Januari 1903 di Sukoharjo, Jawa Tengah ini berasal dari keluarga aristokrat Jawa. Kakeknya dari pihak ayah adalah Raden Tumenggung Reksowardono, Bupati Anom Sukoharjo kala itu. Sedangkan kakek dari pihak ibu adalah Raden Tumenggung Wirjodiprodjo, Bupati Nayak Sragen. Berasal dari keluarga priyayi, Soepomo beruntung memiliki kesempatan mengenyam pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School), setingkat dengan sekolah dasar, di Boyolali pada tahun 1917. Di tahun 1920, Soepomo lalu meneruskan pendidikannya di MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) yang terletak di kota Solo. Beliau kemudian menyelesaikan pendidikan hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia dan lulus di tahun 1923. Setelah lulus, beliau menjadi pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan Negeri Yogyakarta. Menteri Kehakiman pertama di Indonesia ini kemudian berkesempatan Sekitar tahun 1924 dan 1927, beliau mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke Rijksuniversiteit Leiden di Belanda di bawah bimbingan Cornelis van Vollenhoven, yaitu profesor hukum yang dikenal sebagai arsitek ilmu hukum adat Indonesia dan ahli hukum internasional serta salah satu konseptor Liga Bangsa-Bangsa. Thesis doktornya yang berjudul Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta (Reorganisasi sistem agraria di wilayah Surakarta) tidak hanya mengupas sistem agraria tradisional di Surakarta, namun juga secara tajam menganalisis hukum-hukum kolonial yang berkaitan dengan pertanahan di wilayah Surakarta. Thesis tersebut ditulis dalam bahasa Belanda, kritik Soepomo atas wacana kolonial tentang proses transisi agraria ini dibungkus dalam bahasa yang halus dan tidak langsung, menggunakan argumen-argumen kolonial sendiri dan hanya bisa terbaca saat kita menyadari bahwa subyektivitas Soepomo sangat kental diwarnai etika Jawa.Di tahun 1927, Soepomo resmi menyandang gelar Doktor dengan disertasinya yang berjudul Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta (Reorganisasi sistem agraria di wilayah Surakarta). Dalam disertasi tersebut, Soepomo mengupas sistem agraria tradisional di Surakarta dan menganalisis hukum-hukum kolonial yang berkaitan dengan pertanahan di wilayah Surakarta secara tajam, namun dengan bahasa yang halus dan tidak langsung. Pada tahun 1942 saat Jepang mulai menduduki Indonesia, Soepomo berperan sebagai Mahkamah Agung (Saikoo Hoin), Anggota Panitia Hukum dan Tata Negara. Tidak seperti yang diharapkan, ketika Jepang datang ke Indonesia yang tadinya mengira akan membantu membebaskan Indonesia dari penjajahan, malah sebaliknya dan membuat rakyat Indonesia makin terpuruk. Dikarenakan kebijakan Jepang yang tidak jelas, membuat rakyat Indonesia makin sengsara serta kelaparan. Dari sana rakyat Indonesia terus menagih janji kepada Jepang yang katanya akan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Perang Dunia Kedua yang terjadi dan terus menghimpit Jepang pada tahun 1944, membuat khawatir banyak pihak termasuk Soepomo. Parah tokoh tersebut khawatir Jepang membatalkan janjiinya untuk memberikan kemerdekaan Indonesia. Kemudian pada 26 April 1945, terbentuklah Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada organisasi BPUPKI, Sopomo bersama dengan Soekarno, Mohammad Hatta, AA Maramis, Abdul Wahid Hasyim dan Mohammad Yamin. Semua anggota BPUPKI masing-masing mengemukakan pendapatnya soal pemikiran untuk menjadi dasar negara. Pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo mengajukan lima prinsip. Kelima prinsip dasar negara itu adalah persatuan, mufakat dan demokrasi, keadilan sosial, kekeluargaan serta musyawarah. Selain lima prinsip tersebut, Soepomo juga menyampaikan konsep negara kesatuan untuk diberlakukan di Indonesia. Hasil pemikiran para tokoh tersebut disahkan menjadi piagam Jakarta pada 22 Juni 1945. Selanjutnya, perumusan Undang-Undang Dasar, BPUPKI digantikan dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Setelah Indonesia merdeka dari jajahan Jepang pada Agustus 1945, PPKI menggelar sidang. Sidang tersebut untuk menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta menetapkan Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Selanjutnya, PPKI juga membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Setelah terbentuk, kemudian PPKI dibubarkan dan anggotanya masuk ke KNIP. Pada 19 Agustus 1945, Presiden Soekarno membentuk kabinet yang terdiri dari 16 menteri, lalu Soepomo diangkat sebagai Menteri Kehakiman. Pada saat itu juga,, Soepomo adalah seorang Menteri Kehakiman pertama di Republik Indonesia. Soepomo Meninggal Dunia dan Diangkat Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Prof. Mr. Dr Soepomo meninggal di Jakarta, 12 September 1958 pada umur 55 tahun. Soepomo meninggal dalam usia muda akibat serangan jantung dan Ia dimakamkan di Solo. Berdasarkan Keppres No. 123 Tahun 1965, pada 14 Mei 1965 Soepomo diangkat menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional.