Anda di halaman 1dari 31

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PEMETAAN TOPOGRAFI


ACARA V: METODE REAL TIME KINEMATIC (RTK)

LAPORAN

OLEH :
NURUL HASANAH
D061211052

GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode penentuan posisi dengan GPS pertama-tama terbagi dua, yaitu metode

absolut, dan metode diferensial. Masing-masing metode kamudian dapat dilakukan

dengan cara real-time dan post-processing. Prinsip penentuan posisi dengan GPS

yaitu menggunakan metode reseksi jarak, dimana pengukuran jarak dilakukan

secara simultan ke beberapa satelit yang telah diketahui koordinatnya. Pada

pengukuran GPS, setiap epoknya memiliki empat parameter yang harus ditentukan

yaitu 3 (tiga) parameter koordinat X, Y, Z atau L, B, H dan satu parameter kesalahan

waktu akibat ketidaksinkronan jam osilator di satelit dengan jam di receiver GPS.

Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jaeak ke empat satelit.

Sistem RTK (Real-time Kinematic) adalah suatu sistem penentuan posisi Real

Time secara differential menggunakan data fase. Dalam hubungannya untuk

memberikan data Real Time, stasiun referensi harus mengirimkan data fase dan

pseudorange kepada pengguna secara Real Time menggunakan system komunikasi

data. Stasiun referensi dan pengguna harus dilengkapi dengan satu sistem pemancar

dan penerima data yang dapat berfungsi dengan baik sehingga komunikasi data

dapat berjalan dengan baik.

Dalam pembuatan peta topografi ada beberapa alat bantu berupa perangkat

lunak yang dapat digunakan, antara lain ArcGis. ArcGis merupakan software

berbasis Geographic Information System (GIS) yang dikembangkan oleh ESRI

(Environment Science & Research Institue). Sistem Informasi Geografis (SIG)


merupakan sistem yang di rancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi

secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. Sistem Informasi Geografis

adalah bentuk sistem informasi yang menyajikan informasi dalam bentuk grafis

dengan menggunakan peta sebagai antar muka. SIG tersusun atas konsep beberapa

lapisan (layer) dan relasi. Kemampuan dasar SIG yaitu mengintegrasikan berbagai

operasi basis data seperti query, menganalisisnya serta menampilkannya dalam

bentuk pemetaan berdasarkan letak geografisnya.

Maka pada praktikum kali ini penggunaan GPS geodetic dan software ArcGis

dilakukan untuk mengetahui cara menentukan posisi titik pada lokasi serta

penggunaan dan pembuatan peta topografi menggunakan ArcGis.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari pratikum acara Real Time Kinematic (RTK) adalah agar

peserta dapat membuat peta topografi dari pengambilan titi-titik dilokasi

pemetaan. Adapaun tujuan dari praktikum acara total station yaitu:

1. Peserta dapat mengetahui koordinat tiap-tiap patok dan titik-titik pada lokasi,

2. Peserta dapat memperoleh kisaran jarak horizontal antar titik

3. Peserta dapat mengetahui besarnya pelencengan titik terhadap metode-

metode sebelumnya.

4. Peserta dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode RTK

1.3 Waktu dan Lokasi

Gambar 3.1 Peta Citra Bukit Samata


Praktikum Acara V metode Real Time Kinematic (RTK) dilaksanakan pada

hari Minggu, 28 November 2021 pukul 07.00 – 10.00 WITA dengan keadaan

cuaca cerah dan bertempat di Bukit Samata, Kecamatan Samata, Kabupaten

Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

1.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut;

1. Unit Receiver Leica tipe GS08Plus (Base dan Rover)

2. Unit Controler Leica tipe GS10/GS15

3. 2 Unit radio pendukung alat pada base dan rover

4. 2 Tripod Reicever

5. 1 Unit GPS Garmin 78CSx

6. Tabel backup pencatatan data lapangan

7. Tongkat penyangga untuk rover

8. Alat tulis menulis

9. Payung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Global positioning System (GPS)

Global Positioning System (GPS) merupakan sistem penentuan posisi yang

menggunakan teknologi satelit . GPS mulai dikembangkan pada tahun 1973 oleh

Departemen Pertahanan Amerika dan mulai digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan geodesi sejak tahun 1983. Sistem GPS memiliki 24 satelit yang

ditempatkan pada 6 buah orbit dimana terdapat 4 satelit pada masing-masing orbit.

