Anda di halaman 1dari 11

KONFLIK DAN DINAMIKA INTEGRASI

Dampak Konflik dalam Masyarakat

Seperti dinyatakan para ahli sosiologi (Parsons, Jorgensen dan Hernandez) bahwa konflik sosial
memiliki manfaat bagi masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Konflik dapat meningkatkan kohesivitas dan solidaritas anggota kelompok


2. Memunculkan isu-isu, harapan-harapan yang terpendam yang dapat menjadi katalisator
perubahan sosial.
3. Memperjelas norma dan tujuan kelompok
4. Munculnya pribadi-pribadi atau mental-mental masyarakat yang tahan uji dalam
menghadapi segala tantangan dan permasalahan yang dihadapi, sehingga lebih bisa
mendewasakan masyarakat.
Namun demikian, konflik juga bisa bersifat destruktif terhadap keutuhan kelompok dan integrasi
sosial dalam skala yang lebih luas, misalnya mengakibatkan situasi “ketidakdamaian” sosial.

Dampak negatif dari konflik sosial bagi masyarakat, di antaranya adalah:


1. Retaknya persatuan kelompok, hal ini terjadi bilamana terjadi pertentangan angota-anggota
dalam satu kelompok.
2. Perubahan kepribadian individu, pertentangan di dalam kelompok atau antar kelompok
dapat menyebabkan individu-individu tertentu merasa tertekan sehingga mentalnya tersiksa.
3. Dominasi pihak yang lebih kuat dan takluknya pihak yang lemah, sehingga dapat
menimbulkan kekuasaan yang otoriter (dalam politik) atau monopoli (dalam ekonomi).
4. Banyaknya kerugian baik harta benda, jiwa, dan mental bangsa, yang menjurus pada
ketidakteraturan tatanan sosial.

Pengertian Konflik

Secara umum, konflik merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi


pertentangan atau pertikaian baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok, maupun kelompok dengan pemerintah
Pengertian Konflik Menurut Para Ahli

Berikut pengertian konflik menurut para ahli dilansir dari Konflik, Konsep Teori, dan
Permasalahan:

 Stephen P. Robbins : konflik (conflict) adalah sebuah proses yang dimulai ketika suatu
pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu
yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama.
 Nurdjana (1994) : mendefinisikan konflik sebagai akibat situasi dimana keinginan atau
kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah
satu atau keduanya saling terganggu.
 Kilman dan Thomas (1978) : konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar
nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun
dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat
mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi
efisiensi dan produktivitas kerja.
 Wood, Walace, Zeffane, Schermerhom, Hunt dan Osbon (1998:580) : konflik (dalam
ruang lingkup organisasi) adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak
setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/ atau
dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
 Stoner : konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumber daya
yang langka atau perselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
 Daniel Webster : mendefinisikan konflik sebagai persaingan atau pertentangan antara
pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain dan keadaan atau perilaku yang
bertentangan (Pickering, 2001).

Penyebab Konflik

Konflik bersifat universal. Itu terjadi di semua waktu dan tempat. Tidak pernah ada masyarakat
di mana beberapa individu atau kelompok tidak terlibat konflik. Menurut Malthus, berkurangnya
pasokan sarana penghidupan merupakan penyebab konflik. Menurut Darwin, prinsip perjuangan
untuk eksistensi dan bertahan hidup adalah penyebab utama konflik.
Menurut Freud dan beberapa psikolog lain, naluri bawaan untuk agresi dalam diri manusia
adalah penyebab utama konflik. Jadi, berbagai penyebab telah disebutkan yang mengarah pada
konflik. 

Ini muncul terutama dari benturan kepentingan dalam kelompok dan masyarakat dan antara
kelompok dan masyarakat. Konflik juga terjadi sebagai akibat perbedaan antara laju perubahan
norma moral suatu masyarakat dan keinginan, harapan, ketidakpuasan, dan tuntutan.

Norma moral bahwa anak-anak harus mematuhi orang tua mereka telah bertahan di negara kita
sejak jaman dahulu tetapi sekarang generasi muda ingin berjalan dengan caranya
sendiri. Akibatnya, ada lebih banyak orang tua, konflik pemuda daripada sebelumnya. Kadang-
kadang norma moral begitu luas cakupannya sehingga pihak yang berkonflik sering kali dapat
mengklaim norma serupa untuk membenarkan tuntutan mereka yang terpisah.

Misalnya, karyawan akan membenarkan pemogokan mereka atas permohonan upah tinggi di era
inflasi, sedangkan manajemen akan membenarkan pendiriannya untuk mengurangi mereka
dengan mengedepankan alasan defisit di era persaingan.

Secara singkat disebutkan penyebab konflik adalah:

Perbedaan Individu:
Tidak ada dua orang yang memiliki sifat, sikap, cita-cita, dan minat yang sama. Karena
perbedaan-perbedaan ini mereka gagal mengakomodasi diri mereka sendiri yang dapat
menimbulkan konflik di antara mereka.

Perbedaan Budaya:
Budaya adalah cara hidup suatu kelompok. Budaya suatu kelompok berbeda dengan budaya
kelompok lain. Perbedaan budaya antar kelompok terkadang menimbulkan ketegangan dan
konflik. Perbedaan agama terkadang menyebabkan perang dan penganiayaan dalam
sejarah. India dipartisi atas nama perbedaan agama.
Benturan Kepentingan:
Kepentingan orang atau kelompok yang berbeda terkadang bentrok. Dengan demikian
kepentingan buruh bentrok dengan kepentingan pengusaha yang berujung pada konflik di antara
mereka.

Perubahan Sosial:
Perubahan sosial menjadi penyebab konflik ketika sebagian masyarakat melakukan net change
seiring dengan perubahan di bagian lain. Perubahan sosial menyebabkan kelambanan budaya
yang berujung pada konflik. Konflik orang tua-remaja adalah hasil dari perubahan
sosial. Singkatnya, konflik adalah ekspresi ketidakseimbangan sosial.

Macam-macam konflik

Konflik Interpersonal

Konflik yang ada di antara dua orang disebut konflik interpersonal. Konflik berada di luar setiap
orang (karena itu menjadi awalan 'inter-') dan hanya ada di antara dua orang. Konflik antar
pribadi dapat dilihat setiap kali dua orang tidak setuju pada suatu topik.

Contohnya yaitu anak balita ketika mereka memperebutkan satu mainan atau dua pasien panti
jompo ketika mereka berdebat tentang politik. Karena kita memiliki suka dan tidak suka yang
berbeda, menikmati hal yang berbeda, dan melihat dunia dari perspektif yang berbeda, konflik
antar pribadi pasti akan terjadi.

Konflik Intrapersonal

Mengingat awalan 'intra-' berarti berasal dari dalam, Anda dapat melihat bahwa konflik
intrapersonal adalah ketika Anda merasa berkonflik tentang pikiran atau tindakan Anda sendiri.
Mungkin Anda selalu memberi tahu orang-orang bahwa mereka harus membantu tunawisma dan
kemudian, ketika Anda melihat seorang tunawisma di jalan, Anda menjadi takut dan berbalik.
Putusnya kata-kata dan tindakan Anda dapat menyebabkan kekacauan internal. Konflik
intrapersonal selalu merupakan pertarungan psikologis bagi orang yang mengalaminya.
Meskipun konflik intrapersonal bisa jadi sulit, penyelesaiannya menghasilkan pemahaman yang
lebih kuat tentang diri Anda.

Konflik Antar kelompok


Konflik antar kelompok berkaitan dengan konflik yang terjadi di antara kelompok-kelompok
orang yang terkonsolidasi. Jenis konflik ini terjadi terus-menerus selama kampanye politik yang
memanas. Bukan hanya dua kandidat yang berkonflik, tetapi individu yang sangat
mengidentifikasi dengan satu atau yang lain mungkin terlibat dalam benturan ide dan ideologi.

Konflik Antar Kelas

Konflik antar kelas terjadi saat individu maupun kelompok berada pada tingkatan kelas
masyarakat secara vertikal yang berbeda. Misalnya seperti antara buruh pabrik dengan pendiri
pabrik yang menuntut kenaikan upah dan sebaliknya.

Konflik Ras
Konflik ras / etnis adalah proses dasar dalam kehidupan sosial dan dapat bersifat merusak dan
kohesif. Dalam beberapa situasi, ini dapat merusak bagi beberapa kelompok dan bertindak
sebagai kekuatan kohesif bagi yang lain. Kelompok ras dan etnis dapat menjadi sumber dan hasil
dari dua wajah konflik sosial, bertindak sebagai penanda batas antara kelompok yang melihat diri
mereka berbeda dalam kepentingan dan nilai mereka dari kelompok lain. Contoh konflik ras
adalah ras kulit putih dan kulit berwarna yang masih banyak menjadi pemantik berbagai konflik
masa kini.

Konflik Keluarga

Konflik ini terjadi di dalam internal keluarga yang disebabkan karena beberapa faktor seperti
kecemburuan, maupun faktor ekonomi. Contohnya saja beberapa anggota keluarga
memperebutkan harta waris yang merasa bahwa bagian yang didapat tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Akibatnya konflik dalam keluarga tidak dapat dihindari.

