Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

AUDITING II

DASAR-DASAR AUDIT DAN


PERAN AUDITING DALAM
MENGURANGI RISIKO
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Fakultas Ekonomi S1 Akuntansi 01610003 TIM DOSEN
dan Bisnis

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Mahasiswa dapat menjelaskan
dasar-dasar audit dan peran dasar-dasar audit dan peran
auditing dalam mengurangi risiko auditing dalam mengurangi risiko
I. Pengertian Auditing

Pengertian Auditing menurut Rick Hayers, Philip Wallage, Hans Gortemake,


(2017:10)
“An audit is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence
regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of
correspondence between these assertions and established criteria and communicating
the results to interested users.”

Pengertian Auditing menurut Mulyadi (2014:9)


Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan

Dari definisi di atas, dapat diketahui beberapa ciri dari auditing, yaitu berikut ini.

a. Suatu proses yang sistematis


Sebagai suatu proses yang sistematis, audit adalah suatu pendekatan yang logis,
terstruktur, dan jelas tujuannya bagi pengambilan keputusan. Audit adalah aktivitas yang
dilakukan secara terencana.

b. Secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti


Audit berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang informasi yang dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan auditor dan auditor melakukan tugasnya
tanpa berpihak dan berprasangka, baik terhadap perorangan maupun terhadap entitas.

c. Pernyataan terhadap tindakan atau kejadian ekonomi


Komponen dasar dari proses audit adalah pengumpulan bukti berkaitan dengan
pernyataan tentang tindakan atau kejadian ekonomi dan pernyataan ini seringkali
berkaitan dengan laporan keuangan. Pernyataan atau asersi ini merupakan subjek
utama auditing yang bisa berupa laporan keuangan, laporan operasi, dan surat
pemberitahuan pajak (SPT).

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
d. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dan kriteria yang ditetapkan
Ketika mengaudit laporan keuangan tujuan auditor adalah menentukan apakah
pernyataan pihak yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan yang
biasanya merujuk pada prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU). Bentuk dari
tingkat kesesuaian ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif (berupa pernyataan
kewajaran).

e. Mengomunikasikan hasil kepada pihak yang berkepentingan


Setelah auditor membuat pernyataan tentang kesesuaian antara kejadian ekonomi
dengan kriteria yang di tetapkan maka auditor perlu mengomunikasikan hasil temuannya
tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Hasil yang dikomunikasikan biasanya
berupa pernyataan tentang kewajaran asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
penyampaian hasil ini dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat kepercayaan
pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang diaudit.

f. Pihak-pihak yang berkepentingan


Mereka yang menggunakan temuan-temuan auditor disebut dengan pihak- pihak yang
berkepentingan. Di dalam lingkungan bisnis, pihak-pihak ini adalah para pemegang
saham, manajemen, kreditor, pemerintah, analis dan masyarakat luas.

Struktur Hubungan antara Akuntan Publik dengan Manajemen Perusahaan, Kreditur,


Investor, dan Pihak Luar Lain

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
II Hubungan Audit dengan Disiplin Ilmu yang lainnya
Berdasarkan pernyataan mengenai definisi auditing, dapat kita hubungkan antara
akuntansi dan auditing. Dua ilmu ini saling terkait satu sama lain, secara umum hubungan
antara auditing dan accounting dapat dijelaskan sebagai berikut:
Accounting → suatu proses menghasilkan data dan informasi dalam bentuk Laporan
Keuangan. Sedangkan Auditing adalah suatu proses mengevaluasi informasi dan
menghasilkan kesimpulan (opini /rekomendasi) yang membandingkan antara fakta dan
kriteria. Tahapan dalam audit terjadi setelah tahapan akuntansi selesai dilaksanakan, karena
dalam melakukan audit di perlukan Laporan Keuangan yang merupakan hasil akhir dari
proses akuntansi.
Proses Akuntansi diawali dengan mengumpulkan bukti pembukuan (bukti –
buktitransaksi), bukti pembukuan dicatat dalam bentuk Special Journal (Jurnal Penjualan,
Jurnal Pembelian, Jurnal Penerimaan Kas, dan Jurnal Pengeluaran Kas). Setelah semua
transaksi dicatat pada masing – masing kolom Special Journal, tiap – tiap jurnal dicatat
dalam General Ledger, dan dilakukan penyesuaian pada transaksi yang memerlukan
penyesuaian. Melalui transaksi yang telah disesuaikan dapat diperoleh Trial Balance yang
terdiri atas Aktiva dan Passiva dari suatu perusahaan. Tahap selanjutnya adalah pembuatan
Worksheet, kemudian diperoleh Financial Statement (Laporan Keuangan) yang akan
menjadi bahan bukti untuk melakukan audit. Financial Statement yang dihasilkan dari proses
akuntansi, akan mengalami tahap audit.
Accounting bersifat konstruktif sedangkan auditing bersifat analitis. Proses
accounting dimulai dari input sampai output, sedangkan proses audit dimulai dari laporan
keuangan, kemudian ke bukti-bukti audit yang mendasarinya.

III Pengertian Audit Berbasis Risiko

Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) adalah metodologi pemeriksaan yang
dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam
batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi.
Pendekatan audit ini berfokus dalam mengevaluasi risiko-risiko baik strategis,
finansial, operasional, regulasi dan lainnya yang dihadapi oleh organisasi. Dalam Audit
berbasis risiko, risiko-risiko yang tinggi diaudit, sehingga kemudian manajemen bisa
mengetahui area baru mana yang berisiko dan area mana yang kontrolnya harus diperbaiki.

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Tujuan Risk Based Audit
Tujuannya audit berbasis risiko adalah memberikan keyakinan kepada Komite Audit,
Dewan Komisaris dan Direksi bahwa:
 Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko, dan proses tersebut telah
dirancang dengan baik.

 Proses manajemen risiko telah diintegrasikan oleh manajemen ke dalam semua


tingkatan organisasi mulai tingkat korporasi, divisi sampai unit kerja terkecil dan
telah berfungsi dengan baik.

 Kerangka kerja internal dan tata kelola yang baik telah tersedia secara cukup dan
berfungsi dengan baik guna mengendalikan risiko.

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Gambar 1.1 Tujuan Entitas
Membuat laporan keuangan bebas salh saji yang material

Gambar di atas menunjukkan keterkaitan antara risiko (i) dan pengendalian (control).
Menghadapi risiko, manajemen mengembangkan dan memelihara Pengendalian internal
untuk menangkal (mitigate) risiko tersebut.

Pada baris risiko bawaan (inherent risk) berisi semua faktor risiko bisnis dan kecurangan
(business and fraud risk factors) yang dapat menyebabkan laporan keuangan di salah
sajikan secara material ( tanpa mempertimbangkan mitigasi oleh Pengendalian internal).

Baris yang menunjukkan risiko pengendalian (control risk) mencerminkan prosedur


pengendalian yang pervasif dan spesifik yang dibuat manajemen untuk memitigasi risiko
laporan keuangan disalah sajikan titik wilayah di mana baris risiko pengendalian (control
risk) tidak sepenuhnya memitigasi risiko bawaan (inherent risk) disebut management’s
residual risk Put. Management residual risk adalah risiko yang tersisa setelah manajemen
mengupayakan segala pengendalian titik Istilah lain untuk manajemen residual risk adalah
risk appetite (“selera” terhadap risiko) atau risk tolerance (toleransi terhadap risiko).

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Gambar 1.2 Tujuan Auditor
Menentukan apakah laporan keuangan bebas dari salah saji yang material

Gambar 1.2 menyajikan peran auditor. Auditor berupaya menentukan apakah laporan
keuangan entitas bebas dari salah saji yang material. Untuk itu, ia melakukan penilaian
risiko (ia mengkaji potensial salah saji yang material dalam laporan keuangan).

Dalam menilai risiko bawaan (inherent risk), auditor ingin mengetahui: Di mana salh saji
material mungkin terjadi dalam laporan keuangan? Dalam menilai risiko pengendalian
(control risk), auditor ingin mengetahui: Apakah pengendalian intern yang dibangun
menangkal risiko bawaan yang diidentifikasi? Hasilnya (akhir dari tahap penilaian risiko)
auditor menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan.

Auditor kemudian melaksakakan prosedur audit yang bersifat responsif atau menanggapi
hasil penilaian risiko tersebut. Prosedur audit itu dirancang untuk menekan risiko audit ke
tingkat rendah yang tepat (appropriate low level) atau ke tingkat rendah yang dapat diterima
auditor.

Melaksanakan Audit Berbasis Risiko


Tabel 1.2 menyajikan kutipan dari ISA 200 mengenai pelaksanaan suatu audit
berbasis risiko.
Alinea Pokok Bahasan Terjemahan Aliniea yang Bersangkutan

200.15 Skeptisme profesional Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan


suatu audit dengan skeptisme profesional dengan

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
menyadari bahwa mungkin ada situasi yang
menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan
secara material (alinea A18-A22)

200.16 Kearifan profesional Auditor wajib melaksanakan kearifan profesional


dalam merencanakan dan melaksanakan suatu
audit atas laporan keuangan (alinea A23-A27)

200.17 Asurans yang layak Untuk memperoleh asurans yang layak, auditor
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang
dapat diterima, dengan demikian memungkinkan
auditor menarik kesimpulan yang layak untuk
digunakan sebagai dasar pemberian pendapat
auditor (aline A28-A52)

200.21 Gunakan tujuan IASs Untuk mencapai tujuan menyeluruhnya, auditor


yang relevan wajib menggunakna tujuan yang dinyatakan dalam
ISAs yang relevan dalam merencanakan dan
melaksanakan audit ersebut, dengan
memperhatikan keterkaitan di antara (berbagai)
ISAs untuk : (alinea A67-A69)

a. Menentukan apakah prosedur audit tambahan


di samping yang diwajibkan ISAs memang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang
dinyatakan dalam ISAs

b. Mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup


dan tepat sudah diperoleh

Makna audit berbasis risiko tersirat dalam Bagan Proses Audit. Suatu audit berbasis
risiko mengandung tiga langkah kunci seperti disajikan di Tabel 1.3
Tabel 1.3
Tiga Langkah Audit Berbasis Risiko

Tahapan Audit Risiko Penjelasan


Risk Assesment (menilai Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk
risiko) mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang
material dalam laporan keuangan
Risk Response (Merespon Merancang dan melaksanakan prosedur audit

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Risiko) selanjutnya yang menanggapi risiko (salah saji yang
material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada
tingkat laporan keuangan dan asersi
Reporting (Pelaporan) Tahap melaporkan meliputi:
a. Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit
yang diperoleh dan
b. Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat
sesuai kesimpulan yang ditarik

Tabel 1.4
Pertanyaan utama dalam Tiga Tahap Audit Berbasis Risiko

Tahap 1 → Risk Assesment/Penilaian Risiko

Peristiwa apa yang jika trejadi, berpotensi mengakibatkan salah saji materila dalam
laporan keuangan?

Tahap 2 → Risk Response/Menaggapi Risiko

Apakah peristiwa yang diidentifikasi dalam tahap 1, memang terjadi dan mengakibatkan
salah saji yang material dalam laporan keuangan?

Tahap 3 → Reporting/Pelaporan

Opini audit apa yang tepat (berdasarkan bukti audit yang diperoleh), yang harus diberikan
atas laporan keuangan?

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran
10 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran
11 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Tahap I Menilai Risiko/Risk Assestment
Kutipan dari ISA 315.3 mengenai tujuan auditor dalam Proses Audit Tahap 1:
“Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menilai salah saji yang material, karena kecurangan atau
kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman terhadap entitas dan
lingkunganna, termasuk pengendalian internal entitas, yan gmemberikan dasr untuk merancang dan
mengimplementasikan tanggapan terhadap risiko salah saji material) yang dinilai”

Tahap II Menanggapi Risiko/Risiko Response


Kutipan dari ISA 330.3 mengenai tujuan auditor dalam Proses Audit Tahap 2:

“Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko (salah saji
material) yang dinilai dengan merancang dan mengimplementasikan tanggapan yang tepat terhadap
risiko tersebut”

Dalam tahap ini auditor:


1. Menilai risiko bawaan dan risiko pengendalian pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi (untuk setia jenis transaksi, saldo akun dan pengungkapan)
2. Mengembangkan prosedur audit responsif, yaknni prosedur audit yang menanggapi
risiko yang dinilai.

Tanggapan auditor terhadap risiko yang dinilai untuk risiko salah saji material,
didokumentasikan dalam suatu rencana audit yang:
1. Berisi tanggapan menyeluruh atas risiko yang diidentifikasi pada tingkat laporan
keuangan
2. Menanganai area lapporan keuangan yang material, dan
3. Berisi sifat, luasnya, dan penjadwalan prosedur audit spesifik untuk menanggai risiko
salah saji material, pada tingkat asersi.

Tahap III Pelaporan/Reporting


Kutipan dari ISA 700.6 mengenai tujua auditor dalam Proses Audit Tahap 3:
“Tujuan auditor adalah:
1. Merumuskan opini mengenai laporan keuangan berdasrkan evaluasi atas
kesimpulan yang ditarik atas bukti audit yang diperoleh, dan
2. Memberikan opini dengan jelas, melalui laporan tertulis, yang juga menjelaskan
dasar (untuk memberikan0 pendapat tersebut.
Lihat Bagan Proses Audit yang menggambarkan Tahap 3, yakni tahap pelaporan
(reporting). Tahap terakhir dalam audit alah menilai bukti audit yang diperlukan dan

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
menentukan apakah bukti audit itu cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ke tingkat
rendah yang dapat diterima. Dalam tahap ini sangatlah penting untuk menentukan:
1. Setiap perubahan danlam tingkat risiko yang dinilai;
2. Apakah kesimpulan yang ditarik dari pekerjaan audit, sudah tepat;
3. Apakah ada situasi mencurigakan yang dialami; dan
4. Risiko tambahan (yang sebelumnya tidak teridentifikasi) sudah dinilai dengan tepat
dan prosedur audit selanjutnya, sudah dilaksanakan sebagaimana diwajibkan.

Pertemuan team audit (pertemuan menjelang berakhirnya penugasan) tidak


merupakan suatu kewajiban yang ssecara spesifik ditetapkan ISAs, tetapi bisa berguna
untuk staf membahas temuan audit mereka, mengidentifikasi setiap indikasi kecurangan,
dan menentukan perlunya prosedur audit selanjutnya. Jika semua prosedur sudah
dilaksanakan dan kesimpulan dicapai, maka:
1. Temuan audit dilaporkan kepada manajemen dan TCWG (those charged with
governcance)/ orang atau organisasi yang bertanggungjawab mengawasi arah
stratejis perusahaan dan kewajiban entitas yang berkenan dengan akuntabilitasnya,
dan
2. Opini audit dirumuskan dan keputusan mengenai redaksi yang tepat untuk laporan
auditor harus dibuat.

Dokumentasi
Dokumentasi audit yang cukup, diharuskan agar auditor yang berpengalaman, yang
tidak berhubungan dengan audit ini, memahami:
1. Sifat, jadwal waktu, dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan;
2. Hasil pelaksanaan prosedur tersebut dan bukti audit yang diperoleh; dan
3. Hal-hal penting yang timbul selama audit berlangsung, kesimpulan yang diarik, dan
kearifan profesional yang diterapkan untuk sampai pada kesimpulan itu.

Dokumentasi audit untuk entitas/perusahaan yang lebih kecil umumnya tidak


seekstensif dokumentasi audit entitas yang lebiih besar. Contoh, berbagai aspek dari audit
itu dapat dicatat dalam satu dokumen, dengan acuan silang (cross references) ke kertas
kerja pendukung.
Auditor tidak perlu mendokumentasikan:
1. Hal kecil yang dipertimbangkan, atau semua kearifan profesional yang diterarpkan
dalam audit;
2. Kepatuhan terhadap hal-hal yang ditunjukkan dengan jelas dalam dokumen lain
dalam audit file. Contoh, rencana audit dalam file menunjukkan bahwa audit memang

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
direncanakan, dan surat penugasan (engagement letter) yang ditandatangani,
menunjukkan bahwa auditor menyetujui syarat-syarat dalam surat tersebut.

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

• Arens, A.A., R.J. Elder, M.S. Beasley, dan C.E. Hogan (2017), Auditing and
Assurance Services, 16th ed., Harlow: Pearson Education.
• Hayes, Rick,. Wallage, Philip dan Gortemaker, Hans. 2017. Prinsip-prinsip
Pengauditan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
• Theodorus M, Tuanakotta. (2013). Audit Berbasis ISA (International Standards on
Auditing). Jakarta: Salemba Empat.
• Theodorus M, Tuanakotta. (2015). Audit Kontemporer). Jakarta: Salemba Empat.
• Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). IAPI, 2014

‘20 Modul Auditing II Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai