Anda di halaman 1dari 6

Definisi Distress Spiritual

Distress spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan

mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain,

seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya

(Nanda, 2005).

Nanda. 2005. Nursing Diagnosis Dan Intervensi. Jakarta: EGC.

Definisi lain mengatakan bahwa distress spiritual adalah gangguan

dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan

diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000)

Varcarolis E. M. 2000. Psychiatric Nursing Clinical Guide Assessment

Tools and Diagnosis, Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distress spiritual adalah

kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.

Kriteria / Ciri-Ciri Lansia Yang Mengalami Distress Spiritual >> DO & DS

Ciri-ciri khusus dari distress spiritual meliputi hal berikut:

a. Pertanyaan tentang implikasi moral/etis dari aturan terapeutik.

b. Perasaan tidak bernilai, kepahitan, penolakan, rasa salah dan rasa

takut.

c. Mimpi buruk.

d. Gangguan tidur.

e. Anorexia.

f. Pengungkapan konflik dalam batin atas kepercayaan yang dihayati.

g. Ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam praktik keagamaan yang

biasa diikuti.
h. Mencari bantuan spiritual.

i. Mempertanyakan makna penderitaan.

j. Mempertanyakan makna keberadaan / eksistensi manusia.

k. Marah kepada Tuhan.

l. Kekacauan dalam perasaan atau perilaku (marah, menangis, menarik

diri, cemas, apatis dan sebagainya) (Nanda, 2005)

Nanda. 2005. Nursing Diagnosis Dan Intervensi. Jakarta: EGC.

Intervensi keperawatan lansia Dalam Menangani Distress Spiritual

Sp. 1-P: Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab

distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan

pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan

kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan (Achir

Yani, 2008).

Yani, Achir. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Jakarta: EGC.

Sp. 2-P: Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien,

fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain,

bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan (Achir Yani,

2008).

Yani, Achir. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Jakarta: EGC.

Terapi Modalitas / Komplementer Dalam Mengatasi Distress Spiritual

Terapi modalitas untuk mengatasi distress spiritual pada lansia adalah:


a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

a. Terapi aktivitas kelompok adalah terapi yang diupayakan oleh

perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai masalah

gangguan keperawatan yang sama.

b. Terdiri atas 7-10 orang.

c. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,

bertukar pengalaman dan mengubah perilaku.

d. Dalam pelaksanaannya terapi ini dibutuhkan:

i. Leader.

ii. Co-Leader.

iii. Fasilitator.

e. Contoh terapi: Cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain

(Achir Yani, 2008).

f. Yani, Achir. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan

Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

b. Terapi Musik

a. Terapi musik adalah terapi menggunakan musik untuk

mengatasi berbagai masalah sosial, emosional, dan perilaku;

masalah kognitif, motorik, maupun indrawi pada seluruh

individu dari segala usia.

b. Bertujuan untuk menghibur para lansia, sehingga meningkatkan

gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu.

c. Contoh terapi: Lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan

(Achir Yani, 2008).


d. Yani, Achir. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan

Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

c. Terapi Berkebun

a. Cara ini cukup baik agar pergerakan anggota tubuh, melatih

kesabaran, bersosialisasi dan juga mengisi waktu senggang

dengan hobi menanam.

b. Ada banyak kegembiraan saat menanam atau berkebun ini,

dengan terapi tanaman seperti buah – buahan, tanaman bunga,

tanaman hijau membuat perasaan dan jiwa menjadi tenang,

senang dan juga semangat.

c. Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan dan

memanfaatkan waktu luang.

d. Contoh terapi:

i. Penanaman kangkung.

ii. Penanaman bayam.

iii. Penanaman cabai.

iv. Penanaman jeruk.

v. Dan lain-lain (Achir Yani, 2008).

vi. Yani, Achir. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan

Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

d. Terapi dengan Binatang

a. Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi

hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang.

b. Contoh terapi:

i. Memelihara kucing,
ii. Memelihara ayam.

iii. Memelihara kelinci.

iv. Dan lain-lain (Achir Yani, 2008).

v. Yani, Achir. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan

Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

e. Terapi Okupasi

a. Terapi okupasi adalah perawatan khusus untuk seseorang yang

mengalami gangguan kesehatan tertentu agar bisa

mendapatkan harapan positif.

b. Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan

produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari

bahan yang telah disediakan.

c. Contoh terapi:

i. Membuat kipas.

ii. Membuat keset.

iii. Membuat sulak dari tali rafia.

iv. Membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pelepah

pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dan lain-lain).

v. Menjahit dari kain.

vi. Merajut dari benang.

vii. Kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan

lingkungan sekitar, menjemur kasur, dan lain-lain) (Achir

Yani, 2008).

viii. Yani, Achir. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan

Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


f. Terapi Kognitif

a. Terapi kognitif adalah suatu terapi yang dilakukan untuk

melatih dan mencoba memberikan rangsangan pada lansi untuk

tetap fokus, aktif dan juga membuat ingatan lebih tajam.

b. Bertujuan agar daya ingat tidak menurun.

c. Contoh terapi:

i. Mengadakan cerdas cermat.

ii. Mengisi teka-teki silang (TTS).

iii. Tebak-tebakan.

iv. Puzzle (Achir Yani, 2008).

v. Yani, Achir. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan

Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Dampak Lanjutan Jika Distress Spiritual Tidak Ditangani

Anda mungkin juga menyukai