Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………    i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..   ii
BAB I      PENDAHULUAN…………………………………………………..  
1
1. Latar Belakang………………………………………………………..   1
2. Rumusan masalah……………………………………………………   1
3. Tujuan Permasalahan………………………………………………..   2
BAB II    PEMBAHASAN………………………………………………….….  
3
1. Sejarah singkat perkembangan Bahasa Indonesia……………….  3
2. Tujuan lahirnya bahasa Indonesia………………………………….    3
3. Sumber bahasa Indonesia…………………………………………..   4
4. Peresmian nama bahasa Indonesia…………………………………  5
5. Peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan

bahasa Indonesia …………………………………………………………………….. 


6

1. Kedudukan dan fungsi bahasa…………………………………………….  10


2. Bersikap positif terhadap bahasa Indonesia…………………………..  15
BAB III  PENUTUP…………………………………………………………….. 
17
1. Kesimpulan………………………………………………………………  17
2. Saran…………………………………………………………….. ……… 19
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
 
1. A.    LATAR BELAKANG 

Bahasa merupakan bagian dari kehidupan masyarakat penuturnya.


Bagi masyarakat Indonesia, bahasa Indonesia mempunyai
kedudukan dan fungsi di dalam kehidupan masyarakat. Bahasa
Indonesia juga memiliki sejarah dan perkembangannya sampai saat
ini. Ihwal perkembangan bahasa Indonesia, kedudukan, fungsi, dan
pembahasan terkait akan dibahas dalam makalah ini.

1. B.     RUMUSAN MASALAH
0. Bagaimanakah sejarah singkat bahasa Indonesia?
A. Bagaimanakah tujuan lahirnya bahasa Indonesia?
B. Bagaimanakah sumber bahasa Indonesia?
C. Bagaimanakah proses peresmian bahasa Indonesia?
D. Bagaimanakah peristiwa penting berkaitan dengan
perkembangan bahasa Indonesia?
E. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia?
F. Bagaimanakah sikap positif terhadap bahasa
Indonesia?

1. C.    TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan data


dan informasi tentang:

1. Bagaimanakah sejarah singkat bahasa Indonesia?


2. Bagaimanakah tujuan lahirnya bahasa Indonesia?
3. Bagaimanakah sumber bahasa Indonesia?
4. Bagaimanakah proses peresmian bahasa Indonesia?
5. Bagaimanakah peristiwa penting berkaitan dengan perkembangan
bahasa Indonesia?
6. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?
7. Bagaimanakah sikap positif terhadap bahasa Indonesia?
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
1. A.    Sejarah Singkat Perkembangan Bahasa Indonesia
Berdasarkan prasasti “Amoghapasa” lokasi Negeri Melayu terletak
di JambI (Sumatera). Pemakaian Bahasa Melayu tertua di ketahui
dari prasasti raja-raja abad ke-7. Prasasti kedukan Bukit 683 M,
prasasti Talang Tuo 684 M, prasasti Kota Kapur 686 M dan prasasti
Karang Brahi 692 M.

1. B.     Tujuan Lahirnya Bahasa Indonesia

Tujuan lahirnya bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Bahasa Indonesia lahir tahun 1908 (Budi Utomo) karena tahun itu
lahir rasa nasionalisme Indonesia.
2. Bahasa Indonesia lahir tahun 1918 tanggal 25 Juni karena bahasa
Melayu mendapat pengakuan secara resmi dari Dewan rakyat
pemerintah kolonial (Volksraad), sebagai lanjutan ketetapan ratu
Belanda agar bahasa Melayu digunakan dalam perundingan.
3. Bahasa Indonesia lahir sejak tahun 1920 karena pada tahun 1921
banyak terdapat sastra modern seperti Siti Nurabaya karya Marah
Rusli.
4. Bahasa Indomesia resmi lahir sejak 28 Oktober 1928 (peristiwa
Sumpah Pemuda), ini diperkuat dengan isi sumpah Pemuda butir
ke-3 “kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
5. Bahasa Indonesia lahir tanggal 17 Agustus 1945 (Proklamasi
Kemerdekaan) karena negara Indonesia merdeka dan berdaulat di
tahun tersebut.
6. C.    Sumber Bahasa Indonesia
Apabila ingin membicarakan perkembangan bahasa Indonesia, mau
tidak mau kita harus membicarakan bahasa Melayu sebagai sumber
(akar) bahasa Indonesia yang kita pergunakan sekarang. Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak
dulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua
franca), bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan juga
hampir di seluruh Asia Tenggara.

