Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GALENIKA
“IDENTIFIKASI PEMALSUAN SENYAWA AKTIF ANTOSIANIN PADA
EKSTRAK BILBERRY (Vaccinium myrtillus L.)”

Dosen Pengampu : apt. Slamet, S.Si., M.Farm

Disusunoleh :
1. Diana Rosmalinda (18.0343.F)
2. Elsa Septiana Khoirunnisa (18.0345.F)
3. Fidia Nagib (18.0349.F)
4. Widya Febriyani (18.0404.F)

Farmasi 6B

PRODI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah galenika tentang identifikasi senyawa aktif antosianin pada
ekstrak bulbery.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyakterima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik darisegi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Pekalongan, Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………...…………………………………………………ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….iii

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………….1

1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………...1


1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………..2
1.3 TUJUAN ……………………………………………………………...2

BAB II : PEMBAHASAN ………………………………………………………..3

2.1 PENGERTIAN ANTOSIANIN ………………………………………3


2.2 UJI AKTIVITAS ANTIOSIANIN IN VITRO ……………………….3
2.3 IDENTIFIKASI ANTOSIANIN…...………………………………….7
2.4 ANALISIS DATA …………………………………………………….8
BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………9

3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………...9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masyarakat Indonesia sejak dahulu sudah memanfaatkan kekayaan
tumbuhan Indonesia. Salah satu pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat
Indonesia yaitu sebagai obat. Di sekitar Bandung, tepatnya disekitar kawah
pegunungan Patuha (Bandungselatan) dapat kita jumpai tumbuhan yang cukup
mendominasi vegetasi didaerah-daerah tersebut. Tumbuhan yang mendominasi
vegetasi daerah-daerah ini dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan
tumbuhan Cantigiungu (Vacciniumvaringiaefolium(Bl.)Miq.). Cantigi ungu
merupakan tumbuhan yang bergenus sama dengan Bilberry(Vaccinium
myrtillus L.). Saat ini Bilberry telah banyak dikenal dikalangan optamologis
sebagai tanaman yang dapat berperan dalam kesehatan mata, dan Menurut Data
farmakologi klinis WHO tahun 2005,senyawa antosianin pada Bilberry
berperan besar dalam mengobati gangguan kesehatan mata (glukoma&katarak),
serta membantu memelihara kesehatan penglihatan. Melalui pendekatan
kemotaksonomi, senyawa yang terkandung dalam tumbuhan cantigi ungu tentu
akan ada kemiripan dengan senyawa yang terkandung pada tumbuhan billberry,
dan juga dapat berpotensi sebagai tanaman yang dapat memelihara kesehatan
mata.
Data ilmiah di bidang kefarmasian mengenai tumbuhan cantigiungu
tergolong kurang, salah satunya yaitu hingga saat ini belum ada data mengenai
antioksidan dari tumbuhan cantigi ungu. Seperti yang telah diketahui bahwa
diet anti-oksidan merupakan tindakan preventif dalam menanggulangi
gangguan kesehatan, salah satunya yaitu seperti yang telah dilaporkan bahwa
diet antioksidan dapat membantu memelihara kesehatan penglihatan khususnya
dapat berpotensi mengobati katarak (Careyetal.,2011;Varmaetal.,2012). Salah
satu dari beberapa senyawa yang berperan sebagai antioksidan yaitu senyawa
antosianin. Sebagai langkah awal untuk menentukan cantigiungu dapat
memberikan khasiat membantu memelihara kesehatan penglihatan, maka

1
dalam penelitian ini dilakukan pengukuran antioksi dan dari ekstrak buah
cantigi ungu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Untuk mempermudahkan permasalahannya maka akan dibahas sub masalah
sesuai dengan latar belakang diatas, yakni sebagai berikut :
a. Apa pengertian dari antosianin?
b. Bagaimana cara uji aktivitas antosianin?
c. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa antosianin?
d. Bagaimana cara menganalisis data dari senyawa antosianin ?
1.3 TUJUAN
Masalah ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui pengertian dari antosianin
b. Mengetahui cara uji aktivitas antosianin?
c. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa antosianin?
e. Mengetahui cara menganalisis data dari senyawa antosianin ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ANTOSIANIN