Prinsip yang mendasari penentuan posisi pada GPS adalah dengan mengukur jarak

antara receiver dan satelit pengamatan GPS yang telah diketahui posisinya. Melalui

data posisi satelit dan jarak antara receiver dan satelit, maka posisi dari receiver

dapat ditentukan (El-Rabbany, 2002).

GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan

satelit. Sistem ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (El-

Rabbany, 2002).

Pada dasarnya, GPS terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen satelit

(space segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control

system segment) yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit,

dan segmen pengguna (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-

alat penerima dan pengelola sinyal dan data GPS (El-Rabbany, 2002).

a. Segmen Satelit

Segmen ini terdiri dari beberapa satelit GPS yang masing-masing


terletak pada orbit geostasioner. Saat ini ada 28 satelit dengan

diantaranya adalah satelit aktif dan 4 lainnya adalah cadangan. (El-

Rabbany, 2002).

b. Segmen Sistem Control

Segmen control berfungsi untuk mengontrol dan memonitor

kesehatan seluruh satelit beserta seluruh kompenennya dan berfungsi

menentukan orbit seluruh satelit GPS yang merupakan informasi vital.

(El-Rabbany 2002).

c. Segmen Pengguna

Segmen pengguna terdiri atas para pengguna satelit GPS yang

berada di darat, laut, udara dan angkas. Untuk itu diperlukan alat

penerima sinyal (GPS Receiver) untuk menerima dan memproses sinyal

GPS untuk penetuan posisi, kecepatan, dan waktu. (El-Rabbany, 2002).

2.2 Tipe alat (Receiver) GPS

Ada 3 macam tipe alat GPS, dengan masing-masing memberikan tingkat

ketelitian (posisi) yang berbeda-beda. Tipe alat GPS pertama adalah tipe Navigasi

(Handheld, Handy GPS). Tipe nagivasi harganya cukup murah, sekitar 1 – 4 juta

rupiah, namun ketelitian posisi yang diberikan saat ini baru dapat mencapai 3

sampai 6 meter. Tipe alat yang kedua adalah tipe geodetik single frekuensi (tipe

pemetaan), yang biasa digunakan dalam survey dan pemetaan yang membutuhkan

ketelitian posisi sekitar sentimeter sampai dengan beberapa desimeter. Tipe

terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi yang dapat memberikan ketelitian

posisi hingga mencapai milimeter. Tipe ini biasa digunakan untuk aplikasi precise
positioning seperti pembangunan jaring titik kontrol, survey deformasi, dan

geodinamika. Harga receiver tipe geodetik cukup mahal, mencapai ratusan juta

rupiah untuk 1 unitnya (Abidin, 2007)

2.3 GPS Geodetik

GPS Geodetik adalah alat GPS yang memiliki skala tinggi yang digunakan

untuk keperluan survey. GPS Geodetik ini mempunyai ketelitian pengukuran yang

cukup tinggi. Ketelitian posisi yang didapat dengan pengamatan GPS akan

tergantung pada empat faktor: 1) Metode penentuan posisi yang digunakan, 2)

Geometri satelit, 3) Ketelitian data yang digunakan, dan 4) Strategi metode yang

diterapkan (Fitrianto, 2017)

2.4 Kelebihan dan Kelemahan GPS Geodetik

Adapun kelebihan dan kelemahan GPS Geodetik sebagai berikut :

a) Kelebihan GPS Geodetik

1) GNSS/GPS Geodetic dapat digunakan setiap saat tanpa tergantung

waktu dan cuaca

2) Satelit-satelit GNSS mempunyai ketinggian orbit yang cukup tinggi

yaitu sekitar 20.000 km di atas permukaan bumi serta dengan

jumlah yang relatif cukup banyak. Hal ini menjadikan GNSS dapat

meliput wilayah yang cuku luas sehingga dapat digunakan oleh

banyak orang sekaligus.

