Anda di halaman 1dari 52

EKONOMI MAKRO ISLAM

DEFINISI
• Ilmu ekonomi makro adalah cabang dari ilmu
ekonomi, yang membahas permasalahan
kebijaksanaan makro, yakni berupa
pengelolaan dan pengendalian umum
perekonomian secara nasional, sehingga bisa
tumbuh secara seimbang, dan terhindar dari
keadaan-keadaan yang mengganggu
keseimbangan tersebut
• Abu Yusuf 731-789 “ Kitab al Kharaj”
peran Negara sangat penting untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan, adil
dalam hubungan antar Negara , manusia
dan pembangunan ekonomi
• Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam Ekonomi
makro Islam dapat diartikan sebagai ilmu yang
membahas permasalahan kebijakan ekonomi
secara makro sesuai dengan ajaran Islam.
• Dalam membahas perspektif ekonomi Islam maka
sesungguhnya ekonomi Islam bermuara kepada
akidah Islam yang bersumber dari syariatnya
yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.
• Sebelum mengkaji lebih jauh bagaimana makro
ekonomi dalam Islam, maka ada baiknya untuk
mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud
dengan ekonomi Islam.
• Ada beberapa definisi ekonomi Islam yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
a) Umer Chapra, ilmu ekonomi Islam dalah sebuah pengetahuan yang membantu
upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya
yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam
tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan
b) Muhammad Abdul Manan, ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan social
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh
nilai-nilai Islam
c) M. Akrar Kan, ilmu ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang
kebagahiaan hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber
daya alam atas dasar bekerja sama dan partisipasi.
d) Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqy, ilmu ekonomi Islam adalah respons pemikir
muslim terhadap tantangan ekonomi pada masa tertentu dengan dibantu oleh
Al-Qur’an, Sunnah, Ijtihad dan pengalaman
e) Kursyid Ahmad, mendefinisikan ekonomi Islam adalah sebuah usaha sitematis
untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara
relasional dalam perspektif Islam Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan
ekonomi Islam adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana suatu perilaku
individu muslim dalam melakukan aktivitas ekonomi harus sesuai dengan
tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid
syariah. 5. Prinsip Dasar Ekonomi Isl
MASALAH-MASALAH EKONOMI MAKRO

a) Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi; Masalah ini


berkaitan dengan bagaimana “menyetir” perekonomian nasional
dari bulan ke bulan, dari triwulan ke triwulan atau dari tahun ke
tahun, agar terhindar dari tiga penyakit:
1) Inflasi
2) Penganggguran
3) Ketimpangan dalam neraca pembayaran
a) Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan. Masalah ini
adalah mengenai bagaimana “menyetir” perekonomian agar ada
keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan
kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi.
Tujuannya agar terhindar dari 3 penyakit di atas hanya saja
waktunya panjang ( 5 tahun, 10 tahin bahkan 50 tahun) Y
Dalam analisa jangka pendek faktorfaktor
berikut kita anggap tidak berubah atau tidak
bisa kita ubah:
a) Kapasitas total dari perekonomian kita
b) Jumlah penduduk dan jumlah angkatan kerja
c) Lembaga-lembaga sosial, politik dan ekonomi
yang ada
Dalam “menyetir” perekonomian jangka pendek,
kita harus melakukan kebijaksanaan dalam jangka
pendek pula, misalnya:
 Menambah jumlah uang yang beredar
 Menurunkan suku bunga kredit (sistem ekonomi
konvensional) (nisbah bagi hasil dalam sistem
ekonomi Islam)
 Mengenakan pajak impor
 Menurunkan pajak pendapatan atau pajak
penjualan – Menambah pengeluaran pemerintah
 Mengeluarkan obligasi negara dll (dalam sistem
ekonomi harus bebas riba dan ghara)
Pendapatan Nasional Dalam
Perspektif Ekonomi Islam
• Pendekatan ekonomi konvesional menyatakan
GDP atau GNP rill dapat dijadikan sebagai
suatu ukuran kesejahteraan ekonomi
(measure of economic welfare) atau
kesejahteraan suatu negara.
• Kritik terhadap GNP sebagai ukuran
kesejahteraan ekonomi muncul dan para
pengkritik menyatakan bahwa GNP/kapita
merupakan ukuran kesejahteraan yang tidak
sempurna, karena:
a) Umumnya hanya produk yang masuk pasar yang
dihitung dalam GNP. Produk yang dihasilkan dan di
konsumsi sendiri, tidak tercakup dalam GNP.
b) GNP juga tidak menghitung waktu istirahat (leisure
time) padahal ini sangat besar pengaruhnya dalam
kesejahteraan. Semakin kaya seseorang, akan semakin
menginginkan waktu istirahat.
c) Kejadian buruk seperti bencana alam tidak dihitung
dalam GNP, padahal kejadian tersebut mengurangi
kesejahteraan.
d) Masalah polusi juga tidak dihitung dalam GNP.
Padahal polusi akan merusak lingkungan
• Yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan
sistem ekonomi lainnya adalah penggunaan parameter
falah.
• Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan
yang sebenar-benarnya, termasuk di dalamnya
komponen rohaniah.
• Al-Falah dalam pengertian Islam mengacu pada konsep
Islam tentang manusia itu sendiri.
• Dalam Islam, esensi manusia ada pada ruhaniahnya.
Karena itu seluruh kegiatan duniawi, termasuk dalam
aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi
tuntutan fisik jasadiyah tetapi juga memenuhi
kebutuhan ruhani, dimana roh merupakan esesnsi
manusia .
• Disamping unsur falah, perhitungan pendapatan
nasional berdasarkan Islam juga harus mampu
menginteraksi instrument-instrumen wakaf, zakat
dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan
umat.
• Pada intinya, ekonomi Islam dalam mengukur
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan social
berdasarkan sistem moral dan social Islam
(Manan, 1984).