Dampak Konflik dalam Masyarakat

Seperti dinyatakan para ahli sosiologi (Parsons, Jorgensen dan Hernandez) bahwa konflik sosial
memiliki manfaat bagi masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Konflik dapat meningkatkan kohesivitas dan solidaritas anggota kelompok


2. Memunculkan isu-isu, harapan-harapan yang terpendam yang dapat menjadi katalisator
perubahan sosial.
3. Memperjelas norma dan tujuan kelompok
4. Munculnya pribadi-pribadi atau mental-mental masyarakat yang tahan uji dalam
menghadapi segala tantangan dan permasalahan yang dihadapi, sehingga lebih bisa
mendewasakan masyarakat.

Namun demikian, konflik juga bisa bersifat destruktif terhadap keutuhan kelompok dan integrasi
sosial dalam skala yang lebih luas, misalnya mengakibatkan situasi “ketidakdamaian” sosial.

Dampak negatif dari konflik sosial bagi masyarakat, di antaranya adalah:

1. Retaknya persatuan kelompok, hal ini terjadi bilamana terjadi pertentangan angota-anggota
dalam satu kelompok.
2. Perubahan kepribadian individu, pertentangan di dalam kelompok atau antar kelompok
dapat menyebabkan individu-individu tertentu merasa tertekan sehingga mentalnya tersiksa.
3. Dominasi pihak yang lebih kuat dan takluknya pihak yang lemah, sehingga dapat
menimbulkan kekuasaan yang otoriter (dalam politik) atau monopoli (dalam ekonomi).
4. Banyaknya kerugian baik harta benda, jiwa, dan mental bangsa, yang menjurus pada
ketidakteraturan tatanan sosial.

Cara penanganan konflik sosial

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik sosial yang terjadi di masyarat,

berikut ini adalah beberapa cara penanganan konflik sosial :

 Akomodasi yaitu proses penyelesaian konflik ke arah tercapainya kesepakatan sementara

yang dapat diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi juga berarti

sebagai usaha manusia untuk meredakan dan menghindari konflik dalam rangka

mencapai kestabilan.
 Negosiasi atau Kompromi yaitu upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh

masing-masing pihak dengan cara memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu

yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua

pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.

 Arbritasi yaitu bentuk akomodasi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan

cara meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan

yang berkedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertikai. keputusan yang dibuat

harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik.

 Mediasi yaitu penyelesaian konflik sosial yang dilakukan dengan cara mendatangkan

pihak ketiga yang sifatnya netral dan tidak memihak. namun, keputusan pihak ketiga

tidak mengikat pihak manapun.

 Adjudication yaitu penyelesaian konflik melalui pengadilan.

 Toleransi yaitu suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal. Dalam

masyarakat Jawa dikenal dengan istilah 'tepa slira' atau tenggang rasa agar hubungan

sesamanya bisa saling menyadari kekurangan diri sendiri masing-masing.

 Statlemate yaitu suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai mempunyai

kekuatan yang seimbang. Mereka kemudia berhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak

melakukan pertentangan atau menghentikan konflik.

Berikut Contoh Konflik Sosial di Indonesia

1. Konflik sosial suku sampit


Contoh konflik sosial yang ada di Indonesia yang pertama adalah konflik di suku Sampit. Hal ini
merupakan salah satu yang fenomenal di tanah air.
Kasus ini wajar terjadi karena Indonesia selain sebagai karakterisik negara berkembang juga
memiliki banyak budaya dan suku serta agama.
Salah satu kasus di Kalimantan Barat ini mengalami konflik yang dilakukan oleh suku Madura
dan Dayak.

2. Konflik sosial Lampung dan Bali

Lalu yang selanjutnya konflik sosial dalam ada di Provinsi Lampung. Merupakan bagian paling
selatan pulau Sumatra ini juga pernah mengalami konflik sosial yang terjadi antara suku
Lampung sendiri dan suku Bali.
Hal yang melatar belakangi terjadinya kasus ini adalah adanya kesenjangan sosial terutama dari
segi ekonomi, singkatnya kasus ini terjadi antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang.

3. Konflik sosial Ambon


Di Ambon juga pernah terjadi konflik sosial di dalam masyarakat karena kesenjangan sosial
yang berlebihan antara warga beragama islam dengan Kristen protestan pada tahun 1998.

4. Konflik sosial Nusa Tenggara Barat

Beralih ke bagian Timur Indonesia letaknya di Nusa Tenggara Barat juga pernah mengalami
konflik sosial dengan jenis lainnya.

Konflik ini terjadi pada masyarakat Kabupaten Sumbawa Besar, yaitu di desa Sekatang dengan
latar belakang perbedaan suku dan budaya yang terjadi disana.

Anda mungkin juga menyukai