Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA DASAR I
“INVERTING AMPLIFIER”

Disusun Oleh :

1. Sintia Danik Setiawati (PMM2100243)


2. Markhaban Alkhasni (PMM2100240)
3. Nisa Meilani (PMM2100276)

Kelas :
Reguler A

Dosen Pengampu :
Wawan Kurniawan, S.Si., M.Sc.
Nehru, S.Si., M.T.

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
PERCOBAAN 3

A. Pendahuluan
I. Tujuan
Untuk membuat rangkaian dan menguji operasi penguat pembalik (inverting)
dengan menggunakan Op-Amp 741.
II. Manfaat
Supaya bisa merangkai dan menguji operasi penguat pembalik (inverting)
dengan menggunakan Op-Amp 741.

B. Tinjauan Pustaka
Satu penguat operasional atau operational amplifier dalam bahasa inggris,
sering disebut sebagai Op-Amp OpAmp (Operasional Amplifiers) pada hakekatnya
merupakan sejenis IC. Di dalamnya terdapat suatu rangkaian elektronik yang terdiri
atas beberapa transistor, resistor dan atau dioda. Jikalau kepada IC jenis ini
ditambahkan suatu jenis rangkaian, masukkan dan suatu jenis rangkaian umpan balik,
maka IC ini dapat dipakai untuk mengerjakan berbagai operasi matematika, seperti
menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, mengintegrasi, dsb. Oleh karena itu IC
jenis ini dinamakan penguat operasi atau operasional amplifier, disingkat OpAmp.
Namun demikian OpAmp dapat pula dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya
sebagai penguat audio, pengatur nada, osilator atau pembangkit gelombang, sensor
circuit, dsb. Op Amp banyak disukai karena faktor penguatannya besar (100.000 kali),
yang biasanya dikenal dengan sebuah IC dimana banyak transistor digabungkan dalam
satu kristal semikonduktor. Dengan memakai teknologi IC banyak transistor dan
komponen elektronika lain biasa digabungkan menjadi satu komponen dengan berbagai
sambungan dan sifat tertentu yang canggih. Rangkaian Op-Amp dalam IC modern
merupakan pendekatan yang baik untuk sifat Op-Amp ideal. Suatu amplifier dapat
dikatagorikan operasional jika memenuhi tiga karakteristik utama, yakni:
1. Very high gain (200.000 kali)
2. Very high input impedance
3. Very low output impedance
Op AMP umumnya terdiri atas tiga stage atau amplifier yang dirangkai secara cascade.
Ketiga stage itu masing – masing:
1. Differensitial amplifier
2. Voltage amplifier
3. Output amplifier

Penguat Operasional atau Operational Amplifier (biasa dikenal dengan Op-


Amp) merupakan sebuah komponen elektronika yang tersusun dari resistor, diode, dan
transistor. Penyusunan dari Op-Amp tersebut disusun dalam sebuah rangkaian yang
terintegrasi atau yang biasa dikenal dengan Integrated Circuit (IC). Op-Amp dalam
aplikasinya biasa digunakan sebagai penguat. Pada rangkaian, Op-Amp biasa
dilambangkan seperti pada gambar 1. Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat dua
buah input, yaitu input inverting dan noninverting. Pada gambar 1 tersebut, terdapat
pula dua sumber masukan sebagai sumber daya dari Op-Amp tersebut, yaitu tegangan
positif (+Vcc) dan tegangan negative (- Vee).

Gambar 1. Simbol Op-Amp pada rangkaian

Untuk dapat memahami sistem kerja dari Op-Amp, maka perlu diketahui terlebih
dahulu beberapa sifat-sifat Op-Amp ideal, yaitu :

a. Perbedaan tegangan input (Vdm) = 0


b. Arus input Op-Amp (ia) = 0
c. Penguat lingkar terbuka (AVOL) tak berhingga.
d. Hambatan keluaran lingkar terbuka (Ro,ol) nol.
e. Hambatan masukan lingkar terbuka (Ri,ol) tak berhingga.
f. Lebar pita (bandwidth) tak berhingga atau ∆f tak berhingga
g. Common Mode Rejection Ratio (CMRR) tak berhingga. Op-Amp yang
digunakan yaitu Op-Amp dengan tipe LM-741.

Pada Tabel 1 dapat dilihat perbandingan antara Op-Amp ideal dengan LM-741.
Tabel 1. Perbandingan Op-Amp ideal dengan LM-741

Op-Amp LM-741 mempunyai 8 kaki yang mana masing-masing kaki


mempunyai fungsi masing-masing. Rangkain Op-Amp dasar yang menyediakan
penguatan tegangan membalik ini ditunjukkan pada Gambar 3. Ini adalah rangkaian
yang sangat berguna yang juga menyediakan landasan untuk rangkaian-rangkaian Op-
Amp lainnya. Dari gambar rangkaian tersebut menunjukkan bahwa rangkaiannya
adalah suatu rangkaian umpan balik karena resistor R2 menyediakan jalur umpan balik
dari output ke input Op-Amp. Umpan balik tersebut adalah jenis umpan balik negatif
karena simyal umpan baliknya dihubungkan ke terminal pembalik (diberi label ‘–‘).

Gambar 3. Penguat Tegangan Pembalik

Sebuah penguat pembalik menggunakan umpan balik negatif untuk membalik


dan menguatkan sebuah tegangan.Resistor R2 melewatkan sebagian sinyal keluaran
kembali ke masukan. Karena keluaran taksefase sebesar 180°, maka nilai keluaran
tersebut secara efektif mengurangi besar masukan.Ini mengurangi penguatan
keseluruhan dari penguat dan disebut dengan umpan balik negatif.
Pada prinsipnya sebuah penguat operasional (operational amplifier) ideal
memiliki impedansi masukan yang sangat besar hingga dinyatakan sebagai impedansi
masukkan tak terhingga (infinite input impedance). Kondisi penguat operasional yang
memiliki impedansi masukan tak terhingga tersebut menyebabkan tidak adanya arus
yang melewati masukkan membalik (inverting input) pada penguat opersional. keadaan
tak berarus pada masukan membalik tersebut membuat tegangan jatuh diantara
masukan membalik dan masukkan tak membalik bernilai Volt. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa tegangan pada masukan membalik adalah bernilai 0 Volt karena
kondisi masukan tak membalik (non-inverting input) yang di hubungkan ke rel netral/
ground. Kondisi masukan membalik (inverting input) yang memiliki tegangan 0Volt
tersebut dinyatakan sebagai pentanahan semu (Virtual Earth/ Ground). Tegangan
output adalah : 0 = − 21 ............ (1) dimana R1= resistansiinput, dan R2 = resistansi
umpan balik (feedback resistor). Penguatan tegangan dari penguat ditentukan dari rasio
antara R2 dan R1, yaitu: = − − 21 ............ (2) Tanda negatif menunjukkan bahwa
keluaran adalah pembalikan dari masukan. Contohnya jika R2 adalah 100K Ω dan R1
adalah 1K Ω, maka nilai penguatan adalah -100KΩ / 1K Ω, yaitu - 100. Impedansi input
dan output dari rangkaian penguat pembalik pada Gambar 3 juga sangat menarik.
Impedansi output pada OpAmp ideal adalah nol dan oleh karena itu impedansi output
pada rangkaian penuhnya adalah nol. Impedansi output, Zo = 0 Ω Impedansi input pada
rangkaian tersebut ditentukan dengan rasio Zi = Vi / i1, sedangkan i1= Vi / Ri , sehingga
Impedansi input, Zi = Ri .

Differential amplifier memiliki respon frekuensi yang sangat lebar dan input
impedance yang sangat tinggi. Voltage amplifier memberikan penguatan yang sangat
tinggi dan output amplifier memberikan output impedance yang sangat rendah sehingga
dapat mengeluarkan arus listrik yang besar terhadap beban.
 Jenis – jenis atau Tipe Op-Amp
Ada banyak jenis OpAmp, namun yang umum dijual di pasaran adalah OpAmp
741. OpAmp type 741 dijual dengan dua tampilan, yakni silinder dan DIL (Dial
In Line). Yang berbentuk silinder berkaki 8 pin, sedangkan yang berbentuk DIL
ada yang berkaki 8 pin, namun ada juga yang berkaki 14 pin.

Nomor pin untuk 8 kaki dan 14 kaki:


Pin 1 (3) + Pin 5 (9) untuk penyetelan 0 volt.
Pin 2 (4) untuk inverting input.
Pin 3 (5) untuk noninverting input.
Pin 4 (6) untuk ground atau tegangan negatif.
Pin 6 (10) terminal keluaran (output).
Pin 7 (11) untuk tegangan positif.
Nomor pin dalam kurung untuk DIL 14 kaki.

 Karakteristik dan Parameter OP-AMP


a. Op-Amp Dasar
Op-Amp menggunakan differential amplifier dengan dua input (plus dan
minus) dan setidaknya satu output.

Gambar 3.2.4 Op-Amp Dasar


Rangkaian dasar Op-Amp sebagai berikut:
Gambar 3.2.5 Rangkaian Dasar Op-Amp
Penguatan yang terjadi adalah :

Unity gain
Jika Rf = R1 maka penguatan tegangan = - 1

 Op-Amp Ideal dan Op-Amp Real


Tentu saja Op-Amp yang ada tidak persis seperti Op-Amp ideal,tetapi
terdapat beberapa sifat yang tidak ideal. Pada banyak rangkaian dan pemakaian
rangkaian tersebut, pengaruh sifat real dari Op-Amp pelu diperhatikan karena
pengaruh pada fungsi rangkaian cukup besar. Rangkaian ini misalnya rangkaian
ukur yang harus memberikan hasil yang sangat teliti atau rangkaian dimana Op-
Amp dirangkai bersama dengan resistivitas yang sangat besar pada masukkan Op-
Amp.

 Diferential Amplifier

Gambar 3.2.6 Rangkaian Diferential Amplifier


Differential amplifier adalah rangkaian yang banyak digunakan dalam
IC. Perhatikan bahwa rangkaian mempunyai dua input dan dua output. Jika
sinyal input diaplikasikan pada salah satu input, dengan input yang lain
dihubungkan ke ground, operasi kerjanya disebut dengan single-ended. Jika dua
input dengan polaritas berlawanan diaplikasikan, disebut dengan double-ended.
Jika input yang sama diaplikasikan pada ke dua terminal input, disebut dengan
common mode. Dalam operasi common-mode, input sinyal yang sama
menghasilkan sinyal yang berlawanan pada masing-masing collector. Kedua
sinyal saling meniadakan sehingga outputnya menjadi nol. Dalam praktek, nilai
output tidak benar-benar nol, tapi menghasilkan sinyal yang kecil. Fitur utama
dari differential amplifier adalah gain yang sangat besar jika sinyal yang
berlawanan diberikan pada input, dibandingkan dengan gain yang sangat kecil
yang dihasilkan dari common input. Ratio dari perbedaan penguatan ini disebut
common mode rejection.

