Anda di halaman 1dari 27

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU

MAKALAH

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Termodinamika Teknik)

Disusun oleh:

(Kelompok 1)

1. Anwar Muhammad Rizki (211711033)


2. Azmi Muzakki Denassanya Putra (211711035)
3. Hilal Rizhaq Hutama (211711041)
4. Moch. Gilang Muharam (211711044)
5. Muhammad Noor Hadi (211711049)
6. Zhatu Putri Azahra (211711064)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021 - 2022

I
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ini.Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya, hingga sampai kepada kita selaku
umatnya.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas pengumpulan makalah
mata kuliah Bahasa Indonesia di Politeknik Negeri Bandung tahun ajaran 2021/2022,
dengan judul “PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU’’

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari bahwa selesainya karya tulis
ini tidak lain adalah berkat bimbingan dari dosen, orang tua, dan dukungan rekan-rekan
mahasiswa serta masukan dari semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari isi maupun dari segi bahasa. Hal tersebut tidak lain
merupakan kesalahan dan kekurangan dari penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dan dapat membantu penulis
di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.

Bandung, Februari 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... II


DAFTAR ISI .................................................................................................................................. III
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Pembatasan Masalah .............................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 3
2.1 Energi Angin ............................................................................................................................ 3
Definisi Energi Angin (bayu) ............................................................................................ 3
Energi Kinetik Angin Sebagai Fungsi Dari Kecepatan Angin ............................................ 3
Kecepatan Angin Berdasarkan Fungsi dari Ketinggian dari Permukaan Tanah............... 4
2.2 Jenis – Jenis Angin ................................................................................................................... 5
Angin Laut dan Angin Darat ............................................................................................ 6
Angin Lembah ................................................................................................................. 6
Angin Musim ................................................................................................................... 7
Angin Permukaan ............................................................................................................ 7
Angin Topan .................................................................................................................... 8
2.3 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin) .............................................................. 8
Kincir Angin ..................................................................................................................... 8
Gerboax ......................................................................................................................... 10
Brake System ................................................................................................................. 11
Generator ...................................................................................................................... 11
Penyimpanan Energi (Battery) ...................................................................................... 12
Sistem control ............................................................................................................... 13
Tower ............................................................................................................................ 13
2.4 Proses Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin).................................................................... 15
2.5 Potensi PLTB di Indonesia ..................................................................................................... 16
2.6 Kelebihan dan Kekurangan PLTB ........................................................................................... 19
Kelebihan PLTB .............................................................................................................. 19
Kekurangan PLTB........................................................................................................... 19
PENUTUP .................................................................................................................... 21
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................................... 21

III
3.2 SARAN ................................................................................................................................... 21
GLOSARIUM………………………………………………………………………………………………………………………………22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 23

IV
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB) Pada masa sekarang ini sangatlah penting
bagi masyarakat , untuk itu pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) yang mengonversikan
suatu energi kinetik dari udara menjadi energi mekanik yang menyebabkan putaran yang
terjadi pada generator sehingga menghasilkan arus listrik. Energi angin dimanfaatkan
untuk memutarkan baling-baling sehingga rotor berputar. Ketika rotor berputar maka
secara otomatis generator tersebut akan mengalirkan energi listrik.
Maka untuk itu perancangan maximum power point tracking kontroler (MPPT) pada
pembangkit listrik tenaga bayu sangat penting dalam proses membentuk profil pada
sebuah generator. perubahan profil tegangan suatu generator terutama pada tegangan
armature dan tegangan terminal yang disebabkan oleh perubahan kondisi beban sebagai
perilaku dinamis pada sistem generator yang mempengaruhi perubahan arus yang
mengalir pada generator tersebut.
Berbagai metode yang dilakukan sebagai sistem kendali keseimbangan pada profil
tegangan terminal di generator. pada maximum power point tracking komponen utama
dalam mengoptimalkan keluaran daya maksimum dari generator.
Sistem eksitasi yang bekerja secara optimal yaitu ketika sistem mampu memberikan
respon sistem yang sesuai dengan nilai yang diharapkan pada persamaan. sistem eksitasi
yang baik akan memberikan respon dengan karakteristik sebagai berikut:
• Tidak memberikan osilasi pada respon ketika diberikan masuk step\langkah.

• Respon yang dihasilkan mempunyai karakter melampaui (overshoot) yang kecil


dan waktu penyelesaian settling time yang cepat.

• Ketika respon berbada pada kondisi stabil (steady state), untuk waktu yang lama
sistem tidak terjadi drop tegangan dan berisolasi

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah yang akan
dibahas pada makalah adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin)?
2. Bagaimana proses Proses Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin)?
3. Bagaimana potensi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin) di Indonesia?

1.3 Pembatasan Masalah


Dalam makalah ini, akan dibatasi pembahasan pada “Pengertian Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu” dan “Sistem kerja pembangkit listrik tenaga bayu”.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui Definisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin)


2. Mengetahui proses Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin)
3. Mengetahui potensi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angina) di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi terkait Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
2. Memberikan informasi tentang system kerja Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
3. Memberikan informasi potensi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Indonesia

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Angin


Definisi Energi Angin (bayu)
Angin merupakan energi yang terjadi dikarenakan adanya perbedaan suhu antara
udara dingin dan panas yang mengalir. (Kadir, 1995) Angin adalah udara yang bergerak
sehingga memiliki kecepatan, tenaga, dan arah. Penyebab dari pergerakan ini adalah
pemanasan bumi oleh radiasi matahari. Pergerakan angina ini memiliki energi kinetik,
oleh karena itu energi angin dapat dikonversi menjadi energi lainnya seperti energi
listrik dengan menggunakan kincir angina atau turbin angin.

Angin seperti fluida yang lain pada umumnya mempunyai profil geseran atau profil
kecepatan ketika mengalir melewati benda padat, misalnya permukaan bumi. Pada tepat
di permukaan bumi, kecepatan relatif angin terhadap permukaan bumi sama dengan
nol. Kemudian kecepatan ini menjadi semakin tinggi sebanding ketinggian dari
permukaan bumi. Ada dua jenis profil geseran angin yang biasa digunakan untuk
menghitung energi: profil geseran angina eksponensial (exponential wind shear profile)
dan profil geseran angina kekasaran permukaan (surface roughness wind shear stress)
(Y. Daryanto,2007).

Energi Kinetik Angin Sebagai Fungsi Dari Kecepatan Angin


Energi kinetik angin yang dapat masuk ke dalam area efektif turbin angin dapat
dihitung berdasarkan persamaan berikut :

(1.1)

dimana pada persamaan tersebut dapat kita lihat bahwa energi angin (P ; Watt)
bergantung terhadap faktor-faktor seperti aliran massa angin (m ; kg/s), kecepatan angin
(v ; m/s), densitas udara (ρ ; kg/m3), luas permukaan area efektif turbin (A ; m3 ). Di
akhir persamaan, secara jelas dapat disimpulkan bahwa energi angin akan meningkat 8
kali lipat apabila kecepatan angin meningkat 2 kali lipatnya, atau dengan kata lain
apabila kecepatan angin yang masuk ke dalam daerah efektif turbin memiliki perbedaan
sebesar 10% maka energi kinetik angin akan meningkat sebesar 30%. Apabila

3
kecepatan kerja PLTB adalah Vrated, maka daya keluaran PLTB dapat diperoleh dari
persamaan 1.1 dengan menuliskan kembali ke persamaan sebagai berikut:

(1.2)

(1.3)

Gambar 1 merupakan kurva intensitas energi kinetik angin berdasarkan fungsi dari
kecepatan angin.

Gambar 1 Intensitas Energi Bayu (angin)

Kecepatan Angin Berdasarkan Fungsi dari Ketinggian dari Permukaan Tanah


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kecepatan angin sangat
dipengaruhi oleh ketinggiannya dari permukaan tanah. Semakin mendekati permukaan
tanah, kecepatan angin semakin rendah karena adanya gaya gesek antara permukaan
tanah dan angin. Untuk alasan ini, PLTB biasanya dibangun dengan menggunakan
tower yang tinggi atau dipasang diatas bangunan. Berikut adalah rumus bagaimana cara
mengukur kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dan jenis permukaan tanah
sekitarnya

4
Tabel 1 menunjukan besarnya nilai n sebagai faktor perbedaan jenis permukaan tanah yang
mempengaruhi kecepatan angina.

Tabel 1 Nilai n Berasarkan Jenis Permukaan Tanah

Gambar 3 menunjukan hasil perhitungan kecepatan angin berdasarkan ketinggian, dengan garis
putus-putus menggunakan asumsi n = 7, sedangkan garis lurus dengan asumsi n =5.

