Anda di halaman 1dari 10

PROFIT SHARING SEBAGAI KARAKTERISTIK DASAR BANK

SYARI’AH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Manajamen Operasional Perbankan syari’ah

Dosen Pengampu:
Ambariyani, M.E.Sy

Disusun oleh :

1. Dinar Aprilita ` : 181130019


2. Reza Kurnia Sari : 181130063
3. Tangguh Briyan H. : 181130073
S1 Perbankan Syariah

FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIM) NU
METRO LAMPUNG
TAHUN.2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan
kuat dari orang Islam yang ingin terhindar dari transaksi bank yang dipandang
mengandung unsur riba. Adanya pelarangan riba dalam Islam merupakan
pegangan utama bagi bank syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya,
sehingga kontrak utang piutang antara perbankan syariah dengan nasabah
harus berada dalam koridor bebas bunga. Sistem perbankan syariah
merupakan bagian dari konsep ekonomi Islam yang memiliki tujuan untuk
membumikan sistem nilai dan etika Islam dalam wilayah ekonomi.1
Bank syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan
pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan demikian, bank islam
yang berdasarkan bagi hasilnya merupakan alternatif pengganti bunga yang
ada pada bank konvensional, dan merupakan peluang bagi umat muslim
karena dapat melakukan hubungan perbankan dengan tenang, tanpa keraguan
dan didasari oleh motivasi keagamaan yang kuat untuk pembiayaan
pembangunan ekonomi umat.
Berkaitan dengan perhitungan bagi hasil dari pendapatan yang diterima,
bank syariah berada dalam dua posisi yang berbeda. Pertama bagi hasil
pendapatan antara bank dengan nasabah dimana bank sebagai mudharib dan
nasabah sebagai shohibul maal. Kedua bagi hasil pendapatan antara bank
dengan nasabah dimana bank sebahai shohibul maal dan nasabah sebagai
mudhorib.
Penerapan terhadap prinsip lembaga keuangan syariah mengakibatkan
adanya perbedaan yang mendasar antara bank konvensional dengan bank
syariah, yaitu pada larangan bunga pada bank syariah sebagaimana sistem
bunga yang dianut oleh bank konvensional, sehingga didalam menjalankan
kegiatan operasionalnya bank syariah menganut sistem bagi hasil.2

1
Erni Susana Dan Annisa Prasetyanti, “Pelaksanaan Dan Sistem Bagi Hasil Pembiayaan
Al-Mudharabah Pada Bank Syariah,” Jurnal Keuangan Dan Perbankan 15, No. 3 (2011): 1.
2
Wirdayani Wahab, “Pengaruh tingkat bagi hasil terhadap minat menabung di bank
syariah,” JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam) 1, no. 2 (2016): 2.
Dengan demikian pembahasan makalah yang kami susun ini untuk
mengetahui karakter atau ciri khas profit sharing didalam perbankan syariah.
Dan produk-produk apa saja yang menjadi andalan dari perbankan syari’ah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Karakteristik Profit Sharing didalam Perbankan Syariah ?
2. Apa saja yang menjadi produk profit sharing dalam perbankan syari’ah ?
3. Bagaimana perhitungan bagi hasil dalam penempatan dana (Pembiayaan) ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Profit Sharing didalam Perbankan Syariah

Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau


ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut
diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat
antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil (Profit Sharing) dalam sistem
perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada
masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian
hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak
(akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak
ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya
kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan
syariah terdiri dari dua sistem, yaitu: profit sharing, revenue sharing.3

1. Profit Sharing
Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan.
Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah
adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu
perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost). Di dalam istilah lain
profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih
dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biayabiaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan
syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana
hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari
pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Sistem
profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari
perjanjian kerjasama antara pemodal (investor) dan pengelola modal

3
Sidiqi, Najatullah. 1996. Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil dalam Hukum Islam.
Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa. Hlm. 98
(enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di
antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika
mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan
di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan
ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.4
Prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah yang paling banyak dipakai
adalah al-musyarakah dan al mudharabah. Al-musyarakah adalah akad
kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Al-mudharabah berasal dari kata dharab, yang berarti
berjalan atau memukul. Secara teknis, al-mudharabah adalah kerjasama
usaha antara dua orang dimana pihak pertama (shohibul maal)
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian pengelola, pengelola harus bertanggungjawab
atas kerugian tersebut.5

B. Produk Profit Sharing dalam Perbankan Syari’ah

Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah


secara umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu musyarakah,
mudharabah, muzara’ah dan musaqah. Namun pada penerapannya prinsip
yang digunakan pada sistem bagi hasil, pada umumnya bank syariah
menggunakan kontrak kerjasama pada akad musyarakah dan mudharabah.6

1. Musyarakah
4
Wirdayani Wahab, “Pengaruh tingkat bagi hasil terhadap minat menabung di bank
syariah,” JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam) 1, no. 2 (2016): 3.
5
Erni Susana Dan Annisa Prasetyanti, “Pelaksanaan Dan Sistem Bagi Hasil Pembiayaan
Al-Mudharabah Pada Bank Syariah,” Jurnal Keuangan Dan Perbankan 15, No. 3 (2011): 3.
6
Muhammad, “Manajemen Bank Syari’ah,” (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005)
hlm.107
Adalah mencampurkan salah satu dari macam harta dengan harta
lainnya sehingga tidak dapat dibedakan di antara keduanya.
Dalam pengertian lain musyarakah adalah akad kerjasama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masingmasing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.7

