Anda di halaman 1dari 5

DILEMA TATAP MUKA

Disusun Oleh :

Gabrielle Caitlyn/12

Kenneth Russel A/18

Masayu Michelle/24

SEKOLAH MENENGAH ATAS TARAKANITA GADING SERPONG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd
mengatakan adanya perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh (PJJ)
pada masa pandemi mengakibatkan kesenjangan capaian belajar anak, terutama untuk anak
dari sosial-ekonomi yang berbeda.

Studi menemukan bahwa pembelajaran di kelas menghasilkan pencapaian


akademik yang lebih baik dibandingkan dengan PJJ. Oleh karena itu pemerintah terus
mendorong untuk diselenggarakannya pembelajaran tatap muka terbatas sesuai dengan
protokol kesehatan yang mengacu kepada SKB 4 Menteri.

Beberapa negara menetapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam


rangka mencegah penyebaran virus COVID-19. Di Indonesia sendiri, diberlakukan
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini,
maka semua kegiatan yang dilakukan di luar rumah harus dihentikan sampai pandemi ini
mereda.

Saat ini pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan, salah satunya


meliburkan aktivitas pembelajaran tatap muka. Hal ini dilakukan sebagai upaya-upaya
pencegahan penularan virus COVID-19 ini. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif
diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020
yang juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi lainnya. Hal ini tentunya berdampak besar
pada perkembangan pendidikan anak, yang saat ini dituntut untuk belajar secara daring.
Tidak hanya pada murid, hal ini juga berdampak bagi beberapa sekolah di tiap-tiap daerah.
Banyak sekolah yang tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, karena membutuhkan
media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.
Solusi untuk permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan kebijakan
dengan membuka gratis layanan aplikasi daring bekerjasama dengan provider internet dan
aplikasi untuk membantu proses pembelajaran daring ini. Pemerintah juga harus
mempersiapkan kurikulum dan silabus permbelajaran berbasis daring. Bagi sekolah-
sekolah perlu untuk melakukan bimbingan teknik (bimtek) online proses pelaksanaan
daring dan melakukan sosialisasi kepada orangtua dan siswa melalui media cetak dan
media sosial tentang tata cara pelaksanaan pembelajaran daring, kaitannya dengan peran
dan tugasnya.

Dalam proses pembelajaran daring, penting untuk ditambahkan pesan-pesan


edukatif kepada orangtua dan peserta didik, tentang wabah pandemi COVID-19. Dengan
demikian kita dapat menerima pembelajaran yang sama dengan tatap muka tetapi berbasis
online.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, menegaskan PTM dapat
dilakukan jika tingkat kasus positif (positivity rate) infeksi virus COVID-19 di suatu daerah
rendah atau kurang dari 5% sehingga masuk dalam kategori zona aman. Dasarnya karena
tingkat penularan virus COVID-19 di Indonesia masih tinggi yakni di atas 10%. Jika
berpatokan pada hal itu, pemerintah disarankan agar membatalkan keputusan tersebut.
Sebab, besar kemungkinan terjadi klaster penularan COVID-19.

Sebelum mengizinkan sekolah dibuka, pemerintah harus terlebih dahulu memutus


jaring penyebaran COVID-19, dengan cara meningkatkan tes, penelusuran kontak, serta
pembatasan sosial. Guru yang sudah divaksin belum tentu aman 100%. Potensi penularan
mulai dari rumah, di perjalanan, di dalam sekolah, pulang sekolah. Jika keputusan
pembelajaran tatap muka diterapkan sekarang, ini sangat tidak realistis karena sama saja
seperti mengorbankan kesehatan para murid.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa sosialisasi dan penyampaian informasi kepada murid dan orangtua murid
yang dikirim melalui media sosial masih kurang jelas?
2. Apa dampak dari diberlakukannya tatap muka selama pandemi masih berlangsung?

3. Bagaimana cara agar para siswa bisa memahami pembelajaran secara daring dengan
baik?

1.3 Tujuan Penulisan/Penelitian


1. Mengetahui penyebab kurang jelas nya sosialisasi dan penyampaian informasi kepada
murid dan orangtua murid yang dikirim melalui media sosial.
2. Mengetahui dampak dari diberlakukannya pembelajaran tatap muka selama pandemi
masih berlangsung.
3. Menemukan solusi agar para siswa bisa memahami pembelajaran secara daring dengan
baik.

1.4 Hipotesis

1. Rumusan masalah pertama (Mengapa sosialisasi dan penyampaian informasi kepada


murid dan orangtua murid yang dikirim melalui media sosial masih kurang jelas?)

H0: Kurangnya media sosial yang digunakan dalam sosialisasi dan penyampaian
informasi.

H1: Metode dalam sosialisasi dan penyampaian informasi kepada orangtua selalu
melalui anak dan hanya dalam bentuk dokumen juga beberapa pertemuan virtual.

2. Rumusan masalah kedua (Apa dampak dari diberlakukannya tatap muka selama
pandemi masih berlangsung?)

H0: Seluruh siswa belajar di sekolah selama pandemi COVID-19.

H1: Siswa beresiko terpapar virus COVID-19 selama pembelajaran tatap muka.

3. Rumusan masalah ketiga (Bagaimana cara agar para siswa bisa memahami
pembelajaran secara daring dengan baik?)

H0: Guru memberikan terlalu banyak tugas untuk “mengasah” kemampuan siswa.
H1: Guru berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dan metode belajar yang
mudah dipahami, dimana guru membimbing dan mengajarkan muridnya sampai bisa
lalu diberikan latihan soal secukupnya.

Anda mungkin juga menyukai