperti antosianin.
3
Mekanisme stabilisasi yang berlangsung akan berdampak pada
terbentuknya radikal dengan bentuk tereduksi (DPPH→DPPH-H).
Perubahan yang terjadi dapat dilihat dari perubahan warna reagen DPPH.
Elektron yang tidak berpasangan pada radikal DPPH akan menyerap sinar
monokromatis pada λ 517 nm sehingga menyebabkan timbulnya warna
ungu tua, sedangkan electron tunggal yang berpasangan dengan elektron
lain secara bertahap akan menyebabkan menurunnya intensitas warna ungu
tua kemudian berubah menjadi warna kuning pucat (Sadeeretal.,2020).
Mekanisme aktivitas antioksidan suatu antosianin dalam menangkap radikal
DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl) dapat diamati pada gambar 3.
4
antosianin dalam menangkap radikal ABTS (2,2-Azinobis3-
Ethylbenzothiazoline6-SulfonicAcid) dapat diamati pada gambar4.
C. FRAP(FerricReducingAntioxidantPower)
FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) merupakan metode yang
digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan suatu senyawa dengan
mengukur reduksi ion besi Fe3+ kompleksligan menjadi ion besiFe2+.
Kemampuan senyawa antioksi dan mendonasikan elektron menjadi
mekanisme penting dalam uji ini karena terkait dengan reduksi yang terjadi.
Pada awalnya reagen kompleks Fe 3+‐TPTZ tidak terlihat berwarna, namun
setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan dan mengalami reduksi
menjadi bentuk komples Fe2+‐TPTZ,maka warna biru akan mulai terlihat
dan absorbansi pada λ 593 nm akan meningkat. Secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa uji FRAP menggunakan mekanismereaksi
redoks,dimana molekul oksidan sinyal akan berubah warna ketika direduksi
oleh aksi gabungan redoks aktif dari elektron yang didonorkan oleh
senyawa antioksidan yang diuji dan tidak melibatkan pembentukan radikal
atau pem bersihan radikal tambahan (Benzie&Devaki,2018).
5
D. Anion Superoxid (O2●-)
Penentuan kapasitas penangkapan radikal anion superoksida (O 2•-) dapat
dilakukan dengan uji secara invitro
2
melalui skrining plat mikro berbasis
spektrum dengan menggunakan NBT(NitroblueTetrazolium) atau sitokrom
C sebagai target untuk mengevaluasi pembersihan radikal. Aktivitas
pembersihan radikal tersebut dapat diamati
2
berdasarkan hasil
pembacaanabsorbansisampelmenggunakanmetodespektrofotometripadada
erahultraviolet-visible(UV-Vis).
2
Pada uji ini garam tetrazolium WST 1
2
digunakan sebagai agen yang akan bereaksidengananionsuperoksida(O●-
)danmenghasilkansenyawaradikalstabillarutair(WST-1formazan) yang
dapat dideteksi pada λ450nm. Secara prinsip senyawa antioksidan yang
diuji akan menetralkan radikal anion superoksida (O ●-) dengan mekanisme
transfer elektron (SET) sehingga akan menghambat pembentukan formzan
dan menunjukkan kapasitas anti oksidannya seiring waktu dengan
penurunan absorbansinya. Proses NBT digunakan untuk mengevaluasi
kapasitas penghilangan radikal anionsuperoksida(O●-)oleh antioksidan
(Wanget al., 2015; Becker et al., 2019).
E. ORAC(OxygenRadicalAbsorbanceCapacity)
Uji aktivita santioksi an dengan metode ORAC (Oxygen Radical
Absorbance Capacity) didasarkan pada pembacaan absorbansi dari
penghambatan penurunan fluoresensi. Azoinitiator AAPH yang terlarut di
dalam air menginisiasi terbentuknya radikal alkil peroksida yang dapat
bereaksi dengan fluoresens sehingga menyebabkan hilangnya fluoresensi.
Melalui mekanisme transfer atom hidrogen, senyawa antioksidan yang diuji
akan bersaing dengan pro befluoresen untuk menangkap radikal peroksil
(ROO● ) sehingga mengakibatkan berkurangnya laju penurunan fluoresensi
yang dapat diamati pada λ520 nm. Antioksidan akan bereaksi dengan
radikal berbeda yang diproduksi oleh agen penyebab radikal karena
degradasi termal. Hasil uji ORAC dinyatakan dalam satuan μM setara
antioksidan standar (TE)/gramsampel (Kumaretal.,2018;Valgimiglietal.
2018). Mekanismeaktivitas antioksidan suatu antosianin dalam menangkap
radikal peroksil (ROO● ).
6
F. DPPH
Pengujian kapasitas antioksi dan dari ekstrak buah cantigi ungu
menggunakan metode DPPH. Aktivitas antioksi dan ekstrak buah cantigi
ungu dibandingkan dengan standar vitaminC dan tablet ekstrak bilberry.
Observasi panjang gelombangmaksimal dilakukan ter lebih dahulu pada
larutan DPPH. Ekstrak cantigi ungu dilarutkan dalam methanol, dibuat
konsentrasi 100,150,200,250,300,350 ppm, untuk Vit. C dibuat konsentrasi
1,2,4,6,dan 8 ppm, untuk tablet ekstrak bilberry dibuat variasi konsentrasi
yang samadengan ekstrak buah cantigi ungu. Ekstrak cantigi ungu dan tablet
ekstrak bilberry ditambahkan larutan DPPH lalu didiamkan selama lebih
kurang 25 menit, setelah itu diukur absorbansi sampel pada panjang
gelombang maksimal yang didapat dari hasil observasi sebelumnya.
DPPH adalah radikal bebas stabil berwarna ungu yang digunakan secara
luas untuk pengujian kemampuan penangkapan radikal bebas dari beberapa
komponen alam seperti komponen fenolik, antosianin atau ekstrak kasar.
Metode DPPH berfungsi untuk mengukur elektron tunggal seperti
transferhidrogen sekaligus juga untuk mengukur aktivitas penghambatan
radikal bebas. Senyawa yang aktif sebagai antioksidan mereduksi radikal
bebas DPPH menjadi difenilpikrilhidrazin. Besarnya aktivitas penangkap
radikal bebas dinyatakan dengan IC50 yaitu besarnya konsentrasi larutan
uji yang mampu menurunkan 50% absorbansi DPPH dibandingkan dengan
larutan blanko.
2.3 IDENTIFIKASI
Identifikasi dilakukan dengan mengukur serapan maksimum berdasarkan
rentang panjang gelombang 200-800 nm menggunakan alat spektrofotometer
UV-Vis. Panjang gelombang tersebut dipilih mengingat antosianin memiliki
serapan maksimum antara panjang gelombang 270-560 nm (Harborne, 1987;
Markham, 1988). Fraksinat hasil elusi kedua(E2) yang digunakan untuk
identifikasi adalah vial1-3 untuk mengetahui kandungan antosianidin pada
fraksinat awal yang berwarna pudar, vial 4-6 untuk mengetahui kandungannya
pada fraksinat dengan warna merah keunguan yang paling pekat.Vial 18
7
digunakan sebagai perwakilan dari fraksinat terakhir yang diperoleh untuk
proses identifikasi tersebut. Menurut Markham (1988), antosianidin dan
antosianin memilikispektrum khas yang terdiri atas dua rentang serapan
maksimum yaitu pada 270-280 nm(pitaII)dan465-560nm(pitaI).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa antosianin memiliki aktivitas
antioksidan yang baik. Aktivitas tersebut erat kaitannya dengan formasi struktur
senyawa beserta gugus yang terikat pada struktur utama. Keberadaan gugus
hidroksil dan struktur katekol pada cincin A dan B serta adanya gugus 3–OH pada
cincin C mampu meningkatkan aktivitas penangkapan radikal melalui mekanisme
peningkatan donor atom hidrogen dan donor elektron sedangkan adanya
penambahan substituen molekul gula pada 21 gugus 3-OH memiliki pengaruh kecil
terhadap aktivitas ini. Pemanfaatan antosianin pada berbagai organisme dapat
menggerakan berbagai fungsi fisiologis yang berbeda dalam tubuh. Pemanfaatan
antosianin pada tumbuhan digunakan sebagai zat pemberi warna, pelindung
tanaman dari cekaman biotik dan abiotik, dan sebagai fotoprotektor terhadap radiasi
sinar UV-B. Pada manusia, antosianin digunakan sebagai senyawa bioaktif
khususnya pada bidang kesehatan untuk mencegah berbagai penyakit kronis.
Dalam bidang pangan, antosianin digunakan sebagai zat aditif pada bahan makanan
dan minuman. Sedangkan pada bidang industri, antosianin dimanfaatkan dalam
pembuatan kosmetik.
9
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Monografi Esktrak Tumbuhan Obat
Indonesia. Jakarta : BPOM RI.
Backer, A and Van Den Brink, B. 1965. Flora of Java (Spermatophytes Only),
Volume I, N.V.P. The Nederlands, Noordhoff-Groningen.
Becker M.M., Nunes G.S., Ribeiro D.B., Silva F.E.P.., Catanante G. and Marty J.L.
2019. Determination of the Antioxidant Capacity of Red Fruits by
Miniaturized Spectrophotometry Assays, Short Report, 30 (5), 1108–1114.
Benzie I.F.F. and Devaki M. 2018. The Ferric Reducing/Antioxidant Power (FRAP)
Assay for Non-enzymatic Antioxidant Capacity: Concepts, Procedures,
Limitations and Applications, Measurement of Antioxidant Activity and
Capacity: Recent Trends and Applications, 77–106.
Casey, G. 2011. Blood and hypertension : the damage of too much pressure.
Continuing professional development Kai Taiki Nursing New Zealand, 17
(8), 26-23.
Charley, H. 1970. Food Science. John Willey and Sons Inc. New York
Depkes RI. 2001. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta : Depkes RI.
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry, Thrid Edition, Marcel Dekker Inc, New
York.
10