Anda di halaman 1dari 8

‫‪EN‬‬

‫‪Nabi hidup sederhana, inilah rumah beliau yang coba digambar ulang oleh‬‬
‫‪para ilmuwan dalam format 3D‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬

‫ش َه ُد ‪ ‬‬ ‫ق لِ ِعبَا َدتِ ِه‪َ ،‬وَأ َم َر ُه ْم بِت َْو ِح ْي ِد ِه َوطَا َعتِ ِه‪َ .‬أ ْ‬‫الخ ْل َ‬
‫ق َ‬ ‫الح ْم ُد هللِ الّ ِذي َخلَ َ‬ ‫َ‬
‫َأ‬
‫س ْولُهُ‪ْ ،‬ك َم ُل‬ ‫سيِّدَنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫َأ‬
‫ش َه ُد نَّ َ‬ ‫َأ‬
‫ش ِر ْي َك لَهُ َو ْ‬ ‫َأنْ الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ الَ َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ‫سلِّ ْم َعلَى َ‬ ‫طا َعةً لَهُ‪ .‬اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ص ِّل َو َ‬ ‫ق ُعبُو ِديَّةً هللِ‪َ ،‬وَأ ْعظَ َم ُه ْم َ‬ ‫الخ ْل ِ‬ ‫َ‬
‫َأ‬
‫ق تُقَاتِه َوالَتَ ُم ْوتُنَّ ِإالَّ َو نـْتُ ْم‬ ‫سلِ ُم ْونَ ‪ ،‬اِتَّقُ ْوا هللاَ َح َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ص َحاِب ِه‪ .‬اَ َّما بَ ْعدُ‪ ،‬فيَااَيُّ َها ال ُم ْ‬ ‫َأ‬
‫آلِ ِه َو ْ‬
‫س َوةٌ‬ ‫ُأ‬ ‫هَّللا‬
‫ول ِ ْ‬ ‫س ِ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫سلِ ُم ْونَ فقَ ْد قا َل هللاُ تَ َعال َى فِي ِكتَابِ ِه ال َك ِر ْي ِم‪ :‬لقَ ْد َكانَ ل ُك ْم فِي َر ُ‬ ‫ُم ْ‬
‫هَّللا‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫هَّللا‬
‫سنة ل َمن َكانَ يَ ْر ُجو َ َواليَ ْو َم اآْل ِخ َر َوذ َك َر َ َكثِي ًرا‬ ‫ِّ‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫َح َ‬

‫‪Ma’asyiral muslimin Sidang Jumat yang dimuliakan oleh‬‬


‫‪Allah‬‬
Pada kesempatan kali ini, izinkan saya berwasiat, khususnya
kepada pribadi saya sendiri agar kita senantiasa berupaya
memperbaiki keimanan dan meningkatkan kualitas ketakwaan
kita kepada Allah dengan berusaha menjalankan perintah dan
menghindari larangan-Nya.

Marilah juga kita bersama-sama menunjukkan rasa cinta


kepada baginda Nabi Muhammad dengan cara mengamalkan
tuntunan-tuntunan serta keteladanan yang telah beliau ajarkan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah..

Allah Swt berfirman dalam Q.S al-An’am ayat 141,

‫ت َوالنَّ ْخ َل َوال َّز ْر َع ُم ْختَلِفًا‬ ٍ ‫ت َو َغ ْي َر َم ْع ُروشَا‬ ٍ ‫ت َم ْع ُروشَا‬ ٍ ‫شَأ َجنَّا‬


َ ‫َو ُه َو الَّ ِذي َأ ْن‬
‫الر َّمانَ ُمتَشَابِ ًها َو َغ ْي َر ُمتَشَابِ ٍه ۚ ُكلُوا ِمنْ ثَ َم ِر ِه ِإ َذا َأ ْث َم َر‬ ُّ ‫ُأ ُكلُهُ َوال َّز ْيتُونَ َو‬
ْ ‫س ِرفُوا ۚ ِإنَّهُ اَل يُ ِح ُّب ا ْل ُم‬
َ‫س ِرفِين‬ َ ‫َوآتُوا َحقَّهُ يَ ْو َم َح‬
ْ ُ‫صا ِد ِه ۖ َواَل ت‬

Yang artinya, “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun


yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam
itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

Prilaku berlebih-lebihan adalah manifestasi dari sifat tamak


dan merasa terus-terusan kurang dalam menumpuk harta
duniawi. Orang yang tamak biasanya ketika dikaruniai oleh
Allah Swt kendaraan berupa sepeda motor misalnya, maka ia
akan menginginkan mobil. Ketika ia telah mendapatkan mobil,
maka ia pun akan menginginkan mobil terbaru yang lebih
mewah lagi. Demikian seterusnya keinginannya menjadi liar,
bagaikan ia telah meminum air laut, akan tetapi selalu dahaga
terus.

Apapun akan dilakukannya demi memenuhi hasratnya. Tentu


yang demikian itu dengan berbagai modus kebakhilan, dan
terus-terusan bakhil. Hal itu dilakukan agar hartanya makin
menumpuk, terlihat berlebih dan sukses di hadapan
masyarakat, yang kemudian berharap mendapatkan pujian.

Tanpa disadari, prilaku di atas sering kali menjerumuskan


manusia pada prilaku yang bertentangan dengan syariat Islam
dan undang-undang Negara. Ketika manusia selalu merasa
tidak puas dan kurang bersyukur, maka ia akan selalu
cenderung seperti binatang buas yang kelaparan. Kemudian,
tanpa hati nurani ia menghalalkan segala cara, menabrak etika
susila dan berani mengkhianati aturan Negaranya, serta
melakukan bentuk-bentuk kejahatan lainnya.

Ma’asyiral muslimin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Solusi bagi penyakit semacam ini adalah menerapkan perilaku


hidup sederhana dengan
asas qanaah dan syukur. Qanaah adalah rasa kecukupan pada
dirinya dengan apa yang dikaruniakan Allah Swt kepadanya.
Sedangkan Syukur adalah rasa ikhlas hati dalam
berterimakasih kepada Allah Swt, serta mendayagunakan yang
dikaruniakan-Nya sebagai perantara untuk beribadah kepada-
Nya.

Konkritnya, hidup sederhana adalah hidup tidak berlebih-


lebihan, tidak bersikap mempertontonkan kemewahan kepada
orang lain. Hidup sederhana juga berarti senantiasa berlaku
adil, yakni: menempatkan sesuatu pada tempatnya,
menggunakan harta yang dimiliki untuk kemaslahatan umat,
dan senantiasa berzakat serta bersedekah.
Pada zaman sekarang kesederhanaan menjadi mahluk yang
langka, khususnya di tengah-tengah perkotaan yang heterogen
dan sangat materialistik. Bagi manusia kota yang materialistik,
kesederhanaan identik dengan hidup susah, menderita, bodoh
dan kampungan. Inilah anggapan yang keliru dan jauh dari apa
yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Menurut sejarah, sebelum menjadi Nabi, Muhammad SAW


adalah pemuda yang sukses dalam berniaga. Ketika menikahi
Khadijah, Muhammad Saw memberikannya mahar duapuluh
ekor unta dan 12 uqiyah emas. Jumlah yang sangat fantastik
banyaknya bila dikonversi dengan uang pada masa itu ataupun
pada masa sekarang. Setelah menikah, kekayaan Muhammad
Saw makin bertambah karena kekayaan yang dimilikinya
dikembangkan melalui perniagaan bersama dengan harta
Khadijah. Kemudian, setelah diangkat sebagai Nabi dan Rasul
oleh Allah Swt, Muhammad Saw menggunakan hartanya
tersebut untuk berdakwah dan menyantuni fakir-miskin, yatim-
piatu dan janda-janda korban perang.

Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi (w. 279 H) dalam kitab


Sunannya, Rasulullah Saw bersabda:

ْ ‫ب َولَ ِكنْ َأ‬


‫شبَ ُع‬ ِّ ‫ اَل يَا َر‬: ُ‫ قُ ْلت‬،‫ض َعلَ َّي َربِّي لِيَ ْج َع َل لِي بَ ْط َحا َء َم َّكةَ َذ َهبًا‬ َ ‫َع َر‬
َ
،َ‫ض َّرعْتُ ِإلَ ْي َك َوذ َك ْرتُك‬ َ َ َ ‫َأ‬ ً َ ‫َأ‬
َ َ‫ع يَ ْو ًما – ْو قَا َل ثاَل ثا ْو نَ ْح َو َهذا – فِإذا ُج ْعتُ ت‬ ‫َأ‬
ُ ‫يَ ْو ًما َو ُجو‬
‫ش َك ْرتُ َك َو َح ِم ْدتُك‬
َ ُ‫شبِ ْعت‬ َ ‫وَِإ َذا‬