• Dalam Ekonomi Islam terdapat empat hal yang
dapat diukur dengan pendekatan pendapatan
nasional, sehingga tingkat kesejahteraan bisa
dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Empat
hal tersebuut adalah:
a) Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah
tangga. Jika penyebaran pendapatan individu secara nasional bisa di deteksi secara akurat,
maka akan mudah untuk mengetahui seberapa besar rakyat yang masih hidup di bawah
garis kemiskinan. Disamping itu penghitungan GNP konvesional, produksi barang mewah
memiliki bobot yang sama dengan produksi kebutuhan pokok, maka pada ekonomi Islam
menyarankan agar produksi kebutuhan pokok memiliki bobot yang lebih berat dari pada
produksi barang-barang mewah.
b) Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sektor pedesaan. Perlu adanya
kesepakatan untuk memasukkan angka produksi komoditas yang dikelola secara subsisten
ke dalam penghitungan GNP, setidaknya dugaan kasar dari hasil produksi subsisten.
c) Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi islam adalah sangat
penting untuk mengekspresikan kebutuhan efektif atau kebutuhan dasar akan barang dan
jasa sebagai presentase total konsumsi. ordhaus dan Tobin pada tahun 1972 mengajukan
konsep MEW (Measure of Economic Welfare), MEW ini di ukur dalam 17 konteks Barat,
tetapi konsep ini menyediakan petunjuk-petunjuk untuk memperkirakan level kebutuhan
hidup minimum secara islami. Perkiraan MEW berdasarkan kepada asumsi bahwa
kesejahteraan rumah tangga merupakan ujung akhir dari seluruh kegiatan ekonomi sangat
bergantung pada tingkat konsumsi.
d) Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial islami melalui
pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah. Sedekah memiliki peran yang
signifikan di dalam masyarakat Islam, karena bagi masyarakat Islam terdapat kewajiban
menyantuni kerabat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Disamping amal sedekah,
zakat merupakan satu kewajiban pembayaran transfer yang paling penting di negara Islam.
Pendayagunaan peran zakat untuk mengatasi masalah kemiskinan di negara muslim tengah
menjadi agenda negara-negara tersebut 4
Perbedaan Ekonomi Makro Islam dengan
Makro Konvensional
Dalam teori makro, kita menggolongkan orang-
orang atau lembaga-lembaga yang melakukan
kegiatan ekonomi menjadi lima kelompok besar:
1) Rumah Tangga
2) Produsen
3) Pemerintah
4) Lembaga-lembaga Keuangan
5) Negara-negara
Kegiatan dari kelima kelompok pelaku ini serta kaitannya dengan
keempat pasar di atas akan dijelaskna perbedaan makro islam
dengan makro konvensional :
1. Kegiatan Kelompok Rumah Tangga (Household)
Kelompok rumah tangga melakukan kegiatan-kegiatan pokok berupa:
a) Menerima penghasilan dari para produsen dari “penjualan” tenaga kerja merka
(upah), deviden, dan dari menyewakan tanah hak milik mereka (tidak terlihat
dalam gambar). Dalam ekonomi Islam, belanja (konsumsi) terikat dengan
kehalalan jenis “pekerjaan yang dijual”
b) Menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga atas
simpanansimpanan mereka. (teori konvensional/non syari’ah). Dalam sistem
ekonomi syariah mereka mendapat bagi hasil (profit sharing)
c) Membelanjakan penghasilan tersebut di pasar barang/jasa(sebagai konsumen).
Dalam ekonomi Islam, belanja (konsumsi) terikat dengan kehalalan barang/jasa
yang akan dibeli
d) Menyisihkan sisa dari penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga-
lembaga keuangan. Dalam masyarakat Muslim, penghasilan juga disisihkan untuk
zakat, infak dan sedekah (ZIS) e) Membayar pajak kepada pemerintah f) Masuk
dalam pasar uang sebagai “peminta” (demanders) karena kebutuhan mereka
akan uang tunai untuk misalnya transaksi sehari-hari
2. Kegiatan Kelompok Perusahaan (Firm)
Kelompok produsen melakukan kegiatan-kegiatan pokok berupa:
a) Memproduksi dan menjual barang-barang/jasa-jasa (yaitu sebagai
supplier di pasar barang). Dalam ekonomi islam, memproduksi
dan menjual barang/jasa harus berupa barang/jasa yang halal.
b) Menyewa/menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh
kelompok rumah tangga untuk proses produksi
c) Menentukan pembelian barang-barang modal dan stok barang-
barang lain (selaku investor masuk dalam pasar barang sebagai
peminta atau demander)
d) Meminta kredit dari lembaga keuangan untuk membiayai investasi
mereka (sebagai demander di pasar uang). Dalam ekonomi Islam,
berupa pembiayaan yang sesuai syariah
(mudhorobah/muyarakah) dan sistem bagi hasil
e) Membayar pajak. Dalam ekonomi Islam, selain pajak, perusahaan
juga dikenai pembayaran zakat perusahaan.
3. Kegiatan Kelompok Pemerintah (Government)
Pemerintah (termasuk di dalamnya Bank sentral)
melakukan kegiatan berupa:
a) Menarik pajak langsung dan tak langsung
b) Membelanjakan penerimaan negara untuk membeli
barang-barang kebutuhan pemerintah (sebagai
demander di pasar barang)
c) Meminjam uang dari luar negeri. Dalam ekonomi
Islam, pinjaman adalah pembiayaan yang sesuai
dengan syari’ah dan bebas riba.
d) Menyewa tenaga kerja (sebagai demander di pasar
tenaga kerja)
e) Menyediakan kebutuhan uang (kartal) bagi
masyarakat (sebagai supplier di pasar uang)
4. Kegiatan Kelompok Negara-Negara Lain (Ekspor-Impor)
a) Menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai supplier di pasar
barang). Dalam ekonomi islam, barang impor terikat dengan status
kehalalannya
b) Membeli hasil-hasil ekspor kita (sebagai demander di pasar
barang)
c) Menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri.
Dalam ekonomi islam berupa pembiayaan secara syariah dan
bebas interst/bunga/riba
d) Membeli dari pasar barang untuk kebutuhan cabang
perusahaannya di Indonesia
e) Masuk dalam pasar uang dalam negeri sebagai penyalur uang
(devisa) dari luar negeri (sebagai supplier dana) dan sebagai
peminta kredit dan uang kartal rupiah untuk kebutuhan cabang-
cabang perusahaan mereka di Indonesia (demander akan dana).
(singkatnya sebagai penghubung pasar uang dalam negeri dengan
pasar uang luar negeri). Dalam ekonomi Islam, sistem jual beli
forex (foreign exchange) harus sesuai dengan syari’ah dan bebas
riba serta gharar
5. Kegiatan Kelompok Lembaga Keuangan
Kelompok lembaga Keuangan mencakup semua
bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan
lainnya kecuali bank Central (Bank Indonesia).
Kegiatan mereka berupa:
a) Menerima simpanan/deposito dari rumah
tangga
b) Menyediakan kredit dan uang giral (sebagai
supplier dalam pasar uang). Dalam ekonomi
islam, kredit disini berarti pembiayaan secara
syari’ah dan bebas bunga/interest
Konsep Konsumsi Dalam Islam
• Perbedaan yang terjadi dalam fungsikonsumsi seorang muslim
dengan non muslim akan berpengaruh pada fungsi lain seperti
fungsi Tabunngan dan Investasi. Hal ini disebabkan karena dalam
fungsi konsumsi perilaku konsumen muslim dipengaruhi adanya
keharusan pembayaran zakat dalam konsep pendapatan optimum
serta adanya larangan pengambilan riba dalam transaksi apapun
termasuk konsumsi, investasidantabungan.
