kelas 9
Penanggulangan bencana ini juga sering dikenal dengan mitigasi bencana. Namun, sebelum
membahas lebih jauh mengenai penanggulangan bencana alam, ada baiknya kamu
mengetahui pengertian bencana dan kategorinya, sebagai berikut:
Bencana Alam
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis, Pahamifren. Ketiga jenis bencana alam ini dibedakan
berdasarkan penyebab bencana alam tersebut. Tiga jenis bencana alam tersebut adalah
sebagai berikut:
Seperti yang sudah kamu ketahui, litosfer merupakan kulit terluar dari permukaan bumi.
Beberapa bencana alam yang disebabkan oleh dinamika litosfer, yaitu gempa bumi, letusan
gunung berapi, dan tanah longsor.
• Gempa Bumi
Secara geografis, Indonesia merupakan wilayah pertemuan antara 3 lempek tektonik besar,
yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-
Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa, dan Nusa
Tenggara. Selain itu, lempeng Indo-Australia juga bertabrakan dengan lempeng Pasifik di
daerah utara Irian dan Maluku Utara.
Akumulasi energi tabrakan antara lempeng-lempeng tersebut akan terkumpul di sekitar lokasi
pertemuan lempeng-lempeng, hingga akhirnya lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan
tumpukan energi tersebut. Saat ini terjadi, maka tumpukan energi tersebut akan terlepas dan
menyebabkan gempa bumi.
Gempa bumi dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu gempa bumi tektonik, gempa bumi
vulkanik, gempa bumi runtuhan, gempa bumi tumbukan, dan gempa bumi buatan.
Gempa bumi tektonik merupakan gempa karena adanya aktivitas pergeseran lempeng
tektonik secara mendadak dan memiliki kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempa bumi vulkanik merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya aktivitas
magma yang biasa terjadi sebelum gunung meletus.
Gempa bumi vulkanik banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi karena
getaran gempa bumi vulkanik yang sangat kuat dapat menjalar ke seluruh bagian bumi.
Gempa bumi runtuhan adalah gempa bumi yang biasanya terjadi di daerah kapur ataupun di
daerah pertambangan. Gempa bumi runtuhan bersifat lokal dan jarang terjadi.
Sementara gempa bumi tumbukan merupakan gempa yang disebabkan oleh tumbukan
asteroid atau meteor yang jatuh ke bumi. Gempa bumi tumbukan ini jarang terjadi. Nah,
kalau gempa bumi buatan merupakan gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
misalnya nuklir dan peledakan dinamit.
Indonesia dikenal sebagai cincin api Pasifik atau lingkar api Pasifik karena memiliki lebih
dari 500 gunung api, yang 129 di antaranya berstatus aktif. Gunung api aktif yang terbesar di
Indonesia berada di pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Bali, Kepulauan Maluku, dan
Sulawesi Utara. Gunung-gunung tersebut merupakan sekitar 13% dari sebaran gunung api
yang aktif di dunia.
Beberapa tanda-tanda saat gunung berapi akan meletus adalah suhu di sekitar gunung naik,
sering mengeluarkan guruh yang kadang disertai getaran (gempa), tumbuhan di sekitar
gunung menjadi layu, mata air menjadi kering, dan binatang di sekitar gunung bermigrasi.
Gunung berapi yang meletus akan menghasilkan gas vulkanik, hujan abu, lahar, awan panas,
lava, aliran pasir dan batu panas.
Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan bencana alam yang terjadi karena pergerakan tanah atau massa
batuan yang menuruni lereng atau tebing. Tanah longsor dapat terjadi karena dipicu oleh
beberapa hal, yaitu gempa bumi, letusan gunung berapi, atau curah hujan yang tinggi.
Bencana tanah longsor ini sangat merugikan bagi manusia, baik dari segi korban jiwa ataupun
kerusakan harta benda, karena sering terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi.
Kalau jenis bencana alam yang kedua ini berkaitan dengan lapisan air yang ada di permukaan
bumi alias hidrosfer. Beberapa bencana alam yang dapat disebabkan oleh dinamika hidrosfer
adalah sebagai berikut:
• Banjir
Sebagai sebuah negara yang memiliki musim kemarau dan musim hujan dengan ciri-ciri
perubahan cuaca suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi tersebut dapat
menimbulkan ancaman yang bersifat hidrometeorologis seperti banjir dan kekeringan. Banjir
merupakan peristiwa air yang menggenangi daratan karena luapan air yang ada di sungai.
