Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GEA

A. Konsep Medis
1. Defenisi
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus,
muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn
Betz,2019).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan
seringkali disertai peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut
adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3
kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari
biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Diare
adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya,

frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

2. Etiologi
a. Faktor infeksi
1) Infeksi bakteri :
Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina,
Aeromonas, dan sebagainya.
2) Infeksi virus :
Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas
Hominis).
b. Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
c. Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.
e. Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
f. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.
3. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1. Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
4. Manifestasi Klinik
1. Diare
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah
5. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia
Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau
Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke
klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma
3. Pemeriksaan urine lengkap
4. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik
6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni
sangat dianjurkan
7. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif tentang pada diare kronik.
8. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (gda) &
elektrolit (na, k, ca, dan p serum yang diare disertai kejang)
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a) Kehilangan BB
1) Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %
2) Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%
3) Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
4) Dehidrasi berat : menurun BB 10%
b) Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan
telunjuk (selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit
kembali dalam :
1) 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan).
2) 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang).
3) 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat).
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau
diare berlangsung lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut pemeriksaan darah tepi
lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar
eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan
enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis
dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan
diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukost
yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama
pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis
dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada
salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya
kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja
dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan
adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit
dewasa.. (Sudoyo,2019:408)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Menurut John (2019:234)
a. Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk
dewasa, 10- 20ml.
b. Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual
muntah.
c. Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin
500mg.
d. Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.
e. Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic
f. Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan
dehidrasi.
8. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
9. Prognosis
Menurut John (2019) Penyebab diare akut mendadak tersering
adalah virus, maka tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan,
karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Diare akut dapat disembuhkan dengan pemberian makanan seperti biasa
dan minuman/cairan yang cukup saja. Mencoba untuk menyembuhkan
diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar
menyebabkan aliran balik dan akan memperbanyak salauran tersebut.
10. Patway
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data
dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan
pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,2018
adalah :
a. Identitas klien.
b. Riwayat keperawatan.
1) Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia
kemudian timbul diare.
2) Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan
menurun. Turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir
kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.
d. Riwayat penyakit keluarga.
e. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat
antidiare, terapi intravena, dan antibiotic.
f. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
1) Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab
penyakitnya, higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
2) Nutrisi metabolic : diawali dengan mual, muntah, anopreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
3) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari
4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
4) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang
lain.
5) Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
6) Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi
namun kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
7) Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep
diri karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga
aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
8) Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus
pada penyakit.
9) Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami
gangguan.
10) Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
11) Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
2. Diagnosa
a. Diare berhubungan dengan infeksi, makanan, psikologis
b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi
d. Nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro enteritis
e. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap
dehidrasi
f. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan
sekunder terhadap kelembapan.
3. Intervensi
 Dx 1.
Diare berhubungan dengan infeksi, makanan, psikologis
Tujuan : Mencapai BAB normal yang ditunjukkan dengan :
a. Penurunan frekuensi BAB sampai kurang dari 3 kali sehari
b. Faeses mempunyai bentuk
Intervensi :
a. Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi diare.
b. Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat dari obat – obat anti
diare.
c. Dapatkan sediaan faeses untuk pemeriksaan kultur bila diare
bertambah.
d. Pertahankan tirah baring
e. Pantau keefektifan dan efek samping dari obat anti diare
f. Kolaborasi untuk mendapat antibiotik
 Dx.2
Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare
Tujuan:
a. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Tidak terjadi dehidrasi

Intervensi :

a. Monitor output cairan


b. Monitor intake cairan
c. Berikan oralit tiap habis BAB
d. Kaji tanda – tanda dehidrasi
e. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
 Dx.3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi
Tujuan :
a. Nutrisi terpenuhi
b. Berat badan sesuai usia
c. Nafsu makan meningkat
Intervensi :
1) Beri diit yang tidak merangsang
2) Motivasi keluarga untuk memberikan makanan yang tidak
bertentangan dengan diare dan sesuai waktu
3) Pertahankan kebersihan mulut
4) Timbang berat badan tiap hari
5) Beri diit tinggi kalori, protein, dan mineral serta rendah zat sisa
 Dx.4
Nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro enteritis
Tujuan : nyeri dapat berkurang
Intervensi :
a. Beri kompres hangat di perut
b. Ubah posisi klien bila nyeri, arahkan ke posisi yang paling aman.
c. Kaji nyeri
d. Kolaborasi pemberian obat analgesik
 Dx.5
Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap
dehidrasi
Tujuan : mempertahankan normotermia
Intervensi :
a. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan
yang adekuat sedikitnya 2000 ml/ hari kecuali terdapat kontra
indikasi penyakit jantung atau ginjal untuk mencegah dehidrasi.
b. Monitor intake dan output dehidrasi
c. Monitor suhu dan tanda vital

 Dx.6
Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan
sekunder terhadap kelembapan
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat teratasi dengan ditandai tidak
adanya lecet dan kemerahan di sekitar anal
Intervensi :
a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut.
Bilas dengan air, keringkan dan taburi tal
b. Beri udara bebas pada daerah anal tiap 10 – 15 menit
c. Beri stik laken di atas perlak klien
d. Gunakan pakaian yang longgar.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 2019. Rencana


Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta.

Smeltzer and Bare C, 2020, Buku Ajar Medikal Bedah Brunner and Suddarth,
Edisi8, Volume 2, EGC, Jakarta

Menurut John .2019. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai