Anda di halaman 1dari 7

MEMBANGUN KOMUNIKASI VERTIKAL DAN HORIZONTAL

MELALUI KOMUNIKASI ORGANISASI PADA BADAN


KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KABUPATEN KAPUAS HULU

ABDURROHMAN BISRI, abdbisri@gmail.com


NIM : 030 666 287
Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Terbuka UPBJJ – Pontianak

Abstrak
Komunikasi sangat penting bagi keberadaan dan kelangsungan hidup manusia
serta bagi suatu organisasi, hal ini dikarekanan bahwa komunikasi merupakan
proses menciptakan berbagai ide, informasi, pandangan, fakta, perasaan, diantara
orang-orang untuk mencapai pemahaman bersama.
Dalam dunia pekerjaan seperti pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas Hulu tentunya akan ada terjadi
komunikasi antar pegawai yang ada didalamnya, namun pada kenyataannya akan
ada atasan atau sesama pegawai yang tidak terbuka untuk berkomunikasi.
Tujuan diadakannya penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memaparkan
keterbukaan komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil bahwa fungsi komunikasi
vertikal dan komunikasi horizontal pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas Hulu merupakan unsur utama dalam
mewujudkan visi dan misi organisasi. Saling keterbukaan komunikasi tentunya
akan mempermudah mewujudkan visi dan misi tersebut.
Kata kunci : Komunikasi Vertikal, Komunikasi Horizontal

Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu tindakan yang
memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan
sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Tindakan komunikasi terbagi menjadi
beberapa macam, yaitu konteks komunikasi interpersonal, komunikasi
intrapersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi
massa. Dari konteks komunikasi di atas, maka yang berhubungan dan sesuai
dengan penulisan karya ilmiah ini adalah komunikasi organisasi, dimana
komunikasi ini terjadi pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kabupaten Kapuas Hulu.
Didalam sebuah organisasi tentunya terdiri dari sejumlah orang-orang
yang memiliki kedudukan dan posisi serta peranan masing-masing. Hal ini
memungkinkan akan terjadi pertukaran pesan melalui jalan yang dinamanakn
sebuah jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini biasanya akan mengalir dari
atasan ke bawahan atau sebaliknya dari bawahan ke atasan (komunikasi vertikal),
serta komunikasi dari level yang sama (komunikasi horizontal).
Sebuah organisasi seperti Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kabupaten Kapuas Hulu dapat terbentuk dikarenakan memiliki visi,
misi, dan tujuan yang sama, serta dapat memberikan manfaat kepada masyarakat.
Sehingga, dalam membangun sebuah organisasi seperti Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas Hulu berhasil atau
tidaknya tentunya akan bergantung pada orang-orang yang ada didalamnya. Oleh
karena itu, yang harus dimiliki setiap orang dalam sebuah organisasi adalah
komunikasi yang terjalin baik antara atasan ke bawahan atau sebaliknya bahkan
dalam tingkatan yang sama.
Kegiatan organisasi pastinya tak lepas dari aktivitas komunikasi yang
terjadi didalamnya. Kegiatan komunikasi sangat berperan penting untuk
menunjang kinerja pejabat serta pegawai khususnya pada Badan Kepegawaian
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas Hulu, maka
terdapat struktur organisasi yang menjadi acuan dalam menerapkan arus
komuniasi. Dengan terbentuknya struktur organisasi tentunya telah tergambar
pembagian tugas, posisi, jabatan serta pembagian kerja pada semua elemen
struktur organisasi yang saling membutuhkan satu sama lain. Adapun bentuk arus
komunikasi yang diterapkan antara atasan dengan bawahan dan sebaliknya adalah
komunikasi vertikal, sedangkan arus komunikasi antar pegawai yang setara atau
sama jabatannya adalah komunikasi horizontal. Kedua arus komunikasi
mempunyai metode masing-masing untuk mensukseskan komunikasi pada Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas
Hulu.
Pada sebuah organisasi khususnya pada Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas Hulu saat ini memang
sudah terbangun komunikasi, tetapi dari komunikasi yang terjadi masih ada rasa
kurang berani dan masih adanya informasi yang tidak bisa tersampaikan dengan
baik dari atasan ke bawahan atau sebaliknya atau dari sesama pegawai yang
memiliki jabatan yang sama. Dengan begitu, bagaimana cara membangun
komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal pada Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas Hulu?

Hasil dan Pembahasan


Setiap lingkungan kerja memiliki atmosfer yang berbeda. Para ahli
menggunakan istilah iklim komunikasi organisasi untuk menggambarkan tingkat
kenyamanan yang pegawai rasakan di tempat kerja. Iklim komunikasi organisasi
sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai, kepuasan, dan kenyamanan
pegawai berada di tempat kerja. Komunikasi vertikal dan horizontal yang berjalan
dengan baik menciptakan suasana kerja yang kekeluargaan dan pegawai akan
leluasa untuk mengemukakan pendapatnya baik kepada sesama rekan kerja
maupun terhadap atasannya.
Komunikasi antara atasan kepada bawahan dapat dilihat dari seberapa
sering atasan memberikan saran dan solusi yang baik kepada bawahan, itu
merupakan salah satu bentuk dukungan atasan untuk membantu mengatasi
permasalahan bawahannya.
Pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten
Kapuas Hulu diharapkan komunikasi vertikal dan horizontal dapat berlangsung
dengan baik agar suasana kerja yang dirasakan nyaman, sehingga antar pegawai
dan dengan atasan akan ada kebebasan berkomunikasi (dalam hal yang positif),
saling menghargai satu sama lain.
Masukan ataupun pendapat dari bawahan baik berupa ide, saran maupun
kritik sangat penting sekali untuk manajemen pada Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas Hulu. Bawahanlah
yang bekerja di lapangan dan mengetahui kondisi dan situasi yang terjadi di
lapangan.
Banyak organisasi merancang kebijakan keterbukaan, namun tidak berarti
bahwa komunikasi ke atas bebas dari berbagai hambatan. Salah satu hambata
yang sering dibayangkan oleh bawahan adalah takut balasan, pengalaman dari
beberapa pegawai menunjukkan bahwa penghargaan atau hadiah umumnya
diberikan kepada mereka yang mendukung keputusan para atasannya.
Keterbukaan komunikasi dalam organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah sifat kepercayaan satu sama lain pada seluruh elemen
organisasi terutama kepercayaan atasan ke bawahan.
Kepercayaan sangat penting diterapkan dalam segala kegiatan di sebuah
organisasi. Tidak bisa kita bayangkan jika dalam sebuah organisasi tidak ada
kepercayaan, maka suatu organisasi tidak akan bertahan lama. Selain sifat
kepercayaan yang ditumbuhkan, dalam memperoleh keterbukaan komunikasi
organisasi adalah sifat kejujuran. Dimana hal ini berpengaruh pada pelaporan
suatu pekerjaan sesuai dengan apa yang diperolehnya (kenyataannya). Selanjutnya
yang perlu diperhatikan juga adalah faktor ketepatan waktu, dimana waktu dalam
penyampaian pesan yang tepat akan mempengaruhi arus komunikasi vertikal
maupun horizontal. Sebagai seorang komunikator atau sumber pengirim pesan,
harus pandai membaca situasi dan kondisi terhadap orang yang akan menerima
pesan, jangan sampai mengganggu pekerjaan atau kinerja atasan atau sesama
pegawai.
Dalam keterbukaan komunikasi vertikal dan horizontal terdapat tiga
hambatan menurut Volorie McClelland, salah satunya adalah penyaringan.
Pegawai merasa ide dan kepedulian yang disampaikan diubah dan disaring
sebelum disampaikan ke atasan. Penyaringan tersebut dilakukan atas adasar
kepentingan probadi dan jabatan sehingga pesannya menyimpang. Selain itu,
faktor lain yang mempengaruhi keterbukaan komunikasi dalam organisasi adalah
persamaan persepsi. Pembentukan persepsi berlangsung melalui proses indrawi,
seleksi, organisasi dan penafsiran stimulus. Daya tangkap panca indera manusia
memiliki keterbatasan, sehingga hanya mampu memproses sebagian dari
stimulus–stimulus yang menerpanya. Sifat selektif dari persepsi membuat
pimpinan atau bawahan hanya memfokuskan perhatian pada jumlah stimulus yang
sangat terbatas untuk diproses. Seleksi dilakukan atas dasar minat, daya tarik, dan
kemanfaatan.
Dalam mendukung keterbukaan komunikasi organisasi vertikal dan
horizontal dibutuhkan umpan balik baik dari pegawai ke atasannya atau
sebaliknya. Pesan yang dikirim pegawai terhadap pimpinannya merupakan respon
dari proses komunikasi. Hal ini dapat berupa pelengkap atau tambahan informasi,
serta tindakan–tindakan lain yang menyangkut pesan sebelumnya. Umpan balik
penting dalam menunjang proses komunikasi, agar tercapainya tujuan organisasi.
Komunikasi vertikal dan horizontal mempunyai tujuan tertentu, diantaranya
adalah saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas–aktivitas. Ide
dari banyak pegawai biasanya akan lebih baik dari pada ide satu pegawai. Oleh
karena itu dalam komunikasi organisasi sangatlah diperlukan untuk mencari ide
yang lebih baik.
Rapat merupakan salah satu alternatif untuk membicarakan pekerjaan kepada
atasan dan kepada sesama rekan kerja. Dalam rapat akan banyak yang
didiskusikan, berbagai pengalaman, mengutarakan masalah yang terjadi,
mencarikan solusi yang terbaik, dan merencanakan program kerja yang akan
dilaksanakan.
Semua komunikasi pasti memiliki tujuan. Tujuan keterbukaan komunikasi
dalam organisasi selanjutnya adalah sebagai pemecahan masalah, dalam tujuan ini
diharapkan semua kegiatan komunikasi yang dilakukan pada organisasi dapat
memecahkan masalah. Dalam masalah di Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kabupaten Kapuas Hulu kadang terdapat laporan kinerja
yang tidak mecapai target. Pimpinan yang pertama menerima pesan tersebut
sangat khawatir, pesan itu akhirnya pimpinan bagikan kepada teman setingkatnya
atau pimpinan dibidangnya. Secara langsung semua pimpinan dalam organisasi
melakukan keterbukaan komunikasi, maka setelah semua pimpinan mengetahui
masalahnya kemudian saatnya menyampaikan pesan tersebut kepada seluruh
pegawai. Dengan merundingkan dengan semua pegawai maka tujuannya untuk
mencari jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi atau disebut sebagai
pemecahan masalah. Dibalik pemecahan masalah terdapat tujuan komunikasi
vertikal dan horizontal lainnya yaitu menyelesaikan konflik. Ketika dalam
komunikasi antar bidang terdapat perbedaan isi pesan yang diterima dari
pimpinan, maka langkah berikutnya ialah mencari perbedaan tersebut dengan
seksama. Jika sudah nememukannya titik perbedaannya maka artinya konflik
sudah diselesaikan. Komunikasi dalam organisasi merupakan cara jitu untuk
mencapai tujuan organisasi. Pelaku organisasi adalah pimpinan dan seluruh
pegawai yang terdapat didalamnya. Semua yang masuk dalam organisasi artinya
sepakat untuk mencapai tujuan bersama tanpa terkecuali. Maka dengan
keterbukaan komunikasi vertikal dan horizontal dalam organisasi diharapkan
terciptanya komunikasi yang efektif dan efisien.

Penutup
A. Kesimpulan
Dari uraian dan embahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dilihat secara keseluruhan, komunikasi yang efektif diperlukan dalam
sebuah organisasi agar terciptanya kesamaan pandangan antara atasan
dan bawahan serta yang setingkat. Hal ini dikarenakan bahwa didalam
komunikasi organisasi terjadi komunikasi vertikal dan komunikasi
horizontal. Demi hubungan yang baik didalam sebuah organisasi
tentunya memerlukan keterbukaan komunikasi vertikal dan komunikasi
horizontal.
2. Iklim komunikasi organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai
dengan melibatkan antara atasan dan bawahan serta yang setingkat untuk
membuat suatu keputusan bersama, adanya kepercayaan yang diberikan
atasan ke bawahan, serta terjadi adanya dukungan organisasi kepada
pegawainya.
3. Keterbukaan komuniasi vertikal dan horizontal akan mempercepat
tercapainya visi dan misi dari sebuah organisasi khususnya pada Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten
Kapuas Hulu.
B. Saran
1. Mengingat pentingnya sebuah penyampaian informasi untuk mencapai
komunikasi vertikal dan horizontal yang efektif, atasan perlu banyak
melakukan pemantauan dan evaluasi (mengadakan rapat) untuk
mengetahui apa yang menjadi kendala dan hambatan dari pegawainya.
2. Setiap pegawai harus bisa menciptakan suasana yang harmonis, dimana
dengan suasana tersebut tentunya akan membuat pegawai akan saling
berinteraksi dengan baik dan tanpa ragu untuk berkomunikasi secara
terbuka.
3. Jangan ada batasan antara atasan dan bawahan serta yang setingkat agar
terciptanya komunikasi organisasi yang efektif.

Daftar Pustaka
Dwi Pubaningrum. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ibnu Hamad. (Edisi 3). Perencanaan Program Komunikasi. Jakarta: Universitas
Terbuka

Anda mungkin juga menyukai