Antosianin adalah zat warna alami yang bersifat sebagaia ntioksidan yang
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Lebih dari 300 struktur antosianin yang
ditemukan telah diidentifikasi secara alami (Wrolstad, 2001). Antosianin adalah
pigmen dari kelompok flavonoid yang larut dalam air, berwarna merah sampai
biru dan tersebar luas pada tanaman. Terutama terdapat pada buah dan bunga,
namun juga terdapat pada daun. Kadar antosianin cukup tinggi terdapat pada
berbagai tumbuh-tumbuhan seperti misalnya: bilberries (vaccinium myrtillus
L), minuman anggur merah(red wine), dan anggur (Jawidkk., 2007).
Manusia sejak lama telah mengkonsumsi antosianin bersamaan dengan
buah dan sayuran yang merekamakan. Selama ini tidak pernah terjadi suatu
penyakit atas keracunan yang disebabkan oleh pigmen ini sehingga antosianin
aman untuk dikonsumsi, tidak beracun dan tidak menimbulkan mutasi gen
(Nugrahan ,2007). Beberapa penelitian di Jepang menyatakan bahwa antosianin
memiliki fungsi fisiologi. Misalnya sebagai antioksidan,antikanker, dan
perlindungan terhadap kerusakan hati (Tanuwijaya, 2007). Antosianin juga
berperan sebagai pangan fungsional, sebagai contoh “food ingredient” yang
sangat berguna bagi kesehatanmata dan retina yang pertama kali dipublikasikan
di Jepang pada tahun 1997 (Imelda, 2002).

2.2 UJI AKTIVITAS ANTIOSIANIN IN VITRO


Aktivitas antioksidan antosianin pada berbagai publikasi yang sudah dihimpun
umumnya menunjukkan hasil yang baik pada uji menggunakan metode DPPH,
ABTS, FRAP,Anionsuperoksida(O●-),dan ORAC.
2

A. DPPH(2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl)
Pada uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-Diphenyl-
1-Picrylhydrazyl) radikal bebas distabilkan dengan cara menerima atom
hidrogen atau elektrondari senyawa antioksidan seperti antosianin.

3
Mekanisme stabilisasi yang berlangsung akan berdampak pada
terbentuknya radikal dengan bentuk tereduksi (DPPH→DPPH-H).
Perubahan yang terjadi dapat dilihat dari perubahan warna reagen DPPH.
Elektron yang tidak berpasangan pada radikal DPPH akan menyerap sinar
monokromatis pada λ 517 nm sehingga menyebabkan timbulnya warna
ungu tua, sedangkan electron tunggal yang berpasangan dengan elektron
lain secara bertahap akan menyebabkan menurunnya intensitas warna ungu
tua kemudian berubah menjadi warna kuning pucat (Sadeeretal.,2020).
Mekanisme aktivitas antioksidan suatu antosianin dalam menangkap radikal
DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl) dapat diamati pada gambar 3.

Gambar 3. Mekanisme aktivitas antioksidan metode uji


DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl)(Sad
eeret al., 2020; Aliet al., 2015).

B. ABTS (2,2-Azinobis 3-EthylBenzothiazoline 6-SulfonicAcid)


ABTS (2,2-Azinobis3-Ethylbenzothiazoline6-SulfonicAcid) merupakan uji
yang umum digunakan untuk mengetahui aktivitasantioksi dan suatu
senyawa. Radikal ABTS dihasilkan dari reaksi garam ABTS dengan
senyawa peng oksidasi kuat seperti kaliumper sulfate dan kalium
permanganate. Uji ini mengukur kemampuan relatif suatu antioksidandalam
menangkap radikal yang dihasilkan dalam fase air dibandingkan dengan
standar trolox(analog vitamin E larut air). Pengukuran aktivitas antioksidan
didasarkan pada pembacaan absorbansi pada λ 415 nm darihasil reduksi
radikal ABTS yang disebabkan karena donor hidrogen dari suatu senyawa
antioksidan.Hasil uji aktivitas antioksidan metode ini dinyatakan dalam
TEAC(Trolox equivalentantioxidantcapacity) (Tenaet al., 2020;
Ratnavathi&Komala, 2016). Mekanisme aktivitas antioksidan suatu

4
antosianin dalam menangkap radikal ABTS (2,2-Azinobis3-
Ethylbenzothiazoline6-SulfonicAcid) dapat diamati pada gambar4.