Pertanyaan yang mungkin timbul adalah kapan sebenarnya bahasa


Melayu mulai dipergunakan sebagai alat komunikasi seperti
berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan, seperti :

1. Prasati Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683,


2. Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684,
3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686,
4. Prasasti Karang Brahi, Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi,
tahun 688, yang bertulis   Pra-nagari dan bahasanya bahasa
Melayu Kuno, memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa
Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai
alat komunikasi pada zaman Sriwijaya,
5. Prasasti Gandasuli di Jawa Tengah, tahun 832,
6. Prasasti Bogor di Bogor, tahun 942.  

Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, dapatlah dikemukakan


bahwa pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai
berikut :

1. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu


bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra,
2. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan terutama
sepanjang pantai, baik suku yang ada di Indonesia maupun bagi
pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia,
3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua
franca) antarsuku di Indonesia,
4. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.
 
1. D.    Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti berkembang
dan tumbuh terus. Pada waktu akhir-akhir ini perkembangannya
itu menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma
menjadi bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap
dalam strukutur.
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia
3. Kami putra dan putrid Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia

Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan


Sumpah pemuda. Naskah Putusan Kongres Pemuda Indonesia
Tahun 19298 itu berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut.

Pernyataan yang pertama adalah pengakuan bahwa pulau-pulau


yang bertebaran dan lautan yang menghubungkan wilayah
Republik Indonesia sekarang adalah satu kesatuan tumpah darah
(tempat kelahiran) yang disebut Tanah Air Indonesia. Pernyataan
yang kedua adalah pengakuan bahwa bumi Indonesia juga
merupakan satu kesatuan yang disebut bangsa Indonesia.
Pernyataan yang ketiga tideak merupakan pengakuan “berbahasa
satu”, tetapi merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang
menyatakan bahwa kita, bangsa Indonesia, menjunjung tinggi
bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu


yang sudah dipakai sejak pertengahan abad VII itu, menjadi bahasa
Indonesia.

 
1. E.     Peristiwa-Peristawa Yang Berkaitan Dengan
Perkembangan Bahasa Melayu /Indonesia

Tahun-tahun penting mengandung arti sangat menentukan dalam


sejarah perkembangan bahasa Melayu/Indonesia dapat diperinci
sebagai berikut.

1. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A.
Van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu,
2. Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit
buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de
Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun
1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka menerbitkan
buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-
buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan
yang tidak sedikit membantu bahasa Melayu di kalangan
masyarakat luas. Kehadiran dua novel itu di masa kini di toko
buku menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia sudah ada dan sudah
dipakai sebelum tahun 1928,
3. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling
menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada
tanggal 28 Oktober 1928 itulah para pemuda pilihan
memancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa
Indonesia,
4. Pada tahun 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan
muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru yang dipimpin oleh
Sultan Takdir Alisjahbana dan kawan-kawan,
5. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo. Putusannya adalah bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar
oleh cendekiawan dan budayawan kita saat itu,
6. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang
Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (pasal 36) menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara,
7. Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan
Republikj (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van
Ophuijsen yang berlaku sebelumnya,
8. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober-2
November 1954 memutuskan bahwa bangsa Indonesia bertekad
untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang
diangkat sebagai bahasa Nasional dan ditetapkan sebagai bahasa
negara itu,
9. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan panggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR
yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden NO. 57, tahun
1972,
10.Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoaman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia,
11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 28 Oktober-2 November 1978 merupakan peristiwa
yang penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang
diadakan  dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang
ke-50 ini, selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga
memutuskan untuk terus berusaha memantapkan kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia,
12. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada 21-
26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka
peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang
tercantum dalam GBHN, yang mewajibkan kepada semua warga
negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin,
13. Kongres Bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada
tanggal 28 Oktober-3 November 1988. Kongres ini dihadiri oleh
kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh
Nusantara dan peserta tamu dari negara sahabat. Kongres ini
ditandai dengan dipersembahkannya karya besar Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di
Nusantara, yakni berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata
Bahasa baku Bahasa Indonesia,
14. Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober-2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa
dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara. Kongres
mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia serta
mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia,
15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di hotel Indonesia
Jakarta pada 26-30 Oktober 1988. Kongres ini mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan
sebagai berikut :
0. Keanggotaannya terdiri atas tokoh masyarakat dan
pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa
dan sastra,
A. Tugasnya ialah memberikan nasihat kepada Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta
mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
B. Kongres Bahasa Indonesia VII. Kongres ini
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14-17 Oktober
2003.
C. Kongres Bahasa Indonesia VII. Kongres ini
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14-17 Oktober
2003.

1. F.     Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia


0. Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting


seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang
berbunyi Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti  bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukannya berada di
atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang
Dasar 1945 tercantum pasal khusus (bab XV, pasal 36) mengenai
kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa
negara  ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam
kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan Sumpah
Pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

 
1. Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting


seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang
berbunyi Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti  bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukannya berada di
atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang
Dasar 1945 tercantum pasal khusus (bab XV, pasal 36) mengenai
kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa
negara  ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam
kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan Sumpah
Pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia


mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari
kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia kita
pelihara dan kita kembangkan serta rasa kebanggaan pemakainya
senantiasa kita bina.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung


di samping bendera dan lambang negara kita. Di dalam
melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah memiliki
identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang
kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki
identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkan sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-
unsur bahasa lain.

Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga sebagai bahasa nasional,


adalah sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah dan
antarsuku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional kita dapat
berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga
kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial
budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian
dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di Tanah Air kita
dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-
satunya alat komunikasi.

Fungsi bahasa Indonesia keempat dalam kedudukannya sebagai


bahasa nasional adalah sebagai alat yang memungkinkan
terlaksananya penyatuan berbagai-bagai suku bangsa yang
memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-
beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat/ di dalam
hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai
suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang
bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang
bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa
nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh diatas
kepentingan daerah atau golongan.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia


berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa
pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaandan pelaksanaan
pembangunan, dan kepentingan pelaksanaan pemerintah.  (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai dalam


segala bentuk upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik
dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk ke
dalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan dokumen-dokemen
dan putusan-putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-
pidato kenegaraan.

Sebagai fungsinya yang kedua di dalam kedudukannya sebagai


bahasa negara, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak samapi
dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia kecuali di daerah-
daerah, seperti daerah Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Bali, Madura, dan
Makassar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa
pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.

Sebagai fungsinya yang ketiga di dalam kedudukannya sebagai


bahasa negara, bahasa Indonesia adalah alat perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan
pemerintah. Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa
Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal balik
antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai
alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga
sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar
belakang sosial budaya dan bahasanya.

Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa


Indonesia berfungsi sebagaai alat pengembangan kebudayaan
nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam hubungan ini,
bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan
kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitas sendiri,
yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang
sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk
menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita.

Di samping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula


bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media
massa. Media massa cetak dan elektronik, baik visual, audio
maupun audio visual harus memakai bahasa Indonesia. Media
massa menjadi tumpuan kita dalam menyebarluaskan bahasa
Indonesia secara baik dan benar.
Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia
dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian
bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa
Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional.

1. G.    Bersikap Positif Terhadap Bahasa Indonesia

Pembinaan bahasa Indonesia yang diusahakan oleh badan resmi


seperti Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, tidak akan
banyak berguna tanpa keterpaduan sikap dan tindakan dari badan
lain dan pemakai bahasa. Keberhasilan badan yang mengusahakan
pembinaan berpulang kepada pemakai bahasa. Atas dasar ini
pembinaan bahasa (bahasa Indonesia) haruslah berupa sikap gerak
terpadu seluruh masyarakat pemakai bahasa. Sifat pembinaan yang
dilakukan oleh badan atau lembaga resmi hanya bersifat
“meluruskan” persoalan-persoalan kebahasaan. Gagasan ini akan
menjadi kenyataan kalau pemakai bahasa menyadari sepenuhnya
fungsi dan makna Bahasa Indonesia atau Bahasa negara serta
mengetahui pentingnya berbahasa dengan baik.

Di luar badan atau lembaga resmi pembinaan bahasa Indonesia


dapat dikaitkan dengan hal yang dikatakan oleh Anton Moeliono
melalui istilah bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap
positif terhadap bahasa Indonesia dapat dijabarkan menjadi tiga
macam, yaitu :

1. Setia Bahasa

Kesetiaan terhadap negara dan bangsa tanpa terwujud pula sikap


setia dan hormat kepada bahasa Nasional atau bahasa Negara,
berarti mengingkari sifat hakiki kesadaran nasional yang tertuang
dalam Sumpah Pemuda. Dengan demikian kesadaran nasional yang
tidak utuh. Sebaliknya kesetiaan terhadap Bahasa Nasional
merupakan salah satu bentuk perwujudan kesadaran nasional.

1. Bangga Bahasa

a)      Beberapa tindakan atau Tidak merasa malu atau rendah diri
tampil dalam setiap forum untuk berbicara dalam bahasa
Indonesia,
b)      Dengan penuh kesadaran mengutamakan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi pengungkapan ide,

c)      Percaya kepada potensi bahasa sendiri (bahasa Indonesia)


dengan tetap mengakui peranan positif unsur serapan bahasa asing
dalam meningkatkan kualitas bahasa Indonesia. Dalam kaitan ini,
unsur bahasa asing tidak ditolak kehadirannya tetapi tidak juga
diterima tanpa pertimbangan, sikap yang mewujudkan sikap
bangga bahasa Indonesia.