Artinya:

Tuhanku telah menawarkan kepadaku untuk mengubah


gunung Batha’ di Makkah menjadi emas. Aku berkata: Tidak,
wahai Tuhanku. Akantetapi aku (lebih suka) sehari kenyang,
dan lapar pada hari berikutnya. (Nabi Saw mengucapkan ini
tiga kali atau ungkapan semacamnya). Sebab, apabila aku lapar,
maka aku bersimpuh kepada-Mu dan mengingat-Mu, dan
apabila aku kenyang, maka aku bersyukur kepada-Mu lalu
memuja-muji-Mu.
Walaupun potensi memiliki kuasa dan harta yang berlimpah,
Rasulullah Saw memilih untuk berprilaku hidup sederhana.
Hidup sederhana adalah pilihan, bukan kepasrahaan karena
memang itu nasibnya. Untuk memilih pola hidup sederhana di
tengah potensi-potensi kekayaan, seseorang membutuhkan
kesucian jiwa, keluasan pola fikir tentang duniawi dan rasa
empati yang berlebih terhadap sesama. Inilah yang dicontohkan
oleh Rasulullah Saw agar ditauladani oleh umatnya.

Ma’asyiral muslimin Sidang Jumat yang dimuliakan oleh


Allah

Dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Imam Bukhari (w.


256 H) dalam kitab Shahihnya, yang maknanya: Suatu ketika
tersiar kabar bahwa Nabi Saw telah menceraikan istri-istrinya.
Mendengar kabar tersebut, Umar bergegas menemui putrinya
Hafshah yang merupakan salah satu dari istri Nabi Saw. Umar
mendapati putrinya tersebut sedang menangis di dalam
kamarnya. Lalu, Umar bertanya; mengapa kamu menangis?
Bukankah selama ini aku selalu mewanti-wantimu agar jangan
melakukan sesuatu yang dapat menyinggung perasaan Nabi
Saw? Apakah Nabi Saw telah menceraikanmu? Hafshah
menjawab; saya tidak tahu, Nabi Saw hanya memisahkan diri
saja saat makan-minum.

Kemudian Umar keluar dan menuju Masjid, terlihat olehnya


beberapa sahabat sedang menangis dekat mimbar. Lalu, Umar
duduk bersama para sahabat beberapa saat, kemudian berjalan
ke arah kamar Nabi Saw. Ketika Umar masuk, ia menjumpai
Nabi Saw berbaring di atas sehelai tikar yang terbuat dari
pelepah kurma, tidak ada seprai yang menyelimutinya, sehingga
di badan Nabi Saw yang putih bersih itu terlihat jelas bekas-
bekas pelepah kurma itu. Di tempat kepala Nabi Saw ada
sebuah bantal yang dibuat dari kulit binatang yang dilapisi oleh
daun dan kulit pohon kurma.

Umar bercerita, “aku mengucapkan salam kepada beliau, lalu


bertanya; “apakah engkau telah menceraikan istri-istrimu?
Nabi Saw menjawab; “Tidak.” Aku merasa lega. Sambil
bercanda aku mengatakan, “Ya Rasulallah, kita adalah kaum
quraisy yang selamanya telah menguasai wanita-wanita kita.
Tetapi setelah kita hijrah ke Madinah, keadaannya sungguh
berbeda dengan orang Anshar, mereka dikuasai wanita-wanita
mereka, sehingga wanita kita terpengaruh dengan kebiasaan
mereka.” Rasulullah menanggapi perkataanku dengan
senyuman saja.

Kemudian, aku memperhatikan keadaan kamar Nabi Saw,


terlihat tiga lembar kulit binatang yang telah disamak dan
sedikit gandum di sudut kamar itu. Selain itu tidak terdapat
apapun. Akupun menangis melihat kondisi itu. Rasulullah
bertanya, mengapa engkau menangis? Aku menjawab,
bagaimana aku tidak menangis yaa Rasulallah. Aku sedang
melihat bekas tanda tikar yang engkau tiduri di badan engkau
yang mulia, dan aku prihatin melihat keadaan kamar ini. Ya
Rasulallah berdoalah semoga Allah mengkaruniakan kepada
engkau bekal duniawi yang lebih banyak. Orang-orang Persia
dan Ramawi yang tidak beragama dan tidak menyembah Allah,
tetapi raja mereka hidup mewah. Mereka hidup di taman yang
ditengahnya mengalir sungai, sedangkan engkau adalah utusan
Allah, tetapi engkau hidup dalam keadaan miskin.”

Ketika aku berkata demikian, Rasulullah sedang bersandar di


bantalnya, beliau bangun lalu berkata, “Wahai Umar, sepertinya
engkau masih ragu mengenai hal ini. Dengarlah, kenikmatan di
akhirat nanti akan jauh lebih baik daripada kesenangan hidup
dan kemewahan dunia ini. Jika orang-orang kafir dapat hidup
mewah di dunia ini, kita pun memperoleh segalanya itu di
akhirat nanti. Di sana kita akan mendapatkan segala-galanya.”  
Mendengar jawaban Nabi Saw tersebut, akupun menyesal, lalu
berkata ya Rasulallah mohonkanlah ampunan kepada Allah
untuk aku. Aku telah keliru dalam hal ini.

Ma’asyiral muslimin Sidang Jumat yang dimuliakan oleh


Allah

Dengan demikian, pola hidup sederhana adalah ajaran Nabi


Saw yang merupakan pengejawantahan
rasa qanaah dan syukur. Ini adalah solusi bagi penyakit tamak,
berlebih-lebihan dan kebakhilan. Dengan kesederhanaan, hidup
di dunia makin bermakna dan terberkahi. Sebab, hidup di dunia
hanyalah sementara, amal shaleh terhadap sesama dan
‫‪kebhaktian kepada Allah Swt adalah kekal dan selalu menemani‬‬
‫‪pelakunya.‬‬

‫آن ال َع ِظ ْي ِم‪َ ،‬و َج َعلَنِي وَِإيَّا ُك ْم بِما َ فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا ِ‬


‫ت‬ ‫بَا َر َك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر ِ‬
‫ُؤوفُ ال َّر ِح ْي ِم‪ .‬أع ُْو ُذ بِاهللِ ِمنَ الشيطن‬ ‫اب ال َّر ْ‬ ‫َو ِّ‬
‫الذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم‪ِ .‬إنَّهُ ُه َو ا ْلبَ ُّر التَّ َّو ُ‬
‫س ٍر‪ِ ،‬إاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬
‫سانَ لَفِي ُخ ْ‬ ‫س ِم هللاِ ال َّر ْحمٰ ِن ال َّر ِح ْي ِم‪َ ،‬وا ْل َع ْ‬
‫ص ِر‪ِ ،‬إنَّ اِإْل ْن َ‬ ‫ال َّر ِج ْي ِم‪ ،‬بِ ْ‬
‫ب ا ْغفِ ْر َو ْ‬
‫ار َح ْم‬ ‫ص ْب ِر‪َ  ‬وقُ ْل َر ِّ‬
‫ص ْوا بِال َّ‬ ‫ق َوتَ َوا َ‬ ‫ص ْوا بِا ْل َح ِّ‬ ‫ت َوتَ َوا َ‬ ‫صالِ َحا ِ‬ ‫َو َع ِملُوا ال َّ‬
‫َوَأ ْنتَ َأ ْر َح ُم ال َّر ِ‬
‫اح ِميْنَ‬

‫‪Khutbah kedua‬‬

‫ش َه ُد َأنْ الَ اِلَهَ‬ ‫ش ْك ُر لَهُ عَل َى ت َْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وَأ ْ‬ ‫سانِ ِه َوال ُّ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى ِإ ْح َ‬
‫س ْولُهُ الدَّا ِعى إل َى‬ ‫سيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫ش َه ُد أنَّ َ‬ ‫ش ِر ْي َك لَهُ َوَأ ْ‬
‫ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َدهُ الَ َ‬
‫سلِّ ْم تَ ْ‬
‫سلِ ْي ًما ِكث ْي ًرا ‪ ‬‬ ‫ص َحابِ ِه َو َ‬ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوَأ ْ‬ ‫ص ِّل َعلَى َ‬ ‫ض َوانِ ِه‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫ِر ْ‬
‫اس اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا َأنَّ هللاَ َأ َم َر ُك ْم‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬
‫ُّ َ‬ ‫ي‬‫َ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ا‬‫ي‬‫َ‬ ‫ف‬ ‫د‬
‫ُ‬ ‫َأ َّما َ ْ‬
‫ع‬ ‫ب‬
‫صلُّ ْونَ‬‫ْس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإنَّ هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ يُ َ‬ ‫س ِه َوثَـنَى بِ َمآل ِئ َكتِ ِه بِقُد ِ‬ ‫ِبَأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه ِبنَ ْف ِ‬
‫سلِّ ُم ْوا تَ ْ‬
‫سلِ ْي ًما‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬
‫‪.‬عَل َى النَّبِى يآ اَ ُّي َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َ‬

‫سيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد‬ ‫آل َ‬ ‫سلِّ ْم َو َعلَى ِ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬‫ص ِّل َعلَى َ‬ ‫الل ُه َّم َ‬
‫لخلَفَا ِء‬
‫َن ْا ُ‬ ‫ض اللّ ُه َّم ع ِ‬ ‫ار َ‬ ‫سلِ َك َو َمآلِئ َك ِة ْال ُمقَ َّربِيْنَ َو ْ‬‫َو َعلَى اَ ْنبِيآِئ َك َو ُر ُ‬
‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعيْنَ‬ ‫اش ِديْنَ َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِى َوعَنْ بَقِيَّ ِة ال َّ‬ ‫ال َّر ِ‬
‫ض َعنَّا َم َع ُه ْم بِ َر ْح َمتِ َك يَا‬ ‫ار َ‬ ‫ان اِلَىيَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن َو ْ‬
‫س ٍ‬‫َوتَابِ ِعي التَّابِ ِعيْنَ لَ ُه ْم بِاِ ْح َ‬
‫َأ ْر َح َم ال َّر ِ‬
‫اح ِميْنَ‬

‫ت اَالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم‬ ‫سلِ ِميْنَ َو ْال ُم ْ‬


‫سلِ َما ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْ‬ ‫اَلل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُمْؤ ِمنِيْنَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬
‫ص ْر‬ ‫سلِ ِميْنَ َوَأ ِذ َّل الش ِّْر َك َو ْال ُم ْ‬ ‫سالَ َم َو ْال ُم ْ‬‫ت الل ُه َّم َأ ِع َّز ْاِإل ْ‬ ‫َو ْاالَ ْم َوا ِ‬
‫سلِ ِميْنَ َو‬ ‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْال ُم ْ‬ ‫ص َر ال ِّديْنَ َو ْ‬ ‫ص ْر َمنْ نَ َ‬ ‫ِعبَا َد َك ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْن ُ‬
‫‪َ .‬د ِّم ْر َأ ْعدَا َء ال ِّد ْي ِن َواع ِْل َكلِ َماتِ َك ِإلَى يَ ْو َم ال ِّد ْي ِن‬

‫س ْو َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما‬‫الل ُه َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َو ُ‬
‫سلِ ِميْنَ‬ ‫صةً َو َ‬
‫ساِئ ِر ْالبُ ْلد ِ‬
‫َان ْال ُم ْ‬ ‫سيَّا خآ َّ‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَطَنَ عَنْ بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِ‬ ‫َ‬
‫سنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب‬ ‫سنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫آلخ َر ِة َح َ‬ ‫ب ْال َعالَ ِميْنَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َ‬ ‫عآ َّمةً يَا َر َّ‬
‫اس ِريْنَ‬
‫لخ ِ‬ ‫‪.‬النَّا ِر‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َ‬
‫سنَا َواإنْ لَ ْم تَ ْغفِ ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَنَّ ِمنَ ْا َ‬

‫َن ْالفَ ْحشآ ِء‬ ‫ان وَِإ ْيتآ ِء ِذي ْالقُ ْرب َى َويَ ْن َهى ع ِ‬ ‫س ِ‬‫ِعبَا َدهللاِ ! ِإنَّ هللاَ يَْأ ُم ُر ِباْل َعد ِْل َو ْاِإل ْح َ‬
‫ش ُك ُر ْوهُ عَل َى‬‫َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْونَ َو ْاذ ُك ُروا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْ‬
‫نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ْر‬

‫)‪(AN‬‬

‫‪Khutbah ini diolah dari artikel di Majalah Nabawi edisi 108.‬‬

Anda mungkin juga menyukai