• Pendapatan yang siap dibelanjakanseorang muslim akan berbeda
dengan bukan muslim, sebab terdapat zakat. Pendapatan seseorang
yang telah memenuhi syarat akan dikenakan zakat sebesar 2,5%.
Seseorang biasanya akan menabung sebagian dari pendapatannya
dengan beragam motif, antara lain:
a. Untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian masa depan
b. Untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi dimasa depan
c. Untuk mengakumulasikan kekayaan
• Demikian pula, seseorang akan mengalokasikan dari anggarannya untuk
investasi, yaitu menanamkannya pada sector produktif. Secara sederhana,
alokasi pendapatan seorang muslim akan dapat diformulasikan
sebagaiberikut:

Y−z=C+S+I
Dimana:
Y : pendapatan
C : konsumsi
S : tabungan
I : investasi
Z : zakat
• Ajaran agama Islam sangat mendorong kegiatan menabung dan
investasi.Rasulullah SAW bersabda, “Kamu lebih baik meninggalkan anak
keturunanmu kaya daripada miskin dan bergantung kepada belas kasih
orang lain” (HR. Bukhari-Muslim) Alokasi anggaran (pendapatan) untuk
konsumsi total berbandingterbalik (negatif) dengan tabungan. Semakin
tinggi konsumsi berarti semakin kecil tabungan dansebaliknyasemakin
besar tabungan akan menguragi tingkat konsumsi.
• Untuk mencapai tingkatkepuasan yang optimal sesuaidengantujuan
maslahah, maka seorang muslim akan mencari kombinasi yang
tepat antara tingkat konsumsi dan tingkat tabungan.
• Dampak yang dapat dianalisa dari penerapan zakat dan larangan
riba pada konsumsi dan tabungan antara lain:
1. Zakat dikenakan atas total pendapatan atau harta yang
menganggur (idle capacity) yang kurang atau tidak produktif bagi
seorang muzakky. Hal iniberdampak pada peningkatan nilai
konsumsi dan penurunan nilai tabungan.
2. Pelarangan praktek riba dalam setiap transaksi ekonomi juga akan
berdampak pada berkurangnya jumlah konsumsi yang dibiayai
oleh bunga tapi hanya bersifat sementara karena dialihkan
kebentuk konsumsi lain.
3. Penerapan zakat bagi mustahiq akan berdampak pada
peningkatan pendapatan dari perolehan zakat, sehingga
peningkataniniakan mempengruhi pula pada peningkatan
konsumsi mereka, dan bahkan dapat dikatakan meningkatkan
tabungan mereka.
• Dari gambarandiatas, diasumsikan bahwamanusia
mempunyaikecenderungan untuk menghindar dari zakat. Sehingga
ada beberapa pilihan bagi seseorang yang mempunyai tingkat
pendapatan tertentu untuk mengambil tindakan.
• Berpijak pada asumsi bahwa harta yang digunakan untuk transaksi
tabungan dianggap sebagai harta yang menganggur. Keadaan yang
mungkin terjadi dengan penerapan zakat danlarangan riba terhadap
fungsi konsumsi dan investai adalah sebagai berikut:
1. Penerapan zakat atas aset yang kurang atau bahkan tidak
produktif berpengaruh padap eningkatan konsumsi dan investasi.
2. Pelarangan atas riba akan berdampak bagi seorang pelaku
ekonomi untuk mengalokasikan anggarannya lebih kepada bentuk
investasi dan bukan tabungan yang mengandung bunga.
3. Dengan peningkatan konsumsi masing-masing individu akan
menimbulkan kenaikan konsumsi secara nasional
• Seorang muslim sejati, meskipun memiliki sejumlah harta, ia tidak
akan memanfaatkannya sendiri, karenadalam Islam setiap muslim
yang mendapat harta di wajibkan untuk mendistribusikan kekayaan
pribadinya itu kepada masyarakat yang membutuhkan (miskin)
sesuai dengan aturan syariah yaitu melalui Zakat, Infak, Sedekah
dan Wakaf (ZISWA).
• Masyarakat yang tidak berpunya atau miskin berhak untuk
menerima ZISWA tersebut sebagai bentuk distribusi kekayaan.
Intinya bahwa tingkat konsumsi seseorang itu (terutama Muslim)
didasarkan padatingkat pendaapatandan keimanan.
• Semakin tinggi pendapatan dan keimanan sesorang maka semakin
tinggi pengeluarannya untuk hal-hal yang bernilai ibadah sedangkan
pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak akan banyak
pertambahannya bahkan cenderung turun.
• Karenaitu, konsumsi dalam Islam dapat dirumuskan sebagaiberikut :
Konsumsi = Maslahah = Manfaat + Berkah
• Dengan mengkonsumsi sesuatu, maka diharapkan akan dapat
dimanfaatkan, yang dapat dirinci sebagai berikut:
1. Manfaat material, seperti murah, kaya, danlainnya.
2. Manfaat fisik/psikis meliputi rasa aman, sehat, nyaman dan lain
sebagainya.
3. Manfaat intelektual, seperti informasi, pengetahuan dan lainnya.
4. Manfaat lingkungan, eksternalitas positif.
5. Manfaat secara inter-generational dan antar-generationnal, yaitu
adanya kelestarian, bermanfaat untuk keturunan dan generasi
yang akan datang.
• Sedangkan berkah yang diharapkan dapat dari aktivitas konsumsi
tersebut yaitu:
1. Kehalalan barang dan jasa yang dikonsumsi.
2. ‘IdakIsraf artinya memberikan kegunaan bagi yang
mengkonsumsinya maupun bagi yang lainnya
3. Mendapat Ridho Allah.
Dalam ekonomi Islam, setiap aktivitas konsumsi, bagi semua orang akan
selalu menghadapi kendala. Kendala utama yang dihadapi dalam melakukan
konsumsi adalah:
1. Anggaran
2. Berkah minimum,
3. Israf dan moral Islam.
Dengan kendala tersebut, maka setiap orang akan selalu berusaha untuk
memaksimalkan maslahah dari kegiatan konsumsinya. Dengan kendala
tersebut, maka fungsi konsumsi Islami adalah fungsi maslahah yang secara
umum adalah sebagai berikut:
Fungsi konsumsi = fungsi maslahah
• M = m + (Mf, B)Yd
• M = m + Mf Yd + B Yd
• M = maslahah dalam berkonsumsi
• m = konsumsi rata-rata = kebutuhan dasar
• Mf = manfaat
• B = berkah atau amal saleh
• Yd = pendapatan halal personal (pendapatan halal yang siap dibelanjakan)
• Berdasarkan fungsi konsumsi di atas, maka seseorang atau suatu
rumahtangga akan berupaya memaksimalkan maslahanya dalam
setiap melakukan aktivitas konsumsi. Memaksimalkan maslaha
dalam arti dapat memenuhi kebutuhan dasar dan sekaligus
meningkatkan manfaat dan berkah. Dengan makin tingginya
manfaat dan berkah akan semakin tinggi amal saleh yang
didapatkan oleh seseorang atau suatu rumah tangga. Seperti yang
telah diungkapkan di atas bahwa semua aktivitas manusia yang
bertujuan untuk kebaikan adalah ibadah, maka konsumsi
merupakan aktivitas ibadah. Menyangkut ibadah ini, maka setiap
orang atau rumahtangga secara umum dapat dibedakan dalam 2
(dua) katergori, yaitu: 1. Orang atau rumah tangga yang ber-Iman
tinggi 2. Orang atau rumahtangga yang ber-Iman rendah Bagi
seseorang atau suatu rumahtangga yang mempunyai kelebihan
harta dan tingkat keimanan yang tinggi, maka mereka wajib
mengeluarkan zakat dan mereka tersebut disebut Muzakki. Karena
itu, tambahan pengeluaran Muzakki dapat ditulis sebagai berikut:
• MPCmuzakki = MPCriil + MPCamal shaleh
• Dengan demikian apabila;
• β = MPCmuzakki;
• α= MPCriil;
• d = MPC amal shaleh;
• maka fungsi konsumsi Islami-nya dapat ditulis sebagai berikut;
• C = α + (β + d) Yd
• C = α + β Yd + dYd
• Dengan kondisi:
• d = 0; α = β
• d<α
• d=α
• d>α
• d=β;α=0
• Keimanan yang semakin meningkat membuat nilai d (amal shaleh) akan
semakin mendekati nilai β. Dengan semakin tingginya nilai d maka para
Muzakki akan meminimalkan preferensi konsumsi untuk diri sendiri.
Teori Tabungan (Investasi) Dalam Islam

• Tabungan adalah selisih langsung antara pendapatan nasional


dengan konsumsi agregat (S = Y – C). Tingkat tabungan dari seorang
individu dalam teori Islam juga tidak terlepas dari pertimbangan
kemashlahatan umat secara keseluruhan. Pada kondisi tertentu
dimana masyarakat begitu membutuhkan harta atau dana, maka
individu yang memiliki dana lebih, akan mengurangi tingkat
tabungannya atau lebih tepatnya mengurangi tingkat kekayaannya
untuk membantu masyarakat yang kekurangan. Mekanisme ini
dapat berupa mekanisme sukarela atau mekanisme yang mengikat,
artinya negara memiliki wewenang dalam memaksa individu yang
berkecukupan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan,
dengan mengenakan pajak khusus atau dikenal dengan nawaib
pada masyarakat golongan kaya. Dengan demikian tingkat tabungan
dalam Islam memiliki korelasi yang kuat dengan kondisi ekonomi
• Jadi, tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekwensi atau respon dari
prinsip ekonomi Islam dan nilai moral Islam, yang menyebutkan bahwa manusia
haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah karena Allah sangat mengutuk
perbuatan israf (pemborosan) dan tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa
guna), serta mereka (diri sendiri dan keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi
yang tidak fakir. Jadi dapat dikatakan bahwa motifasi utama orang menabung disini
adalah nilai moral hidup sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir. Serta
efek zakat terhadap tabungan akan mendorong umat muslim untuk lebih sering
melakukan investasi sehingga akan mengurangi kesenjangan sosial yang ada.
• Tabungan perorangan dapat didefinisikan sebagai tabungan oleh konsumen, yang
merupakan sisa penerimaan sesudah dikurangi konsumsinya. Hal itu dapat
digambarkan dalam persamaan berikut :
S = YD – C dan S = Y – T – C
• Tabungan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai pajak sesudah dikurangi belanja
pemerintah, T – G.
• Jika penerimaan pajak melebihi belanja pemerintah, pemerintah akan mendapat
surplus anggaran à tabungan masyarakat positif Sebaliknya jika penerimaan pajak
lebih kecil dari belanja pemerintah, maka pemerintah akan mengalami defisit
anggaran tabungan masyarakat negatif. Hal tsb dapat digambarkan dengan
persamaan berikut :

S = I + G – T Atau I = S + (T-G)
• Apa yang diinvestasikan merupakan tabungannya pula Dalam suatu perekonomian yang
modern, keputusan investasi dilakukan oleh perusahaan, sementara tabungan dilakukan oleh
konsumen dan pemerintahmeningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik
yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak
atas kekayaan intelektual, maupun keahlian Investasi juga merupakan dana yang
dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad
mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk
Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
• Investasi pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset keuangan
dan investasi pada aset riil.Aset keuangan diperoleh pada lembaga keuangan, misalnya
perbankan dan pasar modal.Contohnya deposito, saham dan sukuk.Sedangkan aset riil
termasuk kedalam golongan bendabenda tidak bergerak atau aset tetap.Contohnya tanah,
properti, logam mulia, dan pabrik atau perusahaan. Investasi merupakan pengeluaran
perusahaan untuk membeli barangbarang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi
untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yaitu:
1. Investasi tetap bisnis (Business fixed Investment), yaitu pengeluaran investasi untuk
pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya
untukmendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Investasi residensial (residential Investment), pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat
tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan lainnya.
3. Investasi persediaan (Inventory Investment), yaitu pertambahan nilai stok barangbarang
yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada
akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.
• Ada beberapa hal yang perlu diketahui guna memastikan ketepatan antara alasan
dan cara melakukan investasi, yaitu:
1. Menurut Jangka Waktu:
a. Direct investment (penanaman modal langsung) atau biasa dikenal dengan
Penanaman modal jangka panjang
b. Indirect invesment (penanaman modal tidak langsung) atau biasa dikenal dengan
portofolio invesment yang pada umumnya merupakan penanaman modal jangka
pendek.
2. Menurut sektornya :
a. Investasi sektor riil, yaitu investasi yang berupa aset fisik.
b. Investasi sektor non-riil, yaitu investasi yang berupa aset non-fisik.
3. Menurut Risiko:
Setiap pilihan investasi akan berkaitan dengan dua hal, risiko dan return. Keduanya
merupakan hubungan sebab akibat dan hubungan saling kontradiktif.Dalam teori
investasi dikenal istilah “high risk high return, low risk low return”. Sebuah rumus yang
berbanding lurus.Secara umum, risiko investasi dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
sebagai berikut:
a. Investasi berisiko rendah, yaitu investasi yang dianggap aman karena tingkat
melencengnya penerimaan return yang relatif rendah.
b. b. Investasi berisiko tinggi, yaitu investasi yang memiliki tingkat kegagalan tinggi
terhadap return yang akan diperoleh. Investasi jenis ini sering disebut investasi
spekulasi.
UANG
• Menurut Thahir Abdul Muhsin Sulaiman dalam buku ‘Ilajul Musykilah Al-
Iqtishadiyah bil Islam, “Dalam mengukur harga barang-barang yang akan
dipertukarkan, harus ada standar (ukuran). Dalam kasus di atas, sulit menentukan
berapa banyak gandum untuk sesekor unta. Demikian pula, halnya kalau ada orang
akan membeli rumah dengan baju, atau budak dengan sepatu, atua tepung
dengan keledai. Proses transaksi barter seperti itu dirasakan amat sulit, karena
tiadanya ukuran yang jelas mengenai harga suatu barang. Bila ini terjadi terus,
maka perekonomian mandeg dan lamban.
• untuk mengatasi berbagai kendala dalam transaski barter, manusia selanjutnya
menggunakan alat yang lebih efektif dan efisien. Alat tukar tersebut ialah uang
yang pada awalnya terdiri dari emas (dinar), perak (dirham). Dengan demikian
komoditas berharga seperti ternak, diganti dengan logam, seperti emas atau
perak. Logam mulia ini mempunyai kelebihan,pertama,logam adalah barang yang
awet. Kedua,ia bisa dipecah menjadi satuaan-satuan yang lebih kecil.Ketiga,uang
logam emas(dinar) dan perak (dirham) senantiasa sesuai dengan antara nilai
intrinsiknya dengan nilai nominalnya. Sehingga ekonomi lebih stabil dan inflasi bisa
terkendali. Hal ini sangat berbeda dengan uang kertas yang nilai nominalnya tak
seimbang dengan nilai intrinsiknya (nilai materialnya). Sistem ini rawan goncangan
krisis dan rawan inflasi (Buku Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, 2004)
• Imam al-Ghazali mengatakan , bahwa dalam ekonomi barter sekalipun,
uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai atau barang. Misalnya unta nilainya
100 dinar dan satu gantang gandum harganya sekian dirham. Dengan
adanya uang sebagai ukuran nilai, maka uang berfungsi pula sebagai
media pertukaran (medium of exchange). Namun, harus dicatat, bahwa
dalam ekonomi Islam, uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Uang
diciptakan untuk melancarkan pertukaran dan menetapkan nilai yang
wajar dari pertukaran barang atau jasa.
• Dalam menjelaskan sejarah munculnya uang (alat tukar), Syah Wali Allah
ad-Dahlawy mengemukakan teoriwisdom (kebijaksanaan). Menurutnya,
salah satu kebijaksanaan (wisdom) yang dimiliki manusia, adalah
kebijaksanaan mengenai jual beli timbal balik, (pembeli dan penjualan),
memberi hadiah-hadiah, sewa-menyewa, memberi pinjaman, hutang dan
hipotik. Dengan kebijaksaaan inilah manusia menyadari bahwa pertukaran
barang dengan barang (barter) tidak dapat memenuhi kebutuhannya
seketika secara baik karena barter memerlukan syarat “kecocokan kedua
belah pihak pada saat yang bersamaan”(double coincidence of wants).
Oleh karena itu kemudian diperlukan “sesuatu” yang dapat diterima
secara umun sebagai media petukaran (medium of exchange) yang
sekarang disebut uang.
• Sesuatu scbagaimedium of exchangeini
berkembang dalam berbagai bentuk (Goldfeld
(1990, hal 10) mulai dari tanah hat, kulit, garam,
gigi ikan, logam, sampai berbagai bentuk surat
hutang (termasuk uang kertas). Sesuatu yang
disebut uang itu harus dapat diterima masyarakat
umum yang menurut lbn Miskawaih (1030M)
harus memenuhi syarat-syarat :
a) Tahan lama (durability),
b) Mudah (convenience) dibawa,
c) Tidak dapat dikorup ; (incorruptibility),
d) Dikehendaki (desirability),
e) Dikehendaki (desirability) semua orang, dan
f) Orang senang melihatnya.
• Rasulullah Saw telah menetapkan emas dan perak sebagai uang.
Beliau menjadikan hanya emas dan perak saja sebagai standar
uang. Standar nilai barang dan jasa dikembalikan kepada standar
uang dinar dan dirham ini. Dengan uang emas dan perak inilah
semua bentuk transaksi dilangsungkan. Beliau telah membuat
standar uang ini dalam bentuk uqiyah, dirham, mitsqal dan dinar.
Semua ini sudah dikenal dan sangat masyhur pada masa Nabi saw,
di mana masyarakat Arab telah mempergunakannya sebagai alat
tukar dan ukuran nilai dalam transaksi.
• Di masa khalifah Umar dan Usman,mata uang telah pula dicetak
dengan mengikuti gaya dirham Persia, dengan perubahan pada
tulisan yang tercantum di mata uang tersebut dengan tulisan Arab.
Memang, di awal pemerintahan Umar pernah timbul pemikiran
untuk mencetak uang dari kulit, namun dibatalkan, karena tidak
disetujui para sahabat yang lain, dengan alasan tidak terlalu awet
dan intrinsiknya tidak bisa menyamai emas dan perak.
Fungsi Uang Menurut Syariah Islam
• Menurut ekonomi Islam, uang di pandang sebagai alat tukar, bukan
suatu komoditas. Selain sebagai alat tukar, uang juga berfungsi
sebagai pengukur harga (standar nilai), hal ini sesuai denbgan
definsi uang yang dirumuskan Taqyuddin An-Nabhani, dalam
bukuAn-NizhamAl-Iqtishadi Al-Islami. Menurutnya uang adalah
standar nilai pada barang dan jasa. Oleh karena itu, dalam ekonomi
Islam, uang di defenisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk
mengukur harga setiap barang dan jasa.
• Diterimanya peranan uang ini, secara luas, dengan maksud untuk
mempermudah proses transaksi, sebagai alat ukur dan
menghapuskan ketidakadilan dan kezaliman dalam ekonomi tukar-
menukar. Karena ketidakadilan dalam ekonomi barter, digolongkan
sebagai ribafadhal. Barter adalah sebuah metode pertukaran yang
tidak praktis dan umumnya menunjukkaan banyak kepicikan dalam
mekanisme pasar. Jadi, dibutuhkan sebuah sistem penukaran tepat
guna yang praktis, yakni uang.
• Kemudian, karena majunya peradaban, uang dikembangkan sebagai
ukuran nilai dan alat tukar. Nabi Muhammad saw menyetujui
penggunaan uang sebagai alat tukar. Beliau tidak menganjurkan
barter, karena ada beberapa praktek yang membawa kepada
ketidakadilan dan penindasan. Barter hanya diterima dalam kasus
terbatas. Nabi menasehatkan agar menjual sebuah produk dengan
uang, dan membeli produk yang lain dengan harganya.
• Dengan demikian, ajaran Islam sangat mendukung tungsi uang
sebagai media petukaran (medium of exchange) karena banyak
hadis-hadis Rasulullah yang tidak menganjurkan barter tetapi
sangat menganjurkan terjadinya transaksi jual beli antara uang
dihadapkan dengan barang dan jasa. Contoh hadis yang secara
gamblang dijumpai pada Hadis Shaih Muslim, sebagai berikut :
• ‫ع‬ َُ ‫صلَى‬
َُ ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬ َُِ ُ‫ل لَهُ َرسول‬ َُ ‫ َجا َُء بِ ََللُ بِتَ ْم ُر بَ ْرنًُِ فَقَا‬: ‫ل‬ َُ ‫ّللا َع ْنهُ قَا‬
َُ ً َُ ‫ض‬ ِ ‫س ِعٌدُ َر‬ َ ًِ‫ٌِث أَب‬ ُ ‫َحد‬
ْ ‫صاعُ ِل َم‬
َ‫ط َع ُِم الُن‬ َ ‫ْن ِب‬ُِ ٌ‫صا َع‬ َ ُ‫ت ِم ْنه‬ ُ ‫ل ِب ََللُ تَ ْم ُر َكانَُ ِع ْن َدنَا َردِيءُ فَ ِب ْع‬ َُ ‫ن أٌَْنَُ َه َذا فَقَا‬ ُْ ‫سلَ َُم ِم‬َ ‫لَ ٌْ ُِه َو‬
َ‫ت ُأ‬ َُ ‫ن ِإ َذا أَ َر ْد‬ ُْ ‫ل َولَ ِك‬ُْ ‫ل تَ ْف َع‬ ِ ُ‫ك أَ َوُْه َعٌْن‬
َُ ‫الر َبا‬ َُ ‫ّللا ِع ْن َُد َذ ِل‬
َُِ ُ‫ل َرسول‬ َُ ‫سلَ َُم فَقَا‬ َُ ‫صلَى‬
َ ‫ّللا َعلَ ٌْ ُِه َو‬ َ ًِ ُ ‫ِب‬
* ‫َر ث َُم ا ْشتَ ُِر بِ ُِه‬ َُ ‫ي الت َ ْم َُر فَبِ ْعهُ بِبٌَْعُ آخ‬
َُ ‫ن تَ ْشتَ ِر‬ ُْ
• Dari Abu Said r.a, katanya : “Pada suatu ketika, Bilal datang kepada
Rasulullah saw membawa kurma Barni. Lalu Rasulullah SAW
bertanya kepadanya, “Kurma dari mana ini ?” Jawab Bilal, “Kurma
kita rendah mutunya. Karena itu kutukar dua gantang dengan satu
gantang kurma ini untuk pangan Nabi SAW.” Maka bersabda
Rasulullah SAW, lnilah yang disebut riba. Jangan sekali-kali engkau
lakukan lagi. Apabila engkau ingin membeli kurma (yang bagus), jual
lebih dahulu kurmamu (yang kurang bagus) itu, kemudian dengan
uang penjualan itu beli kurma yang lebih bagus.”
• Hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Ata Ibn Yasar, Abu Said dan
Abu Hurairah, Abu Said Al Kudri menegaskan anjuran jual beli dari
pada barter :“Ternyata Rasulullah SAW, tidak menyetujui transaksi-
transaksi dengan system barter, untuk itu dianjurkan sebaiknya
menggunakan uang. Nampaknya beliau melarang bentuk
pertukaran seperti itu karena ada unsur riba didalamnya”.
• Peranan uang sebagai alat tukar dan alat ukur juga tampak dari
hadits Nabi Saw, yaitu ketika beliau mewajibkan zakat atas aset
moneter (emas dan perak). secara tidak langsung Nabi mengatakan,
bahwa uang sebagai faktor produksi mempunyai potensi untuk
berkembang melalui usaha-usaha produktif yang riil.
• Apabila uang diterima sebagai pilar produksi, maka ketentuan
pengambilan manfa’at keuntungan (hasil), tidak boleh ditentukan di
awal tanpa melihat hasil realisasi produksi tersebut. Penetapan
porsi keuntungan di awal adalah riba dan bersifat tidak adil. Karena
itu Islam menkonsepsikan bagi hasil dalam dunia bisnis.
• Islam juga telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum-hukum
syariah, seperti dalam jinayat (pidana). Ketika Islam mewajibkan
diyat, Islam telah menentukan diyat tersebut dengan ukuran
tertentu dalam bentuk emas.
• Rasulullah pernah menyatakan di dalam surat beliau yang
dikirimkan kepada penduduk yaman ; Bahwa di dalam pembunuhan
jiwa itu terdapat diyat berupa 100 ekor unta, dan terhadap pemilik
emas (ada kewajiban) sebanyak 1000 dinar. (HR. Nasai dan Amri bin
Hazam).
• Ketika Islam mewajibkan hukuman potong tangan bagi pelaku
pencurian, Islam juga menentukan ukuran tertentu dalam bentuk
emas, yaitu seperempat dinar. ). Sabda Rasulullah Saw “Tangan itu
wajib dipotong apabila mencuri ¼ dinar atau lebih”(H.R. Bukhari
dari Aisyah).
• Ketentuan hukum di atas menunjukkan bahwa dinar, dirham
danmitsqalmerupakan satuan uang yang digunakan untuk mengukur (menghitung)
nilai barang dan jasa. Jadi, satuan dinar dan dirham inilah yang menjadi uang yang
berfungsi sebagai ukuran harga barang dan sekaligus sebagai alat tukar.
• Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith menulis bukuThe Wealth of Nation,
seorang Islam bernama al-Ghazali (w.1111 M), telah membahas fungsi uang dalam
perekonomian.
• Secara panjang lebar, ia membahas fungsi uang dalam bab “syukur” pada kitab
Ihya Ulumuddin. Dalam Bab itu ia mengatakan, “Di antara ni’mat Allah ialah
berlakunya dinar dan dirham. Dengan dinar dan dirham itu, kehidupan dunia bisa
diatur, padahal keduanya tak lebih dari logam, yakni barang yang pada asalnya
tidak berguna apa-apa. Tetapi semua orang tertarik pada kedua mata uang itu,
sebab setiap orang membutuhkan bermacam-macam barang untuk makan,
pakaian dan kebutuhan-kebutuhan lainnya”.
