Disusun oleh:
Ika Wahyu Susiani (212417001)
Dosen Pengampu:
Zahrul Fata, M.IRK., Ph.D.
1
dalam pembelajaran bahasa Arab bagi penutur non-Arab yang antara lain sebagai
berikut:
1. Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar yang terjadi
tanpa adanya kesengajaan dari seorang individu yang mana dalam proses
tersebut terjadi pengembangan keterampilan-keterampilan berbahasa.
Meskipun proses bawah sadar tersebut tidak disadari, akan tetapi dia sadar
bahwa dia menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Proses ini
serupa dengan pengembangan kemampuan anak dalam mempelajari bahasa
pertamanya.
Pemerolehan bahasa biasanya berlangsung dalam lingkungan
masyarakat penutur bahasa, sehingga individu tersebut memiliki banyak
kesempatan untuk terus berkomunikasi dengan para penutur dari hari ke
hari. Dengan demikian, ia dapat menyerap sebagian struktur bahasa,
menyimpan konsep-konsep bahasa dan tenggelam dalam budaya masyarakat
tersebut sehingga ia memiliki perasaan kebahasaan serta mampu
mengadopsi tabiat kebahasaan yang memudahkannya untuk menggunakan
bahasa tesebut secara spontan tanpa disengaja. Adapun perbedaan antara
pemerolehan bahasa dan belajar bahasa dapat dilihat pada tabel berikut:
Ruang Belajar Lingkungan Belajar
Belajar Bahasa Potensi Kuat Potensi Lemah
Pemerolehan Bahasa Potensi Lemah Potensi Kuat
2
para penutur bahasa Arab atau dengan budaya mereka. Dia yang secara
sungguh-sungguh belajar bahasa Arab sebagai bahasa kedua akan mampu:
a. Mengidentifikasi dan membedakan suara-suara Arab, memahami
artinya serta menyimpannya dalam ingatan
b. Memahami berbagai unsur pembangun bahasa Arab serta struktur-
strukturnya
c. Menentukan kaidah-kaidah umum yang mengatur ekspresi bahasa dan
membedakan antara konotasi kata dan makna
d. Mengidentifikasi penggunaan bahasa yang benar dalam konteks
budaya.
3
Adapun permasalahan-permasalahan terpenting yang dihadapi oleh
pelajar bahasa Arab dari penutur non-Arab adalah dalam aspek:
a. Kemampuan komunikasi, seperti gagap saat berbicara menggunakan
bahasa Arab Fusha, mengucapkan suara-suara Arab tertentu tidak dari
makhraj-nya yang benar, kesulitan memahami maksud lawan tutur,
kesuliatan dalam dualisme bahasa Arab (Fusha-Amiyah) saat
berkomunikasi dengan pendidik, pelajar Arab Saudi lain atau
berinteraksi dengan masyarakat Arab.
b. Kemampuan membaca. Adapun indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur kesulitan-kesulitan tersebut meliputi: kecepatan membaca,
keselamatan ucapan (adanya kesesuaian antara pengucapan huruf
dengan makhraj-nya), keselamatan pemahaman dan kesulitan dalam
memahami kaidah tata bahasa Arab.
c. Kemampuan menulis, mencakup (1) kesulitan imla’ seperti kesulitan
untuk menulis dengan benar, kesulitan dalam menguasai kaidah-kaidah
imla’, kesulitan tentang keserupaan bentuk-bentuk huruf serta
kesulitan dalam membedakan antara suara yang terucap dan yang
tidak, (2) kesulitan dalam pengungkapan dalam hal pengungkapan
secara lisan dengan bahasa yang benar, pengungkapan secara tertulis,
penggunaan kalimat sempurna, penggunaan kata-kata yang sesuai serta
pengungkapan setiap gagasan/ide dan pemahaman yang ada dalam
pikiran.
4
b. Pengadopsian prinsip penggantian dan pemenggalan bahasa
menggunakan ukuran, maka pembelajaran bahasa mengadopsi dasar-
dasar struktural dalam analisis bahasa serta perumusan latihan-latihan
struktural dan suara/vokal.
c. Mengadopsi pendekatan metodologis yang dibangun atas prinsip
struktural dan komunikasi dengan menghindari aspek negatif dari
masing-masing doktrin.
5
Untuk mengantisipasi munculnya problem tersebut maka
hendaknya kurikulum pembelajaran bahasa Arab bagi penutur non-Arab
didesain sedemikian rupa dengan memperhatikan berbagai aspek terkait
dengan apa yang harus dipelajari dan diajarkan? Bagaimana caranya
mempelajari dan mengajarkannya? Untuk siapa pembelajaran itu ditujukan?
Dimana pembelajaran akan dilaksanakan? Kapan pelaksanaannya?
Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana cara melaksanakannya?
Bagaimana cara meningkatkannya? Bagaimana pengajaran dan
pembelajaran berkembang? dan lain sebagainya.