3) Penggunaan GPS Geodetic dalam penentuan posisi relatif tidak

terlalu terpengaruh dengan kondisi topografis daerah survei.

4) Posisi yang ditentukan oleh GNSS/GPS Geodetic mengacu ke suatu


datum global yang relatif teliti dan mudah direalisasikan, yaitu

datum WGS 84.

5) GNSS dapat memberikan ketelitian posisi yang spektrumnya cukup

luas. Dari yang sangat teliti (orde millimeter) sampai orde meter.

6) Pemakaian sistem GNSS tidak dikenakan biaya.

7) Lebih efisien dalam waktu, biaya operasional, dan tenaga.

8) Celah untuk memanipulasi data pada pengukuran GNSS lebih sulit

ibandingkan menggunakan metode terestris

9) Relatif mudah dipelajari sekalipun oleh orang awam yang belum

pernah menggunakan (Fitrianto, 2017).

b) Kekurangan dari GPS Geodetik

1) Harga lebih mahal dari GPS konvensional

2) Kerugian menggunakan GPS dalam survei adalah di daerah yang

sangat padat atau di mana tidak terlihat langit sehingga GPS tidak

menerima signal dari satelit sehingga membuat lokasi GPS tidak

sempurna (Fitrianto, 2017).

2.3 Metode Real Time Kinematic (RTK)

Sistem RTK (Real-time Kinematic) adalah suatu sistem penentuan posisi

Real Time secara differential menggunakan data fase. Dalam hubungannya untuk

memberikan data Real Time, stasiun referensi harus mengirimkan data fase dan

pseudorange kepada pengguna secara Real Time menggunakan sistem komunikasi

data. Stasiun referensi dan pengguna harus dilengkapi dengan satu sistem pemancar

dan penerima data yang dapat berrfungsi dengan baik sehingga komunikasi data
dapat berjalan dengan baik. Ketelitian posisi yang diberikan oleh sistem RTK

sekitar 1-5 cm, dengan syarat bahwa ambiguitas fase dapat ditentukan secara benar.

Salah satu hal yang harus diatasi adalah penentuan ambiguitas fase dengan

mengunakan jumlah data yang terbatas dan juga dengan receiver, yang bergerak

merupakan hal yang cukup susah. Mekanisme penentuan ambiguitas fase pada

metode RTK dinamakan on fly wmbiguity (Tim Asisten Pemetaan Topografi,

2021).

RTK merupakan metode akurat untuk mendapatkan posisi titik yang

diinginkan dalam waktu pengamatan yang singkat, berbasiskan diferensial data

code dan carrier phase. Diferensial data code dan carrier phase digunakan untuk

pengukuran titik koordinat yang diinginkan. Secara umum metode ini adalah

metode terbaik untuk mendapatkan koordinat titik dengan ketelitian tinggi dalam

waktu singkat (Tim Asisten Pemetaan Topografi, 2021).

Survei Real Time Kinematic mensyaratkan bahwa dua penerima

dioperasikan secara bersamaan. Pada metode ini bahwa gelombang radio digunakan

untuk mengirimkan koreksi ke rover. Salah satu receiver menempati stasiun

referensi dan melakukan pengmatan GPS statik untuk mengirimkan koreksi ke

rover. Pengukuran GPS dari kedua penerima diproses secara Real-Time oleh

computer on board unit untuk menghasilkan penentuan titik dengan cepat. Karena

posisi titik dengan akurasi tinggi dapat segera diperoleh, rel-time survei kinemetic

juga bisa digunakan untuk pengukuran konstruksi (Tim Asisten Pemetaan

Topografi, 2021).
2.4 Metode Network Real Time Kinematic (NRTK)

Metode Network Real Time Kinematic (NRTK) merupakan sebuah metode

penentuan posisi secara relative dari pengamatan GNSS. NRTK merupakan

pengembangan dari metode single base RTK (Tim Asisten Pemetaan Topografi,

2021).

Prinsip kerja Network Real Time Kinematic (NRTK) secara umum adalah

sebagai berikut. Stasiun referensi merekam data dari satelit GNSS secara kontinu

yang kemudian disimpan atau dikirim ke server Network RTK melalui jaringan

internet secara serempak (Tim Asisten Pemetaan Topografi, 2021).

Data yang dikirim oleh stasiun reverensi adalah data dalam format raw data

atau data mentah yang kemudian oleh sever network RTK digunakan sebagai bahan

untuk melakukan koreksi data yang dapat digunakan oleh pengguna (rover). Data

dalam format raw tersebut diolah dan disimpan dalam bentuk RINEX yang dapat

digunakan untuk post processing, maupun dalam bentuk RTCM yang dikirmkan

kepada rover yang membutuhkan koreksi data dari stasiun referensi. Rover

berkomunikasi dengan server network RTK menggunkan jaringan

GSM/GPRS/CDMA, sehingga dapat memperoleh data koreksi hasil hitungan

dengan metode Area Correction Parameter (ACP/FKP) atau Master Auxiliary

Concept (MAC) atau Virtual Reference Station (VRS) atau metode-metode lainnya,

melalui jaringan internet. (Tim Asisten Pemetaan Topografi, 2021).

2.5 Peta Topografi

Peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur asli dan buatan

manusia di atas permukaan bumi. unsur-unsur tersebut dapat dikenal maupun


diidentifikasi dan pada umumnya untuk memperlihatkan keadaan yang

sungguhnya, ilmu ukur tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka

bumi topografi artinya ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk topografi muka

bumi dalam suatu peta dengan segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi

seperti kota, jalan, sungai, bangunan, dan lain-lain dengan skala lingkaran tertentu

sehingga dengan mempelajari peta kita dapat mengetahui jarak, arah dan posisi

tempat yang kita inginkan (Purwaamijaya, 2018).

Pedoman ini mencakup kegiatan pengumpulan data sekunder (topografi,

geologi permukaan, hidrologi), data primer ( pengukuran topografi dan pemetaan,

survey hidrometri,sampling sedimen dan penyelidikan geoteknik), analisis

hidrologi, analisishidrolika, desain hidraulik, perhitungan volume pekerjaan

sebagai acuan dalam penyusunan rencangan biaya, analisis ekonomi, analisis

dampak lingkungan serta penyusunan dokumentender yang diperlukan untuk

penyelesaian dari pekerjaan pembangunan bending Karena peta topografi

merupakan peta khusus yang dibuat hanya untuk menunjukkan ketinggian dan rupa

bumi dari suatu wilayah, peta topografi memiliki karakteristik yang berbeda dengan

peta lainnya. Selain memiliki komponen peta pada umumnya seperti skala,

koordinat, inset, dan proyeksi, peta topografi juga memiliki karakteristik khusus,

yaitu :

a) Tidak Memiliki Overlay Informasi Lain

Peta topografi, berbeda dengan peta chloropleth, tidak memiliki overlay

informasi lain selain ketinggian. Meskipun begitu, di Indonesia, Badan


Informasi Geospasial (BIG) memproduksi peta topografi yang disertai

dengan data tata guna lahan, yaitu peta RBI (Purwaamijaya, 2018).

b) Memiliki Skala Besar

Peta topografi umumnya memiliki skala besar. Hal ini terjadi karena

diperlukan penggambaran yang akurat terhadap garis-garis kontur yang ada

pada peta. Jika peta topografi yang di print berskala kecil, dikhawatirkan garis

kontur yang ada akan memiliki interval kontur terlalu besar, sehingga kurang

akurat terhadap medan (Purwaamijaya, 2018).

c) Memiliki Garis Kontur, Interval Kontur, dan Indeks Kontur

Peta topografi selalu menggunakan garis kontur, interval kontur, dan indeks

kontur dalam menyampaikan informasi. Ketiga simbol ini berguna untuk

memberikan informasi mengenai ketinggian suatu lokasi. Ketiga simbol ini

juga sebenarnya menjadi kelemahan dari peta topografi. Tidak semua orang

dapat membaca simbol-simbol yang digunakan, oleh karena itu, dibutuhkan

kemampuan khusus untuk membaca dan memanfaatkan peta topografi

(Purwaamijaya, 2018).

d) Berfungsi Untuk Menyajikan Informasi Mengenai Ketinggian Dan Perbedaan

Ketinggian

Peta topografi selalu bertujuan untuk menggambarkan informasi ketinggian

serta perbedaan ketinggian antar lokasi. Informasi ini akan dapat digunakan

untuk menginterpretasikan relief serta bentukan topografi dari suatu lokasi.

Indonesia dan badan pemetaannya yaitu BIG (Badan Informasi Geospasial)

membuat peta topografi dengan informasi tata guna lahan. Peta ini dinamai
sebagai peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) dan merupakan salah satu peta dasar

yang digunakan dalam perencanaan, ekspedisi, dan aktivitas navigasi lainnya

(Purwaamijaya, 2018).

2.7 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem yang di rancang untuk

bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat

geografi.Sistem Informasi Geografis adalah bentuk sistem informasi yang

menyajikan informasi dalam bentuk grafis dengan menggunakan peta sebagai antar

muka.SIG tersusun atas konsep beberapa lapisan (layer) dan relasi. Kemampuan

dasar SIG yaitu mengintegrasikan berbagai operasi basis data seperti query,

menganalisisnya serta menampilkannya dalam bentuk pemetaan berdasarkan letak

geografisnya (Wardhana, 2015)

2.8 Software

a) Pengertian software

Hardware atau dikenal dengan perangkat keras merupakan semua bagian

komputer yang secara fisik bisa dilihat, diraba dan dipegang. Contohnya, keyboard,

mouse, monitor, CPU, harddisk serta masih banyak lagi. Kebalikannya, software

atau perangkat lunak tidak berwujud karena ia berupa sekumpulan kode yang

diinstal ke dalam komputer. Baik hardware maupun software sama-sama berperan

penting dalam sistem komputerisasi dan keduanya saling membutuhkan (Satar,

2014).
Pada sebuah PC, perangkat keras ialah segala sesuatu yang membuatnya

bekerja. Misal, processor memproses informasi, RAM atau hard drive menyimpan

data dan video card memberikan gambar ke monitor. Sedangkan perangkat lunak

memungkinkan seseorang berinteraksi dengan perangkat keras. Hampir semua

software juga membutuhkan hardware untuk beroperasi dengan baik (Satar, 2014).

Pengertian software adalah program komputer yang menjadi jembatan

antara pengguna dengan perangkat keras. Ia juga dapat didefinisikan sebagai sebuah

aplikasi yang tersusun dari sekumpulan kode-kode bahasa pemrograman. Menurut

sumber lain, software merupakan suatu data yang diprogram serta disimpan secara

digital dan tidak berwujud, namun berada di dalam komputer. Ada pula yang

menyebutkan bahwa software ialah kumpulan data-data elektronik berupa program

atau instruksi yang disimpan dan dikelola oleh computer (Satar, 2014).

Software sendiri dibuat oleh seorang programmer dengan bahasa

pemrograman tertentu yang selanjutnya dikompilasi hingga menjadi sebuah kode

yang dapat dikenali oleh hardware. Ia dibuat untuk memudahkan pekerjaan

manusia, misalnya untuk menghitung, membuat dokumen, mengolah gambar dan

lain-lain (Satar, 2014).

b) Pengenalan ArcGis

ArcGis merupakan sotfware berbasis Geographic Information System (GIS)

yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research Institue). Produk

utama ArcGis terdiri dari tiga komponen utama yaitu : ArcView (berfungsi sebagai

pengelola data komprehensif, pemetaan dan analisis), ArcEditor (berfungsi sebagai

editor dari data spasial), dan ArcInfo (merupakan fitur yang menyediakan fungsi-
fungsi yang ada di dalam GIS yaitu meliputi keperluan analisa dari fitur

Geoprocessing (Satar, 2014).

ArcGis pertama kali diluncurkan kepada publik sebagai software yang

komersial pada tahun 1999 versi ArcGis 8.0 dengan perkembangan dan tuntutan

akan fitur yang dibutuhkan, ESRI selalu memberikan pembahuruan pada ArcGis,

pada saat ini telah keluar versi yang terbaru update 2016 yaitu (ArcGis 13.0). Pada

versi terbarunya, ArcGis Deskstop memiliki beberapa fitur diantaranya :

1) ArcMap, yaitu aplikasi utama yang digunakan dalam pengelolahan data GIS.

ArcMap memiliku kemampuan untuk visualisasi, editing, pembuatan peta

tematik, pengelolaan dari data tabular (Excel), memilih (Query), menggunakan

fitur Geoprocessing untuk menganalisa dan customize data ataupun melakukan

output berupa tampilan peta. Operator juga dapat mengolah data sesuai dengan

keinginannya (Satar, 2014).

2) ArcGlobe, merupakan salah satu aplikasi yang memiliki tampilan seperti

GoogleEarth yang memiliki fungsi sebagai tampilan datum permukaan bumi

dengan menggunakan citra satelit (Satar, 2014).

3) ArcCatalog, yaitu merupakan aplikasi yang memiliki fitur untuk membuat data

vector dan mengelompokannya sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Dengan

kemampuan tools untuk menjelajah informasi (browsing), mengatur data

(organizing), membagi data (distribution) dan mendokumentasikan data spasial

maupun ataupun data-data berkaitan dengan informasi geografis (Satar, 2014).


4) ArcScene merupakan aplikasi yang memiliki fitur serupa dengan ArcMap,

tetapi kelebihannya terdapat dari fitur 3D yang digunakan dimana

worksheetnya dapat diolah dengan tampilan X, Y, dan Z (Satar, 2014).

c) Sejarah ArcGis

GIS (Geographic Information System) atau Sistem Informasi Geografis

adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan,

memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data bereferensi

geografis atau geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu

perencanaan. Dengan menggunakan SIG maka akan lebih mudah bagi para

pengambil keputusan untuk menganalisa data yang ada. Karena dengan adanya SIG

maka akan digambarkan juga posisi penyebaran data pada kondisi sesungguhnya

(Maguire, 2015)

Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi

ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan

perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat

menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat

digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan

dari polusi (Maguire, 2015).

Awal dikenalnya SIG tidak lepas dari adanya kemajuan dalam bidang

teknologi terutama komputer. Selama perang dunia kedua pemrosesan data

mengalami kemajuan yang pesat terutama untuk memenuhi kebutuhan militer

dalam memprediksi trayektori balistik. Pada awal tahun 1960-an perkembangan

dalam ilmu komputer semakin pesat dan siap digunakan untuk bidang lain di luar
militer. Para ahli meteorologi, geologi, dan geofisika mulai menggunakan komputer

dalam pembuatan petan (Sabrina, 2010).

Tahun 1963 di Kanada muncul CGIS (Canadian Geographic Information

System), dan selanjutnya menjadi SIG pertama di dunia. Dua tahun kemudian di

Amerika Serikat beroperasi sistem serupa bernama MIDAS yang digunakan untuk

memproses data-data sumber daya alam. Seiring dengan berkembangnya teknologi,

GIS juga mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Berikut adalah sejarah

perkembangan GIS dari masa ke masa :

1) 35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Perancis, para pemburu Cro-

Magnon menggambar hewan mangsa mereka, juga garis yang dipercaya

sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan

dua elemen struktur pada sistem informasi geografis modern sekarang ini, arsip

grafis yang terhubung ke database atribut (Prahasta, 2010).

2) Pada tahun 1700-an teknik survei modern untuk pemetaan topografis

diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan tematis, misalnya untuk

keilmuan atau data sensus (Prahasta, 2010).

3) Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan “litografi foto” dimana peta

dipisahkan menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras

komputer yang dipacu oleh penelitian senjata nuklir membawa aplikasi

pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an (Prahasta, 2010).

4) Tahun 1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di

Ottawa, Ontario oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya.

Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS


(Canadian GIS – SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan

mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI –

Canadian Land Inventory) – sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan

lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi

pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah

pada skala 1:250.000. Faktor pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk

keperluan analisis (Prahasta, 2010).

5) GIS dengan gvSIG-CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari

perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun

(overlay), penghitungan, pendigitalan/pemindaian (digitizing/scanning),

mendukung sistem koordinat national yang membentang di atas benua

Amerika, memasukkan garis sebagai Arc yang memiliki topologi dan

menyimpan atribut dan informasi lokasional pada berkas terpisah.

Pengembangya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson kemudian

disebut “Bapak SIG” (Prahasta, 2010).

6) CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk

penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing dengan

aplikasi pemetaan komersil yang dikeluarkan beberapa vendor seperti

Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu vendor

lain seperti ESRI dan CARIS berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung

pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya,

dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi

struktur database. Perkembangan industri pada tahun 1980-an dan 1990-an


memacu lagi pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer pribadi.

Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem

dikonsolidasikan dan distandarisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan

para pengguna mulai mengekspor menampilkan data SIG lewat internet, yang

membutuhkan standar pada format data dan transfer (Prahasta, 2010).

d) Konsep Gis

Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data

lapangan, survei kelautan, peta, sosial ekonomi dan GPS, yang selanjutnya diolah

di laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhan

menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa peta

konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user (Prahasta, 2010).


BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Prosedur Mengolah data Pada ArcGIS

a) Langkah Langkah Pembuatan Peta

1) Buka Aplikasi Arcmap>buat project baru klik blank map

Gambar 3.1 Buka aplikasi ArcGis

2) Pilih Add data untuk memilih data rupa bumi yang telah ditentukan

Gambar 3.2 Tampilan add data


3) Input data pengukuran dalam bentuk excel dengan cara mengklik icon

add file>pilih tempat penyimpanan file data.

Gambar 3.3 Add data excel

4) kemudian Klik Genap (berdasarkan kelompok )

5) Kemudian pada data excel yang telah kita add pada layer klik kanan

data genap > Display x y data > pilih bagian Z field pilih Z

Gambar 3.4Display x y data menu

georeferencing
6) Klik edit lalu pilih WGS 1984 dan pilih z field pada table x dan y

kordinat

Gambar 3.5 Export data excel

7) Titik Telah Muncul lalu klik kanan titik yang telah kita export

Gambar 3.6 ArcToolbox

8) Setelah muncul Kotak ArcToolbox pilih Data management Tools

Gambar 3.7 ArcToolbox


9) Setelah itu klik Projection and transformation > Project >

Kemudian input dataset or feature class

Gambar 3.8 Projection and transformation

10) Setelah itu pilih kembali arctoolbox>raster interpolation>natural

neighbor>z pada z value field.

Gambar 3.9 natural neighbor


11) Setelah itu pilih kembali arctoolbox>raster surface>hillshade>z

>natural utm>pilih 360 pada azimuth optional>setelah muncul

warna pada peta atur display 60% transparasi pada peta.

Gambar 3.10 Hillshade


12) Selanjutnya itu buat kontur dengan memilih pilih kembali

arctoolbox>raster surface>kontur> natural utm>interval

0.05>setelah muncul kontur pada peta atur kontur sesuai

standarisasi. Lakukan dua kali tetapi pada kedua pilih

interval 0.20.

Gambar 3.11 contour

13) Munculkan angka pada kontur indeks

dengan>properties>label>label field:kontur>arial 10>

placement properties>on the line

>symbol>edit>mask>halo.

Gambar 3.12 standarisasi contour

14) Setelah langkah diatas selesai kita menuju ke Layout peta

sesuai dengan standarisasi

Gambar 3.12 standarisasi contour


b) Layout Peta

Untuk melakukan layout peta maka harus berpindah ke mode layout.

Caranya sebagai berikut :

1) Untuk pengaturan kertas, dapat dilakukan di menu File>Page And

Print Setup

2) Lakukan Pengaturan skala dengan menggunakan tools zoom in dan

zoom out

3) Untuk menambahkan grid koordinat, klik kanan

Layers>Properties>Grids lalu pilih New Grid. Klik Next>lakukan

pengaturan interval>klik next terus hingga finish

4) Perbaiki layout dengan menambahkan arah utara, skala dan

legenda pada menu insert.

