Anda di halaman 1dari 6

Nama : Winda Dwi Agustia

NIM : 4441210048

Kelas : 2B Agribisnis

Mata Kuliah : Studi Kebantenan

Tugas

1. Analisis bacaan diatas secara baik cermat


2. Buat sinopsis dari bacaan diatas minimal 2 halaman
3. Dari bacaan diatas jawab hal hal berikut
a. apa yang melatar belakangi nya
b. bagaimana pengaruhnya terhadap pembangunan kebangsaan berkelanjutan
c. upaya apa yang dapat dilakukan agar pembangunan memberikan nilai manfaat
dimasa yang akan datang
Jawab

1.
2. ISLAM PADA MASA KESULTANAN BANTEN

PERSPEKTIF SOSIO-HISTORIS

Tome Pires tiba di Banten pada tahun 1513, dia melihat sudah banyak orang Islam di
Banten. Islam tersebar di Banten sebelum abad ke-15. Letak Banten yang berada di dua jalur
international, membuat Banten menjadi tempat persinggahan para pedagang, yang datang dari
berbagai negara yang salah satunya berasal dari Arab. Dan kemudian datang Syarif
Hidayatullah bersama 98 orang muridnya di Banten membuat Islam menjadi lebih besar.
Karena Syarif Hidayatullalı mempunyai akhlak yg baik , oleh karena itu Bupati Banten
menikahkan dengan adik perempuannya yang bernama Nyai Kawunganten. Setelah Syarif
Hidayatullah dipanggil pulang ke Cirebon, maka tugas penyebaran Islam dialihkan kepada
Hasanudin. Penguasa yang bertahta pada saat Hasanuddin melakukan dakzahnya adalah Prabu Pucuk
Umun yang mempunyai kedudukan di Banten Girang (tiga kilometer jaraknya dari Serang ke arah
selatan). Hasanuddin memenangkan pertandingan mengadu ayamnya dengan Prabu Pucuk
Umun. Oleh karena itu, tahta Prabu Pucuk Umun diganti oleh Hasanuddin. Banyak Penduduk
Banten Girang yang tidak mau masuk Islam dan melarikan diri ke Pegunungan Selatan, yang biasa
kita sebut dengan orang Baduy. Kekuasaan dipindahkan dari Banten Girang ke Surosowan, karena
Surosowan sebagai ibukota kesultanan yang dekat pantai itu dan akan berpotensi untuk
mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Banten menjadi semakin maju pada tahun1552,
sehingga Banten dijadikan negara bagian dari Demak dan Hasanuddin menjadi sultannya. Pada tahu
1570 Maulana Hasanuddin wafat dan dikuburkan di samping Masjid Agung.

Sebagai pengganti Hasanuddin, Maulana Yusuf lebih mengutamakan pembangunan


kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian. Pada tahun 1579 Maulana berhasil
menaklukkan seluruh kerajaan Sunda di Pakuan, untuk menyebarkan agama Islam ke daerah
pedalaman Banten. Maula juga berhasil dalam membangun perdagangan yang telah dibangun
Hasanuddin menjadi lebih ramai sehingga, banyak para pendatang untuk tinggal dan menetap
di Banten. Maulana Yusuf menikah dengan Ratu Hadijah dan mempunyai dua anak yang
bernama Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Pada tahun 1580 Maulana Yusuf wafat di
usianya yang ke delapan puluh tahun, dan dimakamkan di Pekalangan Gede. Setelah
kepergiannya Maulana Yufuf digantikan oleh anaknya yang baru berusia 9 tahun, yaitu
Pangeran Muhammad.
Di usia yang masih muda Maulana Muhammad ingin memakmurkan Banten dan
menyebarkan lslam ke seluruh nusantara dan menaklukkan Palembang, karena Palembang
dulunya merupakan daerah kekuasaan ayahnya saat masih bagian kesultanan Demak namun
melepaskan diri. Saat tiba di Palembang, terjadilah pertempuran besar di sungai Musi yang
berhari-hari lamanya, namun saat hampir berhasil memenangkannya Maulana Muhammad
tertembak dan mengakibatkan kematiannya. Oleh karena itu, penyerangan tidak dilanjutkan
dan pasukan Banten kembali tanpa hasil. Maulana Muhammad meninggal di usia muda kurang
lebih 25 tahun dan meninggalkan seorang anak yang baru berusia 5 bulan dari Ratu Wanagiri,
putri dari Mangkubumi. Anak inilah yang sebagai penerus penguasa Banten.

Pimpinan Sultan Abdul Khadir pada tahun 1956-1651, lebih mengutmakan


perkembangan Islam ke dalam wilayah kesultanan Banten sendiri. Pada tahun 1651 Sultan
Abdul Kadir wafat dan dimakamkan di Kenari, berdekatan dengan makam putranya yaitu
Sultan Abulma’ali Ahmad. Kepergian Sultan Abdul Kadir digantikan oleh cucunya yang
bemama Pangeran Surya yang terkenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa.

Pada masa Sultan Ageng keagamaan masyarakat Banten ini sedang mengalami
kemajuan, yang disebabkan karena beliau mempunyai perhatian yang besar dalam
perkembangan pendidikan agama Islam. Perhatian Sultan Ageng terhadap keagaaman, tidak
membuatnya untuk mengabaikan pembangunan dalam bidang lain. Beliau juga peduli dengan
pertanian dan perdagangan, dan Banten mencapai puncak keemasannya. Intervensi Belanda
mulai merasuk kepada masyarakat Banten setelah Sultan Ageng tertangkap dan ditawan oleh
kolonial Belanda. Sultan Ageng meninggal dunia saat masih menjadi tahanan Belanda di
benteng Batavia pada tahun 1692, dan atas permintaan keluarga, Sultan Ageng Tirtayasa
akhirnya dipulangkan ke Banten dan dimakamkan di kompleks Masjid Agung Banten.

Masa pemerintahan Sultan Haji dipenuhi dengan banyak pemberontakan serta


kekacauan di berbagai bidang. Sultan Haji adalah putra mahkota dari Sultan Ageng, namun
hubungannya dengan Belanda berbedah. Pikiran Sultan Haji dengan ayahnya sangat berbedah,
namun ia dikenal sebagai muslim yang sangat shaleh, dan menjadi pengikut sebuah tarekat
yang diajarkan oleh gurunya. Banyak kebijakan yang dikeluarkan Sultan Haji menandakan
bahwa ia ingin menjadikan Banten negara Islam sepenuhnya. Sikap Sultan Haji yang
seenaknya itu sangat berbedah dengan sikap ayahnya. Pada tahun 1687 Sultan Haji meninggal
dunia dan dimakamkan sejajar dengan makam ayahnya yaitu Sultan Ageng Tinayasa.
Pernikahannya Sultan Haji dengan istrinya mempunyai beberapa orang anak di antaranya
adalah Pangeran Ratu dan Pangeran Adipati.
Pewaris tahta kesultanan setelah masa Sultan Haji terus berganti di antaranya para
keturunan dari Maulana Hasanuddin, yaitu Sultan Abulfadhl Muhammad Yahya. Sultan
Abulfadhly mempunyai sikap kepada Belanda yang sangat berbedah dengan ayahnya. Beliau
hanya bertahan selama 5 tahun. Sultan Abulfadhl Muhammad Yahya tidak berputera, maka
pewaris akan dilanjutkan oleh adiknya yang bernama Pangeran Adipati dan mempunyai gelar
Sultan Abulmahasin Muhammad Zainul Abidin. Pada masa Sultan Zainul Abidin ini, terdapat
seorang keturunan kesultanan Banten yang bernama Sangka pindah agama ke agama Kristen,
dan mengubah namanya menjadi Helena van Bantam. Sangka atau Helena van Bantam
terancam hukuman mati. Sangka juga sempat pindah ke Batavia lalu menikah dengan seorang
Kristen dan tinggal di sana, namun Sultan mengajukan permohonan kepada pemeritah kolonial
untuk dipulangkan ke Banten.

Sultan Zainul Abidin diganti oleh Sultan Abulfathi Muhammad Syifa Zainal Arifin.
Sultan Abulfathi Muhammad Syifa Zainal Arifin mempunyai istri keturunan Arab yang
bernama Ratu Syarifah Fatimah. Semasa pemerintahan Sultan Abulfathi Muhammad Syifa
Zainal Arifin selalu dipengaruhi istrinya. sehingga beliau ditentang saat menunjuk Pangeran
Gusti yang merupakan putra tertuanya menjadi putra mahkota, dan Ratu Syarifah Fatimah
justru mengangkat anak dari suami dulunya yang bernama Pangeran Syarif Abdullah. Bahkan
Ratu Syarifah juga memfitnah Sultan dan meminta Belanda untuk menangkapnya, sehingga
Sultan ditangkap dan diasingkan ke Ambon hingga meninggalnya. Sedangkan Pangeran Gusti
diasingkan ke Sailan. Karena pengangkatan Pangeran Syarif Abdullah membuat rakyat tidak
menyukai, sehingga terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Kyai Tapa dan Ratu Bagus
Buang. Pangeran Arya Adi Santika atau adik Sultan Zainul Arifin diangkat sebagai gantinya,
namun rakyat belum puas sehingga mereka mulai melakukan pemberontakan lagi dan akhirnya
kekuasaan diserahkan kepada putra mahkota Pengeran Gusti dengan gelar Sultan Abunnasr Arif
Zainul Asikin yang merupakan putra tertua Sultan Zainul Arifin.

Setelah Sultan Asyiqin wafat digantikan putranya Sultan Abulmafakhir Muhammad


Aliudin. Sultan ini tidak memiliki anak laki-laki, sehingga kekuasaan diberika kepada adiknya
benama Sultan Abulfath Muhammad Muhiddin Zainushalihin. Sultan Abulfath Muhammad
Muhiddin Zainushalihin dibunuh oleh Tubagus Ali yaitu ponakannya sendiri sekaligus pengawal
pribadinya, dan digantikan oleh Sultan Abunnasr Muhammad Ishak Zainulmuttaqin hanya
memerintah selama satu tahun dan penggantinya juga yang bernama Pangeran Natawijaya, yang hanya
memerintah satu tahun. Setelah itu digantikan lagi oleh Sultan Abunnasr Muhammad lshak
Zainulmuttaqin atau yang lebih dikenal dengan Aliuddin II.
Sultan Aliuddin II berselisih dengan Gubemur Jenderal Hindia Belanda yang bernama
Herman William Daendels, dan mengakibatkan ia di tangkap dibuang ke Ambon. Pengganti sultan
Aliudin II adalah Sultan Wakil Pangeran Suramanggala. Gelar Sultan masih tetap diizinkan oleh
kolonial Belanda akan tetapi kekuasaannya hanya sebagai pegawai Belanda. Dan pada 21 November
1508 Keraton Surosowan dihanjurkan. Kemudian Daendels mengambil penjabatan pemerintahan
Banten setingkat residen dan berada di Serang. Kemudian membagi Banten menjadi 3 daerah setingkat
yaitu kabupaten Banten Hulu, Caringin dan Anyer, dan untuk Banten Hulu diangkat Sultan
Muhammad Syafi’uddin. Karena Keraton Surosowan telah hancur, pada tahun 1813, Gubemur
Jenderal Inggris memaksa Sultan Syafiuddin untuk turun tahta dan menekannya agar
kekuasaannya diserahkan pada pemerintah Inggris dan saat juga Banten dihapuskan.

Setelah runtuhnya kesultanan, penyampaian agama Islam tetap terus dilanjutkan oleh
para ulama. Namun karena Belanda yang semakin kuat, maka dibikin dua tipe ulama di Banten.
Pertama adalah penghulu sebagai pejabat Negara dan kedua adalah kyai independen. Akhir dari
abad ke-19, seperti cerita Achmad Djajadiningrat, hampir semua keluarga di Banten
memberikan dukungan kepada satu atau dua anggota keluarganya untuk belajar ke Mekkah.dan
pada awal abad ke-20 menyatakan bahwa banyak guru agama di Mekkah yang berasal dari
Indonesia.
3.
a. Banten merupakan wilayah Kesultanan yang banyak melahirkan ulama besar dan para
pejuang islam. Kesultanan Banten dulunya hanya di bawah kekuasaan Kerajaan
Padjajaran yang bercorak Hindu. Banten juga merupakan kerajaan yang menjadi salah
satu wilayah yang sangat berpengaruh dalam perdagangan internasional. Banten juga
merupakan salah satu pelabuhan terpenting kerajaan ini dan wilayah lain. Posisi Banten
yang sangat strategis membuat wilayah ini menjadi tempat transit pedagang dari negara-
negara lain.
b. Pengaruh pada Kesultanan Banten sangat besar dalam membangun kebangsaan dan
membuat Banten menjadi semakin lebih maju dalam berbagai bidang. Banten semakin
sukses di jalur perdagangannya dan membuat masyarakat Banten tidak merasakan
kekurangan. Kesuksesan Kerajaan Banten inilah yang menjadi pendorong masyarakat
Banten saat ini dalam membangun wilayah.
c. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membangun pembangunan yang
mendahulukan manfaat dari sumber daya alam serta sumber daya manusia, dan
menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan. Sehingga hal tersebut
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam memenuhi kepentingannya tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang.

Anda mungkin juga menyukai