Anda di halaman 1dari 9

PROJEK PEMBERDAYAAN KOMUNITAS LOKAL BERBASIS KEARIFAN

LOKAL DI LINGKUNGAN SEKITAR KECAMATAN CITAMIANG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 (12 IPS 2)
MUAMAR BURHANUDIN
ERMA PARADILA
JELITA NABILA IQLIMA
ALAN MAULANA
BUNGA SRI DESTI
REZA RIFQI FAUZAN

SMA NEGERI 1 KOTA SUKABUMI


Jl. Rh. Didi Sukardi No.124, Citamiang, Kec. Citamiang, Kota, Jawa Barat 43143.
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………
DAFTAR ISI ………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………
B. Rumusan Masalah ………………………
BAB II IDENTIFIKASI PROGRAM PEMBERDAYAAN
A. Nama Komunitas ……………………………
B. Sasaran Komunitas ……………………………
C. Bidang Usaha ……………………………
D. Alamat Komunitas ……………………………
E. Analisis SWOT ……………………………
BAB III PEMBAHASAN
A. Program Pemberdayaan ……………………………
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………
B. Saran ……………………………
C. Daftar Pustaka ……………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat berupa tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal
dalam berinteraksi dengan tempat atau daerah hidupnya. Sebagai salah satu bentuk
perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis, melainkan berubah
sejalan dengan waktu atau dinamis, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya
yang ada di masyarakat. Kearifan lokal bisa dikatakan sebagai budaya unggul dari
masyarakat setempat, karena nilai-nilai yang dipegang masih berhubungan erat
dengan kondisi geografis dan lingkungan alam sekitar.
Istilah pemberdayaan tampak nya sudah tidak asing lagi dalam kehidupan,
khususnya dalam lingkungan sosial bermasyarakat. Bahkan seiring perkembangan
zaman yang kian berkembang, mendorong meluasnya pemberdayaan dalam
mencapai tujuan yaitu mengupayakan kesejahteraan. Di sinilah terlihat, bahwa
pemberdayaan merupakan suatu proses yang menyangkut pribadi maupun kelompok
dalam lingkup ruang sosial yang di dalamnya terdapat beberapa aspek yang
terindikasi, meliputi persaingan, pengembangan ide- ide kreatif, inovasi, kebebasan
perilaku, dan lain- lain. Jadi, dalam hal inilah pemberdayaan komunitas dapat
diartikan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan diri individu atau kelompok
dalam tujuan untuk meningkatkan kedudukan, serta taraf kehidupannya yang lebih
maju, juga meningkatkan kapasitas dari suatu komunitas, mendukung pembangunan
berkelanjutan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Keberhasilan
pemberdayaan tidak hanya berfokus pada tercapainya program, melainkan juga
terhadap tingginya partisipasi atau keterlibatan dari komunitas itu sendiri.
Dari banyaknya komunitas-komunitas yang di lakukan sekarang ini, kelompok kami
memilih sekelompok ibu-ibu yang melakukan pembuatan tas anyaman dari bungkus
kopi dan di lakukan di salah satu rumah, lebih tepatnya berada di Jalan pelda
Re.suryanta, RT.4/RW.11, Kel. Nanggeleng, Kec. Citamiang (belakang warung
ucok) Kota Sukabumi, Jawa Barat. Mengapa kami memilih komunitas tersebut
karena kearifan lokal kerajinan tas anyaman bungkus kopi saat ini tak banyak
diminati orang, sebab kesan jadul dan kerap dianggap tak modern jadi alasan
masyarakat mengesampingkan produk kerajinan tersebut. Maka dari itu kami di sini
akan membuat bagaimana cara program pemberdayaan nya, agar tas anyaman tidak
hilang di tengah globalisasi yang makin maju ini. Pemberdayaan komunitas ini jika
berjalan dengan lancar sangat baik karena di lakukan agar anyaman tas ini tidak
hilang, selain itu kearifan lokal ini juga baik untuk ibu-ibu ketika mengisi waktu
luang bahkan dari hal tersebut para ibu-ibu mendapatkan penghasilan tambahan,
bahkan mempererat silaturahmi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang bisa kami tarik adalah.
1. Bagaimana cara nya agar tas anyaman ini diminati oleh
masyarakat lain?
BAB II
IDENTIFIKASI PROGRAM PEMBERDAYAAN

A. Nama Komunitas
Komunitas pembuatan tas anyaman bungkus kopi.
B. Sasaran Pemberdayaan
Kepada para perempuan, sekelompok ibu-ibu.
C. Bidang Usaha
Perdagangan, karena hasil dari anyaman tersebut diperjual belikan jika diminati
bagi para pembeli.
D. Alamat Komunitas
Jalan pelda Re.suryanta, RT.4/RW.11, Kel. Nanggeleng, Kec. Citamiang
(belakang warung ucok) Kota Sukabumi, Jawa Barat.
E. Analisis SWOT
1. Strengths (kekuatan)
• Melestarikan teknik anyaman di era modern.
• Tas dapat di daur ulang atau diperbaiki walau sudah rusak.
• Harga yang sangat murah di banding tas-tas yang di buat dari bahan lain.
2. Weakness (kelemahan)
• Banyaknya produk baru yang menyaingi produk anyaman tersebut
sehingga menurunkan angka penjualan anyaman.
• Kurangnya minat masyarakat untuk bergabung ke dalam komunitas
tersebut.
3. Opportunities (peluang)
• Dapat membuka lowongan pekerjaan bagi perempuan yang tidak bekerja.
• Dapat meningkatkan kreativitas ketika masuk ke dalam komunitas tersebut.
4. Threats (ancaman)
• Tas mudah rusak jika membawa beban yang berat.
• Masyarakat yang kurang minat pada anyaman tas tradisional tersebut,
karena pandangan orang-orang tas tradisional itu jadul untuk era ini.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Program Pemberdayaan
Untuk meningkatkan kemajuan usaha anyaman ini, maka program pemberdayaan
yang dapat dilakukan adalah:
1. Mempromosikan ke media sosial, karena media sosial memungkinkan
untuk lebih banyak berinteraksi dan memasarkan merek dari sisi yang
berbeda. Target pasar juga lebih luas ketika mempromosikan produk
anyaman tersebut ke media sosial.
2. Membuat desain bentuk yang lebih menarik, seperti cara brand fianoel
yang menerapkan teknik Dekupase. Dekupase sendiri adalah seni
menghias sebuah benda dengan cara menempelkan potongan-potongan
kertas berwarna/bergambar pada permukaannya yang dipadukan dengan
efek cat khusus, daun emas atau unsur-unsur dekoratif lainnya. Media
yang digunakan pun biasanya bervariasi mulai dari kaleng, anyaman.
3. Memperbanyak karyawan yang ahli dalam berbagai teknik anyaman atau
lukis, karena untuk mempermudah proses pembuatan dan juga
membantu untuk menarik peminat jika tas anyaman ini di hias semenarik
mungkin dengan bentuk anyaman lain.
4. Membuka cabang di daerah lain, agar tas anyaman ini tidak hilang begitu
saja maka dari itu ada baiknya membuka cabang lain.
5. Membuat suasana yang tidak membosankan agar minat masyarakat
untuk bergabung, seperti ada nya uang tabungan jadi bila di akhir pekan
bisa mengadakan rekreasi.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah mengetahui semua pembahasan mengenai komunitas tersebut maka dapat di
tarik kesimpulan bahwa:
Menambah kan motif yang menarik seperti menerapkan teknik Dekupase tadi dan
menambahkan pernak-pernik dalam pegangan tas juga bisa dilakukan agar tas
anyaman bungkus kopi lebih terlihat modern di era globalisasi sekarang ini, kedua
cara tersebut merupakan cara yang bisa di ambil untuk membuat produk tas
anyaman ini diminati, karena bagi mereka yang kreatif, selalu ada inovasi dan
kreativitas menjadikan kerajinan yang kesannya sederhana menjadi lebih menarik
dan mewah. Di tangan – tangan para ibu-ibu kreatif yang beralamatkan di Jalan
pelda Re.suryanta, RT.4/RW.11, Kel. Nanggeleng, Kec. Citamiang (belakang
warung ucok) Kota Sukabumi, Jawa Barat. Maka dari itu agar diminati ada baiknya
tas – tas yang kesannya jadul disulap menjadi kerajinan yang menarik bagi
masyarakat, dengan teknik Dekupase. Proses pembuatan Dekupase tidaklah sulit.
Langkah pertama bahan tas anyaman yang masih polos. Lalu siapkan motif
Dekupase, yang ingin ditempelkan ke tas anyaman. Selanjutnya motif Dekupase
tersebut dicetak ke dalam kertas tisu. Setelah itu motif tersebut ditempelkan ke tas
anyaman dengan menggunakan lem. Berikutnya, proses dilanjutkan dengan
merapikan motif yang sudah ditempelkan, berlanjut ke proses pengeringan sebelum
masuk proses akhir yakni pernis agar hasil motif bisa lebih cerah dan bagus. Selain
itu menambahkan pernak-pernik dalam pegangan tas juga bisa dilakukan agar
terlihat modern di zaman sekarang ini.
B. Saran
1. Kita semua tahu plastik merupakan jenis sampah yang susah terurai,
maka dari itu lebih baik ke depannya kita semua menerapkan sistem
bahwa plastik jangan di buang begitu saja karena bila di daur ulang
dengan kreativitas yang tinggi bisa mendatangkan keuntungan lebih yang
akan menjadi barang bernilai jual.
2. Perlu adanya keberlanjutan dari komunitas lokal ini, keberlanjutan ini
dirasakan sangat penting, karena kearifan lokal anyaman ini masih
minim untuk diminati, keberlanjutan dalam hal ini dimaksudkan agar
pelaksanaan program pemberdayaan dalam satu periode dapat dilakukan
lebih dari satu kali, ataupun perlu dibentuk sebuah informasi dalam
masyarakat yang dinaungi oleh rt atau rw setempat, tujuan dari
dibentuknya informasi tersebut agar semakin banyak yang mau untuk
bergabung kedalam komunitas tersebut.
3. Harusnya komunitas lokal seperti ini di perbanyak, seperti adanya
pikiran untuk membuka cabang baru, karena kearifan lokal anyaman ini
banyak sekali manfaat nya. Seperti mendaur ulang sampah plastik,
membantu keuangan, karena itu perkumpulan ibu-ibu ini jangan hilang
begitu saja, komunitas tersebut juga masih mengolahnya menggunakan
teknik menganyam yang di mana secara tidak langsung kita juga
melestarikan budaya itu sendiri agar tidak hilang meskipun di era
modern saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/5159/2/Dwi%20Setiawan_BAB%20I.pdf

https://dosensosiologi.com/pemberdayaan-komunitas/

Anda mungkin juga menyukai