Gambar 2 Kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dari permukaan tanah

2.2 Jenis – Jenis Angin


Angin timbul akibat sirkulasi di atmosfer yang dipengaruhi oleh aktivitas
matahari dalam menyinari bumi yang berotasi. Dengan demikian, daerah khatulistiwa
akan menerima energi radiasi matahari lebih banyak daripada di daerah kutub, atau
dengan kata lain, udara di daerah khatulistiwa akan lebih tinggi dibandingkan dengan
udara di daerah kutub. Perbedaan berat jenis dan tekanan udara inilah yang akan
menimbulkan adanya pergerakan udara. Pergerakan udara inilah yang didefinisikan

5
sebagai angin. Gambar 4 merupakan pola sirkulasi pergerakan udara akibar aktivitas
matahari dalam menyinari bumi yang berotasi.

Gambar 3 Pola sirkulasi udara akibat rotasi bumi

(Sumber : Blog Konversi ITB, Energi Angin dan Potensinya)

Berdasarkan prinsip dari terjadinya, angin dapat dibedakan sebagai berikut :

Angin Laut dan Angin Darat


Angin laut adalah angin yang timbul akibat adanya perbedaan suhu antara daratan
dan lautan. Seperti yang kita ketahui bahwa sifat air dalam melepaskan panas dari
radiasi sinar matahari lebih lambat daripada daratan, sehingga suhu di laut pada malam
hari akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di daratan. Semakin tinggi suhu,
tekanan udara akan semakin rendah. Akibat adanya perbedaan suhu ini akan
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara di atas daratan dan lautan. Hal inilah
yang menyebabkan angin akan bertiup dari arah darat ke arah laut. Sebaliknya, pada
siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 angin akan berhembus dari laut
ke darat akibat sifat air yang lebih lambat menyerap panas matahari.

Angin Lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung
yang biasa terjadi pada siang hari. Prinsip terjadinya hampir sama dengan terjadinya

6
angin darat dan angin laut yaitu akibat adanya perbedaan suhu antara lembah dan
puncak gunung.

Angin Musim
Angin musim dibedakan menjadi 2, yaitu angin musim barat dan angin musim
timur. Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari Benua
Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas). Apabila angin melewati
tempat yang luas, seperti perairan dan samudra, maka angin ini akan mengandung curah
hujan yang tinggi. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim
hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan maksimal pada
bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s.

Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari
Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas). Angin ini menyebabkan
Indonesia mengalami musim kemarau, karena angin melewati celah- celah sempit dan
berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Musim kemarau di Indonesia
terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.

Angin Permukaan
Kecepatan dan arah angin ini dipengaruhi oleh perbedaan yang diakibatkan oleh
material permukaan Bumi dan ketinggiannya. Secara umum, suatu tempat dengan
perbedaan tekanan udara yang tinggi akan memiliki potensi angin yang
kuat. Ketinggian mengakibatkan pusat tekanan menjadi lebih intensif.

Selain perbedaan tekanan udara, material permukaan bumi juga mempengaruhi


kuat lemahnya kekuatan angin karena adanya gaya gesek antara angin dan material
permukaan bumi ini. Disamping itu, material permukaan bumi juga mempengaruhi
kemampuannya dalam menyerap dan melepaskan panas yang diterima dari sinar
matahari. Sebagai contoh, belahan Bumi utara didominasi oleh daratan, sedangkan
selatan sebaliknya lebih di dominasi oleh lautan. Hal ini saja sudah mengakibatkan
angin di belahan Bumi utara dan selatan menjadi tidak seragam. Gambar 5
menunjukkan tekanan udara dan arah angin bulanan pada permukaan Bumi dari tahun
1959-1997. Perbedaan tekanan terlihat dari perbedaan warna. Biru menyatakan tekanan
rendah, sedangkan kuning hingga oranye menyatakan sebaliknya. Arah dan besar angin
ditunjukkan dengan arah panah dan panjangnya.

7
Gambar 4. Arah angin permukaan dan pusat tekanan atmosfer rata-rata pada bulan Januari,
1959-1997. Garis merah merupakan zona konvergen intertropik (ITCZ).

Angin Topan
Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam
atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan.
Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Di Indonesia
dan daerah lainnya yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa, jarang sekali dilewati
oleh angin ini. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar
dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem
dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam.

2.3 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin)


Kincir Angin
Secara umum kincir angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu kincir angin yang
berputar dengan sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu vertikal. Gambar
5 menunjukan jenis-jenis kincir angin berdasarkan bentuknya. Sedangkan gambar 4
menunjunkan karakteristik setiap kincir angin sebagai fungsi dari kemampuannya
untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi putar turbin untuk setiap kondisi
kecepatan angin. Dari gambar 4 dapat disimpulkan bahwa kincir angin jenis multi-blade
dan Savonius cocok digunakan untuk aplikasi PLTB kecepatan rendah. Sedangkan
kincir angin tipe Propeller, paling umum digunakan karena dapat bekerja dengan
lingkup kecepatan angin yang luas

8
Gambar 5 Karakteristik Kincir Angin

Gambar 6 Jenis-jenis Kincir Angin

a. Turbin Angin Sumbu Horizontal

Turbin angin sumbu horizontal memiliki poros rotor utama dan generator listrik
yang diarahkan oleh baling-baling angin. Turbin angin berukuran besar menggunakan
sebuah sensor angin yang digerakan oleh servo motor. Dimana terdapat gearbox yang
mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Gambar 1
menunjukan bentuk turbin angina sumbu horizontal. Blade turbin dibuat kaku agar
tidak mengalami daya dorong yang dapat merusak landasan atau dudukan generator
pada saat ditimpa oleh angin berkecepatan tinggi.

9
Gambar 7 Turbin Angin sumbu Horizontal

b. Turbin Angin Sumbu Vertikal


Turbin angin sumbu vertikal memiliki poros atau sumbu rotor utama yang
disusun tegak lurus. Turbin angin sumbu vertikal mampu mendayagunakan angina dari
berbagai arah. Pada turbin angina sumbu vertikal, generator dan gearbox bisa
ditempatkan di bawah atau tanah. Gambar 2 menunjukan bentuk turbin angina sumbu
vertikal.

Gambar 8 Turbin Angin Sumbu Vertikal

Gerboax
Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran
tinggi. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60

Gambar 8 Gearbox

10
Gearbox turbin angin memiliki beberapa keuntungan, antara lain kemampuan
memberikan kecepatan yang sangat tinggi untuk memproduksi listrik, serta
kemampuan untuk memberikan torsi tinggi. Mereka dirancang sehingga beratnya
menjadi ringan dan memungkinkannya untuk digunakan pada ruang instalasi yang
kecil.

Brake System
Agar putaran yang akan ditransfer ke generator tidak melebihi kecepatan yang
diijinkan, maka brake system berfungsi memperlambat putaran sehingga generator
berjalan sesuai fungsinya secara optimal. Dampak dari kerusakan akibat putaran
berlebih diantaranya : overheat, rotor breakdown, terjadi arus lebih pada generator.

Gambar 10 Brake System

Generator
Ada berbagai jenis generator yang dapat digunakan dalam sistem turbin angin,
antara lain generator serempak (synchronous generator), generator tak-serempak
(unsynchronous generator), rotor sangkar maupun rotor belitan ataupun generator
magnet permanen. Penggunaan generator serempak memudahkan kita untuk mengatur
tegangan dan frekuensi keluaran generator dengan cara mengatur-atur arus medan dari
generator. Sayangnya penggunaan generator serempak jarang diaplikasikan karena
biayanya yang mahal, membutuhkan arus penguat dan membutuhkan sistem kontrol
yang rumit. Generator tak-serempak sering digunakan untuk sistem turbin angin dan
sistem mikrohidro, baik untuk sistem fixed-speed maupun sistem variable speed.

11
Generator terdiri dari kumparan-kumparan kawat dan magnet yang jika berputar
sedemikian rupa akan menghasilkan arus listrik. Generator berputar akibat adanya
energi kinetik yang masuk ke dalam generator sehingga dapat berputar sebagaimana
mestinya. Energi kinetik (putaran) berubah menjadi energi listrik dalam kecepatan
putaran tertentu.

Gambar 11 Generator

Penyimpanan Energi (Battery)


Baterai berfungsi menyimpan energi sebelum ditransfer ke tujuan berikutnya yaitu
perumahan dan industri. Baterai juga berfungsi sebagai cadagan energi untuk
kebutuhan unit control pada wind turbine itu sendiri. Contoh sederhana yang dapat
dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki 12 volt,
65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga selama 0.5 jam pada daya 780 watt

Gambar 12 Battery

12
Sistem control
Sistem kontrol terdiri atas serangkaian alat elektronik yang dirancang khusus
sebagai pengontrol aktivitas wind turbine saat beroperasi baik dalam keadaan normal,
maupun darurat atau di luar kendali. Sistem kontrol juga membantu operasional agar
lebih mudah dan menghemat biaya resiko kerusakan.