Penerapan yang dilakukan Bank Syariah, musyarakah adalah suatu


kerjasama antara bank dan nasabah dan bank setuju untuk membiayai
usaha atau proyek secara bersama-sama dengan nasabah sebagai inisiator
proyek dengan suatu jumlah berdasarkan prosentase tertentu dari jumlah
total biaya proyek dengan dasar pembagian keuntungan dari hasil yang
diperoleh dari usaha atau proyek tersebut berdasarkan prosentase bagi
hasil yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

2. Mudharabah
Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa
seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu
diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah
pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah
bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal
kontrak mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang
dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan
membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada
pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan (profit). Adapun
bentuk-bentuk mudharabah adalah yang dilakukan dalam perbankan
syariah dari penghimpunan dan penyaluran dana adalah:8
a. Tabungan Mudharabah.
Simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
atau beberapa kali sesuai perjanjian.
7
Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonosia.hlm 120
8
Wahab, “Pengaruh tingkat bagi hasil terhadap minat menabung di bank syariah,” 5.
b. Deposito Mudharabah.
Merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga (perseorangan
atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu (jatuh tempo), dengan mendapat imbalan bagi
hasil.
3. Muzara’ah

Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik


lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian
kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian
tertentu (presentase) dari hasil panen.

Al-muzara’ah sering kali dikaitkan dengan mukhabarah. Di antara


keduanya ada sedikit perbedaan sebagai berikut:

1. Muzara’ah : benih dari pemilik lahan


2. Mukhabarah: benih dari penggarap9
4. Musaqoh
Secara etimologi, Musaqah berasal dari bahasa Arab, fi’il madli-nya
adalah saqa yang artinya mengalirkan, karena mengikuti wazan mufa’alah
maka kalimat saqa juga berubah menjadi musaqah.10 Musaqah merupakan
bentuk sederhana dari muzara’ah, dimana si penggarap hanya bertagung
jawab atas penyiraman dan pemeliaran.

C. Menentukan Prinsip Perhitungan Bagi Hasil


Prinsip perhitungan bagi hasil menentukan jumlah pendapatan yang
digunakan sebagai dasar perhitungan untuk bagi hasil, apakah menggunakan
penerimaan bersih, laba kotor atau laba bersih. Dalam Fatwa No. 15/DSN-
MUI/IX/2000 ini, menyatakan: bagi untung (profit sharing), yakni bagi hasil
yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi modal (ra’sul al-mal) dan

9
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah,(Jakarta: Kencana,2013), Hlm.240
10
Hasan,M.Ali, 2003, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm 282-283
biaya-biaya. Bagi hasil (revenue sharing), yakni, bagi hasil yang dihitung dari
pendapatan setelah dikurangi modal (ra’sunl al-mal).11
Menurut kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah tahun 2007, menyatakan secara eksplisit bahwa dalam hal prinsip
pembagian hasil usaha, terminology pendapatan, atau hasil yang dimaksud
adalah pendapatan brutto (gross profit). Bagi hasil mudharabah dapat
dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba dan jika berdasarkan
prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba brutto (gross
profit) bukan total pendapatan usaha (omzet). Jika berdasarkan prinsip bagi
laba, dasar pembagian adalah laba netto (net profit), yaitu laba brutto
dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.12
Penggunaan praktis gross profit sharing sebagai dasar bagi hasil bagi
nasabah penabung atau deposan dengan skema mudharabah dapat terlihat dari
pengakuan bank syariah. Pendapatan murabahab yang dibagi hasil, misalnya
adalah, nilai margin murabahab (selisih harga jual dengan harga pokok barang
yang dijual) yang uangnya telah diterima oleh bank.13

11
Rizal Yahya, Dkk,Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik, (Jakarta: Salemba
Empat, 2014), hlm. 334
12
Muhammad Syafi’i Antonio, Dasar-Dasar Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta:
Alvabet, 2003), hlm. 236
13
Rizal Yahya, Dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik, (Jakarta: Salemba
Empat, 2014), hlm. 336
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa pada
mekanisme bank syariah, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-
produk penyertaan, baik penyertaan enyeluruh maupun sebagian-sebagian atau
bentuk bisnis koorporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat dalam
kepentingan bisnis yang disebutkan tadi, harus melakukan transparasi dan
kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan
penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan proyek.

Prinsip utama yang perlu dikembangkan oleh bank islam dalam kaitan
dengan manajemen dana adalah “Bank Islam harus mampu memberikan bagi
hasil kepada penyimpan dana minimal sama dengan atau lebih besar dari suku
bunga yang berlaku di Bank Konvensional, dan mampu menarik bagi hasil
dari debitur lebih rendah dari pada bunga yang berlaku Di Bank
Konvensional”.
DAFRTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Perbankan


Syariah. Jakarta: Alvabet.

Muhammad.Teknik Prhitungan Bagi Hasil dan Princing di Bank Syariah.


Yogyakarta: UII Press.

Sidiqi, Najatullah. 1996. Kemitraan Usaha dan Bagi Hasil dalam Hukum Islam.
Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa.

Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:


Ekonosia

Susana, Erni, dan Annisa Prasetyanti. “Pelaksanaan dan Sistem Bagi Hasil
Pembiayaan Al-Mudharabah pada Bank Syariah.” Jurnal keuangan dan
Perbankan 15, (2011).
Wahab, Wirdayani. “Pengaruh tingkat bagi hasil terhadap minat menabung di
bank syariah.” JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam) 1, no. 2 (2016)
Yahya,Rizal Dkk. 2014.Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Jakarta:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai