Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 23

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KETUHANAN YANG MAHA


ESA DALAM ASPEK SPIRITUAL DAN SOSIAL (Kajian
Feminisme pada Wanita Buddhis Kabupaten Jepara)

Tri Yatno
triyatno920@yahoo.com

ABSTRAK

Wanita Buddhis Jepara berinteraksi dengan lingkungan berpedoman pada nilai-nilai


agama dan norma sosial. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mendiskripsikan bentuk
perilaku spiritual dan sosial wanita Buddhis Kabupaten Jepara, dan 2) Untuk
mendiskripsikan implementasi perilaku spiritual dan sosial wanita Buddhis Jepara dengan
nilai-nilai luhur Ketuhanan Yang Maha Esa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan trianggulasi. Hasil
penelitian adalah (1) Bentuk perilaku spiritual dan sosial diantaranya uppidana, pujabakti,
meditasi, retret, pabbaja anak-anak, attasila, dhammayatra, pattidana, pradaksina,
anjangsana, saling mendukung kegiatan keagamaan, dan saling menghormati hari raya. (2)
Implementasi perilaku spiritual wanita Buddhis Jepara telah membentuk pola perilaku dalam
bentuk saddha, yakni berlindung pada Buddha Dharma Sangha yang tercermin dalam
pikiran, sikap, dan perbuatan dengan memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk,
implementasi sosial membentuk pola perilaku saling hormat menghormati sesama pemeluk
agama tanpa didasari rasa permusuhan satu dengan lainnya, sehingga terbentuk kebahagiaan
hidup bertoleransi dan kedamaian di lingkungan wanita Buddhis tinggal.

Kata Kunci: Ketuhanan, spiritual, sosial

ABSTRACT

Buddhist women in Jepara interact with the environment based on religious values
and social norms. This research aims to: 1) To describe the forms of spiritual and social
behavior of Buddhist women in Jepara Regency, and 2) To describe the implementation of
spiritual and social behavior of Jepara Buddhist women with the noble values of Godhead.
The method used in this research is qualitative research with ethnographic approach, Data
collection techniques are observation, interviews, and documentation.The validity of the
data uses triangulation.The research results are: (1) Forms of spiritual and social behavior
include uppidana, pujabakti, meditation, retreats, pabbaja children, attasila, dhammayatra,
pattidana, pradaksina, anjangsana, mutual support for religious activities, and mutual
respect for holidays.(2) Implementation of Jepara Buddhist women’s spiritual behavior has
formed a pattern of behavior in the form of saddha, that is taking refuge in the Buddha
Dharma Sangha which is reflected in thoughts, attitudes, and actions by radiating love to all
beings, social implementation forms a pattern of mutual respect for fellow believers without
being based on enmity with one another, so that happiness in tolerance and peace in life is
formed Buddhist women’s neighborhood lives.

Keywords: Godhead, spiritual, social

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


24 Volume VI No. 1 September 2019

Pendahuluan maupun sosial keagamaan. Cerminan nilai


Kiprah wanita memiliki peran ganda luhur sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam sektor domestik dan publik menjadi tersebut antara lain sikap percaya dan takwa
salah satu fakta terjadinya persamaan hak kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
antara laki-laki dan wanita. Peran wanita di dengan agamanya, menghormati dan
area publik telah terbuka lebar bahwa bekerjasama antara pemeluk agama, saling
wanita dan laki-laki merupakan mitra sejajar menghormati kebebasan menjalankan
yang saling mengisi, menghargai, dan ibadah sesuai dengan agama, dan tidak
bekerjasama dalam menjalankan peran di memaksakan suatu agama dan kepercayaan
bidang pendidikan, keagamaan, sosial, kepada orang lain. Penerapan nilai-nilai
politik, ekonomi, dan teknologi. luhur tersebut menjadi tanggungjawab
Penyetaraan wanita dengan laki-laki masyarakat Indonesia dalam bersikap dan
merupakan perjuangan hak-hak wanita berperilaku di era globalisasi.
melalui emansipasi wanita. Emansipasi Di era globalisasi saat ini, peran aktif
merupakanlambangbagisetiapwanitauntuk emansipasi wanita sangat diperlukan dalam
terbebas dari ketertindasan, keterkurungan, membangun bangsa tanpa meninggalkan jati
keterbelakangan, dan ketiadaan harkat yang diri keindonesiaannya, termasuk wanita yang
menjadi belenggu kaum wanita seperti yang beragama Buddha. Salah satu daerah yang
tercantum pada visi Koalisi Perempuan memiliki potensi pengembangan sumber daya
Indonesia yakni terwujudnya kesetaraan dan manusia Buddhis adalah Kabupaten Jepara.
keadilan gender menuju masyarakat yang Jumlah umat Buddha di Kabupaten Jepara
demokratis, sejahtera dan beradab menurut BPS tahun 2018 mencapai 0,43 %.
(http://www.koalisiperempuan.or.id). Sedangkan data dari Kelompok Kerja
Kondisi wanita masa kini sangatlah Penyuluh Agama Buddha Kabupaten Jepara
jauh berbeda dengan kondisi wanita pada Tahun 2019 setidaknya terdapat enam
masa lalu, sekarang wanita telah merasakan kecamatan yang menjadi komunitas umat
kebebasan atas hak-hak yang diperjuangkan Buddha, yakni Kecamatan Donorojo, Keling,
pada masa lalu. Namun emansipasi wanita Kembang, Pakis Aji, Mlonggo, dan Jepara
dijadikan kedok kebebasan yang sebebas- Kota. Jumlah umat Buddha Kabupaten Jepara
bebasnya oleh kaum wanita pada era sekitar 11.500 jiwa dan memiliki 41vihara.
globalisasi, seperti kebebasannya untuk
memperdagangkan diri dan bisnis prostitusi. Berdasarkan data tersebut, kiprah
Kebebasan tersebut dapat menjadi alat wanita Buddhis Jepara menjadi salah satu
dalam menghancurkan derajat wanita dan aset dalam upaya pembangunan bangsa
menurunkan makna emansipasi. Kondisi yang memiliki kemampuan berkompetitif
saat ini, kebudayaan barat telah masuk dalam bidang sektor domestik dan sektor
dalam berbagai aspek kehidupan seperti publik. Kiprah wanita Buddhis Jepara
kaum wanita diarahkan dalam kehidupan dalam peran domestik diantaranya
mewah dan hedonis, dan sebagian besar berperan sebagai seorang ibu rumah,
masyarakat dimanjakan dengan kecanggihan sedangkan dalam sektor publik kiprah
alat-alat elektronik yang mampu merusak wanita Buddhis menjadi figur dalam
jati diri bangsa Indonesia, diantaranya masyarakat diantaranya dalam bidang
terjadi penyimpangan perilaku-perilaku pekerjaan dan berorganisasi. Organisasi
sosial yang bertentangan dengan nilai-nilai wanita agama Buddha yang berkembang
Pancasila, khususnya sila Ketuhanan yang di Kabupaten Jepara adalah Wanita
Maha Esa. Buddhis Indonesia (WBI) dan Wanita
Nilai-nilai luhur sila Ketuhanan Theravada Indonesia (Wandani).
Berdasarkan prasurvai yang
yang Maha Esa merupakan cermin
dilakukan peneliti pada tanggal 24
masyarakat Indonesia dalam berperilaku
Desember 2018 bahwa organisai wanita
dan bersikap, baik dalam aspek spiritual
Buddhis WBI dan Wandani Kabupaten

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 25

Jepara memiliki peran yang besar memberikan nasihat bahwa seorang wanita
meneguhkan identitas diri bangsa, baik dapat menjadi lebih baik dari pada seorang
dalam bidang spiritual dan sosial. Dengan pria dan mempunyai hak yang sama dalam
masuknya kaum wanita ke sektor publik, mencapai Nibbana.
berarti perannya tidak hanya sebagai Kondisi tersebut yang
seorang isteri dan ibu yang bertanggung melatarbelakangi penulis meneliti terkait
jawab dalam sosialisasi anak-anaknya implementasi nilai-nilai Ketuhanan Yang
melainkan sekaligus sebagai pekerja dan Maha Esa dalam aspek spiritual dan sosial
berorganisasi. Peran ganda tersebut pada wanita Buddhis Kabupaten Jepara.
menjadi salah satu upaya dalam Adapun yang menjadi rumusan dan tujuan
mengembangkan diri yang didasari oleh masalah sebagai berikut: Rumusan masalah:
nilai-nilai ajaran Buddha tanpa 1) Apa saja bentuk perilaku spiritual dan
meninggalkan identias jati diri bangsa sosial wanita Buddhis Kabupaten Jepara?,
yakni Ketuhanan yang Maha Esa. dan 2) Bagaimana keterkaitan perilaku
Eksistensi lembaga sosial wanita spiritual dan sosial wanita Buddhis Jepara
Buddhis Kabupaten Jepara menjadi pilar dengan nilai-nilai luhur Ketuhanan Yang
keberdayaan wanita dalam proses Maha Esa?. Tujuan penelitian: 1) Untuk
pembangunan,termasuk di dalamnya adalah mendiskripsikan bentuk perilaku spiritual
bidang spiritual dan sosial. Gerakan wanita dan sosial wanita Buddhis Kabupaten
yang mengusung wacana pemberdayaan Jepara?, dan 2) Untuk mendiskripsikan
berjalan perlahan tapi pasti telah relatif implementasi perilaku spiritual dan sosial
mampu mendesakkan berlangsungnya wanita Buddhis Jepara dengan nilai-nilai
emansipasi wanita di Kabupaten Jepara, luhur Ketuhanan Yang Maha Esa?
mulai dari tokoh nasional emasipasi wanita
R.A Kartini sampai saat ini wanita banyak Nilai
mengambil peran strategis pengembangan
Nilai dalam bahasa Inggris disebut
spiritual dan sosial masyarakat, termasuk
juga value yang berasal dari bahasa latin
wanita Buddhis Kabupaten Jepara.
yatu valere yang berarti berguna, mampu,
Emansipasi wanita telah terdapat
berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah
sejak zaman Buddha Gotama. Buddha
sifat-sifat atau (hal-hal) yang penting atau
Gotama merupakan salah satu pemimpin
berguna bagi kemanusiaan. Nilai merupakan
keagamaan yang memperjuangkan
sesuatu yang dihargai, selalu dijunjung
kesetaraan gender, dimana waktu itu
tinggi, serta dikejar oleh manusia untuk
terdapat sistem kasta yang menyebabkan
memperoleh kebahagiaan hidup. Manusia
adanya stratifikasi sosial yang terbagi
dapat merasakan kepuasan dengan nilai.
menjadi empat kasta yakni kasta brahmana,
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak tetapi
khattiya, vessa, sudra. Brahmana adalah
secara fungsional mempunyai ciri yang
kasta yang paling tinggi sedangkan sudra
dapat membedakan satu dengan yang
adalah kasta terendah. Posisi wanita sama lainnya. Dalam pengertian abstrak, bahwa
dengan sudra yang secara hirarki merupakan
nilai itu tidak dapat ditangkap oleh panca
kelas yang paling rendah dan mendapat
indra, yang dapat dilihat adalah objek yang
penindasan dan ketidakadilan. Buddha
mempunyai nilai atau tingkah laku yang
menjunjung kesetaraan gender dengan
mengandung nilai. Max Scheler menyatakan
mengangkat wanita sebagai posisi yang
bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak
setara dengan pria. Mallikā Sutta dari
bergantung dan tidak berubah seiring
Saṁyutta Nikāya mencatat sebuah cerita di
perubahan barang, sedangkan Immanuel
mana istrinya Raja Kosala melahirkan anak
Kant mengatakan bahwa nilai tidak
perempuan. Raja Kosala terlihat sedih
tergantung pada materi, murni sebagai nilai
karena pada waktu itu masih banyak
tanpa tergantung pada pengalama (Najib,
anggapan bahwa posisi wanita adalah
2014: 14)
rendah. Melihat ini kemudian Buddha

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


26 Volume VI No. 1 September 2019

Menurut Paul Edwards dalam buku analog hubungan secara interpersonal dan
“The Encycklopedia of phylosophy” transcendental), etik, dan sinoptik
menyebutkan bahwa “Nilai-nilai berarti (Mulyana, 2004: 26-38).
memberi taksiran atas sesuatu kebajikan.” Nilai jika dihubungkan dengan
Dagobert D. Runes dalam “dictionary of moral menurut Linda dan R. Eyre bahwa
Philosophy” menyebutkan bahwa: (a) nilai nilai moral merupakan perilaku yang diakui
adalah sesuatu yang dihadapkan dengan banyak orang sebagai kebenaran daan sudah
kejadian yang nyata atau kehidupan nyata. terbukti tidak menyulitkan orang lain,
Di sini sesuatu yang dihadapkan namun memudahkan untuk berinteraksi
maksudnya ialah antara yang seharusnya dengan orang lain. Merujuk sistem moral
dengan yang terjadi/terlaksana/berlaku, Spranger nilai moral diupayakan bagi
dan ukuran nilai tidak hanya digunakan perkembangan dasar disiplin yang
untuk mengenai hal-hal dari bermacam- mencakup nilai ekonomis, sosial politis,
macam kebaikan, tetapi juga meliputi ilmiah, estetis, dan agama (Subur, 2015: 57).
keindahan dan kebenaran. Dan masalah Dalam penelitian ini nilai sebagai sistem
yang utama adalah hubungan antara nilai moral yang diimplikasikan dalam aspek
dan kehidupan. (b) nilai juga digunakan spirital dan sosial sesuai dengan sila pertama
untuk hal-hal yang lebih sederhana, Pancasila sebagai dasar negara
manusia dihadapkan dengan kebenaran.
Dalam hal ini martabat yang dimaksudkan Sila Ketuhan yang Maha Esa
adalah suatu keharusan yang harus dijaga, Pancasila dipilih sebagai ideologi
dengan nilai yang diambil seharga dengan bangsa Indonesia karena nilai-nilainya berasal
“kebaikan” (Gusal, 2015, 3-4) dari kepribadian asli bangsa Indonesia sendiri.
Nilai menurut Quyen dan Zaharin Pancasila memiliki fungsi dan kedudukan
mempunyai enam karakteristik, yaitu relatif
yang penting dalam negara Indonesia yaitu
langgeng, keyakinan, opsional, tujuannya
sebagai jati diri bangsa Indonesia, sebagai
abstrak, menjadi standar atau kriteria, dan
ideologi bangsa dan negara Indonesia, sebagai
bersifat hierarkis, sedangkan Scwart
dasar filsafat negara, serta sebagai asas
merumuskan konsep-konsep nilai memiliki
persatuan bangsa Indonesia (Kristiono, 2017:
lima sifat dasar, yaitu nilai merupakan
194). Pancasila sebagai dasar falsafah
keyakinan, nilai merupakan konstruk
merupakan moral bangsa yang telah mengikat
motivasional, nilai mengatasi tindakan dan
negara sekaligus mengandung arti telah
situasi tertentu, milai menjadi pedoman
menjadi sumber tertib negara dan menjadi
dalam memilih atau mengevaluasi tindakan,
sumber tertib hukum serta jiwa seluruh
kebijakan, manusia, dan peristiwa, serta
kegiatan dalam segala aspek kehidupan negara
nilai tersusun berdasarkanarti penting
maupun masyarakat. Pancasila merupakan
relatifnya (Sanusi, 2015: 17)
nilai moral, sekaligus mengandung arti
Sistem nilai merupakan sekelompok
sebagai norma. Pancasila sebagai norma
nilai yang saling berkaitan, saling
terdiri dari lima norma, sebagai mana
menguatkan dan tidak terpisahkan, seperti
tercantum dalam lima sila pancasila yang
nilai-nilai yang bersumber dari agama atau
memiliki unsur bersama, sehingga dapat
tradisi humanistik. Ruang lingkup
diterima oleh seluruh rakyat Indonesia.
klasifikasi nilai mencakup nilai (a) terminal
Pancasila sebagai moral mengikat seluruh
dan instrumental, (b) instrinsik dan
bangsa Indonesia karena nilai-nilai moral yang
ekstrinsik, (c) personal dan sosial, (d)
terkandung dalam Pancasila yang bersifat
subjektif dan objektif. Kategorisasi nilai universal. Pancasila yang merupakan moral
meliputi enam klasifikasi nilai dan enam negara sekaligus menjadi moral individu,
dunia makna. Klasifikasi nilai mencakup sebagai moral individu mengatur sikap dan
nilai teoretik, ekonomis, estetik, sosial, tingkah laku manusia (Ardhi, 2014: 1). Sila
politik, dan agama. Dunia nilai mencakup pertama
simbolik, empirik, estetik, sinoetik(suatu

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 27

dari Pancasila yakni Ketuhanan yang dengan baik (Awaluddin, 2018 :56).
Maha Esa Organisai wanita Buddhis diantaranya
Sejarah lahirnya sila Ketuhanan adalah organisasi WBI dan Wandani
Yang Maha Esa berawal dari ketika
Indonesia menyatakan kemerdekaannya, 1. WBI
dalam sidang BPUPKI yang dilanjutkan Awal perkembangan organisasi
dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan wanita Buddhis dimulai sejak
Indonesia (PPKI), kemudian lebih bangkitnya kembali agama Buddha di
mengerucut menjadi Panitia Sembilan Indonesia sekitar tahun 1950-an, dimana
membahas dasar negara, kelompok Islamis telah terdapat seksi-seksi wanita dari
menginginkan agar negara Indonesia berbagai vihara yang kemudian pada
berdasar atas “Ketuhanan dengan kewajiban tahun 1970-an terbentuk organisasi dan
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- koordinator berbagai cabang dari seksi
pemeluknya”. Namun kelompok nasional wanita Buddhis. Saat itu tidak ada sekte
sekuler menolak keinginan tersebut dengan atau majelis agama, semuanya masih
alasan adanya keberatan dari wakil-wakil merupakan kesatuan dari perjuangan
Indonesia bagian timur atas rumusan umat Buddha di bawah Panji
“dengan kewajiban menjalankan syariat Persaudaraan Upasaka Upasika
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” untuk ikut Indonesia (PUUI). Pada tanggal 14 Juli
disahkan menjadi bagian dasar negara. 1973 terbentuk wanita Buddhis
Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru Indonesia . Pada tahun 1976 diadakan
diproklamasikan, Soekarno-Hatta menemui reorganisasi di Bandung. Hasil
wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil reorganisasi diantaranya terbentuk
golongan Islam, keberatan dengan usul organisasi wanita Buddhis dengan
penghapusan itu. Namun setelah diadakan bantuan Sangha Agung Indonesia dapat
konsultasi mendalam akhirnya mereka dibentuk/dikoordir wanita-wanita yang
menyetujui rumusan tujuh kata yang dikenal mewakili vihara-vihara dari 18 provinsi.
dengan Piagam Jakarta tersebut diganti Wadah organisasi wanita adalah Wanita
dengan kata “Ketuhanan Yang Maha Esa” Buddhis Indonesia dengan ketua umum
sebagaimana termaktub dalam Undang- Dr. Parwati Soepangat, M.A. Pada tahun
Undang Dasar Republik Indonesia 1945 1986 dimulailah usaha-usaha pendekatan
(Kamaruddin, 2013: 167-168) untuk melaksanakan konggres pertama.
Pada tanggal 7 Januari 1987 pengurus
Wanita Buddhis pusat WBI diterima oleh Direktur
Urusan Agama Buddha dan mengadakan
Organisasi merupakan wadah
rapat bersama dengan pengurus Walubi
sekumpulan manusia yang mampunyai
dan Majelis-Majelis agama Buddha
budaya hasil kesepakatan bersama dalam
untuk rancangan konggres pertama. Pada
mencapai tujuan. Menurut Jones budaya
tanggal 17 Februari 1987 di gedung
organisasi diartikan sebagai sekumpulan
wanita Nyi Ageng Serang, Jakarta
nilai dan norma hasil berbagai yang konggres wanita Buddhis Indonesia
mengendalikan interaksi anggota dihadiri lebih dari 1000 orang
organisasi satu sama lain dan dengan (https://kowani.or.id)
orang di luar organisasi (Ernawati, 2018:
WBI dalam mencapai tujuan
344), sedangkan menurut Makmuri budaya
organisasi bertumpu pada visi dan
organisasi sebagai sebuah corak dari
misi. Visi WBI adalah menjadi
asumsi-asumsi dasar yang ditemukan atau
organisasi wanita Buddhis yang besar
dikembangkan oleh sebuah kelompok
dan aktif dalam hal sistem manajemen,
tertentu untuk belajar mengatasi problem-
cakupan wilayah, jumlah anggota dan
problem kelompok dari Adaptasi eksternal
dan integrasi internal yang telah bekerja cakupan aktivitasmelalui aktivis yang
berdedikasi dan tulus serta menjaga

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


28 Volume VI No. 1 September 2019

harkat dan martabat wanita. Sedangkan perempuan. Teori feminisme memiliki


misi WBI antara lain: menghimpun sejumlah varianyang memiliki perbedaan
dan membina potensi wanita Buddhis pandangan, khususnya dalam melihat asal
yang berwawasan dan bertindak sesuai usul dan faktor penyebab subordinasi
Buddha Dharma melalui tranformasi perempuan. Menurut Chafetz teori
diri dan tranformasi sosial dengan feminisme dibedakan menjadi empat varian
berpegang teguh pada nilai-nilai yakni teori standpoint, hierarki gender, ras,
inklusivisme, pluralisme, dan kelas, perbedaan gender tingkat mikro,
universalisme, dan non sekterian serta dan perbedaan gender tingkat makro dan
berkeyakinan kepada Dharmakaya meso (Haryanto, 2012: 111)
(Sanghyang Adi Buddha/Tuhan yang Wanita menurut Nur Syam terbagi
Maha Esa) (https://kowani.or.id) menjadi beberapa pandangan, diantaranya
pandangan teologis dan sosiologis.
2. Wandani Pandangan teologis menyatakan bahwa
Organisasi wanita Buddhis perempuan adalah bagian dari laki-laki.
Wandani berdiri pada tanggal 19 Perempuan adalah tulang rusuk lelaki,
Desember di Vihara Mendut Magelang sehingga posisinya dalam relasi antara lelaki
Jawa Tengah. Wandani merupakan dan perempuan adalah relasi yang tidak
organisasi wanita Theravada Indonesia seimbang. Laki-laki lebih superior
yang didirikan untuk menampung sementara perempuan lebih inferior.
aspirasi seluruh wanita Buddhis Pandangan ini ada yang diangkat dari teks
Theravada di Indonesia yang mewakili ajaran agama bahwa yang bisa menjadi
perempuan Buddhis dalam forum pemimpin adalah hanya laki-laki, sementara
nasional maupun internasional, perempuan tidak bisa menjadi pemimpin.
memperjuangkan hak-hak poerempuan Sedangkan pandangan sosiologis bahwa
demi terhapusnya kekerasan terhadap dalam banyak hal, perempuan lebih banyak
perempuan dan tercapainya kemitraan diposisikan dalam ranah domestik
pria dan wanita, serta meningkatkan ketimbang ranah publik. Dalam perspektif
kebahagiaan lahir batin perempuan sosiologis dinyatakan bahwa perempuan
Buddhis Indonesia.Wandani mengajak tidak perlu berpendidikan tinggi. Relasi
seluruh wanita Buddhis di Indonesia antara laki-laki dan perempuan berada di
untuk bergabung menambah kebajikan ruang rumah tangga, sehingga perempuan
bersama, agar segera terbebas dari senua lebih banyak berada di ruang domestik
dukha dan mencapai kebahagiaan sejati. tersebut (Zuhriyah, 2018: 251)
Wandani mempunyai slogan “ Terus Ben Agger menyatakan bahwa
berjuang demi kebaikan”. Saat ini, prestasi besar dari teori feminis adalah
Wandani telah memiliki 20 pengurus bahwa bukan hanya tentang pemahaman,
daerah, 101 pengurus cabang, dan 48 namun juga tentang tindakan. Feminis
pengurus anak cabang yang tersebar di membentuk kesadaran yang dibangun oleh
seluruh wilayah Indonesia. (http:// pengalaman perempuan yang khas tentang
sanghatheravadaindonesia.or.id). kebenaran, pengetahuan dan kekuasaan.
Feminisme tidak lebih hanya diterima
sebagai entitas yang secara substansial
Teori Feminisme tercela dan tidak perlu diberi ruang
Teori sosiologis feminis mencoba (Dzuhayatin, 2000: 235).
Perjuangan perempuan Indonesia
menyediakan sistem gagasan mengenai
diranah publik, tidak terlepas dari peran
kehidupan manusia yang melukiskan
berbagai tulisan di dunia sastra. Dimasa
wanita sebagai objek dan subjek. Teori
lalu, isu-isu feminisme digambarkan
feminisme berkembang berdasarkan
dalam beberapa novel Indonesia masa
esensial mengenai makna kategori
lampau seperti Azab dan Sengsara

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 29

(Merari Siregar, 1920), Sitti Nurbaya memfokuskan pada cara-cara pemecahan


(Marah Rusli, 1922), Kehilangan Mestika masalah secara individual, seperti
(Hamidah, 1935), Layar Terkembang diskriminasi ekonomi (Umar. 2005: 207)
(Sutan Takdir Alisyahbana, 1936),
Manusia Bebas (Soewarsih Djojo Puspito,
1944), Widyawati (Arti Purbani, 1948) Metode Penelitian
merupakan karya sastra yang indah yang Penelitian ini menggunakan
menyuguhkan cerita mengenai perempuan penelitian kualitatif dengan pendekatan
yang terdidik (Wiyatmi, 2002:7). Novel- etnografi. Pendekatan ini bertujuan untuk
novel ini mengangkat isu-isu kesetaraan memperoleh gambaran dan pemahaman
perempuan dalam masyarakatnya yang yang komprehensif mengenai implementasi
kental dengan suasana patriarkhi. Setting nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
cerita dan berontak Sitti Nurbaya dalam aspek spiritual dan sosial pada Wanita
novel memberi gambaran yang jelas Buddhis Kabupaten Jepara. Melalui
tentang kesenjangan dan pembaca diajak pendekatan etnografi peneliti ingin
untuk membentuk opini, pengetahuan dan memahami lebih mendalam mengenai
pemahaman tentang keadilan. Seperti yang perilaku-perilaku wanita Buddhis dalam
telah diuraikan di atas, tahun 1960 an, bidang spirituaal dan sosial. Alasan
tujuan-tujuan politik feminis terfokus pada menggunakan pendekatan etnografi
penentuan perempuan agar sederajad karena melalui pendekatan ini dianggap
dengan laki-laki (Ollenburger, 2002:20). lebih mampu menggali informasi secara
Teori feminisme terbagi menjadi mendalam dengan sumber-sumber yang luas
menjadi feminisme radikal, feminisme mengenai feminisme wanita Buddhis di
sosialis, feminisme kultural, dan Kabupaten Jepara. Menurut Creswell,
feminisme pascastrukturalis. Unsur pokok peneltian etnografi dapat dilakukan untuk
patriakis feminisme radikal adalah adanya memeroleh pemahaman yang lebih
kontrol terhadap wanita melalui kekerasan, mendalam tentang atau pola „kaidah-kaidah‟
feminismesosialismenitikberatkanpatriakis (rules) yang merdasari sesuatu yang
dan kelas sebagai sumber penindasan, „dialami‟ atau „dimiliki‟ (shared) oleh
feminisme sosialis mempunyai tujuan sekelompok orang secara bersama, seperti
menghilangkan institusi keluargasehingga tingkah laku, bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat
masyarakat egaliter dapat tercipta, dan keyakinan (Hanifah, 2010: 4).
mengubah sistem nilaidan agama yang Teknik pengumpulan data yang
menurut paradigmasosial konflik adalah dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebuah superstruktural yang dapat diubah. menggunakan observasi, wawancara dan
Feminisme kultural menitikberatkan pada dokumentasi terkait kegiatan wanita
bentuk perilaku manusia yang paling Buddhis Jepara dalam melakukan kegiatan
diberikan. Untuk melihat pandangan ideal spiritual dan sosial sebagai bentuk
melalui maskulinitas, dan cap-cap yang
implementasi nilai-nilai Ketuhanan Yang
diberikan kepada feminisme kultural
Maha Esa. Keabsahan data menggunakan
mendifisikan kembali feminis dalam suatu
triangulasi sumber.
kerangka positif. Jessic Bernard dalam
Ollenburger mendifinisikan eksistensi
wanita sebagaisuatu realitas unik yang Pembahasan
memberikan (1) suatu sistem terintegrasi
yang sangat penting bagi pertahanan Kabupaten Jepara berdasarkan data
keluarga, (2) cinta atau etos tugas, dan (3) dari BPS tahun 2016 jumlah penduduk
suatu loncatan budaya melalui kesadaran Kabupaten Japara jika dilihat dari jenis
yang nyata melalui perilaku verbal/non agama yang berkembang, yakni agama
verbal atau melalui teknologi-teknologi Islam sebanyak 1.114.476 jiwa, Kristen
sendiri. Feminisme pascastrukturalis sebanyak 22.409 jiwa, Katolik sebanyak

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


30 Volume VI No. 1 September 2019

1.107 jiwa , Hindu sebanyak 857, dan mendukung kegiatan keagamaan, dan
Buddha sebanyak 11.500 jiwa. Agama saling menghormati hari raya. Uppidana
Buddha yang berkembang di Kabupaten merupakan kegiatan pertemuan setiap satu
Jepara terdiri dari sekte Theravada, bulan sekali dengan melakukan pujabakti
Majelis Buddhayana, dan Tri Dharma. meditasi, dan sering Dharma. Uppidana
Tempat ibadah agama Buddha di Jepara WBI dan Uppidana Wandani merupakan
sebanyak 39 Vihara dan 2 TITD (Tempat kegiatan terpisah yang waktu dan jenis
Ibadah Tri Dharma). kegiatannya menyesuaikan kesepakan
Wanita Buddhis di Kabupaten masing-masing. Pujabakti merupakan
Jepara pada dasarnya mempunyai peran kegiatan rutin (Sembahyang) yang waktu
ganda dalam kehidupan sosial keagamaan, pelaksanaannya disesuaikan dengan
yakni berperan dalam kehidupan sebagai jadwal masing-masing vihara. Meditasi
ibu rumah tangga, pekerja, dan pengurus merupakan Pemusatan pikiran ke salah
organisasi vihara. Peran ganda yang satu objek. Selain melakukan meditasi
dilakukan oleh para wanita Buddhis wanita Buddhis Jepara juga berpartisipasi
Jepara tersebut merupakan kewajiban dalam mengikuti retret yang diselenggaran
yang harus dijalani dengan berbagai oleh WBI Pusat di Cipanas yakni latihan
resiko. Peran domestik yang dilakukan meditasi Vipassana Bhavana.
oleh wanita Buddhis Jepara yakni Kegiatan lain yang dilakukan wanita
mengurus rumah tangga seperti kewajiban Buddhis Jepara, khususnya WBI yakni
mengurus orangtua, suami dan anak. membantu penyelenggaraan kegiatan
Sedangkan dalam sektor publik wanita Pabbaja anak-anak yang berpusat di Vihara
Buddhis terbagi dalam pekerjaan dan Bodhi Kalingga Senggrong.
berorganisasi. Bekerja dilakukan didasari Penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan
untuk menambah penghasilan dan mencari pada saat liburan sekolah, dengan tujuan
kesibukan, sedangkan berorganisasi pada mendidik anak-anak dalam peningkatan
kegiatan keagamaan didasari dengan spiritual, mulai kelas 4 SD sampai anak
panggilan hati nurani dan loyalitas pada SMA. Dhammayatra yakni kegiatan
agama. Perilaku wanita Buddhis Jepara mengunjungi tempat-tempat suci Agama
dalam upaya mengimplementasikan nilai- Buddha seperti candi Borobudur, candi
nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Sewu, Candi Plaosan dan lainnya sampai
bidang spiritual dan sosial dilakukan dengan berkunjung ke India seperti Taman
sebagai rutinitas berdasarkan kebutuhan Lumbini, Buddha Gaya, Taman Rusa
dan kewajiban. Isipatana, dan Kusinara. Strategi
pelaksanaan Dhammayatra yakni dengan
cara menabung sampai dengan dapat
Kegiatan Spiritual terkumpul dana untuk transportasi dan
Perilaku spiritual dan sosial pada akomodasi selama satu bulan di India.
wanita Buddhis Jepara tercermin dalam Pattidana yakni kegiatan pelimpahan jasa
kehidupan sehari-hari. Perilaku spiritual kepada leluhur, seperti peringatan kematian
terlihat dari kegiatan-kegiatan keagamaan selama 7 hari, 49 hari, 100 hari, 1 tahun, 2
yang dilakukan di vihara maupun di luar tahun, dan 1000 hari ataupun waktu-waktu
lainnya juga bisa digunakan untuk upacara
vihara. Perilaku spiritual yang dilakukan
pattidana, baik secara kolektif maupun
oleh wanita Buddhis Jepara diantaranya
individu. Pradaksina merupakan kegiatan
uppidana, pujabakti, meditasi, retret,
penghormatan pada tempat suci seperti
pabbaja anak-anak, attasila, dhammayatra,
vihara dengan cara berjalan memutar searah
pattidana, pradaksina, kegiatan Minggu Pon,
jarum jam sebanyak tiga kali mengelilingi
kegiatan Minggu Kliwon, dan kegiatan
vihara. Kegiatan Minggu Kliwon merupakan
Minggu Legi. Sedangkan kegiatan sosial
pertemuan rutin ibu-ibu Wandani, Kegiatan
tercermin pada kegiatan anjangsana, saling
Minggu Pon merupakan

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 31

pertemuan rutin, dan Kegiatan Minggu diundang pada kegiatan agama lain. Selain
Legi merupakan pertemuan rutin Bapak- itu juga saling mengucapkan selamat hari
Bapak dan Ibu-Ibu WBI dan Wandani raya seperti di Desa Simo dan Senggrong
telah menjadi budaya, begitu juga di
daerah lainnya.
Kegiatan Sosial
Perilaku sosial wanita Buddhis Implementasi Nilai Ketuhanan Yang
Jepara diantaranya melaksanakan Maha Esa dalam Aspek Spiritual dan
anjangsana, saling mendukung kegiatan Sosial
keagamaan, dan saling mengucapkan Implementasi nilai Ketuhanan Yang
selamat hari raya. Kegiatan anjangsana Maha Esa dari sila Pancasila sebagai
adalah kegiatan melakukan kunjungan ke idiologi bangsa tercermin dalam perilaku
rumah-rumah umat, dalam rangka kegiatan spiritual dan sosial wanita Buddhis Jepara.
pujabakti, mengucapkan hari raya atau Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
kegiatan lainnya. Saling mendukung diantaranya adalah percaya dan takwa
kegiatan keagamaan terlihat pada kegiatan- kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
kegiatan keagamaan yakni saling dengan agamanya, Menghormati dan
menghormati, seperti saling mengundang bekerjasama antara pemeluk agama
agama lain dalsam kegiatan keagamaan, (kerukunan hidup), saling menghormati
contoh ketika Dhammasanti waisak atau kebebasan menjalankan ibadah sesuai
ulang tahun vihara mengundang agama lain dengan agama, dan tidak memaksakan suatu
demikian juga sebaliknya umat Buddha juga agama dan kepercayaan kepada orang lain

Aspek Spiritual

Tabel 1
Implikasi Aspek Spiritual
Nilai Sila Pertama Pancasila Implementasi Nilai-Nilai Buddhis Pola Perilaku Wanita Buddhis
Kegiatan
Percaya dan takwa kepada Pujabhakti Saddha (keyakinan) kepada Dalam melaksanakan pujabakti
Tuhan Yang Maha Esa sesuai Tiratana bertambah telah menjadi rutinitas dengan
dengan agamanya Adithana (tekad) berperilaku jadwal kesepakatan masing-masing
sesuai Dhamma lebih kuat vihara, dalam kegiatan Pujabakti
umat tidak tergantung pada satu
Indra (samvara) akan terkendali orang pemimpin, artinya semua
karena pikiran diarahkan untuk umat dapat memimpin pujabakti,
pujabakti terkecuali pada hari raya yang
Menimbulkan perasaan puas memimpin pujabakti seorang
(Santutthi) karena telah berbuat Pandita Buddha
baik
Meditasi Metta (cinta kasih ke semua Meditasi dilaksanakan secara rutin
mahkluk) setelah pujabakti, pelaksanaan
Upekha (batin seimbang) meditasi dipimpin oleh pemimpin
pujabakti, dengan obyek meditasi
Menimbulkan kebahagiaan
diserahkan pada masing-masing
(Sukha) dan ketenangan batin
umat
Amisa Puja Sakkara: memberikan Pelaksanaan persembahan amisa
persembahan materi puja yang dilakukan oleh umat,
Garukara: menaruh kasih serta dapat dilakukan secara mandiri
bakti terhadap nilai-nilai luhur maupun terorganisasi dalam
Manana: memperlihatkan rasa kegiatan keagamaan vihara
percaya/yakin Umat melakukan Dhammayatra
Vandana: menguncarkan telah direncanakan sebelumnya
ungkapan atau kata
persanjungan

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


32 Volume VI No. 1 September 2019

Saddha (keyakinan) kepada (baik jangka pendek, menengah


Tiratana bertambah maupun panjang) dengan cara
Meneladani nilai-nilai luhur menabung, baik secara mandiri
Buddha Dhamma dan Sangha maupun di koperasi
Dhammayatra
(Indonesia dan
India)
Athasila Saddha (keyakinan) kepada Umat melaksanakan athasila telah
(Latihan delapan Tiratana bertambah menjadi rutinitas pada saat hari
sila/moralitas) uposatha tiap bulannya, selain itu
Indra (samvara) akan terkendali juga dilaksanakan sebulan penuh
karena pikiran diarahkan pada sebelum hari Waisak
latihan delapan moralitas

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa Indra ( samvara) akan terkendali karena


sila pertama Pancasila mempunyai nilai- pikiran diarahkan untuk pujabakti, dan
nilai percaya dan takwa kepada Tuhan dapat menimbulkan perasaan puas
Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan (Santutthi) karena telah berbuat baik.
kepercayaan masing-masing menurut Meditasi merupakan kegiatan
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, pemusatan pikiran ke salah satu objek,
hormat menghormati dan bekerjasama dimana terdapat empat puluh objek yang
antara pemeluk agama dan penganut- disarankan oleh Buddha dalam pelatihan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda, meditasi samatha bhavana, sedangkan
sehingga terbina kerukunan hidup, saling daalam meditasi vipassana bhavana
menghormati kebebasan menjalankan melakukan perenungan terhadap
menjalankan ibadah sesuai dengan agama ketidakkekalan (anicca) dengan tujuan
dan kepercayaanyan, dan tidak untuk melenyapkan kekotoran batin untuk
memaksakan suatu agama dan memperoleh pandangan terang. Umat
kepercayaan kepada orang lain. Buddha yang melaksanakan pujabakti
Keempat nilai tersebut akan menimbulkan kebahagiaan (Sukha)
diaplikasikan oleh wanita Buddhis Jepara dan ketenangan batin, juga ketika objek
melalui kegiatan-kegiatan spiritual seperti meditasi menggunakan mettabhavana
pujabakti, meditasi, amisa puja, maka umat Buddha ikut anumodana
Dhammayatra dan athasila. Pujabakti (membagi kebahagiaan/memancarkan
merupakan kegiatan rutin (Sembahyang) metta (cinta kasih ke semua mahkluk).
yang waktu pelaksanaannya disesuaikan Amisa puja merupakan bentuk
dengan jadwal masing-masing vihara, penghormatan dengan materi atau benda,
dalam pelaksanaannya umat Buddha misalnya mempersembahkan bunga, lillin,
membaca paritta, sutra, atau mantra. air, dupa di altar Buddha. Melalui kegiatan
Umat Buddha yang melaksanakan amisa puja ini wanita Buddhis Jepara
pujabakti merupakan pengamalan nilai sila mampu meningkatkan saddha kepada
pertama Pancasila yakni percaya dan takwa Tiratana melalui persembahan materi
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai (sakkara) sebagai bentuk penghormatan
dengan agama dan kepercayaan masing- pada Buddha Dhamma dan Sangha.
masing menurut dasar kemanusiaan yang Dhammayatra merupakan kegiatan
adil dan beradab. Dampak pengamalan sila mengunjungi tempat-tempat suci yang
pertama Pancasila yakni Saddha berhubungan dengan Dhamma. Wanita
(keyakinan) kepada Tiratana bertambah, Buddhis Jepara sangat antusias untuk
Adithana (tekad) terhadap pengembangan melaksanakan Dhammayatra, baik yang di
sifat-sifat luhur brahma vihara meningkat, India maupun di Indonesia. Tempat

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 33

yang dikunjungi di India antara lain Taman Dhamma dan Sangha.


Lumbini, Buddha Gaya, Taman Rusa Perilaku wanita Buddhis lainnya
Isipatana, dan Kusinara, sedangkan tempat dalam pengamalan sila pertama Pancasila
yang di kunjungi di Indonesia seperti Candi dasar negara yakni melaksanakan athasila.
Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, Athasila merupakan latihan kedisiplinan
Candi Plaosan dan lainnya. Pola yang moral dengan melaksanakan delapan sila
dilakukan oleh wanita Buddhis untuk bagi umat awam. Delapan sila tersebut
berdamayatra yakni menabung di organisasi meliputi bertekad melatih diri untuk
Buddhis atau di koperasi dalam kurun waktu menghindari menyakiti dan membunuh
yang lama, dimana untuk pergi ke India mahluk hidup, bertekad melatih diri untuk
menabung lebih dari 20 tahun untuk menghindari mengambil barang yg tidak
mendapatkan uang sekitar 100 juta rupiah, diberikan / diijinkan (mencuri), bertekad
Uang tersebut digunakan untuk transportasi, melatih diri untuk menghindari hubungan
akomodasi, dan konsumsi selama satu bulan seksual, bertekad melatih diri untuk
di India, jika ada sisa dana dikembalikan menghindari ucapan / kata-kata tidak
pada umat Buddha. Sedangkan untuk benar, yg kasar, memfitnah dan menyakiti
dhammayatra di Indonesia biasanya mahluk lain (berbohong), bertekad melatih
menggunakan dana kas vihara atau kas diri untuk menghindari segala minuman
organisasi wanita Buddhis. keras (serta bahan-bahan lainnya) yg dapat
Umat Buddha yang melaksanakan menyebabkanlemahnyakesadaran,bertekad
dhammayatra merupakan salah satu wujud melatih diri untuk menghindari makan
yang dilaksanakan oleh umat Buddha dalam makanan lewat tengah hari, bertekad
rangka memperlihatkan rasa percaya/yakin melatih diri untuk menghindari menari,
(Manana), serta wujud kasih pada nilai-nilai menyanyi, bermain musik, melihat
luhur Buddha (Garukara), Melalui permainan / pertunjukan, tidak memakai
Dhammayatra umat Buddha menambah bunga-bungaan, wangi-wangian dan alat
keyakinan pada Buddha (saddha) dengan kosmetik yang lain untuk tujuan menghias
mengucap vandana berlindung pada Buddha / mempercantik diri, dan bertekad melatih
Dhamma dan Sangha. Intis dari diri untuk menghindari penggunaan
melaksanakan dhammayatra yang dilakukan tempat tidur dan tempat duduk yg tinggi,
oleh wanita Buddhis Jepara yakni besar dan mewah. Melalui pelaksanaan
meneladani nilai-nilai luhur Buddha athasila keyakinan (saddha) kepada
Tiratana bertambah, selain itu indra
(samvara) akan terkendali karena pikiran
diarahkan pada latihan delapan moralitas

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


34 Volume VI No. 1 September 2019

Aspek Sosial
Tabel 2
Implikasi Aspek Sosial

Nilai Sila Pertama Implementasi Nilai-Nilai Buddhis Pola Perilaku Wanita Buddhis
Pancasila Kegiatan
Percaya dan takwa Uppidana Sukha Perempuan melaksanakan Uppidana
kepada Tuhan Yang sebagai wujud membangun persatuan
Maha Esa sesuai dengan Pertemuan Minggu Pon Chanda: kepuasan antar perempuan Buddhis
agamanya dan kegembiraan di
Pertemuan Minggu Legi dalam mengerjakan
Menghormati dan hal-hal yang sedang
bekerjasama antara Pertemuan Minggu Kliwon dikerjakan.
pemeluk agama
(kerukunan hidup) Menyanyikan mars Jepara Avirodhana (tanpa
Umat melaksanakan pertemuan
permusuhan) Minggu Pon, Minggu Legi dan
Saling menghormati Menggunakan batik
Minggu Kliwon sebagai sarana
kebebasan menjalankan (mencintai produk lokal)
berkumpulnya WBI Jepara, diantara
ibadah sesuai dengan
beberapa seragam pertemuan tersebut,
agama menggunakan pakaian batik dan
setiap awal pertemuan menyanyikan
Tidak memaksakan suatu
Mars Jepara sebagai bentuk mencintai
agama dan kepercayaan
produk lokal
kepada orang lain.
Saling mengucapkan hari Saling mengucapkan hari raya
raya keagamaan sebagai wujud rasa
persaudaraan hidup
Bermasyarakat
Waisak bersama Waisak bersama dilakukan oleh
Wanita Theravada dan wanita
Buddhaya dalam Dhammasanti
Waisak sebagai wujud rasa persatuan
intern agama Buddha

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa Uppidana dilakukan oleh wanita Buddhis


nilai-nilai pertama Pancasila, Ketuhanan se-Kabupaten Jepara dengan tempat
Yang Maha Esa meliputi percaya dan takwa pertemuan bergiliran antara vihara satu
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan lainnya. Uppidana WBI dan
dengan agamanya, menghormati dan Uppidana Wandani merupakan kegiatan
bekerjasama antara pemeluk agama terpisah yang waktu dan jenis kegiatannya
(kerukunan hidup), saling menghormati menyesuaikan kesepakan masing-masing.
kebebasan menjalankan ibadah sesuai Dalam kegiatan Minggu Pon dan
dengan agama, dan tidak memaksakan suatu Uppidana ataupun dalam kegiatan pujabakti
agama dan kepercayaan kepada orang lain. vihara terdapat kegiatann arisan sebagai
Implementasi kegiatan yang dilaksanakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh wanita
oleh wanita Buddhis Jepara yang Buddhis Jepara. Waktu pelaksanaan dan
mencerminkan sila pertama Pancasila dalam besaran dana arisan disepakati oleh masing-
aspek sosial diantaranya kegiatan Uppidana, masing organisasi. Selain arisan, perilaku
arisan, saling mengucapkan hari raya, dan wanita Buddhis dalam bidang sosial
Dhammasanti Waisak yang dilaksanakan kemasyarakatan yakni saling mengucapkan
secara bersama-sama. hari raya, seperti di Desa Simo dan
Kegiatan uppidana merupakan Senggrong telah menjadi budaya, demikian
kegiatan pertemuan rutin yang dilakukan juga terjadi di tempat lain, yakni secara
oleh wanita Buddhis Jepara setiap satu bergantian mengucapkan hari raya antar
bulan sekali dengan melakukan pujabakti pemeluk agama. Umat Buddha yang
meditasi, dan sering Dharma. melakukan kegiatan uppidana, arisan, saling

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 35

mengucapkan hari raya, dan mengadakan kepada feminisme kultural mendifisikan


kegiatan waisak secara bersama-sama kembali feminis dalam suatu kerangka
maka toleransi, kedamaian, dan tanpa positif. Jessic Bernard dalam Ollenburger
permusuhan (Avirodhana) dapat terwujud, mendifinisikan eksistensi wanita sebagai
sehingga menimbulkan kebahagiaan suatu realitas unik yang memberikan
(Sukha) dan kepuasan (Chanda) hidup (1) suatu sistem terintegrasi yang sangat
sebagai umat beragama dan bermasyarakat. penting bagi pertahanan keluarga, (2) cinta
Berdasarkan data yang telah atau etos tugas, dan (3) suatu loncatan
diperoleh, penulis menyimpulkan budaya melalui kesadaran yang nyata
implementasi perilaku spiritual wanita melalui perilaku verbal/non verbal atau
Buddhis Jepara dengan sila Ketuhanan Yang melalui teknologi-teknologi sendiri.
Maha Esa telah membentuk pola perilaku Dalam menjalankan fungsinya,
dalam bentuk saddha, yakni berlindung pada wanita Buddhis Jepara menitikberatkan pada
Buddha Dharma Sangha yang tercermin dalam keberlangsungan rumah tangga, dimana
pikiran, sikap, dan perbuatan dengan tercukupinya kebutuhan keluarga sangat
memancarkan cinta kasih kepada semua diutamakan, bukan hanya kebutuhan materi,
makhluk, sehingga kebahagiaan hidup tercapai namun wanita Buddhis Jepara juga
dengan cara meneladani nilai-nilai luhur mengedepankan spiritualitas dalam
Buddha Dhamma. Demikian juga mempertahankan keharmonisan rumah
implementasi sosial wanita Buddhis jepara tangga. Berdasarkan pola perilaku wanita
juga membentuk pola perilaku yang Buddhis Jepara dikaitkan dengan nilai-nilai
mencerminkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa Buddhis dan Nilai-Nilai Pancasila dalam
yakni saling hormat menghormati sesama bentuk implementasi kegiatan, dapat
pemeluk agama tanpa didasari rasa disimpulkan bahwa pola pemikiran wanita
permusuhan satu dengan lainnya, sehingga Buddhis Jepara sudah semakin maju dan
terbentuk kebahagiaan hidup bertoleransi dan mengalami internalisasi perubahan sosial
kedamaian di lingkungan wanita Buddhis masa kini mengenai persamaan hak dan
Jepara tinggal. kewajiban seperti laki-laki di ruang publik,
Berdasarkan hasil penelitian yang meskipun tidak pada posisi tertinggi seperti
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa halnya laki-laki. Hal ini terlihat dari status
wanita Buddhis Jepara memiliki fungsi perempuan domestik sudah mulai bergeser
ganda dalam menjalankan perannya yakni ke arah publik seperti bekerja dan
sebagai peran domestik dan peran publik. berorganisasi. Perempuan yang bekerja
Peran domestik yakni mengurus rumah maupun berorganisasi berusaha
tangga, seperti mengurus suami dan anak, menyeimbangkan perannya sebagai ibu
sedangkan peran publik bekerja dan rumah tangga. Pergeseran fungsi peran
berorganisasi. Peran publik yang dilakukan perempuan Buddhis jepara, selaras dengan
oleh wanita Buddhis Jepara dalam hal teori feminisme kultural mengikuti
bekerja dipengaruhi oleh menambah perubahan ilmu dan teknologi di era
penghasilan dan mencari kesibukan, globalisasi
sedangan peran publik dalam bidang
organisasi dipengaruhi oleh faktor panggilan
hati nurani dan loyalitas pada perkembangan Simpulan
agama. Jika dilihat dari teori feminisme, 1. Bentuk perilaku spiritual yang dilakukan
pola perilaku wanita Buddhis Jepara sejalan oleh wanita Buddhis Jepara diantaranya
dengan teori feminisme jenis feminisme uppidana, pujabakti, meditasi, retret,
kultural, dimana Feminisme kultural pabbaja anak-anak, attasila,
menitikberatkan pada bentuk perilaku dhammayatra, pattidana, pradaksina,
manusia yang paling diberikan. Untuk kegiatan Minggu Pon, kegiatan Minggu
melihat pandangan ideal melalui
Kliwon, dan kegiatan Minggu Legi.
maskulinitas, dan cap-cap yang diberikan

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


36 Volume VI No. 1 September 2019

Sedangkan kegiatan sosial tercermin Ernawati. 2018. Pengaruh Budaya


pada kegiatan anjangsana, saling Organisasi terhadap kinerja
mendukung kegiatan keagamaan, dan Pegawai pada Kantor PT.Telkom
saling menghormati hari raya. Di Samarinda. eJournal
2. Implementasi perilaku spiritual wanita Administrasi Bisnis, Volume 6,
Buddhis Jepara dengan sila Ketuhanan Nomor 1, 2018: 341 – 354
Yang Maha Esa telah membentuk pola
perilaku dalam bentuk saddha, yakni Gusal, La Ode. 2015. Nilai-Nilai
berlindung pada Buddha Dharma Pendidikan Dalam Cerita Rakyat
Sangha yang tercermin dalam pikiran, Sulawesi Tenggara Karya La Ode
sikap, dan perbuatan dengan Sidu. Jurnal Humanika No. 15,
memancarkan cinta kasih kepada semua Vol. 3, Desember 2015 / ISSN
makhluk, sehingga kebahagiaan hidup 1979-8296
tercapai dengan cara meneladani nilai- Hanifah, Ninip. 2010. Penelitian Etnografi
nilai luhur Buddha Dhamma. Demikian dan penelitian Grounded Teory.
juga implementasi sosial wanita Jakarta: Akademi Bahasa Asing
Buddhis jepara juga membentuk pola Borobudur
perilaku yang mencerminkan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa yakni saling Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori
hormat menghormati sesama pemeluk Sosial. Yogyakarta: Ar Ruzz media
agama tanpa didasari rasa permusuhan Kamaruddin. 2013. Dimensi sila
satu dengan lainnya, sehingga terbentuk
“Ketuhanan Yang Maha Esa”
kebahagiaan hidup bertoleransi dan
dalam perspektif HAM Islam.
kedamaian di lingkungan wanita
Jurnal
Buddhis Jepara tinggal.
Agama dan Hak Azazi Manusia
Vol. 3, No. 1, 2013
Daftar Pustaka Kristiono, Natal. 2017. Penguatan Ideologi
Ardhi, Muhlis. 2014. Implementasi Nilai- Pancasila di Kalangan Mahasiswa
Nilai Moral Sila Ketuhanan Yang Universitas Negeri Semarang.
Maha Esa dalam Etika Profesi Jurnal Harmony Vol.2 No. 2
Guru di SMP Negeri 2 Boyolali. Mulyana,Rohmat.2004.Mengartikulasikan
Naskah Publikasi Universitas Pendidikan Nilai. Bandung:
Muhammadiyah Surakarta Alfabeta
Awaluddin, Murtiadi. 2018. Penguatan Najib. 2014. Pendidikan Nilai, Kajian Teori
Peran Lingkungan Kerja dan Dan Praktik Di Sekolah. Bandung:
Budaya Organisasi dalam Pustaka Setia
Mengoptimalkan Kinerja Dosen
Universitas Islam Negeri Alauddin Ollenburger, Jane C dan Hellen A.Moore.
Makassar melalui Kepuasan Kerja. 2002. Sosiologi Wanita. Jakarta:
Jurnal Manajemen, Ide dan PT. Rineka Cipta.
Inspirasi Juni, Vol. 5 No.1, 2018
Sanusi, Achmad. 2015. Sistem Nilai.
Hal. 53-67
Bandung: Nuansa Cendekia
Dzuhayatin, Fakih, Mansour, (et.al.).
Subur. 2015. Pembelajaran Nilai Moral
2000. Membincang Feminisme: Diskursus
Berbasis Kisah. Yogyakarta:
Gender Prespektif Islam. Surabaya:
Kalimedia
Risalah Gusti
Umar, Muthiah. 2005. Propaganda
Feminisme dan Perubahan Sosial.
Jurnal Mediator Vol 6 No 2

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya


Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan 37

Desember 2005
Zuhriyah, Lailatuzz. 2018. Perempuan,
Pendidikan dan Arsitek Peradaban
Bangsa. Martabat: Jurnal
Perempuan dan Anak Vol. 2, No. 2,
Desember 2018

Sumber internet
Koalisi Perempuan (http://www.
koalisiperempuan.or.id).
Wanita Buddhis Indonesia (https://kowani.
or.id)

Wanita Theravada Indonesia (http://


sanghatheravadaindonesia.or.id).

Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


38 Volume VI No. 1 September 2019

Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Anda mungkin juga menyukai