Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN PANCASILA

I PUTU SIDHI SANJAYA


2016 B / 16700080
Tahun ajaran 2016/2017
BAB I
Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi Dan Ancaman Patologi Budaya

Selama masyarakat, bangsa dan negara Indonesia tidak memiliki kehendak dan perilaku nyata
untuk memberantas dan melenyapkan sifat, bentuk, perilaku, dan kekuatan yang tergolong
patologi budaya Pancasila, maka selama itu juga masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
akan bersikap ragu, tidak konsisten, tidak koheren, dan tidak koresponden dalam
melaksanakan pancasila.

Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia semestinya memiliki kekuatan “kesadaran budaya
Pancasila” yang tinggi, karena kesadaran budaya adalah suatu inti dari peradaban umat
manusia atau suatu bangsa. Diperlukan suatu semangat dan kekuatan baru dari masyarakat
bangsa dan negara Indonesia, untuk mendalami, menghayati dan mengamalkan Pancasila,
dalam kerangka mengembangkan kesadaran budaya Pancasila di tengah persaingan faham-
faham dan ideologi-ideologi yang semakin bebas dan membaur di wilayah-wilayah publik.

Eksistensi Pancasila di masa kini dan nanti sangat bergantung dari kita semua. Kita lebih tahu
untuk menyempurnakan kedudukan dan hakikat Pancasila sendiri, sehingga Pancasila dapat
teraktualisasikan dalam kehidupan warga masyarakat Indonesia sehari-hari. Semoga
kesungguhan itu menjadi sebuah realitas.

Kedudukan dan peranan Perguruan Tinggi (PT) dalam mengamalkan dan mengembangkan
Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Bangsa, memang sangat penting dan diperlukan
sekali. Jika PT bersikap lalai atau tidak sungguh-sungguh untuk ikut mengamalakan dan
mengembangkan Pancasila, maka warga masyarakat cenderung untuk mengaburkan nilai-nilai
Pancasila, sebagai akibat masuknya nilai-nilai ideologi asing yang sangat padat pada era
keterbukaan dan globalisasi sekarang ini. Karena itulah dibutuhkan bantuan yang lebih
sungguh-sungguh dari PT untuk mengamalkan dan mengembangkan Pancasila sebagai
Ideologi Nasional dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran


yang signifikan bagi bangsa dan negara Indonesia untuk menghadapi dan melenyapkan segala
sifat bentuk, dan perilaku yang tergolong patologi budaya Pancasila. PT adalah sebuah
lembaga akademis dan saintifik yang diharapkan mampu untuk melawan berkembangnya
patologi budaya Pancasila ditengah masyarakat Indonesia.
Pendahuluan :

Terdapat fenomena perjalanan sejarah bangsa dan negara yang seolah-olah terputus setelah
rejim Orde Baru runtuh sejak tahun 1998 lalu, di mana masyarakat, bangsa dan negara agak
enggan, bahkan tidak mau membicarakan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang
berdasarkan Pancasila.

Perspektif dan Kelemahan Pendidikan Pacncasila :

Kegagalan dalam membudayakan Pancasila melalui Perantaran P-4 (1978-1998) bersumber


dari ketidak jujuran penguasa dan penyelenggara negara dalam mentransormasikan nilai-nilai
Pancasila, termasuk sikap dan tindakan yang menjadikan Pancasila sebagai alat untuk
mempertahankan kekuasaan.

Kelemahan pendidikan Pancasila di lembaga pendidikan antara lain :

1. .Pendidikan Pancasila hanya terbatas pada proses hafalan saja dan tidak memberikan
kekuatan dan nilai dinamika internal dari siswa maupun mahasiswa.

2. Pendidikan Pancasila tidak memiliki metodologi yang tepat, karena Pancasila tidak mampu
dijadikan pandangan hidup untuk menghadapi realitas dan persoalan bangsa dan negara.

3. Pendidikan Pancasila belum mampu menghadapi eksistensi ideologi asing baik ideologi
Kanan dan Kiri.

Kondisi masyarakat Indonesia yang paradoks ini menjadi suatu persoalan yang sangat sulit,
karena terdapat masyarakat yang enggan untuk melaksanakan Pancasila.

Patologi Budaya Pancasila :

Selama ini sangat jarang pihak-pihak tertentu yang secara jujur untuk membicarakn ancaman
dan kelemahan bangsa dan negara Indonesia dalam mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.
Bahkan Pancasila dan UUD 1945 telah dijadikan sebagai alat”pembenar”dari suatu tindakan
yang dianggap menyimpang atau bertentangan dengan pandangan hidup bangsa.Patologi
budaya mulai akan terjadi ketika masyarakat memiliki keinginan yang sangat tinggi, namun
tidak memiliki kemampuan untuk mencapai keinginan itu sendiri.Patologi budaya Pancasila
adalah meliputi sifat, bentuk, dan perilaku yang mengancam dan menghancurkan nilai-nilai Ke
tuhanan (Sila I), Kemanusiaan (SilaII), Persatuan dan Kesatuan (Sila III), Kerakyatan (Sila IV)
dan Keadilan Sosial (Sila V). Ambilan suatu sifat, bentuk dan perilaku yang mengancam dan
menghancurkan nilai Ketuhanan (Sila I), antara lain :

Nilai-nilai Ke tuhanan (Sila I)

1. Faham ateisme
2. Faham nihilisme
3. Tidak mengakui pluralisme agama
4. Bertindak radikal atas nama agama tertentu
5. Merasa paling benar sendiri (the truth claim)

Nilai-nilai kemanusiaan (Sila II) yaitu :

1. Tindakan kekerasan dan pemunuhan


2. Tindakan pemerkosaan
3. Konflik sosial dengan kekerasan
4. Fitnah, intrik dan provokasi kotor
5. Perilaku rasialis dan ketidakadilan

Nilai-nilai Ancaman dan Pengerusakan budaya Pancasila di bumi Indonesia (Sila III)
yaitu:

1. Kekuatan yang ingin menghancurkan eksistensi NKRI


2. Kekuatan subversive asing dan global
3. Faham anti-nasionalisme dan patriotism
4. Faham etnosentrisme sempit
5. Kesadaran multikulturalisme yang rendah

Nilai-Nilai patologi budaya yang mengancam dan menghancurkan kehidupan hakikat


kerakyatan (Sila IV) dapat dirinci seagai berikut :

1. Tindakan keras dan kekuasaan otoriter


2. Faham Komunisme social dan Kapitalisme liberal, serta faham Pragmatisme,
Eksistensialisme, Nihilisme, dan Progresivisme radikal
3. Penyimpangan dalam menggunakan kekuasaan dan wewenang
4. Tindakan intimidasi dan provokasi yang kotor
5. Tindakan bohong yang mengatasnamakan rakyat

Nilai-Nilai patologi budaya yang terkait dengan keadilan social dan kesejahteraan rakyat
(Sila V) dapat dirinci sebagai berikut :

1. Kekuasaan dianggap sebagai realitias kehidupan bangsa


2. Kekuasaan mengatasi gagasan keadilan social
3. Tidak adanya kepastian hokum
4. Lembaga penegak keadilan yang tidak fungsional
5. Hukum telah dijadikan alat atau “tool”

Tindakan Konsistensi,Koherensi, dan Korespondensi :

Pada masa lalu pernah kita mendengar motto formal dari rezim Orde Baru yaitu ingin
melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun saying motto formal itu hanya
sebatas di bibir saja, dan tidak ada dalam realitas praktek kehidupan bangsa dan Negara.
Bahkan rezim Orde Baru telah melakukan tindakan manipulatif terhadap Pancasila dan UUD
1945, dengan mempergunakan Pancasila sebagai suatu kekuatan untuk mempertahankan
kekuatan rezim Orde Baru. Pengalaman pahit ini hendaknya terjadi tidak terulang kembali
dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Revitalisai adalah suatu aktivitas atau gerakan untuk menghidupan kembali nilai-nilai kehidupan
bangsa dan bernegara yang ideal, karena nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara itu
bias mengalami kemunduruan. Penulis tidak menyatakan untuk menyerukan revitalisai nilai-nilai
Pancasila. Nilai-nilai Pancasila tidak perlu direvitalisasi, karena nilai-nilai Pancasila itu sifatnya
abadi dan universal. Yang direvitalisasi itu bukan nilai-nilai Pancasila, melainkan semangat dan
kesadaran dalam berbangsa dan bernegara.

Penutup :

Pendidikan Pancasila masih tetap relevan dalam lembaga pendidikan, mulia dari Sekolah Dasar
hingga Perguruan Tinggi. Metodologi pendidikanPancasila dan suntansi pendidikan Pancasila
harus terus dikembangkan, sehingga hasil proses belajar mengajar tentang pendidikan Pncasila
dapat menghasilkan suatu kekuatan moral bangsa dan negara sebagai suatuIdeologi
Pembebasan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila harus mampu dijadikan sebagai sumber
kekuatan untuk mencegah berbagai masalah yang dihadapi bangsa dan Negara.
BAB II
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Zaman Prasejarah Indonesia.

Nama Indonesia berasal dari tulisan-tulisan (Iqbal Hasan, 2002) sebagai berikut :

1. James Richardson Logan (Inggris), yang memberi nama “Indonesia”untuk kepulauan di


lautan Hindia.
2. W.E Maxwell tahun 1862 Masehi, memberi nama “Indonesia” untuk memberi nama
bangsa yang tinggal di kepulauan yang disebut Logam.
3. Adolf Bastian (Jerman), tahun 1889 Masehi, menggunakan istilah “Indonesia”untuk
nama kepulauan dan nama bangsa yang terletak di Lautan Hindia tersebut.

Prasejarah adalah kehidupan suatu bangsa sebelum ada peninggalan tertulis. Bangsa
Indonesia berasal dari Asia Selatan kira-kira 2000 tahun sebelum masehi. Kehidupan bangsa
indonesia pada zaman prasejarah dibedakan atas 3 tingkat kehidupan sebagai berikut:

1.Masa berburu dan mengumpulkan makanan. : Dalam masa berburu dan mengumpulkan
makanan, manusia Indonesia hidup berkelompok.

2.Masa bercocok tanam : Dalam masa bercocok tanam, mereka sudah mempunyai
kemampuan mengolah alam, agar menghasilkan bahan makanan.

3.Masa Perundagian : Masa perundagian adalah masa peningkatan usaha dari masa
sebelumnya.

Zaman Sejarah Indonesia.

Sejarah Indonesia dimulai abad kelima, berdasar prasasti yang ditemukan di Kutai, Kalimantan
Timur. Prasasti tersebut ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, yang berasal dari
India. Sejarah Indonesiandimulai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Hindhu atau Budha

. Zaman Kuno

Pada masa Sriwijaya niali-nilai Pancasila telah tampak, misalnya telah berkembang agama
Budha. Berikutnya di Jawa Tengah tumbuh kerajaan Mataram Hnidhu sekitar abad ke 8,
dengan rajanya antara lain Sanjaya. Pada zaman Majapahit nilai-nilai Pancasila semakin
berkembang terbukti dengan berkembangnya agama Hindhu dan Budha, dan adanya
semboyan “ Bhineka Tunggal Ika tan hana Dharma Mangrwa” menunjukan toleransi antar umat
beragama sudah berkembang. Sumpah Palapa Gajah Mada, menunjukan bahwa persatuan
mulai dirintis. Sepeninggal Gajah Mada, Majapahit makin lemah dengan perebutan kekuasaan
akhirnya ryntuh sekitar tahun 1478 masehi.

A. Zaman Islam dan Kedatangan Bangsa Eropa

Agama Islam masuk ke Indonesia diperkirakan antara abad 7 – 13. Setelah agama Islam
berkembang di Indonesia berdirilah kerajaan-kerajaan Islam sbb: Kerajaan Samodra Pasai,
Demak, Ternate, Tidore, Banten, Aceh, Mataram, Goa(Makasar). Bersamaan dengan
berekembangnya kerajaan-kerajaan Islam datanglah bangsa Barat, yang mengancam
kemerdekaan perdagangan kerajaan Islam tersebut. Akhir abad ke 16, datang bangsa Belanda
ke Indonesia dan terjadilah persaingan antara Portugis dan Belanda. Portugis terpaksa
minggalkan Indonesia, namun masih ada yang tinggal di Timor-Timur yang berkuasa sampai
Indonesia merdeka. Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), yang
mempunyai hak-hak istimewa untuk menguasai perdagangan di Indonesia.

B. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah

Kedatangan bangsa Barat yang mengancam kemerdekaan kerajaan-kerajaan di Indonesia ,


tidak dibiarkan oleh bangsa Indonesia. Sejak awal kedatangan mereka bangsa Indonesia
langsung melakukan perlawanan.

a) Perjuangan melawan Portugis dan Spanyol

Portugis dating ke malaka tahun1511, Bangsa Indonesia melakukan perlawanan dibawah


pimpinan Katir dan Pati Unus dari Jawa. Di Maluku, pertempuran melawan Portugis dipimpin
oleh Sultan Hairun dan dilanjutkan puteranya Sultan Babullah antara tahun 1565 – 1570.

b) Perjuangan Melawan Belanda

Perjuangan melawan Belanda ada tiga, yaitu perlawanan terhadap VOC tahun 102 – 1799,
perlawanan terhadap pemerintah Hindia belanda tahun 1800 – 1904, dan pergerakan nasional
tahun 1908 – 1939.

c) Perjuangan Melawan VOC

Perjuangan melawan VOC dipimpin oleh Sultan Agung yang mengirim pasukan Mataram ke
Batavia pada tahun 1628 dan 1629, namun gagal.

Perlawanan Kakiali, Telukabesi, dan Saidi dari Maluku antara tahun 1635 – 1655, juga gagal,
sehingga VOC menduduki Maluku. Hasanudin melakukan perlawanan di Makassar dan
menandatangani Perjanjian Bongaya yang sangat merugikan Makassar pada tahun 1677.

d) Perjuangan Melawan Pemerintah Hindia Belanda


VOC jatuh pada tahun 1799, setelah itu dibentuk Pemerintah Hindia belanda dikepalai oleh
Gubernur Jendral Daendels, yang dikenal dengan sistem “kerja rodi” dan Gubernur Jendral Van
Den Bosch terkenal dengan “tanam paksa”. Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda
dimulai oleh Psttimura 1817, disambung Badarudhinn1919, kemudian Imam Bonjol 1821 –
1837, Diponegoro 1825 – 1830, Patih Jelantik 1859, Pangeran Antasari 1860, Teuku Cik Ditiro
Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polem 1873 – 1904, dan Anak Agung Made 1894 –
2895. Tanam paksa 1830 – 1870, sangat menyengsarakan rakyat karena menimbulkan bahaya
kelaparan.namun Baron van Hoevell dan Douwes Dekker berhasil menghentikan tanam paksa.

e) Pergerakan Nasional

Pergerakan nasional merupakan perujangan yang dilakukan dengan dengan organisasi modern
kearah perbaikan taraf hidup Bangsa Indonesia dalam segala bidang. Istilah nasional berarti
pergerakan yang bertujuan nasional yaitu mencapai kemerdekaan Bangsa Indonesia. Faktor –
faktor yang mendorong ialah faktor luar negeri dan faktor dalam negeri.

f) Perlawanan Terhadap Jepang 1942 – 1945

Penjajahan Jepang di Indonesia mulai secara resmi tanggal 9 Maret 1942. Tanggal 20 Maret
1942, Jepang mengeluarkan Undang – Undang No. 3 yang melarang segala macam
perbincangan, pergerakan dan anuran atau propaganda perihal peraturan dan susunan negara.
Perlawanan terhadap jepang dilakukan melalui gerakan yang legal maupun illegal.

D. Proses Perumusan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945

Tahun 1944, kedudukan jepang dalam perang melawan Sekutu semakin terdesak.oleh karena
itu pada tanggal 7 September 1944 P.M Koiso mengeluarkan pengumuman secara resmi
tentang janji kemerdekaan Indonesia. Langkah selanjutnya pada tanggal 1 Maret 1945,
pemerintah jepang mengumuman akan dibentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakaii atau Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), ternyta BPUPKI baru dibentuk
tanggal 29 April 1945, dan dilantik tanggal 28 Mei 1945 dan diketuai oleh Dr. K.R.T Rajiman
Wedyodiningrat. Siding BPUPKI dua kali, yaitu Sidang Pertama, 29 mei – 1 Juni 1945, dan
yang kedua tanggal 10 Juli – 17 Juli 1945. Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00
WIB, Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno, kemudian dikibarkan Bendera Merah Putih yang
diiringi lagu Indonesia Raya.

E. Revolusi Fisik 1945 – 1949

Beberapa hari setelah proklamasi ternyata kita masih harus melakukan perjuangan senjata
melawan Jepang. Tanggal 19 September 1945 terjadilah “Insiden Bendera” di hotel Yamato,
Tunjungan Surabaya. Pertempuran antara Sekutu yang diboncengi NICA dimulai di Surabaya,
28 Oktober 1945. Tanggal 10 Novermber Surabaya digempur Sekutu dari darat, laut, dan
Udara. Karena hebatnya semanagt bertempur rekyat Surabaya dan korban jiwa raga yang
beribu – ribu dalam pertempuran 10 November tersebut, maka 10 November diperingati
sebagai “Hari pahlawan”.
Pertempuran berikutnya antara lain adalah pertempuran Ambarawa, Desember 1945. Di
Sumatra juga terjadi serangan Sekutu yaitu di Medan, Padang, Bukittinggi, dan Aceh pada
bulan November 1945. Pertempuran di Banung terjadi pada bulan Maret 1946, diikuti dengan
pertempuran di daerah Jawa Barat lainnya. Setelah melakukan berbagai perundingan, pada
tanggal 23 Agustus 1949 diadakan “Konferensi meja Bundar” di Den Haag. Tanggal 2
November 1949 tercapai persetujuan yang intinya Belanda menyerahkan kedaulatan republic
Indonesia Serikat skhir 1949, da ditandatangani tanggal 27 Desember 1949. Dengan demikian
terbentuklah negara RIS dengan Undang – Undang Dasar RIS yang telah disetujui wakil RI dan
BFO sejak 14 Desember 1949.

F. Negara Kesatuan RI 1950 – 1959

Pembentukan RIS menyimpang daric it – cita bangsa Indonesia seperti yang terkandung dalam
Pembukaan Undang – Undang Dasar 194. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus secara resmi
kembali ke Negara kesatuan Republik Indonesia, dengan Undang – Undang Dasar Sementara

G. Masa Antara 1959 – 1965

Setelah dekrit secara yudiris pemerintah berdasar UUD 1945. Namun belum bisa segera
menyelenggarakan pemilu, sehingga pembentukan DPRS, MPRS dan DPAS hanya berdasar
Penetapan Presiden (Penpres). Masa antara 1959 – 1965 oleh Orde Baru disebut sebagai
masa oede lama, karena dianggap masa yang menyimpang dari UUD 1945.

H. Masa Orde baru Tahun 1966 – 1998

Awal 1966, tepatnya 10 Januari 1966 terjadilah demonstrasi yang dipelopori Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) mengajukan tiga tuntuan yang terkenal dengan Tritura (Tiga
Tuntutan Rakyat)Selanjutnya Orde Baru berusaha melaksanakan ketentuan dalam UUD 1945,
yaitu mengadakan pemilihan umum setiap lima tahun ( 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997)
Pemilu membentuk DPR, MPR, kemudian MPR mengadakan sidang umum untuk DPR, MPR
mengadakan sidang umum lima tahun sekali ( 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, 1998).

I. Masa Reformasi 1998 – Sekarang

Pada masa reformasi UUD 1945 mengalami amandemen sampai empat kali, yaitu perubahan
pertama disahkan 19 Oktober 1999 , kedua diahkan 10 Agustus 2000, ketiga disahkan 10
November 2001, dan kempat disahkan 10 Agustus 2002. Perubahan UUD tentunya akan
dibahas secara mendalam pada bab mengenai UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai