KELOMPOK 3
1
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan Jiwa pada Remaja dengan Penyalahgunaan
NAPZA”.
Surabaya, November
2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... I
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 4
I. Konsep Napza
A. Devinisi Remaja, NAPZA, dan Penyalahgunaan Narkoba.............. 5
B. Golongan NAPZA............................................................................ 7
C. Rentang Respon............................................................................... 8
D. Zat Adiktif yang Disalahgunaan............................................................10
E. Efek dan Cara Penggunaan....................................................................10
F. Faktor Risiko Penyalahgunaan Napza...................................................11
G. Dampak Penyalahgunaan Narkoba........................................................13
H. Penanggulangan Napza..........................................................................16
I. Peran Perawat........................................................................................20
J. Pohon Masalah......................................................................................23
K. Masalah yang Sering Timbul.................................................................23
BAB IV Pembahasan.........................................................................................56
BAB V Penutup
4
A. Kesimpulan............................................................................................58
B. Saran......................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila mana masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terumata otak/susunan saraf pusat, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu
zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku,
perasaan, dan pikiran.
Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang sangat
kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif
dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta
masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
konsekuen, dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran sebagian besar
narkoba masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau
digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi
bila disertai peredaran di jalur ilegal akan berakibat sangat merugikan bagi
individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Indonesia saat
ini tidak hanya sebagai transit perdagangan gelap serta tujuan peredaran
narkoba, tetapi juga telah menjadi produsen dan pengekspor. (Kemenkes
RI,2014)
Jumlah kasus narkoba berdasarkan penggolongannya yang masuk
dalam kategori narkotika terus mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir
sedangkan yang masuk dalam kategori psikotropika jumlah kasusnya kian
5
menurun, hal ini terlihat jelas pada tahun 2009 jumlah kasus psikotropika
6
8.779 kasus dan tahun 2010 jumlah kasus psikotropika menurun secara
signifikan menjadi 1.181 kasus.
Provinsi Jawa Timur dalam 3 tahun terakhir masih menempati urutan
pertama jumlah kasus narkona berdasarkan provinsi. Begitu pula halnya
menurut jumlah tersangka narkoba, Provinsi Jawa Timur menempati urutan
pertama yang jumlah tersangkanya paling banyak dan mengalami
peningkatan dari tahun 2010-2011, yang semula 6.395 tersangka di tahun
2010 meningkat menjadi 8.142 tersangka di tahun 2012. (Kemenkes RI.
2014)
Berdasarkkan Kemenkes (2014) dalam menangani penyalahguna
narkoba saat ini melibatkan berbagai sektor, antara lain Rumah Sakit
khususnya Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dan Rumah Sakit Jiwa
(RSJ), Panti Rehabilitasi Sosial Narkotika (PRSN), pesantren, lembaga
pemasyarakatan, dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam
bidang penanggulangan masalah penyalahgunaan narkoba.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
narkotika yang mengamanatkan pencegahan, perlindungan, dan penyalamatan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika serta menjamin pengaturan
upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika,
dimana pada pasal 54 menyebutkan bahwa “korban penyalahguna dan
pecandu narkotika wajib rehabilitas”. Undang-undang tersebut juga sudah
mengatur bahwa rehabilitasi adalah alternative lain dari hukuman penjara.
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu
melalui pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna
NAPZA yang menderita sindrom ketergantungan dapat mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan
pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sarana
rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan (Depkes, 2002)
B. Rumusan Masalah
7
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menguraikan mengenai
konsep asuhan keperawatan jiwa pada remaja dengan penyalahgunaan
NAPZA.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan devinisi dari remaha, NAPZA, serta
perilaku penyalahgunaan NAPZA
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Golongan NAPZA
c. Mahasiswa mampu menjelaskan rentang respon dari penyalahgunaan
NAPZA
d. Mahasiswa mampu menjelaskan zat adiktif yang disalahgunakan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan efek dan cara penanganan pada
penyalahgunaan napza
f. Mahasiswa mampu menjelaskan proses terjadinya masalah pada
pengguna narkoba
g. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab terjerumusnya remaja
dalam penyalahgunaan narkoba
h. Mahasiswa mampu menjelaskan dampak dari penyalahgunaan
narkoba
i. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan yang dapat
diberikan pada pengguna NAPZA
j. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan dari penyalahgunaan
NAPZA
k. Mahasiswa mampu menjelaskan pohon masalah dari penyalahgunaan
NAPZA
8
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dapat membantu dan mempermudah
mahasiswa dalam memahami dan membentuk kerangka berpikir secara
sistematis tentang asuhan keperawatan pada remaja dengan
penyalahgunaan NAPZA.
2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyalahgunaan NAPZA.
b. Masyarakat dapat mengetahui mengenai zat adiktif, efek samping,
akibat yang dapat ditimbulkan, pencegahan dan penatalaksanaan yang
harus diberikan pada penyalahguna narkoba.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP NAPZA
A. Definisi
1. Definisi Remaja
Menurut WHO remaja deidefinisikan sebagai masa peralihan dari
masa anak-anak ke masa dewasa. Sedangkan batasan usia remaja menurut
WHO adalah 12 sampai 24 tahun, namun jika pada usia remaja telah
menikah maka tidak tergolong dalam remaja. Sedangkan dalam ilmu
psikologi, rentang usia remaja dibagi menjadi tida yaitu : Remaja Awal
(10-13 tahun), remaja pertengahan (14-16 tahun), dan remaja akhir (17-19
tahun).