Gambar 13 Sistem Kontrol

Tower
Tower atau Menara merupakan bagian dari struktur bangunan terbuat dari besi/baja
yang berfungsi untuk meletakkan posisi kincir angin agar mendapatkan angin yang
lebih cepat sehingga dapat menghasilkan daya listrik yang optimal. Semakin tinggi
tower, maka kincir angin akan semakin cepat berputar. Selain ketinggian wilayah,
ketinggian Menara kincir angin juga mempengaruhi kecepatan putar. Tower PLTB
dapat dibedakan menjadi 3 jenis seperti gambar 9 dibawah ini. Setiap jenis tower
memiliki karakteristik masing-masing dalam hal biaya, perawatan, efisiensinya,
ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya.

13
Gambar 14 Tower

Anemometer

Anemometer secara umum yaitu sebuah alat yang digunakan untuk mengukur arah
dan tingkat kecepatan angina daqn mengirim data pada sistem control.

Gambar 15 Anemometer

Nacelle atau Rumah Mesin


Alat ini terletak di atas menara dan dalamnya berisi poros putaran tinggi atau
rendah, gearbox, generator, alat pengontrol, dan alat pengereman. Fungsi alat ini
sebagai pelindung bagi komponen alat yang tidak tahan panas hujan dan lain
sebagainya.

14
Gambar 16 Nacelle atau Rumah Mesin

2.4 Proses Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin)


Proses pembangkit listrik tenaga bayu atau angin ini sangat sederhana pertama
angin akan mendorong kincir atau blade atau juga pisau yang telah dirancang
sedemikian rupa bisa berbentuk sumbu horizontal atau vertikal, namun turbin angin
dengan cara rotasi ini tidak bisa langsung digabungkan ke generator karena bilah turbin
angin biasanya berputar pada kecepatan RPM yang sangat rendah. Jadi sebelum
dihubungkan ke generator putaran itu akan ditingkatkan terlebih dahulu atau dikonversi
menggunakan gearbox. Gearbox menggunakan sheet roda gigi planet pengaturan untuk
mencapai rasio kecepatan tinggi . Jika kecepatan angin 8 sampai 16 mil per jam hingga
55 Mil per jam kemudian diubah oleh gearbox sebagai penghubung poros, kecepatan
tinggi dan poros kecepatan inilah yang berguna untuk meningkatkan daya rotasi turbin
dari 30 sampai 60 RPM yang menjadi 1000-1200 RPM. setelah itu akan melewati
terlebih dahulu break system agar putaran yang akan ditransfer ke generator tidak
melebihi kecepatan yang diijinkan atau sebagai rem ketika kecepatan terlalu tinggi.
Untuk selanjutnya di hubungkan kedalam generator dan dalam generator energi kinetik
angin yang berubah menjadi energi mekanik akan diproses untuk menghasilkan energi
listrik. Lalu energi listrik yang dihasilkan akan disimpan sebagian didalam battery yang
bertujuan ketika cuaca sedang tidak ada angin maka battery masih bisa menyalurkan
energi listrik. setelah semua itu maka energi listrik dilewatkan ke trafo step up agar
listrik bisa masuk pada jaringan listrik umum.

15
Gambar 17 Wind Turbine

Kondisi alam yang tidak menentu kadang-kadang juga bisa merubah arah angin
sehingga bilah atau kincir bisa tidak berputar secara maksimal untuk itu dipasang sebuah
sensor di bagian atas untuk mengukur kecepatan dan arah angin maka dari itu sistem
kontrol juga dibutuhkan untuk mengatur itu semua yang dipasang secara otomatis untuk
mengendalikan kincir supaya searah dengan keluarya angin.

2.5 Potensi PLTB di Indonesia


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi
Nasional, target bauran energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 paling sedikit 23%
dan 31% pada tahun 2050. Target kapasitas PLT-Angin (Pembangkit Listrik Tenaga
Angin) pada tahun 2025 yakni 255 MW. Sementara hingga tahun 2020 PLT-Angin baru
terpasang sekitar 135 MW dengan perincian 75 MW di daerah Sidrap dan sebesar 60
MW di daerah Janeponto). Dengan demikian pengembangan energi angin di Indonesia
masih menjadi tantangan nasional

Ketersediaan peta potensi energi angin yang akurat di seluruh wilayah Indonesia
sangat diperlukan sebagai langkah awal dalam identifikasi dan pemilihan lokasi proyek
energi angin. Peta tersebut memberikan informasi mengenai karakteristik angin di
berbagai wilayah seperti kecepatan angin rata-rata, kecepatan maksimum dan minimum
yang dapat dikonversi menjadi peta rapat daya dan peta energi tahunan (dalam kWh/
atau W/m2 ). Informasi tersebut sangat berguna sebagai dasar penentuan lokasi dan
pemilihan teknologi turbin yang tepat.

16
Penyediaan data potensi energi angin offshore memiliki tingkat kesulitan yang
lebih tinggi. Hal ini dikarenakan beberapa alasan, mulai dari kesulitan dalam
membangun struktur pondasi yang kuat, instalasi power supply, transfer data hingga
pemeliharaan yang sulit jika terdapat kerusakan. Kesulitan tersebut menyebabkan
pengukuran angin offshore membutuhkan biaya jauh lebih mahal dibandingkan di darat,
padahal data pengukuran angin offshore yang beresolusi tinggi sangat berguna untuk
estimasi potensi angin yang akurat.

Salah satu upaya untuk mempercepat pemanfaatan sumber daya angin, Badan
Litbang ESDM melalui P3TKEBTKE telah mengembangkan metode perhitungan
potensi energi angin dengan membuat peta potensi energi angin Indoesia resolusi 5 km
di tahun 2016. Pada tahun 2020, peta tersebut perbaharui dengan memperpanjang
periode inputan model kemudian menghitung potensi energi angin onshore dan offshore
Indonesia. Selanjutnya untuk menggambarkan potensi energi angin Indonesia, hasil
pemodelan tersebut ditampilkan dalam peta distribusi kecepatan angin onshore dan
offshore, peta distribusi kecepatan angin per musim, peta distribusi rapat daya angin
(Wind Power Density/WPD), dan peta distribusi produksi energi tahunan (Annual
Energy Production/AEP). Verifikasi model dilakukan terhadap data pengukuran 111
stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan 11 lokasi
pengukuran Pusat Penelitian Pengembangan Geologi dan Kelautan (P3GL-KESDM).
Verifikasi dilakukan dengan menghitung bias dan root mean square error (RMSE) antara
hasil model dan data pengukuran.

Berdasarkan hasil pemetaan distribusi kecepatan angin, didapat kecepatan angin


yang tinggi (6 - 8 m/s) di onshore terjadi di pesisir selatan pulau Jawa, Sulawesi Selatan,
Maluku, dan NTT. Sementara kecepatan angin di daerah offshore menunjukkan angka
lebih dari 8 m/s terjadi di Offshore Banten, offshore Sukabumi, offshore Kupang,
offshore Pulau Wetar, dan offshore Kab Jeneponto, dan offshore Kab Kepulauan
Tanimbar. Kecepatan angin maksimum terjadi pada periode Juni, Juli, Agustus (JJA)
saat terjadi monsun Australia sedangkan minimum terjadi pada periode Maret, April,
dan Maret (MAM) saat peralihan monsun Asia ke monsun Australia.

WPD di lokasi Sukabumi, Pandeglang, Yogyakarta bagian selatan, Kupang,


Sulawesi Selatan, Maluku, mencapai 400–500 watt/m2 termasuk dalam kelas good.
Offshore Banten, offshore Sukabumi, offshore Kupang, offshore Pulau Wetar, dan

17
offshore Kab Jeneponto, dan offshore Kab Kepulauan Tanimbar memiliki kelas WPD
excellent (500 – 600 watt/m2 ). AEP untuk wilayah onshore Sukabumi, Pandeglang,
Yogyakarta bagian selatan, Kupang, Alor, dan Maluku dengan turbin Bonus 1 MW
menghasilkan 4 – 5 GWh/year. Area dengan AEP 5 - 6 GWh/year terdapat di wilayah
offshore Pandeglang, offshore Kabupaten Sukabumi, offshore Kabupaten Jeneponto,
offshore Kupang, offshore Pulau Wetar, dan offshore Kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Selain itu, untuk mengetahui potensi energi angin secara detail, di tahun 2020
ini P3TKEBTKE juga melakukan pre-Feasibility study terhadap dua lokasi yang
memiliki menara ukur angin, yaitu Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur dan Saumlaki,
Maluku. Potensi energi angin onshore di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur didapat
kecepatan angin rerata di ketinggian 50 m, 30 m, dan 20 m berurutan adalah 5,82 m/s,
5,69 m/s, dan 5,23 m/s, arah angin dominan dari tenggara, kecepatan angin harian di
ketinggian 50 m merata sepanjang hari dengan kecepatan angin maksimum dan
cenderung seragam terjadi di siang-sore hari pukul 10.00-17.00 (7 jam) dengan
kecepatan sekitar 6 m/s, sedangkan kecepatan angin di pukul 17.00 – 10.00 berkisar
antara 5,4 m/s – 5,9 m/s. Sementara untuk potensi energi angin onshore di Saumlaki,
Maluku didapat kecepatan angin rerata di ketinggian 50 m, 30 m, dan 20 m berurutan
adalah 5,20 m/s, 4,37 m/s, dan 3,66 m/s, arah angin dominan dari tenggara, kecepatan
angin harian di ketinggian 50 m merata sepanjang hari dengan kecepatan angin
maksimum dan cenderung seragam terjadi di siang hari pukul 11.00-14.00 (3 jam)
dengan kecepatan sekitar 6 m/s, sedangkan kecepatan angin di pukul 14.00 – 11.00

berkisar antara 4,6 m/s – 5,9 m/s.