Banjir dapat terjadi karena hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran
air berupa sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia, meningkatnya muka
air di sungai akibat pasang laut ataupun meningginya gelombang laut karena badai,
kegagalan bangunan air buatan manusia (bendungan, tanggul, dan bangunan pengendalian
banjir), dan kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat longsor atau
runtuhnya tebing sungai.
Saat banjir terjadi, maka kegiatan ekonomi bisa terganggu karena jalur transportasi terputus
dan banyak terjadi kerugian akibat rusaknya harta benda. Tak jarang juga banjir
menyebabkan korban jiwa.
• Tsunami
Tsunami diambil dari bahasa Jepang yang berarti gelombang atau pasang laut yang besar di
pelabuhan. Tsunami ini merupakan pergeseran naik atau turun yang terjadi secara tiba-tiba di
dasar samudera saat terjadinya gempa bumi bawah laut. Hal ini menimbulkan gelombang laut
pasang yang sangat besar, yang lazim disebut tidal waves.
Wilayah rawan bencana tsunami ditentukan berdasarkan sejarah kejadian tsunami, bentuk
atau morfologi pantai, dan berhadapan langsung dengan sumber gempa bumi penyebab
tsunami. Karakteristik gempa bumi yang memicu terjadinya gelombang tsunami akan
menentukan besar atau kecilnya gelombang tsunami tersebut.
Selain itu, besar atau kecilnya gelombang tsunami juga dipengaruhi oleh bentuk atau
morfologi pantai dan karakteristik sumber gangguan impulsif yang ditimbulkannya.
Karakteristik gelombang tsunami meliputi, magnitudo, kedalaman pusat gempa, energi, luas
rupture area, mekanisme fokus, dan kedalaman pusat gempa.
Berdasarkan statistik terjadinya tsunami di dunia, Jepang tercatat pada posisi teratas,
sementara Indonesia berada di posisi keempat. Wilayah rawan tsunami di Indonesia meliputi
18 wilayah provinsi yang tersebar dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Fakfak di Papua.
Atmosfer merupakan lapisan gas yang melingkupi sebuah planet. Beberapa bencana alam
yang dapat terjadi karena dinamika atmosfer adalah sebagai berikut:
• Tornado
Tornado merupakan pusaran udara berbentuk corong spiral yang bergerak sangat cepat.
Kecepatan tornado bisa berkisar antara 72 Km/jam–400 Km/jam, lho, Pahamifren. Makanya
tornado bisa menyebabkan korban jiwa dan kerusakan harta benda. Tornado ini jarang terjadi
di Indonesia.
• Kekeringan
Kekeringan merupakan peristiwa saat ketersediaan air yang ada jauh di bawah kebutuhan air
yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Penyebab kekeringan ada beberapa hal, yaitu
kurangnya curah hujan, berkurangnya persediaan air tanah, konsumsi air yang berlebihan,
rendahnya pasokan air permukaan, dan kerusakan sumber-sumber air.
Bencana alam kekeringan termasuk cukup sering terjadi di Indonesia dan dapat menimbulkan
berbagai dampak seperti kelaparan, kebakaran hutan, wabah penyakit, kerusakan tanah, gagal
panen, sampai punahnya hewan dan tumbuhan.
• Badai Tropis
Badai tropis atau yang sering juga disebut sebagai siklon tropis merupakan sistem tekanan
rendah non-frontal yang berskala luas. Siklon tropis biasanya terjadi di atas perairan hangat
dengan wilayah perawanan konvektif.
Badai ini memiliki kecepatan angin maksimum 34 knot. Putaran angin semakin kencang pada
lebih dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya, dan dapat bertahan selama berjam-jam
(setidaknya enam jam). Dampak badai tropis dapat berupa hujan deras berjam-jam hingga
berhari-hari, angin kencang, gelombang tinggi, banjir, dan gelombang badai.
Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah peristiwa terbakarnya hutan, baik akibat proses alam maupun akibat
aktivitas manusia. Umumnya, kebakaran hutan terjadi pada musim kemarau saat cuaca
sedang panas. Kebakaran ini bisa disebabkan oleh gas metana yang keluar dari singkapan
batu bara pada lahan gambut, sambaran petir, dan lava pijar dari letusan gunung berapi.
Kebakaran hutan dapat disebabkan juga oleh aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan.
Dampak dari kebakaran hutan adalah polusi udara, iritasi pada mata, infeksi saluran
pernapasan, dan lain sebagainya.
Mitigasi Bencana
Setelah memahami tentang bencana alam, kini saatnya kamu mengetahui apa itu
penanggulangan bencana alam atau mitigasi bencana. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2007, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
Contoh mitigasi bencana alam bersifat struktural atau fisik, antara lain:
Contoh mitigasi bencana alam bersifat non-struktural atau nonfisik, antara lain:
1. Mengurangi risiko bencana terhadap penduduk dalam bentuk korban jiwa, kerusakan
sumber daya alam, dan kerugian ekonomi.
2. Menjadi landasan untuk perencanaan pembangunan.
3. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menghadapi dan mengurangi dampak
serta risiko bencana, agar masyarakat dapat hidup dengan aman.
1. Meminimalisir risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana, khususnya bagi
penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi, dan kerusakan sumber
daya alam.
2. Sebagai landasan atau pedoman bagi pemerintah dalam membuat perencanaan
pembangunan di suatu tempat.
3. Membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi
risiko dan dampak bencana, agar masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman.
Dalam proses mitigasi bencana, diperlukan banyak informasi untuk menjadi dasar
perencanaan mitigasi bencana. Informasi-informasi tersebut biasanya diperoleh dari jurnal
penanggulangan bencana alam, riset langsung, atau sumber lainnya. Adapun informasi yang
dibutuhkan untuk membuat dasar perencanaan mitigasi bencana adalah sebagai berikut:
1. Lokasi dan kondisi geografis wilayah bencana serta perkiraan jumlah penduduk yang
terkena bencana
2. Jalur transportasi dan sistem telekomunikasi
3. Ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi, bahan makanan, tempat penampungan, dan
jumlah korban
4. Tingkat kerusakan, tenaga kesehatan, peralatan medis, dan obat-obatan
5. Lokasi pengungsian dan jumlah penduduk yang mengungsi
6. Perkiraan jumlah korban yang meninggal dan hilang
7. Ketersediaan relawan dalam berbagai bidang keahlian
Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam manajemen bencana ini bermuara pada kesiapan
menghadapi bencana alam yang lebih baik, berkurangnya kerentanan wilayah, dan
terbentuknya sistem peringatan bencana yang lebih akurat.
Siklus manajemen bencana terdiri dari empat fase dan tiap fase tersebut bersifat saling
melengkapi dan tumpang tindih. Keempat fase tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mitigasi atau upaya meminimalkan dampak bencana. Fase ini biasanya terjadi
berbarengan dengan fase pemulihan dari bencana sebelumnya. Seluruh kegiatan
dalam fase mitigasi ini ditujukan agar dampak dari bencana yang serupa tidak
terulang. Misalnya, pada mitigasi bencana gempa bumi, masyarakat dihimbau untuk
menghindari tempat rawan gempa bumi dan menaati aturan penggunaan lahan yang
ditetapkan pemerintah.
2. Kesiapsiagaan atau upaya perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana.
Pada fase ini, perencanaan dibuat oleh lembaga penanggulangan bencana dan tidak
hanya berkisar pada bencana yang pernah terjadi di masa lalu, tapi juga untuk
berbagai jenis bencana lain yang mungkin terjadi.
3. Respon atau upaya meminimalkan bahaya dari bencana. Fase ini berlangsung sesaat
setelah terjadinya bencana, dimulai dari mengumumkan kejadian bencana serta proses
mengungsikan masyarakat yang terdampak bencana.
4. Pemulihan atau upaya pengembalian kondisi masyarakat hingga seperti semula,
sebelum terjadinya bencana. Pada fase ini tugas utama yang dilakukan oleh
masyarakat dan petugas adalah menyediakan tempat tinggal sementara bagi korban
bencana dan membangun kembali sarana serta prasarana yang rusak akibat bencana.