• Uraian-uraian Al-Gahzali berikutnya, tentang konsep-konsep ekonomi Islam,
sungguh menakjubkan. Tapi sayang, banyak di antara umat Islam yang mengutip
dan menelaah aspek tasawufnya, tanpa mengkaji secara utuh isi kitab itu, sehingga
wacana ekonomi Islam terabaikan.
• Pemikiran Al-Ghazali yang juga cukup menakjubkan tentang fungsi uang adalah
teorinya yang menyatakan bahwa uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai
warna, tetapi dapat merefleksikan semua warna. (Ihya, 4 : 91-93). Maksudnya,
uang tidak memiliki harga (intrinsik) tetapi dapat dapat merefleksikan semua
harga. Atau dalam istilah ekonomi klasik dikatakan, uang tidak memberi kegunaan
langsung (direct utility function). Hanya bila uang itu digunakan untuk membeli
barang, barulah barang itu memiliki kegunaan.
• Dalam teori ekonomi klasik dikatakan, kegunaan uang timbul dari daya belinya. Jadi uang
memberikan kegunaan tidak langsung(indirect utility function). Apapun debat para ekonom Barat
tentang konvensi ini, kesimpulannya tetap sama dengan al-Ghazali, uang tidak dibutuhkan untuk
uang itu sendiri.

• Merujuk pada Al-Qur’an, al-Ghazali mengecam orang yang menimbun uang. Orang demikian,
dikatakannya sebagai penjahat. Yang lebih buruk lagi adalah orang yang melebur dinar dan dirham
menjadi perhiasan emas dan perak. Mereka ini dikatakannya sebagai orang yang bersyukur kepada
sang pencipta Allah Swt, dan kedudukannya lebih rendah dari orang yang menimbun uang.
Menimbun uang berarti menarik uang secara sementara dari peredaran. Sedangkan meleburnya
berarti menariknya dari peredaran untuk selamanya.
• Dalam teori moneter modern, penimbunan uang berarti memperlambat perputaran uang. Ini
berarti memperkecil terjadinya transaksi sehingga perekonomian lesu. Adapun peleburan uang,
sama saja artinya dengan mengurangi jumlah penawaran uang yang dapat digunakan untuk
melakukan transaksi.
• Dalam ekonomi Islam sebagaimana dijelaskan al-Ghazali, fungsi uang adalah sebagai media
pertukaran dan standar harga barang. Siapa yang menggunakan uang tidak sesuai dengan
fungsinya, bererti dia telah kufur nikmat dalam penggunaan uang. Menimbun uang merupakan
tindakan tercela dalam perspektif ekonomi Islam, karena ia telah memenjarakan uang dan
mencegah fungsi sebenarnya. Kata al-Ghazali, penimbunan uang persis seperti orang yang
memenjarakan hakim kaum muslimin, sehingga kelancaran perasidangan hukum terhambat. Kalau
uang itu disimpan saja, maka hikmat-hikmatnya pun akan hilang dan tujuan dari adanya uang itu
tidak terwujud.

• Dinar dan dirham dalam ekonomi Islam, bukan dikhususkan untuk individu-individu tertentu, tetapi
dinar dan dirham diciptakan supaya beredar di antara manusia, lalu menjadi hakim di antara
mereka, menjadi standar harga dan alat tukar.
• Pilihan kepada uang emas sebagal alat tukar yang mempunyai nilai melekat pada zatnya (nilai
intrinsik) sama dengan nilai rielnya, nyatanya berlaku di seluruh dunia selama berabad-abad
lamanya.
DINAR DIRHAM

• Dalam fikih Islam, koin emas dan perak dikenal sebagai alat tukar
esensial (real) sedangkan uang tembaga atau perunggu dikenal
sebagai fulus dan merupakan alat tukar berdasarkan
kesepakatan. Fulus lebih mendekati sifat uang kertas yang kita kenal
sekarang karena tidak memiliki nilai intrinsik (nilai yang melekat
pada fisik) dari nilai tukar. Fungsi uang dalam perspektif ekonomi
Islam terbatas pada uang sebagai alat tukar barang dan jasa.
• Islam melarang penumpukan uang dan menjadikan uang sebagai
komoditas karena menimbun uang berarti memperlambat
perputaran uang. Artinya, meminimalisasi terjadinya transaksi
sehingga perekonomian menjadi lesu. Islam melarang riba dan
menolak segala macam transaksi yang artifisial, seperti yang terjadi
di pasar uang atau pasar modal saat ini.
• Penggunaan dinar dan dirham sebagai alat tukar
pembayaran dan kegiatan transaksi ekonomi didasarkan
pada hal-hal berikut: Alquran dan As Sunnah menyebutkan
kekayaan dan kekayaan dengan istilah emas dan perak
(dinar dan dirham).
• Upaya menegakkan rukun Islam adalah dengan membayar
zakat dan menegakkan hukum Islam. Seorang Muslim yang
memiliki emas, uang, dan harta benda lain yang telah
mencapai nishab (ukuran berat) emas senilai 20 dinar wajib
membayar zakat.
• Uang emas bersifat universal dan dapat diterima semua
pihak karena bahannya adalah emas dan relatif lebih sulit
untuk dipalsukan. Uang emas memiliki warna, kadar, dan
kekuatan tertentu yang tidak dapat dibuat dari logam lain.
• Uang emas dapat digunakan sebagai alat tabungan yang
nilainya relatif lebih stabil. Dengan uang emas, nilainya
tidak mengalami fluktuasi yang tajam karena nilai
nominalnya sama dengan nilai intrinsiknya.
• Sebagaimana diketahui bahwa sejarah alat tukar dinar dan
dirham telah dipakai sejak zaman Romawi dan Persia pra-
Islam. Perdagangan merupakan dasar perekonomian
daerah Arabia pra-Islam datang. Prasyarat untuk melakukan
transaksi adalah adanya alat pembayaran yang dapat
dipercaya. Daerah arab dan wilayah-wilayah sekitar yang
berada di bawah kekuasaan Persia dan Roma
mempergunakan dirham dan dinar sebagai alat tukar.
Namun yang penting dicatat adalah bahwa dinar dan
dirham saat itu adalah emas bukan kertas.
• Penggunaan emas sebagai alat tukar menjadi bergeser
ketika semakin luasnya wilayah perdagangan dengan
membawa emas di padang pasir atau melewati lautan yang
luas tak bertepi. Kondisi ini tentulah sangat rawan dengan
kejahatan seperti perampokan dan sebagainya.
• Kondisi ini memunculkan lembaga penitipan yang disebut
dengan Irtifaqat yaitu sistem penitipan pada lembaga-lembaga penitipan
sesuai dengan kebiasaan dan adat istiadat masing-masing daerah.
Lembaga ini berfungsi sebagai tempat penitipan atau mirip dengan save
deposit custody yang bersifat amanah dan hanya mengambil sesuatu yang
bersifat upah penyimpanan dan pembayaran administrasi. Tidak hanya itu,
lembaga ini juga mengeluarkan surat tanda terima sebagai bukti
penyimpanan.
• Sejalan dengan waktu, lembaga ini berubah fungsi menjadi lembaga
keuangan yang juga dapat memberikan pinjaman dengan imbalan berupa
bunga. Pada waktu lembaga keuangan ini masih bersifat amanah, surat
tanda bukti penyimpanan euang mas atau Bank Note dapat dipergunakan
sebagai alat pembayaran karena dijamin sepenuhnya dengan uang mas
yang ada dalam lembaga keuangan tersebut. Bank Note inilah cikal bakal
terjadinya uang kertas.
• Namun uang kertas yang dijamin seratus persen dengan emas ini ternyata
tidak bertahan lama. Menumpuknya uang emas karena tidak semua
penitip mengambil uang emasnya secara penuh sehingga membuat
pengelola lembaga keuangan tergoda untuk memberikan pinjaman
kepada pihak ketiga tanpa pengetahuan pemilik uang emas yang
bersangkutan.
• Emas sebagai alat tukar ditunjukkan dengan banyaknya kata emas
dalam Al-Quran. Dari hasil penelusuran ayat-ayat Al-Quran tentang
emas, paling tidak terdapat sembilan (9) ayat pada enam (6) surat
kata emas dalam Al-Quran.
• Tunjukan emas sebagai alat tukar sangat kuat terlihat pada kata
emas dan perak yang terdapat pada Surah Al-taubah ayat 34 yang
berbunyi: “Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak, serta
tidak menafkahkannya dijalan Allah (untuk jihad), maka
beritahukan kepada mereka (bahwa mereka akan mendapatkan)
azab yang pedih.”
• Secara umum ayat ini membicarakan tentang larangan melakukan
praktik penimbunan harta (kanzul mal) yang akan dibalas dengan
siksaan yang sangat pedih. Al-Quran di sini menyebutkan secara
khusus tentang harta (mal) dengan menyebutkan emas dan perak.
Allah memilih kata emas dan perak sebagai representasi dalam
penyebutan harta secara keseluruhan yang sangat beragam jenis.
• Dengan demikian, ayat ini berarti menunjukkan dua hal, yaitu,
bahwa emas dan perak adalah jenis harta dijadikan standar
kekayaan yang ditimbun. Lebih tegas, bahwa larangan pada ayat ini
merujuk pada fungsi emas dan perak sebagai uang atau alat tukar
(medium of exchange).
• Secara empiris berbagai penelitian membuktikan bahwa emas
sebagai alat tukar adalah paling stabil. Penelitian M. Luthfi Hamidi
dalam “Gold Dinar” misalnya membuktiukan bahwa tingkat
apresiasi emas yang telah terbukti dalam sejarah mata uang di
dunia.
• Tahun 1800 misalnya, harga emas per satu troy sons setara dengan
19,39 dolar AS, sementara pada tahun 2004, satu troy ons senilai
455,757. Ini menunjukkan, setelah dua abad lebih (200 tahun) emas
mengalami apresiasi yang luar biasa yakni sebesar 2.250 persen
terhadap dolar.
• Dalam penelitian Marlia yang berjudul “Stabilitas Dinar Emas Dan
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Inflasi Di Indonesia” juga membuktikan
nilai tukar dinar emas lebih stabil dibandingkan Nilai Tukar Rupiah
(fiat money) selama 41 tahun yaitu dimulai tahun 1970 sampai
2010.
• Dengan kata lain penggunaan dinar emas sebagai alat tukar
(medium of exchange) dalam perdagangan internasional memiliki
potensi lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan
milai tukar rupiah (fiat money). Wallahu’alam.
Keuntungan Penggunaan Dinar Dirham
dalam Perdagangan Internasional
1. Mengurangi dan menghapus risiko nilai tukar. Risiko
yang ditimbulkan dari perubahan nilai tukar akan
mempengaruhi aktivitas ekonomi dunia terutama
perdagangan internasional.
2. Penggunaan dinar akan mengurangi terjadinya
spekulasi, manipulasi dan arbitrasi terhadap mata
uang nasional. Ketika tiga negara seperti Malaysia,
Indonesia dan Brunei Darussalam melakukan
perdagangan maka akan ada tiga jenis mata uang.
Tetapi dengan menjadikan dinar sebagai mata uang
tunggal dalam perdagangan, maka tidak akan ada
spekulasi atau arbitrasi yang terjadi dalam
perdagangan tersebut.
3. Penggunaan dinar akan mengurangi biaya transaksi perdagangan
(transaction cost) dan meningkatkan perdagangan. Jumlah dinar yang
sedikit akan bisa menutupi transaksi dalam jumlah besar serta
memberikan peluang kepada negara yang tidak memiliki cadangan
devisa yang cukup sekalipun.
4. Penggunaan dinar dalam perdagangan akan meningkatkan
perdagangan yang pada akhirnya akan meningkatkan kerjasama
antar negara peserta. Penggunaan dinar akan mempengaruhi kondisi
mata uang domestik yang pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi
mata uang domestik, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi
sistem moneter nasional.
5. Penggunaan dinar dalam perdagangan internasional akan
mengurangi sovereignty (kekuasaan). Denga sistem uang fiat saat ini
telah memberikan peluang dan ruangkepada negara-negara maju
untuk menguasai perekonomian dunia dan memperbesar jurang
antara negara kaya dengan negara miskin.
Dampak Penggunaan Dinar Dalam
Perdagangan Internasional
• Dampak implementasi gold dinar dalam perdagangan internasional
diproyeksikan akan mendatangkan banyak manfaat:
1. Mengurangi dampak Volatilitas yang disebabkan oleh fluktuasi
mata uang.
2. Trader tidak perlu melakukan hedging
3. Transaksi semakin effisien karena semakin banyak negara yang
bergabung, hanya diperlukan gold dinar yang relatif kecil untuk
volume perdagangan yang difasilitasi.
4. Gold dinar akan berperan seperti mata uang bersama (common
currency) yang berimplikasi akan mengurangi biaya transaksi.
5. Keuntungan politis dimana para pendukung gold dinar akan
menjadi blok yang solid yang diperhitungkan kiprahnya.

Anda mungkin juga menyukai