9
B. Golongan Napza
1. Narkotika
Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan:
a. Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,
dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan (contoh: heroin/putauw, kokain, ganja)
b. Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan
11
C. Rentang Respon
Rentang respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang
berat. Indikator dari rentang respon berdasarkan peilaku yang ditampakkan
oleh remaja dengan gangguan penggunaan zat adiktif. (AH Yusuf dkk, 2015)
Respon adaptif
Maladaptif Respon
4. Karakteristik Individu
a. Umur
Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA
adalah mereka yang termasuk kelompok remaja. Pada umur ini secara
kejiwaan masih sangat labil, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan
sedang mencari identitas diri serta senang memasuki kehidupan
kelompok. Hasil temuan Tim Kelompok Kerja Pemberantasan
Penyalahgunaan Narkoba Departemen Pendidikan Nasional
menyatakan sebanyak 70% penyalahguna NAPZA di Indonesia adalah
anak usia sekolah (Jehani, dkk, 2006).
b. Pendidikan
Menurut Friedman (2005) belum ada hasil penelitian yang
menyatakan apakah pendidikan mempunyai risiko penyalahgunaan
NAPZA. Akan tetapi, pendidikan ada kaitannya dengan cara berfikir,
kepemimpinan, pola asuh, komunikasi, serta pengambilan keputusan
dalam keluarga.
c. Pekerjaan
Hasil studi BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia tahun 2009 di kalangan pekerja di Indonesia diperoleh data
bahwa penyalahguna NAPZA tertinggi pada karyawan swasta dengan
prevalensi 68%, PNS/TNI/POLRI dengan prevalensi 13%, dan
karyawan BUMN dengan prevalensi 11% (BNN, 2010).
H. Penanggulangan NAPZA
1. Pencegahan
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA, meliputi (BNN, 2004) :
20
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada
mereka, individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki
risiko tinggi terhadap penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan
intervensi agar individu, kelompok, dan masyarakat waspada serta
memiliki ketahanan agar tidak menggunakan NAPZA. Upaya
pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang
dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan
baik.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang
sudah menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka
tidak menggunakan NAPZA lagi.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah
menjadi penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi
dan rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan
pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA yang kambuh kembali
adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat membantunya
untuk mengatasi masalah perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun
dengan melakukan rehabilitasi kembali.
2. Pengobatan
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.
Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala
putus zat, dengan dua cara yaitu:
a. Detoksifikasi Tanpa Subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat
yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja
sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoksifikasi dengan Substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna
sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya
21
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi
para mantan penyalahguna NAPZA kembali sehat dalam arti sehat fisik,
psikologik, sosial, dan spiritual. Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan
mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya
sehari-hari.
Menurut Hawari (2006) jenis-jenis rehabilitasi antara lain :
a. Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan penyalahgunaan
NAPZA benar-benar sehat secara fisik. Termasuk dalam program
rehabilitasi medik ini ialah memulihkan kondisi fisik yang lemah,
tidak cukup diberikan gizi makanan yang bernilai tinggi, tetapi juga
kegiatan olahraga yang teratur disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing yang bersangkutan.
b. Rehabilitasi Psikiatrik
Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi
yang semula bersikap dan bertindak antisosial dapat dihilangkan,
sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan sesama
rekannya maupun personil yang membimbing atau mengasuhnya.
Termasuk rehabilitasi psikiatrik ini adalah psikoterapi/konsultasi
keluarga yang dapat dianggap sebagai “rehabilitasi” keluarga terutama
bagi keluarga-keluarga broken home. Konsultasi keluarga ini penting
dilakukan agar keluarga dapat memahami aspek-aspek kepribadian
anaknya yang terlibat penyalahgunaan NAPZA, bagaimana cara
22
c. Advokat.
Hal yang tidak pernah disadari adalah pengguna NAPZA
sebenarnya ”korban”. Langkah saat ini dimana menempatkan pengguna
25
J. Pohon Masalah
Risiko Bunuh Diri
Risiko perilaku
Halusinasi Efek
Core
Intoksikasi Cause
6. Faktor Predisposisi
Kaji hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku klien menjadi
pecandu/ pengguna NAPZA, baik dari pasien maupun keluarga seperti:
Factor biologis, factor psikologis dan faktor sosial kultural
7. Faktor Presipitasi
Kaji faktor yang membuat klien menggunakan napza:
a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai
pengakuan (resiko relatif untuk terlibat NAPZA 81,3%)
b. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress
c. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti
d. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman
e. Kompleksitas dari kehidupan modern
8. Pemeriksaan Fisik
30
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga
menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan
kesadaran, sehingga klien mungkin kehilangan asosiasi dalam
berkomunikasi dan berpikir.
16. Isi Piker
Pecandu ganja mudah percaya mistik, sedangkan amfetamin
menyebabkan paranoid sehingga menunjukkan perilaku phobia. Pecandu
amfetamin dapat mengalami waham curiga akibat paranoidnya
17. Tingkat Kesadaran
Menunjukkan perilaku bingung, disorientasi dan sedasi akibat pengaruh
NAPZA.
18. Memori
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran mungkin
akan menunjukkan gangguan daya ingat jangka pendek.
19. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu
ganja mengalami penurunan berhitung.
B. Diagnosa
1. Risiko Bunuh Diri berhubungan dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi sensori persepsi
3. Halusinasi persepsi sensori berhubungan dengan intoksikasi akibat
penyalahgunaan zat
4. Isolasi sosial
33
C. Intervensi
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Risiko Bunuh Diri TUM:
Klien tidak melakukan
percobaan bunuh diri
TUK:
1. Klien dapat membina 1.1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1.1. Perkenalkan diri dengan klien
hubungan saling percaya menunjukkan rasa senang, ada 1.1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar
kontak mata, mau berjabat dan tidak menyangkal.
tangan, mau menyebutkan nama, 1.1.3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
mau menjawab salam, klien mau 1.1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.
duduk berdampingan dengan 1.1.5. Temani klien saat keinginan mencederai
perawat, mau mengutarakan diri meningkat.
masalah yang dihadapinya
2. Klien dapat terlindung 2.1. 2.1.1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat
dari perilaku bunuh diri membahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain lain).
2.1.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang
dan selalu terlihat oleh perawat.
2.1.3. Awasi klien secara ketat setiap saat
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat mengekspresikan 3.1.1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
mengidentifikasi perasaannya 3.1.2. Bersikap empati untuk meningkatkan
penyebab keinginan ungkapan keraguan, ketakutan dan
bunuh diri keputusasaan.
3.1.3. Beri dorongan untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana harapannya.
3.1.4. Beri waktu dan kesempatan untuk
menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain lain.
3
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
3.1.5. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan
klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
4. Klien dapat 4.1. Klien dapat mengatasi 4.1.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat
meningkatkan harga diri keputusasaannya mengatasi keputusasaannya.
4.1.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal
individu.
4.1.3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber
harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat 5.1. Klien dapat melakukan kegiatan 1.1.1. Ajarkan untuk mengidentifikasi
menggunakan koping yang menyenangkan pengalaman-pengalaman yang
yang adaptif menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-
jalan, membaca buku favorit, menulis surat
dll.)
5.2. Klien dapat menahan untuk 5.2.1. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia
bunuh diri dengan memikirkan cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
orang-orang yang ia sayangi terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan
dalam kesehatan.
5.3. Klien dapat berbagi pengalaman 5.3.1. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan
mengenai masalah atau penyakit pada orang lain yang mempunyai suatu
yang sama pada orang lain masalah dan atau penyakit yang sama dan
dengan koping yang efektif telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping
yang efektif
3
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
2 Risiko Perilaku TUM:
Mencederai diri Klien tidak mencederai diri
berhubungan dengan sendiri,orang lain dan
perilaku kekerasan lingkungan
TUK: 1.1. Klien mau membalas salam 1.1.1. Beri salam/panggil nama
1. Klien dapat membina 1.2. Klien mau menjabat tangan 1.2.1. Sebut nama perawat sambil jabat tangan
hubungan saling percaya 1.3. Klien mau menyebutkan nama 1.3.1. Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.4. Klien mau tersenyum 1.4.1. Jelaskan tentang kontak yang akan dibuat
1.5. Klien mau kontak mata 1.5.1. Beri rasa aman dan sikap empati
1.6. Klien mau mengetahui 1.6.1. Lakukan kontak singkat tetapi sering
nama perawat
2. Klien dapat 2.1. Klien mengungkapkan 2.1.1. beri kesempatan untuk mengungkapkan
mengidentifikasi perasaannya perasaannya
penyebab perilaku 2.2. Klien dapat mengungkapkan 2.2.1. bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
kekerasan penyebab perasaan jengkel/kesal perasaan jengkel/kesal
(dari diri sendiri, lingkungan atau
orang lain)
3. Klien dapat 3.1. Klien dapat mengungkapkan 1.1.1. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang
mengidentifikasi tanda perasaan saat marah/jengkel dialami dan dirasakannya saat
dan gejala perilaku jengkel/marah
kekerasan 3.2. Klien dapat menyimulkan 1.1.2. Observasi tanda dan gejala
tanda dan gejala jengkel/kesal perilaku kekerasan pada klien
yang dialaminya 3.2.1. Simpulkan bersama klien tanda dan
gejala jengkel /kesal yang dialami klien
4. Klien dapat 4.1. Klien dapat mengungkapkan 4.1.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan
mengidentifikasi perilaku perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
kekerasan yang bias biasa dilakukan klien (verbal, pada orang lain,
dilakukan lingkungan dan pada diri sendiri)
4.2. Klien dapat bermain peran sesuai 4.2.1. Bantu klien bermain peran sesuai dengan
3
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
perilaku kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
dilakukan
4.3. Klien dapat mengetahui cara 4.3.1. Bicarakan dengan klien, apakah dengan
yang biasa dilakukan untuk cara yang klien lakukan masalahnya
menyelesaikan masalah selesai
5. Klien dapat 5.1. Klien dapat menjelaskan akibat 5.1.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara
mengidentifikasi akibat dari cara yang digunakan klien: yang dilakukan klien
perilaku kekerasan - Akibat pada klien sendiri 5.1.2. Bersama klien menyimpulkan akibat
- Akibat pada orang lain dari cara yang dilakukan oleh klien
- Akibat pada lingkungan 5.1.3. Tanyakan kepada klien “apakah ia ingin
mempelajari cara baru yang sehat?”