18
Gambar 18 Peta distribusi kecepatan angin onshore dan offshore Indonesia

2.6 Kelebihan dan Kekurangan PLTB


Kelebihan PLTB
• Bersih dan terbarukan

Tidak seperti energi fosil, batu bara, dan gas alam PLTB tidak menghasilkan emisi gas
rumah kaca. Meskipun ada beberapa pertimbangan lingkungan yang menyertai
pembangunan ladang angin, tetapi setelah beroperasi turbin angin tidak memerlukan
pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu, energi angin benar-benar terbarukan dan tidak
akan pernah habis.

• Biaya operasinya rendah

Pada saat pembuatan ladang angin atau pada saat pemasangan turbin, biaya yang
dikeluarkan memang tidak sedikit. Namun, setelah beroperasi biaya operasional relatif
rendah, karena bahan bakarnya (angin) gratis dan turbin tidak memerlukan terlalu banyak
perawatan selama masa pakainya.

• Tidak memerlukan lahan yang luas

Jika dilihat dari besarnya ladang angin, memang PLTB memerlukan lahan yang luas.
Namun, sebetulnya tempat yang digunakan kincir angin dan segala peralatan yang
digunakan dalam beroperasi tidaklah luas. Artinya, lahan ladang angin yang digunakan
hanyalah untuk kincir angin dan sisanya masih dapat digunakan untuk tujuan lain, seperti
bertani.

Kekurangan PLTB
• Energi angin tidak menentu

Efektivitas turbin angin dalam menghasilkan listrik tergantung pada cuaca. Oleh karena
itu, sulit untuk memprediksi dengan tepat berapa banyak listrik yang akan dihasilkan turbin
angin dari waktu ke waktu. Jika kecepatan angin terlalu rendah pada hari tertentu, rotor
turbin tidak akan berputar.

Ini berarti energi angin tidak selalu tersedia untuk dikirim pada saat permintaan listrik
meningkat. Untuk menggunakan energi angin secara eksklusif, turbin angin perlu
dipasangkan dengan semacam teknologi penyimpanan energi.

19
• Menyebabkan kebisingan dan polusi visual

Salah satu kelemahan terbesar dari energi angin adalah kebisingan dan polusi visual.
Turbin angin bisa berisik saat beroperasi, sebagai akibat dari operasi mekanis dan pusaran
angin yang tercipta saat baling-baling berputar. Selain itu, karena turbin angin perlu
dibangun cukup tinggi untuk menangkap jumlah angin yang baik, turbin sering kali dapat
mengganggu lanskap yang indah, seperti pegunungan, danau, lautan, dan sebagainya.

• Turbin angin memiliki beberapa dampak negatif pada lingkungan sekitarnya

Bilah turbin angin sangat besar dan berputar dengan kecepatan tinggi. Sayangnya, bilah
turbin angin dapat membahayakan dan membunuh spesies yang terbang ke dalamnya,
seperti burung dan kelelawar. Namun, masalah ini dapat diselesaikan sampai batas tertentu
dengan kemajuan teknologi dan ladang angin yang ditempatkan dengan benar.

20
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan
angina sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik.
2. Proses terbentuknya energi angin adalah, karena adanya angin. Angin disebabkan oleh
pemanasan sinar matahari yang tidak merata di atas permukaan bumi. Udara yang
lebih panas akan mengembang menjadi ringan dan bergerak naik ke atas.
3. Komponen utama dari pembangkit listrik tenaga angin yaitu turbinangin (wind
turbine) yang di dalamnya terdapat komponen-komponen seperti anemometer, blades,
brake, controller, gear box, generator, high-speed shaft, low-speed shaft, nacelle,
pitch, rotor, tower, wind direction, wind vane, yaw drive, yaw motor, dan penyimpan
energi (battery)
4. Cara kerja dari pembangkitan listrik tenaga angin ini yaitu awalnya energi angin
memutar turbin angin. Turbin angin bekerja berkebalikan dengan kipas. Kemudian
angin akan memutar sudut turbin, lalu diteruskan untuk memutar rotor pada generator
di bagian belakang turbin angin. Generator inilah yang akan menghasilkan energi
listrik.
5. Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga adalah sifatnya yang
terbarukan.
6. Namun selain kelebihan yang ada, pembangkit ini juga memiliki kekurangan, antara
lain membuat lebih buruk dampak visual, menyebabkan derau suara, beberapa
masalah ekologi, dan keindahan.

3.2 SARAN
1. Agar sumber energi angin dapat lebih dimanfaatkan lagi sehingga krisis energi listrik
dapat dikurangi di Indonesia.
2. Memelihara Pembangkit Listrik Tenaga Bayu yang telah ada sehingga dapat
digunakan semaksimal mungkin untuk kebutuhan listrik masyarakat

21
GLOSARIUM

Fluida : Segala jenis zat yang dapat mengalir dalam wujud gas maupun cairan.
Densitas : Kerapatan atau Kepadatan.
Turbin : Sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari aliran fluida.
Turbin sederhana memiliki satu bagian yang bergerak, "asembli
rotor-blade". Fluida yang bergerak menjadikan baling-baling berputar
dan menghasilkan energi untuk menggerakkan rotor.
Gearbox : Sebuah komponen yang dibutuhkan dalam bidang industri atau
permesinan. Jadi secara umum penggunaannya tidak terbatas pada
motor saja. Komponen ini memiliki fungsi utama untuk memindahkan
tenaga penggerak pada mesin yang ingin digerakkan.
Overheat : Kondisi dimana mesin motor mengalami panas yang berlebihan.
Breakdown : Kata bahasa inggris yang berarti kerusakan.
Rotor : Sebuah alat mekanik yang berputar/ baling-baling, sebagai contoh
dalam kendaraan bermotor elektrik, generator, alternator atau pompa.
Generator : Suatu mesin listrik yang menghasilkan energi listrik dari energi
mekanik.
Wind Turbine : Kincir angin yang digunakan untuk memutar generator listrik dan
menghasilkan energi listrik. Prinsip kerja dari turbin angin ini
menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya
alam yang terbarukan yaitu angin.
RPM : Singkatan dari revolutions per minute. Satuan rpm ini digunakan untuk
menyatakan kecepatan perputaran terhadap sebuah sumbu dalam satu
menit.
Break System : Sebuah sistem mekanis yang berfungsi untuk menghalangi suatu
gerakan.
Offshore : Berarti jauh dari atau berjarak dari daratan2, merupakan kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi yang dilakukan di
lepas pantai atau jauh dari daratan.
Onshare : Merujuk ke pekerjaan yang terkait dengan bangunan/struktur yang
berada di daratan hingga daerah garis pantai untuk kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi minyak dan gas bumi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Daniansyah, A. (2021, November 30). Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin)
dan Cara Kerjanya. Retrieved Februari 13, 2022, from wira.co.id:
https://wira.co.id/pembangkit-listrik-tenaga-angin/
Maesha Gusti Rianta ST., M. (2021, Oktober 06). Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu (PLTB) dan Mekanisme Kegagalan pada Turbin Angin. Retrieved Februari 13,
2022, from indonesiare.co.id: https://indonesiare.co.id/id/article/mengenal-
pembangkit-listrik-tenaga-bayu-pltb-dan-mekanisme-kegagalan-pada-turbin-angin
Nailufar, N. N. (2020, agustus 08). Komponen dan Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga
Angin. Retrieved Februari 13, 2022, from kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/23/085500569/komponen-dan-cara-
kerja-pembangkit-listrik-tenaga-angin
Rahmat, M. H. (2018, juli 18). Potensi Pengembangan PLTB di Indonesia. Retrieved
Februari 13, 2022, from setkab.go.id: https://setkab.go.id/potensi-pengembangan-pltb-
di-indonesia/
rakhman, a. (2021, Januari 11). Pembangkit Listrik Tenaga Angin / Bayu (PLTB) – Cara
Kerja, Komponen Utama & Tipe Turbin. Retrieved Februari 13, 2022, from
rakhman.net: https://rakhman.net/power-plants-id/pembangkit-listrik-tenaga-angin-
bayu-pltb-cara-kerja-komponen-utama-tipe-turbin/
Sutisna, F. (2021, Mei 21). Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin.
Retrieved Februari
13, 2022, from indone5ia.wordpress.com:
https://indone5ia.wordpress.com/2011/05/21/prinsipkerja-pembangkit-listrik-tenaga-
angin-dan-perkembangannya-di-dunia/

23

Anda mungkin juga menyukai