Gambar 3.2.7 Rangkaian Bias DC

 Rangkaian Integrator
Op-amp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian
dengan respons frekuensi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu
contohnya adalah rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.4. Rangkaian dasar sebuah integrator adalah rangkaian op-amp inverting,
hanya saja rangkaian umpanbaliknya (feedback) bukan resistor melainkan
menggunakan capasitor C.
Gambar 3.2.13 Integrator
Mari kita coba menganalisa rangkaian ini. Prinsipnya sama dengan
menganalisa rangkaian opamp inverting. Dengan menggunakan 2 aturan opamp
(golden rule) maka pada titik inverting akan didapat hubungan matematis : iin
= (Vin – V-)/R = Vin/R , dimana V- = 0 (aturan1) iout = -C d(Vout – V-)/dt = -
C dvout/dt;V- = 0 iin = iout ; (aturan 2) Maka jika disubtisusi, akan diperoleh
persamaan : iin = iout = Vin/R = -C dVout/dt.Dari sinilah nama rangkaian ini
diambil, karena secara matematis tegangan keluaran rangkaian ini merupakan
fungsi integral dari tegangan input. Sesuai dengan nama penemunya, rangkaian
yang demikian dinamakan juga rangkaian Miller Integral. Aplikasi yang paling
populer menggunakan rangkaian integrator adalah rangkaian pembangkit sinyal
segitiga dari inputnya yang berupa sinyal kotak.
Rangkaian penguatan konstan yang banyak digunakan adalah inverting
amplifier, seperti gambar berikut :

Gambar 3.2.16 Rangkaian Inverting Amplifier


Output diperoleh dengan mengalikan input dengan suatu konstanta
penguatan yang nilainya ditentukan oleh resistor input R1 dan resistor umpan
balik Rf . Output ini terbalik (inverted) dari input (beda phase 180o ).
C. Metode Pembuatan
I. Alat dan Bahan
1. Aplikasi proteus.
2. Komponen resistor, LM741, catu daya, grounding.
II. Prosedur Kerja
1. Dibuka aplikasi proteus dan pilih new project.
2. Diinputlan komponen LM741 dan resistor.
3. Dibuat rangkaian inverting dengan memasukkan komponen LM741 dan
resistor, kemudian diberi catu daya dan grounding sampai membentuk
rangkaian seperti gambar dibawah ini:

4. Digunakan oscilloscope untuk melihat bentuk sinyal yang dihasilkan.

5. Diatur rentang pada bagian DC (+) sebesar 12 volt dan pada DC (-) sebesar
0,8 volt dengan amplitude sebesar 1.
6. Disimulasikan dan diatur bagian horizontal sebesar 200 agar terlihat
gelombangnya.
7. Dinonaktifkan garis merah dan hijau supaya sinyal gelombang garis A dan
B terlihat.

D. Pengujian dan Pembahasan

Pada praktikum Rangkaian OP-AMP Rangkaian inverting ini, bertujuan untuk


menguji operasi penguatan pembalik (inverting) menggunakan OP-AMP 741. OP-AMP
merupakan sejenis IC yang di dalamnya terdapat suatu rangkaian elektronik yang terdiri
dari beberapa resistor, transitor, dan dioda. Jika IC jenis ini ditambahkan suatu jenis
rangkaian masukan dan suatu jenis rangkaian umpan balik, maka IC ini dapat dipakai untuk
mengerjakan berbagai operasi matematika seperti menjumlah, mengurangi, membagi,
mengali, mengintegrasi dan lainnya. Oleh sebab itu, IC jenis ini dinamakan penguat operasi
atau operasional amplifier atau biasa disebut Op-Amp. operasional amplifier (Op-Amp)
memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Impedansi input (Zi) besar = ∞


2. Impedansi output (Z0) kecil = 0
3. Penguatan tegangan (Av) tinggi = ∞
4. Band width respon frekuensi lebar = ∞
5. V0 = 0 apabila V1 = V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1
6. Karakteristik operasional amplier (Op-Amp) tidak bergantung pada temperatur atau
suhu.
Sebuah penguat pembalik menggunakan umpan balik negatif untuk membalik dan
menguatkan sebuah tegangan. Resistor Rf melewatkan sebagian sinyal keluaran kembali
ke masukan, karena keluaran takse fase sebesar 180°, maka nilai keluaran tersebut secara
efektif mengurangi besar masukan. Ini mengurangi bati keseluruhan dari penguat dan
disebut dengan umpan balik negatif, karena adalah virtual ground. Sebuah resistor dengan
nilai, ditempatkan di antara masukan non-pembalik dan bumi. Walaupun tidak dibutuhkan,
hal ini mengurangi galat karena arus bias masukan. Penguatan dari penguat ditentukan dari
rasio antara Rf dan Rin, yaitu: tanda negatif menunjukkan bahwa keluaran adalah
pembalikan dari masukan.

Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum pengujian pengoprasian


inverting ini adalah memasukkan komponen LM741 dan resistor kemudian membuat
rangkaiannya. Setelah itu dihubungkan pada kaki nomor 2 dan 6 dengan syarat R1 harus
lebih kecil dari RF atau R2. Di setiap rangkaian diberi catu daya (+) dan (-). Pada rangkaian
kali ini menggunakan DC dan Sine generator yang dihubungkan pada rangkaian. Untuk
melihat positif negatif rangkaiannya dihubungkan pada kaki DC ke pin nomor 7 dan 4.
Setelah dihubungkan didapat hasil bahwa DC bernilai positif dan sin enya bernilai negatif.
Untuk pin nomor 3 diberi grounding.

Selanjutnya untuk melihat bentuk sinyal yang dihasilkan atau bentuk penguatan
yang dihasilkan oleh 0P-AMP tersebut digunakan oscilloscope. Untuk channel A
diletakkan di sinyal masukan, untuk channel B diletakkan di bagian output di pin nomor 6.
Pada bagian DC (+) diatur rentang voltasenya sebesar 12 volt dan yang sine (-) diberi
tegangan -12 volt. Pada generator sinur diberi nama input dengan besar voltase 0,8 volts
dengan amplitude 1 kemudian dirunning atau disimulasikan. Agar gelombang terlihat
maka disetting pada bagian horizontal dengan posisi 200 dan channel C dan D
dinonaktifkan. Channel A (input) memiliki gelombang sinus seperti pada garis warna
kuning dan channel B (output) ditunjukkan dengan garis sinus berwarna biru. Pada channel
A di atur pada posisi 11 dan terjadilah penguatan dimana sinyal inputan atau channel A
memiliki gelombang yang sangat datar dan gelombang tersebut berlawanan atau bisa
disebut tidak fasa. Jadi ketika channel B mempunyai bukit, channel A memiliki gelombang
lembah, maka di channel B terjadi penguatan.

E. Kesimpulan dan Saran


I. Kesimpulan :
OP-AMP merupakan sejenis IC yang di dalamnya terdapat suatu
rangkaian elektronik yang terdiri dari beberapa resistor, transitor, dan dioda.
Penguatan dari penguat inverting ditentukan dari rasio antara Rf dan Rin, yaitu:
tanda negatif menunjukkan bahwa keluaran adalah pembalikan dari masukan.
Pada percobaan menggunakan aplikasi proteus didapatkan hasil, pada channel
A di atur pada posisi 11 dan terjadilah penguatan dimana sinyal inputan atau
channel A memiliki gelombang yang sangat datar dan gelombang tersebut
berlawanan atau bisa disebut tidak fasa. Jadi ketika channel B mempunyai bukit,
channel A memiliki gelombang lembah, maka di channel B terjadi penguatan.
II. Saran :
1. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikkan diharapkan sudah mahir
untuk menentukan bentuk rangkaian yang dibutuhkan dan mahir
menggunakan aplikasi proteus.
2. Pastikan setiap komponen termasuk jumper masuk kedalam prototype board,
sehingga tegangan dan arus dapat masuk dengan baik.
F. Daftar Pustaka

Boylestad, R., & Nashelsky, L. (1989). Electronic Devices and Circuit Theory, Fourth
Edition. Delhi : Prentice Hall of India.
Malvino, A.P. (2003). Prinsip-Prinsip Elektronika, Buku 1, Jakarta : Salemba Teknika.
Bakrie, Haris, Abdul & Saleh, Muh.. 2015. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 2.
Makassar Laboratorium Fisika FMIPA UNM.
Floyd, Thomas L.2012. Electronic Devices Ninth Edition. New Jersey: Pearson
Education.
Wahyudi. 2014. Elektronika Dasar 2. Mataram: FKIP Press Universitas Mataram.

Anda mungkin juga menyukai