Gambar 4. Mekanisme aktivitas antioksidan metode uji ABTS (2,2-


Azinobis 3-Ethylbenzothiazoline6-SulfonicAcid) (Sadeeret al.,
2020; Aliet al., 2015).

C. FRAP(FerricReducingAntioxidantPower)
FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) merupakan metode yang
digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan suatu senyawa dengan
mengukur reduksi ion besi Fe3+ kompleksligan menjadi ion besiFe2+.
Kemampuan senyawa antioksi dan mendonasikan elektron menjadi
mekanisme penting dalam uji ini karena terkait dengan reduksi yang terjadi.
Pada awalnya reagen kompleks Fe 3+‐TPTZ tidak terlihat berwarna, namun
setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan dan mengalami reduksi
menjadi bentuk komples Fe2+‐TPTZ,maka warna biru akan mulai terlihat
dan absorbansi pada λ 593 nm akan meningkat. Secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa uji FRAP menggunakan mekanismereaksi
redoks,dimana molekul oksidan sinyal akan berubah warna ketika direduksi
oleh aksi gabungan redoks aktif dari elektron yang didonorkan oleh
senyawa antioksidan yang diuji dan tidak melibatkan pembentukan radikal
atau pem bersihan radikal tambahan (Benzie&Devaki,2018).

5
D. Anion Superoxid (O2●-)
Penentuan kapasitas penangkapan radikal anion superoksida (O 2•-) dapat
dilakukan dengan uji secara invitro
2
melalui skrining plat mikro berbasis
spektrum dengan menggunakan NBT(NitroblueTetrazolium) atau sitokrom
C sebagai target untuk mengevaluasi pembersihan radikal. Aktivitas
pembersihan radikal tersebut dapat diamati
2
berdasarkan hasil
pembacaanabsorbansisampelmenggunakanmetodespektrofotometripadada
erahultraviolet-visible(UV-Vis).
2
Pada uji ini garam tetrazolium WST 1
2
digunakan sebagai agen yang akan bereaksidengananionsuperoksida(O●-
)danmenghasilkansenyawaradikalstabillarutair(WST-1formazan) yang
dapat dideteksi pada λ450nm. Secara prinsip senyawa antioksidan yang
diuji akan menetralkan radikal anion superoksida (O ●-) dengan mekanisme
transfer elektron (SET) sehingga akan menghambat pembentukan formzan
dan menunjukkan kapasitas anti oksidannya seiring waktu dengan
penurunan absorbansinya. Proses NBT digunakan untuk mengevaluasi
kapasitas penghilangan radikal anionsuperoksida(O●-)oleh antioksidan
(Wanget al., 2015; Becker et al., 2019).
E. ORAC(OxygenRadicalAbsorbanceCapacity)
Uji aktivita santioksi an dengan metode ORAC (Oxygen Radical
Absorbance Capacity) didasarkan pada pembacaan absorbansi dari
penghambatan penurunan fluoresensi. Azoinitiator AAPH yang terlarut di
dalam air menginisiasi terbentuknya radikal alkil peroksida yang dapat
bereaksi dengan fluoresens sehingga menyebabkan hilangnya fluoresensi.
Melalui mekanisme transfer atom hidrogen, senyawa antioksidan yang diuji
akan bersaing dengan pro befluoresen untuk menangkap radikal peroksil
(ROO● ) sehingga mengakibatkan berkurangnya laju penurunan fluoresensi
yang dapat diamati pada λ520 nm. Antioksidan akan bereaksi dengan
radikal berbeda yang diproduksi oleh agen penyebab radikal karena
degradasi termal. Hasil uji ORAC dinyatakan dalam satuan μM setara
antioksidan standar (TE)/gramsampel (Kumaretal.,2018;Valgimiglietal.
2018). Mekanismeaktivitas antioksidan suatu antosianin dalam menangkap
radikal peroksil (ROO● ).

6
F. DPPH
Pengujian kapasitas antioksi dan dari ekstrak buah cantigi ungu
menggunakan metode DPPH. Aktivitas antioksi dan ekstrak buah cantigi
ungu dibandingkan dengan standar vitaminC dan tablet ekstrak bilberry.
Observasi panjang gelombangmaksimal dilakukan ter lebih dahulu pada
larutan DPPH. Ekstrak cantigi ungu dilarutkan dalam methanol, dibuat
konsentrasi 100,150,200,250,300,350 ppm, untuk Vit. C dibuat konsentrasi
1,2,4,6,dan 8 ppm, untuk tablet ekstrak bilberry dibuat variasi konsentrasi
yang samadengan ekstrak buah cantigi ungu. Ekstrak cantigi ungu dan tablet
ekstrak bilberry ditambahkan larutan DPPH lalu didiamkan selama lebih
kurang 25 menit, setelah itu diukur absorbansi sampel pada panjang
gelombang maksimal yang didapat dari hasil observasi sebelumnya.
DPPH adalah radikal bebas stabil berwarna ungu yang digunakan secara
luas untuk pengujian kemampuan penangkapan radikal bebas dari beberapa
komponen alam seperti komponen fenolik, antosianin atau ekstrak kasar.
Metode DPPH berfungsi untuk mengukur elektron tunggal seperti
transferhidrogen sekaligus juga untuk mengukur aktivitas penghambatan
radikal bebas. Senyawa yang aktif sebagai antioksidan mereduksi radikal
bebas DPPH menjadi difenilpikrilhidrazin. Besarnya aktivitas penangkap
radikal bebas dinyatakan dengan IC50 yaitu besarnya konsentrasi larutan
uji yang mampu menurunkan 50% absorbansi DPPH dibandingkan dengan
larutan blanko.

2.3 IDENTIFIKASI
Identifikasi dilakukan dengan mengukur serapan maksimum berdasarkan
rentang panjang gelombang 200-800 nm menggunakan alat spektrofotometer
UV-Vis. Panjang gelombang tersebut dipilih mengingat antosianin memiliki
serapan maksimum antara panjang gelombang 270-560 nm (Harborne, 1987;
Markham, 1988). Fraksinat hasil elusi kedua(E2) yang digunakan untuk
identifikasi adalah vial1-3 untuk mengetahui kandungan antosianidin pada
fraksinat awal yang berwarna pudar, vial 4-6 untuk mengetahui kandungannya
pada fraksinat dengan warna merah keunguan yang paling pekat.Vial 18

7
digunakan sebagai perwakilan dari fraksinat terakhir yang diperoleh untuk
proses identifikasi tersebut. Menurut Markham (1988), antosianidin dan
antosianin memilikispektrum khas yang terdiri atas dua rentang serapan
maksimum yaitu pada 270-280 nm(pitaII)dan465-560nm(pitaI).

2.4 ANALISIS DATA


Hasil identifikasi memperlihatkan bahwa sampel fraksinat yang diukur
diketahui mengandung antosianidin dan antosianin. Berdasarkan serapan
yangdiperoleh pada masing-masing fraksinat ternyata lebih dari satu
puncak,diketahui bahwa hasil fraksinasi tersebut belum berupa senyawa
tunggal.
Dari enam jenis aglikon antosianin, lima diantaranya terdapat pada buah
bilberry. Kelima aglikon tersebut adalah sianidin, peonidin, delfinidin,
petunidin, dan malvidin (Burdulis et al., 2007; WHO, 2009). Kelima aglikon
tersebut memiliki serapan maksimum untuk panjang gelombang berturut-turut
535,532,546,543,dan542nm (Harborne,1987).
Dari data pada Tabel 1 diketahui bahwa pada panjang gelombang 536nm
didapatkan serapan maksimum pada enam dari tujuh vial yang
diidentifikasi.Nilai tersebut memberikan indikasi kuat terhadap jenis aglikon
antosianin yang terkandung dalam sampel, yaitu sianidin. Dari ketujuh vial
juga terdapat vial dengan serapan panjang gelombang pita I di daerah 533 nm.
Nilai panjang gelombang yang palingmendekati untuk nilai ini adalah nilai
panjang gelombang peonidin (532 nm). Dari datanilai serapan maksimum
pada rentang pita I diperoleh kesimpulan sementara bahwa adaaglikon
antosianin pada buah matang cantigi ungu yang juga terkandung dalam buah
bilberry. Kesimpulan tersebut masih harus dikonfirmasi dengan analisis
terhadap bentukglikosidanya, apakah glikosida antosianin pada buah matang
cantigi ungu sama dengan buah bilberry. Akan tetapi, dengan kesimpulan
sementara ini,besar kemungkinan bahwa jenis-jenis antosianin, baik dalam
bentuk glikosida ataupun aglikon, pada buah matang cantigi ungu dan bilberry
memiliki kesamaaa.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa antosianin memiliki aktivitas
antioksidan yang baik. Aktivitas tersebut erat kaitannya dengan formasi struktur
senyawa beserta gugus yang terikat pada struktur utama. Keberadaan gugus
hidroksil dan struktur katekol pada cincin A dan B serta adanya gugus 3–OH pada
cincin C mampu meningkatkan aktivitas penangkapan radikal melalui mekanisme
peningkatan donor atom hidrogen dan donor elektron sedangkan adanya
penambahan substituen molekul gula pada 21 gugus 3-OH memiliki pengaruh kecil
terhadap aktivitas ini. Pemanfaatan antosianin pada berbagai organisme dapat
menggerakan berbagai fungsi fisiologis yang berbeda dalam tubuh. Pemanfaatan
antosianin pada tumbuhan digunakan sebagai zat pemberi warna, pelindung
tanaman dari cekaman biotik dan abiotik, dan sebagai fotoprotektor terhadap radiasi
sinar UV-B. Pada manusia, antosianin digunakan sebagai senyawa bioaktif
khususnya pada bidang kesehatan untuk mencegah berbagai penyakit kronis.
Dalam bidang pangan, antosianin digunakan sebagai zat aditif pada bahan makanan
dan minuman. Sedangkan pada bidang industri, antosianin dimanfaatkan dalam
pembuatan kosmetik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Monografi Esktrak Tumbuhan Obat
Indonesia. Jakarta : BPOM RI.

Backer, A and Van Den Brink, B. 1965. Flora of Java (Spermatophytes Only),
Volume I, N.V.P. The Nederlands, Noordhoff-Groningen.

Becker M.M., Nunes G.S., Ribeiro D.B., Silva F.E.P.., Catanante G. and Marty J.L.
2019. Determination of the Antioxidant Capacity of Red Fruits by
Miniaturized Spectrophotometry Assays, Short Report, 30 (5), 1108–1114.

Benzie I.F.F. and Devaki M. 2018. The Ferric Reducing/Antioxidant Power (FRAP)
Assay for Non-enzymatic Antioxidant Capacity: Concepts, Procedures,
Limitations and Applications, Measurement of Antioxidant Activity and
Capacity: Recent Trends and Applications, 77–106.

Casey, G. 2011. Blood and hypertension : the damage of too much pressure.
Continuing professional development Kai Taiki Nursing New Zealand, 17
(8), 26-23.

Charley, H. 1970. Food Science. John Willey and Sons Inc. New York

Day dan Underwood. 1986. Analisis Kimia Analitik. Jakarta: Erlangga.

Depkes RI. 2001. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta : Depkes RI.

De Man, M. J. 1997. Kimia Makanan. Edisi kedua. Bandung : ITB.

Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry, Thrid Edition, Marcel Dekker Inc, New
York.

Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 3. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Menganalisis Tumbuhan.


Terjemahan Padmawiyata, K. dan Soediro, I. Bandung: ITB.

10

Anda mungkin juga menyukai