5) Tambahkan kop peta, Nama dan Tahun Pembuatan

6) Perhatikan tata letak layout peta, beberapa instansi mempunyai

aturan tersendiri dalam letak peta

7) Bila sudah selesai, peta siap diprint.

3.2 Langkah – Langkah Pembuatan Peta 3D

1) Buka Aplikasi ArcScene pada perangkat

2) Pilih “ Add Data ” untuk memilih peta yang dibuat dalam bentuk 3D. Pilih

data dalam bentuk “ TIN ”

Gambar 3.13 add data TIN pada arcscane


3) Klik kanan pada “ TIN “ di Table of Contents lalu “ Properties “ .

Gambar 3.14 add data TIN pada properties

4) Klik pada “ Base Heights “ lalu “ meters to feet “ lalu OK

Gambar 3.15 Base Heights

5) Pilih View > View Settings. Klik pada “ Directional Arrow “ lalu Cancel

Gambar 3.16 memunculkan arah pada peta


6) Tekan View lalu FullScreen. Cari “ angle view ” > Screenshots. Lalu Save

Gambar 3.14 cari perspektif terbaik untuk peta 3D

7) Peta 3D siap dimasukan pada layout peta.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dengan melakukan praktikum pemetaan ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dalam praktikum ini, peserta dapat menentukan koordinat tiap-tiap patok dan

titik pada lokasi praktikum menggunakan alat GPS Geodetik.

2. Dalam praktikum ini, peserta dapat membuat peta sesuai dengan prosedur

langkah yang ada dari pengambilan file, dan pembuatan shapefile.

3. Dalam praktikum ini, peserta bisa membuat peta 3D dengan software ArcScane

yang petanya merupakan hasil dari peta pada ArcMap yang telah dibuat

sebelumnya.

4.2 Saran

a) Saran untuk Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium pada praktikum ini adalah :

1) Menambah alat praktikum agar memudahkan dalam pengambilan data.

2) Memfasilitasi setidaknya 2-5 device / laptop agar membantu praktikan yang

terkendala dalam hal tersebut

3) Merawat dan menjaga alat-alat praktikum agar dapat digunakan dalam

jangka panjang.

b) Saran untuk Asisten

Adapun saran untuk asisten pada praktikum ini adalah:

1. Mempertahankan keramahannya kepada praktikan.


2. Selalu menginovasi & menginspirasi praktikan lewat tutur kata maupun

perbuatannya.

3. Tetap semangat dalam berbuat kebaikan.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H. Z.2007. Penentuan Posisi Dengan GPS Dan Aplikasinya. Jakarta :


Pradnya Paramita.

El-Rabbany, A., 2002, Introduction to GPS, The Global Positioning System, 2nd
Edition, Artech House, Boston.

Fitrianto, Akhsan. 2017. Pembuatan Panduan Pengukuran GPS Geodetik Dengan

Metode Real Time Kinematic (RTK) Pada Program Studi Pendidikan

Teknik Bangunan Universitas Negeri Semarang. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.

Maguire, D. J. (2015). Arcgis: general-purpose gis software. Encyclopedia of GIS,

pages 1–8.

Prahasta, Eddy. 2010. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep


Dasar. Informatika. Bandung.
Purwaamijaya. 2018. Pemetaan Topografi Penarikan Garis Kontur, Kartografi dan
Perhitungan Volume. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Satar, Musnanda. 2014. Manual ArcGIS Tingkat Dasar. Jakarta : Erlangga

Sabrina, Siregar. 2010. Pengenalan Sofware ArcGIS. Bandung : Jurusan TMIP

FTIP Unpad.

Tim Asisten Praktikum Pemetaan Topografi. 2021. Modul Praktikum Pemetaan


Topografi 2021. Gowa : Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin.

Wardhana. 2015. Pembaruan Peta dan SIG Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang. Semarang : UNNES.

Anda mungkin juga menyukai