1. Sadar Bahasa

Di sini, pemakai bahasa dituntut agar menyadari bahwa bahasa


mempunyai kaidah atau norma. Berbahasa tidaklah sekedar
mengemukakan ide atau gagasan, tetapi berusaha menaati segala
kaidah atau norma yang berlaku. Berbahasa dengan prinsip sekedar
dapat dipahami lawan bicara tidak dapat dikategorikan ke dalam
sadar bahasa.

 
 
BAB III
PENUTUP
1. A.    KESIMPULAN
0. Sejarah Singkat Perkembangan Bahasa Indonesia
0. Berdasarkan prasasti “Amoghapasa” lokasi
Negeri Melayu terletak di Jambi
(Sumatera). Pemakaian bahasa Melayu
tertua diketahui dari prasasti raja-raja
abad ke-7,
i. Prasasti kedukan Bukit 683 M, prasasti
Talang Tuo 684 M, prasasti Kota Kapur
686 M dan prasasti Karang Brahi 692 M.
ii. Tujuan lahirnya bahasa Indonesia
0. Bahasa Indonesia lahir tahun 1908
(Budi Utomo) karena tahun itu lahir
rasa nasionalisme Indonesia.
a. Bahasa Indonesia lahir tahun 1918
tanggal 25 Juni karena bahasa Melayu
mendapat pengakuan secara resmi
dari Dewan rakyat pemerintah
kolonial (Volksraad), sebagai lanjutan
ketetapan ratu Belanda agar bahasa
Melayu digunakan dalam
perundingan.
b. Bahasa Indonesia lahir sejak tahun
1920 karena pada tahun 1921 banyak
terdapat sastra modern seperti Siti
Nurabaya karya Marah Rusli.
c. Bahasa Indonesia resmi lahir sejak 28
Oktober 1928 (peristiwa Sumpah
Pemuda), ini diperkuat dengan isi
sumpah pemuda butir ke-3 “kami
putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
d. Bahasa Indonesia lahir tanggal 17
Agustus 1945 (Proklamasi
Kemerdekaan) karena negara
Indonesia merdeka dan berdaulat
ditahun tersebut.
iii. Sumber bahasa Indonesia berkembang
dari bahasa Melayu, yang sejak dulu sudah
dipakai sebagai bahasa perantara (lingua
franca), bukan saja di Kepulauan
Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara.
iv. Peresmian Bahasa Indonesia adalah pada
tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda
kita mengikrarkan Sumpah pemuda.
Naskah Putusan Kongres Pemuda
Indonesia Tahun 19298 itu berisi tiga butir
kebulatan tekad.
v. Empat faktor yang menjadi penyebab
diangkatnya bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut.
0. bahasa Melayu sudah merupakan
lingua franca di Indonesia, bahasa
perhubungan dan bahasa
perdagangan.
a. Sistem bahasa Melayu sederhana,
mudah dipelajari karena dalam bahasa
ini tidak dikenal tingaktan bahasa,
seperti dalam bahasa Jawa (ngoko,
kromo) atau perbedaan bahasa kasar
dan halus seperti dalam bahasa Sunda
(kasar, lemes) .
b. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-
suku yang lain dengan sukarela
menerima bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
c. Bahasa Melayu mempunyai
kesanggupan untuk dipakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti luas.
vi. Tahun-tahun penting mengandung arti
sangat menentukan dalam sejarah
perkembangan bahasa Melayu/Indonesia
dapat diperinci.
vii. Ada dua macam kedudukan bahasa
Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional
sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928;
kedua, bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa negara sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945.
viii. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
lambang kebanggaan kebangsaan, (2)
lambang identitas nasional, (3) alat
perhubungan antar warga, antardaerah,
antarbudaya, dan (4) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai-bagai
suku bangsa denagn latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing ke
dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
ix. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia
ada tiga yakni setia bahasa, bangga bahasa
dan sadar bahasa
 
1. B.     SARAN

Bahasa Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan


terdahulu memiliki banyak rintangan dan kendala untuk
mewujudkan menjadi bahasa pemersatu, bahasa nasional, bahasa
Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi penerus mampu untuk
membina, mempertahankan bahasa Indonesia ini, agar tidak
mengalami kemerosotan dan diperguna dengan baik oleh pihak
luar.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Arifin, E. Zainal & S. Amran Tasai. 2002. Cermat Berbahasa
Indonesia: untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Akademika
Pressindo
Sugono, Dendy. 2008. Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar. 
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Nooryati, Rusma. 2007. Modul Bahasa Indonesia. Banjarmasin
http://id.wikipedia.org/wiki/
Bahasa_Indonesia#Bahasa_Indonesia(diakses tanggal 7 Oktober
2013)

Anda mungkin juga menyukai