6. Klien dapat 6.1. Klien dapat menyebutkan 1.1.1. Diskusikan kegiatan fisik yang
mendemonstrasikan cara contoh pencegahan perilaku biasa dilakukan klien
fisik untuk mencegah kekerasan secara fiik 1.1.2. Beri pujian atas kegiatan fisik yang
perilaku kekerasan - Tarik napas dalam biasa dilakukan klien
- Pukul kasur dan bantal 1.1.3. Diskusikan dua cara fisik yang paling
- Dll: kegiatan fisik mudah dilakukan untuk mencegah
perilaku kekerasan, yaitu: tarik nafas
dalam dan pukul kasur serta bantal
6.2. Klien dapat 1.2.1. Diskusikan cara melakukan tarik
mendemonstrasikan cara fisik nafas dalam dengan klien
untuk mencegah perilaku 1.2.2. Beri contoh kepada klien tentang
kekerasan cara menarik nafas dalam
1.2.3. Minta klien mengikuti contoh yang
diberikan sebanyak 5 kali
1.2.4. Beri pujian positif atas kemampuan
klien mendemonstrasikan cara menarik
napas dalam
1.2.5. Tanyakan perasaan klien setelah selesai
3
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1.2.6. Anjurkan klien untuk menggunakan
cara yang telah dipelajari saat
marah/jengkel
1.2.7. Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1
sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain di
6.3. Klien mempunyai jadwal untuk pertemuan yang lain
melatih cara penegahan fisik 6.3.1 diskusikan dengan klien mengenai
yang telah dipelajari frekuensi latihan yang akan
sebelumnya dilakukan sendiri oleh klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih
cara yang telah dipeajari
6.4. Klien mengevaluasi 6.4.1. klien mengevaluasi pelaksanaan latihan,
kemampuannya dalam cara pencegahan perilaku kekerasan
melakukan cara fisik yang telah dilakukan denngan mengisi
sesuai jadwal yang telah jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
disusun 6.4.2. validasi kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan
6.4.3. berikan pujian atas keberhasilan klien
6.4.4. tanyakan kepada klien: “apakah kegiatan
cara pencegahan perilaku kekerasan dapat
mengurangi perasaan marah”
7. klien dapat 7.1. klien dapat menyebutkan cara 7.1.1. diskusikan cara bicara yang baik
mendemonstrasikan cara bicara (verbal) yang baik dengan klien
social untuk mencegah dalam mencegah perilaku 7.1.2. berikan contoh cara bicara yang baik:
perilaku kekerasaan kekerasan - meminta dengan baik
- meminta dengan baik - menolak dengan baik
- menolak dengan baik - mengungkapkan perasaan dengan baik
- mengungkapkan perasaan
dengan baik
3
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
7.2. klien dapat 7.2.1. minta klien mengikuti contoh cara bicara
mendemonstrasikan cara yang baik:
verbal yang baik - meminta dengan baik: “saya
minta uang untuk beli makan”
- menolak dengan baik: “maaf,
saya tidak dapat melakukannya
karena ada kegiatan lain”
- mengungkapkan perasaan dengan
baik: “saya kesal karena
permintaan saya tidak
dikabulkan”
7.2.2. minta klien mengulang sendiri
7.2.3. beri pujian atas keberhasilan klien
7.3. klien mempunyai jadwal untuk 7.3.1. diskusikan dengan klien tentanng waktu dan
melatih cara bicara yang baik kondisi cara bicara yang dapat diatih di
ruangan, misalnya: meminta obat, baju,
dll.; menolak ajakan merokok, tidur tidak
pada waktunya; menceritakan kekesalan
kepada perawat.
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
8. klien dapat 8.1. klien dapat menyebutkan 8.1.1. diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang
mendemonstrasikan cara kegiatan ibadah yang biasa pernah dilakukan
spiritual untuk mencegah dilakukan
perilaku kekerasan
8.2. klien dapat 8.2.1. bantu klien menilai kegiatan ibadah
mendemonstrasikan cara yang dapat dilakukan di ruang rawat
ibadah yang dipilih 8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah
yang akan dilakukan
8.2.3. Minta klien mendemonstrasikan
kegiatan ibadah yang dipilih
8.2.4. beri pujian atas keberhasilan klien
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
untuk mencegah perilaku (prinsip 5 benar: benar orang, pkl. 07.00, 13.00, 19.00) cara minum obat
kekerasan benar obat, dosis, waktu dan cara 9.1.2. diskusikan dengan klien tentang
pemberian) manfaat minum obat secara teratur:
- beda perasaan sebelum minum obat
dan sesudah minum obat
- jelaskan bahwa dsis hanya boleh diubah
oleh dokter
- jelaskan mengenai akibat minum
obat yang tidak teratur, misalnya
penyakitnya kambuh
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
10. klien dapat mengikuti 10.1. klien mengikuti TAK: 10.1.1. anjurkan klien untuk ikut TAK: stimulasi
TAK: stimulasi persepsi stimulasi persepsi pencegahan persepsi pencegahan perilaku kekerasan
pencegahan perilaku perilaku kekerasan 10.1.2. klien mengikuti TAK: stimulasi persepsi
kekerasan pencegahan perilaku kekerasan
(kegiatan tersendiri)
10.1.3. diskusikan dengan klien tentang kegiatan
selama TAK
10.1.4. fasilitas klien untuk mempraktikkan
hasil kegiatan TAK dan beri pujian atas
keberhasilan
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
dalam merawat klien
11.1.3. jelaskan cara-cara merawat klien:
- terkait dengan cara mengontrol
perilaku marah secara konstruktif
- sikap dan cara bicara
- membantu klien mengenal penyebab
marah dan pelaksanaan cara pencegahan
perilaku keekrasan
11.1.4. bantu keluarga mendemonstrasikan
cara merawat klien
11.1.5. bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
demonstrasi
11.1.6. anjurkan keluarga mempraktikannya
pada klien selama dirumah sakit dan
melanjutkannya setelah pulang ke rumah
3 Gangguan persepsi TUM:
sensori Klien tidak mengalami
halusinasi
TUK:
1. Klien dapat membina 1.1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
hubungan saling percaya menunjukkan rasa senang, ada mengungkapkan prinsip komunikasi
kontak mata, mau berjabat terapeutik:
tangan, mau menyebutkan - Sapa
nama, mau menjawab salam, klien
klien mau duduk berdampingan dengan
dengan perawat, mau ramah
mengutarakan masalah yang baik
4
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
dihadapinya. verbal
maupu
n non
verbal
- Perken
alkan
diri
dengan
sopan
- Tanyak
an
nama
lengka
p dan
nama
panggil
an yang
disukai
klien.
- Jelaska
n
tujuan
pertem
uan
- Tunjuk
kan
4
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
sifat
empati
dan
meneri
ma
klien
apa
adanya.
- Beri
perhati
an
kepada
klien
dan
perhati
kan
kebutu
han
dasar
klien
2. Kien dapat mengenal 2.1. Klien dapat menyebutkan 2.1.1 Adakan kontak sering dan singkat
halusinasinya waktu, isi, dan frekuensi secara bertahap.
timbulnya halusinasi. 2.1.2 Observasi tingkah laku klien yang terkait
dengan halusinasinya : bicara dan tertawa
tanpa stimulus dan memandang kekiri/
4
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
kekanan/kedepan seolah-olah ada
teman bicara
2.1.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
- Jika menemukan klien sedang
berhalusinasi : tanyakan apakah ada
suara yang didengarnya.
- Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa
yang dikatakan suara itu
- Kata
kan
bahw
a
pera
wat
perca
ya
klien
mend
engar
suara
itu,
2.2. Klien dapat mengungkapkan
namu
bagaimana perasaannya
terhadap halusinasi tersebut. n
pera
wat
sendi
4
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
ri
tidak
mend
engar
nya
(deng
an
nada
bersa
habat
tanpa
menu
duh
atau
mme
ngha
kimi
)
- Katakana bahwa klien lain juga ada yang
menseperti klien.
- Katakan perawat akan membantu klien.
2.1.4 Diskusikan dengan klien :
- Situasi yang menimbulkan / tidak
menimbulkan halusinasi ( jika
sendiri, jengkel,atau sedih)
- Waktu dan frekuensi terjadinya
4
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
halusinasi (pagi, siang, sore, dan
malam ; terus menrus atau sewaktu –
waktu)
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
kan cara menghardik halusinasi mendengar kamu”
3.3.2 Minta klien mengikuti contoh yang
diberikan dan minta klien untuk
mengulanginya
3.3.3 Beri pujian atas keberhasilan klien
3.3.4 Susun jadwal latihan klien dan
minta klien untuk mengisi jadwal
kegiatan
3.3.5 Tanyakan kepada klien :
“bagaimana perasaannya setelah
menghardik? Apakah halusinasinya
3.4. Klien dapat
berkurang?” Berikan pujian.
mendemonstrasikan bercakap-
cakap dengan orang lain 3.4.1 Beri contoh percakapan dengan
orang lain : “Suster saya dengar suara-
suara, temani saya bercakap-cakap “
3.4.2 Minta klien mengikuti contoh
percakapan dan mengulanginya
3.4.3 Beri pujian atas keberhasilan klien
3.4.4 Susun jadwal klien untuk melatih
diri, mengisi kegiatan dengan bercakap-
cakap, dan mengisi jadwal kegiatan (
self- evaluation )
3.4.5 Tanyakan kepada klien : “
bagaiamana perasaan Tini setelah latihan
3.5. Klien dapat mendemostrasikan bercakap-cakap ? Apakah halusinasinya
berkurang ? “ Berikan pujian “
3.5.1 Diskusikan dengan klien tentang
4
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
pelaksanaan kegiatan sehari- kegiatan harian yang dapat dilakukan
hari dirumah dan dirumah sakit ( untuk klien
halusinasi dengan perilaku kekerasan,
sesuai kan dengan control perilaku
kekerasan )
3.5.2 Latih klien untuk melakukan
kegiatan yang disepakati dan masukkan
kedalam jadwal kegiatan. Minta klien
mengisi jadwal kegiatan (self-evalution)
3.5.3 Tanyakan kepada klien : “
Bagaiman perasaan Tini setelah melakukan
kegiatan harian ? Apakah halusinasinya
berkurang ? Berikan pujian.
3.6. Klien dapat mendemonstrasikan
3.6.1 Klien dapat menyebutkan jenis, dosis
kepatuhan minum obat untuk
dan waktu minum obat serta manfaat
mencegah halusinasi.
obat tersebut
3.6.2 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat
yang diminum
3.6.3 Diskusikan dengan klien tentang
manfaat minum obat secara teratur :
- beda perasaan sebelum dan sesudah
minum obat
- Jelaskan bahwa dosis hanya boleh di
ubah oleh dokter
- jelaskan tentang akibat minum obat
5
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
tidak teratur : penyakit kambuh
3.6.4 Klien dapat mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat sesuai jadwal yang
ditetapkan
3.6.5 Diskusikan proses minum obat :
- Klien meminta obat kepada perawat
- Klien memeriksa obat sesuai
dengan dosisnya
- Klien meminum obat pada waktu yang
tepat
3.6.6 Susun jadwal minum obat bersama klien
3.6.7 mengevaluasi kemampuan dalam
mematuhi minum obat
3.6.8 mengevaluasi pelaksanaan minum obat
dengan mengisi jadwal kegiatan harian
3.6.9 validasi pelaksanaan minum obat klien
3.6.10 beri pujian atas keberhasilan klien
3.6.11 tanyakan pada klien : “bagaimana
perasaan tini setelah melakukan kegiatan
harian? Apakah halusinasinya berkurang?”
berikan
pujian.
4 Harga Diri Rendah TUM
Klien memiliki konsep diri
yang positif
TUK:
1. Klien dapat
Setelah 1x interaksi, klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
membina hubungan
menunjukkan ekspresi wajah menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
5
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
saling percaya bersahabat, menunjukkan rasa Beri salam setiap berinteraksi.
senang, ada kontak mata, mau Perkenalkan nama, nama panggilan
berjabat tangan, mau menyebutkan perawat dan tujuan perawat berkenalan
nama, mau menjawab salam, klien Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
mau duduk berdampingan dengan Jelaskan tujuan pertemuan
perawat, mau mengutarakan masalah Jujur dan menepati janji
yang dihadapi Tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. klien dapat
II.1. Klien menyebutkan : 2.1.1 Diskusikan dengan klien tentang :
mengidentifikasi aspek
positif dan kemampuan a. Aspek positif dan kemampuan
a. Aspek positif yang dimiliki
yang dimiliki yang dimiliki
klien, keluarga, lingkungan
b. Aspek positif keluarga
c. Aspek positif lingkungan b. Kemampuan yang dimiliki klien
2.1.2 Bersama klien buat daftar tentang
a. aspek positif klien,
keluarga, lingkungan
b. kemampuan yang dimiliki klien
2.1.3 Beri pujian yang realistis, dan
hidarkan memberi penilain negatif
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
dimiliki untuk dilaksanakan
dapat dilaksanakan dan digunakan selama
dilaksanakan
sakit
3.1.2. Diskusikan kemampuan yang masih dapat
dilajutkan pelaksanaanya setelah klien
pulang dengan kondisinya saat ini.
4. Klien dapat 4.1. klien membuat rencana kegiatan
4.1.1. Rencanakan bersama klien aktivitas
merencakan kegiatan harian
sesuai dengan yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan yang kemampuan klien
dimiliki a. kegiatan mandiri
b. kegiatan dengan bantuan
4.1.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
4.1.3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien lakukan
5. Klien dapat melakukan 5.1. Klien melakukan kegiatan
5.1.1. Anjurkan klien untuk melaksanakan
kegiatan sesuai rencana sesuai jadwal yang dibuat
yang dibuat kegiatan yang telah direncanakan
5.1.2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
5.1.3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
5.1.4. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat 6.1. klien memanfaatkan sistem
6.1.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
5
Perencanaan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
pendukung yang ada
tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah
6.1.2. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien di rawat
6.1.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan
di rumah
5
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN DENGAN KETERGANTUNGAN OBAT
Tinjauan Kasus
Sdr “I” adalah seorang siswa SMA berusia 18 tahun, anak tunggal dari Tn “M”
dan Ny “T”. Sdr “I” dibawa keluarganya dalam keadaan tangan di borgol dan kaki
diikat karena ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang berupa ganja dan
emosi. 2 hari sebelum masuk rumah sakit Sdr “I” mengkonsumsi obat dextro
sebanyak 10 butir, miras dan ganja 1 batang dengan cara di hisap. Hasil
pemeriksaan fisik di dapatkan TD: 110/70 mmHg, nadi: 99x/menit, suhu: 36,5 oC,
RR: 20 x/menit, TB: 164 cm, BB: 56 kg.
I. Pengkajian
Ruangan : PK. NAPZA Tinggal dirawat: 8 November 2016
A. Identitas
Nama klien : Sdr. I Tanggal Pengkajian : 9 November 2016
Umur : 18 tahun Nomor RM : 251107
Pendidkan : SMA Alamat : Lawang
B. Alasan Masuk
1. Alasan Masuk
Klien mengatakan saat masuk MRS dipaksa oleh keluarganya dalam
keadaan tangan diborgol dan kaki diikat karena ketahuan
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan emosi
2. Keadaan Saat Masuk
Klien mengatakan saat MRS dalam keadaan sadar dan paska
penyalahgunaan obat dextro sebanyak 10 butir, miras dan ganja 1
batang 2 hari sebelum MRS
3. Pemakaian Terakhir
Klien mengatakan sebelum di bawa kesini, klien mengkonsumsi ganja
1 batang dengan cara di hisap, terakhir tanggal 6 November 2016
5
C. Riwayat Pengobatan
Klien mengatakan pernah di rawat di PKJM selama 1 bulan dan
mendapatkan rehabilitasi rohani dan medik.
D. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan di bawa ke RSJ lawang, klien pernah di rawat selama 1
bulan di PKJM Banyuwangi. Saat pulang kembali bergabung dengan
teman-teman yang dulu. Dan mengulangi perbuatan hal yang sama (miras
dan penyalahgunaan obat dextro). Pada tahun 2015 klien mengaku pernah
di tahan di BNN selama 10 hari. Menurut status klien dirumah sering
ngamuk-ngamuk sejak 2 bulan yang lalu. Paling parah 1 minggu. Klien
sulit tidur. Minta apapun harus diturutin jika tidak orang tua di ancam.
Klien mengatakan depresi karena hubungan dengan pacarnya tidak
disetujui keluarganya.
Diagnosa Keperawatan: -RPK
- Mekanisme Koping Individu inefektif
E. Faktor Presipitasi
Klien mengatakan awalnya dia dapat tawaran pil dextro dari temannya
yang mengatakan pil dextro dapat membuat pikiran happy. Klien
mencoba pil tersebut saat punya masalah.
Diagnosa Keperawatan: Koping individu inefektif
F. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital = TD: 110/70 mmHg, N: 99 x/menit, S:
36,5oC, RR: 20 x/menit
2. Ukur = TB: 164 cm BB: 56 kg
3. Keluhan Fisik = klien mengatakan tidak ada keluhan
Diagnosa Keperawatan: -
5
G. Psikososial
1. Genogram
H. Konsep Diri
1. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan tubuhnya walaupun
sekarang berat badannya berkurang.
2. Peran
Klien mengatakan saya seorang anak dengan usia 18 tahun yang
biasanya sekolah dan bermain dengan teman-teman
3. Identitas
Klien memperkenalkan dirinya dan identitas keluarganya dan klien
bangga dengan identitas menjadi laki-laki
5
4. Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera berkumpul bersama kelurga dan
berhenti mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Klien ingin segera
kembali sekolah.
5. Harga diri
Klien mengatakan saya merasa malu saat pulang nanti karena saya
dibawa kesini dengan kondisi tangan diborgol dan kaki diikat. Saya
merasa tetangga selalu berfikir negatif.
Diagnosa keperawatan: harga diri rendah
I. Hubungan sosial
1. Orang yang dekat/dipercaya saat ini:
Klien mengatakan dekat dengan teman-temannya karena klien
menganggap hanya teman-temannya yang dapat mengerti klien.
Diagnosa Keperawatan: -
J. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan agamanya islam dan meyakini adanya tuhan
2. Kegiatan ibadah
Klien melakukan ibadah secara rutin dan berjamaah selama di RSJ.
Saat dirumah, klien mengatakan sholatnya bolong-bolong.
5
Diagnosa keperawatan: -
K. Status mental
1. Penampilan
Klien berpakaian sesuai dengan fungsinya, baju tidak kusut, rambut
disisir rapi
Diagnosa Keperawatan: -
2. Pembicaraan
Saat wawancara cara berbicara klien lambat dan dapat dimengerti
dengan volume suara lembut.
Diagnosa Keperawatan : -
3. Aktivitas motorik / psikomotor
a. Kelambatan
Klien tidak mengalami keterlambatan aktivitas motorik/
psikomotor, terbukti ketika klien melakukan aktivitas rutin seperti
tepat jam rehab, sholat dan makan, klien mampu melakukan tanpa
disuruh.
b. Peningkatan
Klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam, terkadang klien
terlihat mondar mandi.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Afek dan Emosi
a. Afek
Afek klien dangkal/datar, terbukti saat klien ditanya kenapa
sampai menggunakan obat terlarang, klien hanya menampakkan
ekspresi datar dan menjawab pertanyaan secara singkat dan
menunduk.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
b. Emosi
Klien cemas, terbukti saat ditanya tentang perasaan klien setelah
membuat keluarga kecewa saat ini, klien mengatakan kasian dan
cemas dengan keadaan keluarganya.
5
L. Persepsi
1. Halusinasi
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada panca inderanya.
Klien mengatakan tidak mendengar bisikan aneh ataupun hal-hal aneh
pada penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan.
2. Ilusi
Klien mampu melihat hal yang dilihat sesuai dengan kenyataan,
terbukti klien mengatakan hal yang dilihat adalah pohon belimbing
dan kenyataannya adalah pohon belimbing.
3. Depersonalisasi
Klien awalnya merasa asing pada lingkungan di RSJ ini tapi tidak
pada diri sendiri maupun orang lain.
4. Derealisasi
Klien menilai lingkungannya adalah nyata.
Diagnosa Keperawatan :-
M. Proses pikir
1. Arus Pikir
Arus pikir klien koheren, terbukti saat ditanya, “Kenapa sampai mau
diajak teman untuk mengkonsumsi obat terlarang dan miras?” klien
6
N. Tingkat Kesadaran
1. Secara Kuantitatif: Kesadaran klien compos mentis (GCS : 4 5 6)
2. Secara Kualitatif : Klien mampu berorientasi baik dengan waktu,
seperti waktu makan, sholat dan mandi. Klien juga mampu
berorientasi dengan tempat dan lingkungannya seperti tempat tidur
dan tempat rehabnya. Klien mau merubah posisi duduknya yang
semula kakinya di atas kursi menjadi diturunkan ketika ditegur.
Diagnosa Keperawatan : -
O. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Terbukti klien mampu menceritakan sebelum klien dibawa
ke RSJ dan aktivitas yang dilakukan dari saat bangun tidur sampai tidur
siang.
Diagnosa Keperawatan : -
Q. Kemampuan Penilaian
Klien mengatakan bila sampai dirumah, saya akan bergaul dengan teman
baru yang lebih baik dan akan menjauhin teman-teman yang memakai
obat-obat terlarang.
Diagnosa Keperawatan : -
Do: -
Ds: Klien mengatakan saya merasa malu saat
pulang nanti karena saya dibawa kesini
9/11/16 dengan kondisi tangan diborgol dan kaki Harga diri rendah
11.00 situasional
diikat. Saya merasa tetangga selalu berfikir
WIB
negatif.
Do: Afek klien dangkal/datar, klien hanya
menampakkan ekspresi datar dan menjawab
pertanyaan secara singkat dan menunduk
Tanggal
& Jam Data Diagnosa Keperawatan
WIB (miras dan penyalahgunaan obat dextro).
Do: saat ditanya bagaimana cara klien jika ada
masalah, klien menjawab menghindar/ tidak
pulang
Gangguan Konsep
Diri: HDR Core
V. Intervensi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
DI UNIT RAWAT INAP PK. NAPZA DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG
Unit Keswa :
Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
6
Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
9/11/’16 Harga Diri TUM
Rendah Klien memiliki konsep
diri yang positif
9/11/’16
3. Klien dapat menilai 3.1. Setelah 1x interaksi klien 3.1.1. D
kemampuan yang menyebutkan kemampuan d
dimiliki untuk yang dapat dilaksanakan s
dilaksanakan 3.1.2. D
d
p
9/11/’16
4. Klien dapat 4.1. Setelah 1x interaksi klien 4.1.1. R
merencakan kegiatan membuat rencana kegiatan d
sesuai dengan harian k
kemampuan yang a
dimiliki b
6
Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
4.1.2. T
4.1.3. B
d
9/11/’16
5. Klien dapat 5.1. Setelah 2x interaksi klien 5.1.1. A
melakukan kegiatan melakukan kegiatan sesuai
sesuai rencana yang jadwal yang dibuat 5.1.2. P
dibuat 5.1.3. B
5.1.4. D
k
- 6. Klien dapat 6.1. Setelah 1x interaksi klien 6.1.1. B
memanfaatkan memanfaatkan sistem t
sistem pendukung pendukung yang ada di d
yang ada keluarga 6.1.2. B
s
6.1.3. B
r
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
Masalah penyalahgunaan narkoba / NAPZA khususnya pada
remaja adalah ancaman yang sangat mencemasakan bagi keluaga
khususnya dan bagi bangsa dan negara pada umumnya. Pengaruh narkoba
sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan, maupun dampak sosial yang
ditimbulkan.
Secara garis besar faktor yang menyebabkan terjadianya
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja terdiri dari faktor internal dan
faktor eksternal yakni yang berasal dari dalam diri sendiri baik yang
berasal dari lingkungan.
Masalah pencegahan penggunaan narkoba bukanlah menjadi tugas
dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya
pencegahan penyarahgunaan narkoba yang dilakukan sejak dini sangatlah
baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penganggulangan
tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga dan juga pendidik di sekolah
sangatlah besar bagi pencegahan penanggulangan terhadap narkoba.
6
B. SARAN
Dalam mencegah penyalahgunaan narkoba pihak yang bertanggung
jawab bukan hanya pemerintah penegak hukum ataupun pelayanan
kesehata saja namun diharapkam peran orang tua dalam mengawasi dan
membimbing anggota keluarganya harus lebih baik, serta lebih
meluangkan waktunya untuk selalu berada disisi anak-anaknya dalam
kondisi apapun, sehingga remaja tidak terjerumus melakukan hal- hal yang
menyimpang terutama melakukan penyalahgunaan narkoba.
Selain itu masyarakat hendaknya melakukan kegiatan yang positif
dan berguna agar remaja tidak terlibat dalam kasus penyalahgunaan
narkoba serta memperdalam iman dan taqwa guna ketahanan diri dari
dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup.
DAFTAR PUSTAKA