TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Transportasi
Transportasi menurut Miro (2005) merupakan usaha memindahkan, menggerakkan, m
engangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat lain dimana tempat lain ini objek t
ersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan menurur
t Morlok (1978) mendefinisikan transportasi sebagai suatu tindak, proses, atau hal yang sedan
g dipindahkan daru suatu tempat ke tempat lainnya.
Perencanaan transportasi adalah salah satu usaha pada sistem transportasi agar prasara
na transportasi yang ada dapat digunakan secara optimal.Prasarana transportasi dapat berupa p
elabuhan laut, pelabuhan udara, terminal, stasiun, jalan dan lain sebagainya.
Kegiatan transportasi bukan merupakan suatu tujuan melainkan mekanisme untuk men
capai tujuan. Menurut Setijowarno dan Frazila (2001), pergerakan orang dan barang dari suat
u tempat ke tempat lainnya mengikuti 3 (tiga) kondisi yaitu :
a. Pelengkap, relatif menarik antara dua atau lebih tujuan.
b. Keinginan untuk mengatasi jarak, dimana sebagai perpindahan yang diukur dalam kerangk
a waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengatasi jarak dan teknologi terbaik untuk men
capainya.
c. Kesempatan intervensi berkompetisi diantara beberapa lokasi untuk memenuhi kebutuhan
dan penyediaan.
Di dalam perencanaan transportasi dikenal 3 tingkatan perencanaan transportasi,
yaitu:
1. Perencanaan Operasional. Pada tahap ini pekerjaan yang dilakukan adalah membuat d
enah untuk persimpangan, penyeberangan untuk pejalan kaki, daerah parker, penempa
tan bagi pemberhentian bus, membuat metoda pembelian karcis, langkah-langkah kese
lamatan dan lain-lain.
2. Perencanaan Teknis. Pekerjaan yang berhubungan dengan tingkat ini adalah pola- pola
manajemen lalu-lintas, pembangunan jalan-jalan lokal, pengendalian parkir, pengorga
nisasian transportasi umum, koordinasi dalam memberlakukan tarif dan lain sebagainy
a.
3. Perencanaan Strategis. Tingkat ini berkaitan erat dengan struktur dan kapasitas jalan ut
ama dan sistem transportasi umum, keterkaitan transportasi dengan tata guna tanah, ke
seimbangan antara permintaan dan penawaran, keterkaitan antara tujuan-tujuan transp
ortasi dengan ekonomi, tujuan-tujuan lingkungan dan sosial untuk suatu kota.
2.2 Fungsi Transportasi
Dalam hal kegunaannya, transportasi dapat menciptakan guna tempat (place unility) dan
guna waktu (time unility) yang memindahkan barang dan manusia ke tempat yang berbeda seh
ingga kegunaannya lebih besar. Menurut K. Morlok dalam bukunya Pengantar Teknik dan Per
encanaan Transportasi, menjelaskan bahwa dalam usahanya untuk dapat meningkatkan kapasi
tas bergerak (baik untuk benda mati ataupun makhluk hidup) yang harus diangkut secara cepa
t dan dalam jarak yang jauh pada masyarakat modern saat ini, manusia telah mengembangkan
dan menyempurnakan berbagai teknologi untuk membantunya dalam bidang transport. Suatu
teknologi transportasi harus dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Membuat suatu obyek menjadi lebih mudah diangkut, dan dapat diangkut tanpa menimb
ulkan kerusakan.
b. Menyediakan kontrol dari gerakan yang terjadi, dengan pemakaian gaya secukupnya unt
uk dapat mempercepat ataupun memperlambat obyek tersebut, mengatasi hambatan-ha
mbatan yang biasa terjadi dan mengarahkan obyek tersebut tanpa kerusakan. Kontrol ge
rakan tadi disebut lokomosi.
c. Melindungi obyek dari kerusakan atau kehancuran yang dapat terjadi sebagai akibat samping da
ri pergerakan tadi. Pemeliharaan berupa temperature lingkungan yang tepat, tekanan, kelembapa
n dan sebagainya memegang peranan penting dalam mempertahankan nilai benda tersebut.
Transportasi yang baik dapat berupa kualitas sarana angkutan dan sistem jaringan jalan dengan s
egala kelengkapannya. Perkembangan teknologi di bidang transportasi menuntut adanya perkembanga
n teknologi sarana dan prasarana transportasi dalam segala bidang. Sistem transportasi yang berkemba
ng semakin cepat menuntut perubahan kualitas sarana angkutan dan tata jaringan jalan yang dapat me
menuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi.
2.3 Sistem Transportasi
Sistem transportasi meliputi beberapa sistem yang saling berkaitan dan saling mempeng
aruhi. Sistem-sistem yang membentuk sistem transportasi antara lain sistem pergerakan, siste
m jaringan dan sistem aktivitas. Selain itu terdapat pula sistem kelembagaan yang berfungsi s
ebagai penunjang, mengatur dan yang mempengaruhi hubungan berbagai sistem tersebut. Me
nurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat (2008) sistem transportasi dijelaskan sebagai beri
kut:
1. Sistem Aktivitas (Kegiatan): Sistem kegiatan atau tata guna lahan mem
punyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik perger
akan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Sistem ini merupakan sistem pola kegiatan tata gun
a lahan yang terdiri dari sistem pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Besa
rnya pergerakan sangat berkaitan dengan jenis intensitas kegiatan yang dilakukan.
2. Sistem Jaringan: Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan atau
barang tersebut membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda
tersebut bergerak. Prasarana transportasi ini dikenal dengan sistem jaringan yang meliputi jari
ngan jalan raya, kereta api, terminal, bus, bandara dan pelabuhan laut.
3. Sistem Pergerakan: Sistem pergerakan ditimbulkan karena interaksi sist
em kegiatan dan sistem jaringan. Sistem pergerakan yang ada merupakan sistem pergerakan o
rang.
4. Sistem Kelembagaan: sistem yang mengatur tiga sistem diatas; dan merupak
an instansi yang mengatur sistem transportasi beserta kebijakan-kebijakan yang mengaturnya.
5. Sistem Lingkungan: Setiap penggunaan tanah atau Sistem Kegiatan aka
n mempunyai suatu tipe kegiatan tertentu yang dapat “memproduksi” pergerakan (trip produc
tion) dan dapat “menarik” pergerakan (trip attraction). Sistem tersebut dapat merupakan suatu
gabungan dari berbagai sistem pola kegiatan tata guna tanah (land use) seperti sistem pola keg
iatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem ini memb
utuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari, yang
tidak dapat dipenuhi oleh penggunaan tanah bersangkutan.Besarnya pergerakan yang ditimbul
kan tersebut sangat berkaitan erat dengan jenis/tipe dan intensitas kegiatan yang dilakukan. Pe
rgerakan tersebut, baik berupa pergerakan manusia atau barang,jelas membutuhkan suatu mod
a transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda transportasi tersebut dapat bergera
k.
Prasarana transportasi yang diperlukan merupakan sistem mikro kedua yang biasa dikenal sebagai
Sistem Jaringan, meliputi jaringan jalan raya, kereta api, terminal bus, stasiun kereta api, bandara dan
pelabuhan laut. Penyediaan prasarana transportasi sangat tergantung pada dua faktor (Direktorat Jende
ral Perhubungan Darat, 2008):
1. Pertumbuhan ekonomi – menjadikan dana umum untuk membangun jalan- jalan, angk
utan simpangan dan menyediakan kendaraan umum.
2. Dana pribadi menyediakan kendaraan-kendaraan pribadi (mobil, motor) dan dana peru
sahaan pribadi menyediakan bus, angkot, truk.
3. Dana umum – tergantung pada pertumbuhan ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah
mengenai jalanan dan kendaraan umum.
Interaksi antara Sistem Kegiatan dan Sistem Jaringan akan menghasilkan suatupergerakan manusia da
n/atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki). Suatu sistem pergera
kan yang aman, cepat, nyaman, murah dan sesuai dengan lingkungannya, akan dapat tercipta jika perg
erakan tersebut diatur oleh suatu sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik. Permasalahan
kemacetan yang sering terjadi di kota-kota besar/sedang di Indonesia biasanya timbul karena kebutuha
n transportasi lebih besar dibanding prasarana transportasi yang tersedia, atau prasarana transportasi ti
dak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Perubahan pada sistem kegiatan jelas akan mempengaruhi
sistem jaringan melalui suatu perubahan tingkat pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga peruba
han pada sistem jaringan dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan akse
sibilitas dari sistem pergerakan tersebut.Selain itu, sistem pergerakan berperanan penting dalam menga
komodir suatu sistem pergerakan agar tercipta suatu sistem pergerakan yang lancar, aman, cepat, nyam
an, murah dan sesuai dengan lingkungannya. Pada akhirnya juga pasti akan mempengaruhi kembali sis
tem kegiatan dan sistem jaringan yang ada. Ketiga mikro ini saling berinteraksi satu sama lain yang ter
kait dalam suatu sistem transportasi makro.
Dalam upaya untuk menjamin terwujudnya suatu sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar,
murah dan sesuai dengan lingkungannya, maka dalam sistem transportasi makro terdapat suatu sistem
mikro lainnya yang disebut Sistem Kelembagaan.Sistem ini terdiri atas individu, kelompok, lembaga, i
nstansi pemerintah serta swasta yang terlibat dalam masing-masing sistem mikro. Sistem kelembagaan
(instansi) yang berkaitan dengan masalah transportasi adalah sebagai berikut :
1. Sistem Kegiatan : Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappe
nas),
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah(Bappeda) Kota.
2. Sistem Jaringan : Departemen Perhubungan dan Departemen Pekerjaan U
mum.
3. Sistem Pergerakan : Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR), P
olisi
Lalu Lintas (Polantas).
Transportasi Mikro
i j
1 Sepeda 0.5 - -
2 Mobil Penumpang 1.0 1.0 1.0
3 Truk&Bis < 5 t 2.0 2.0 2.5
4 5 t < T & B < 10 t 3.0 3.0 4.0
5 Truk Berat > 10 t 5.0 5.0 6.0
Sumber : Tamin, 1997
per arah
5 0.56
6 0.87
7 1.00
2 lajur tanpa pembatas
8 1.14
9 1.25
10 1.29
11 1.34
VCR = Q/C
Sumber : Morlok,1978
Q = volume lalu lintas yang melewati satu titik
n = jumlah kendaraan yang melewati titik tersebut dalam interval waktu T
T = interval waktu pengamatan
Besarnya faktor pertumbuhan lalu-lintas didasarkan pada tingkat pertumbuhan normal d
an tingkat pertumbuhan bangkitan yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan.Nilai VCR u
ntuk berbagai kondisi dapat dikelompokan sebagai berikut:
Nilai VCR pada Berbagai Kondisi
V/C Keterangan
< 0,8 Kondisi stabil
0,8 – 1,0 Kondisi tidak stabil
> 1,0 Kondisi kritis
Sumber : Tamin, 1997
2.9 Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secar
a geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Jaringan jalan, sara
na transportasi seperti terminal, stasiun dan sebagainya merupakan faktor-faktor yang dapat m
empengaruhi aksesibilitas. Indeks aksesibilitas ini mencakup jarak, waktu, dan biaya. Semaki
n jauh jarak (panjang jalan) maka aksesibilitasnya semakin tinggi serta akan memerlukan wak
tu yang lama dan mengeluarkan biaya yang besar, begitu pula sebaliknya.
Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas
Aksesibilitas R Aksesibilitas Menengah
endah
JAUH
JARAK
Aksesibilitas Aksesibilitas
DEKAT
Menengah Tinggi
KONDISI PRASARANA SANGAT JELEK SANGAT BAIK
N Alat
Poin Observasi Metode
o
1 Mengidentifikasi kondi
si ruas jalan yang rusa
k
2 Mengidentifikasi peng
gunaan transportasi ya Teknik Vi ▪ Kamera
ng digunakan masyara sualisasi ▪ Alat Rekam
kat ▪ Alat Tulis
3 Mengidentifikasi kegia ▪ Alat Hitung
tan masyarakat
▪ Form Traffic Counting
4 Mengidentifikasi volu
Analiis ob
me lalu lintas dan kone
servasi
ktivitas
2.Wawancara
Melakukan wawancara terhadap responden yang dapat mewakilkan kelom
poknya, dengan wawancara atau interview agar dapat mengetahui tanggapan pem
erintah atau instansi juga masyarakat mengenai kondisi eksisting yang ada di Kaw
asan Perkotaan .
Wawancara
No Topik Sumber
1
Rencana peningkatan konektivitas jalan
Sekertariat dan bidang
2
Rencana pengembangan sarana transportasi perhubungan,Dinas Pe
rhubungan
3 Untuk mengetahui masalah umum dan Potensi dari sistem Transp
ortasi.
3. Dokumentasi
Selain bentuk-bentuk dokumen tersebut diatas, bentuk lainnya adalah foto
dan bahan statistik. Dengan menggunakan foto akan dapat mengungkap situasi
dan kondisi eksisting yang terdapat di Kawasan Perkotaan Padalarang pada de
tik-detik tertentu sehingga dapat memberikan informasi deskriptif yang dibutu
hkan pada saat mengolah data untuk menghasilkan data yang akurat dan terper
caya. Data yang diperoleh ini bisa dipakai sebagai data pendukung dan peleng
kap bagi data primer yang telah diperoleh.
4. Kuisioner
Kuisioner adalah Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara m
emebrikan daftar petanyaan tertulis yang telah disusun kepada responden untu
k diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Kuisioner digunakan
pada Aspek Transportasi ialah untuk memperoleh informasi kegiatan-kegiatan
apa saja yang dapat memicu terjadinya pergerakan trasnportasi, dengan masya
rakat sebagai respondennya.
Kuisioner
5. Traffic Counting
Traffic counting bertujuan untuk mengetahui pergerakan di Kawasan Perk
otaan Padalarang dan mengetahui titik-titik kepadatan lalu lintas di beberapa tit
ik di Kawasan Perkotaan Padalarang.
● Peralatan yang dibutuhkan: stopwatch, formulir survei, alat tulis dan kame
ra.
● Prosedur pelaksanaan: surveyor mencatat pada formulir yang disediakan s
etiap kali kendaraan melewati lokasi pengamatan dan disesuaikan dengan
golongannya selama waktu yang telah ditentukan.
Jadwal Pelaksanaan TC
Indeks aksesbilitas =
1. Analisis Volume
Nilai berfungsi sebagai salah satu indikator kinerja transportasi.VCR untu
k ruas jalan di dalam “daerah pengaruh” didapat berdasarkan hasil survey
volume lalu-lintas di ruas jalan serta survey geometrik untuk mendapatka
n besarnya kapasitas pada saat ini (eksisting).
Dalam analisis kapasitas jalan di Kawasan Perkotaan Padalarang dalam pe
rhitungan Analisis Volume yang digunakan adalah sebagai berikut:
VCR = Q/C
Keterangan :
Q = volume
C = kapasitas
Volume (Q) = jumlah kendaraan yang melalu suatu titik pada suatu jalur
gerak per satuan waktu, dan biasanya diukur dalam satuan kendaraan per s
atuan waktu.
Keterangan :
C : Kapasitas
Co : Kapasitas dasar
FCw : Faktor koreksi untuk lebar jalan
FCsp : Faktor koerksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku u
ntuk satu arah)
FCsf : Faktor koreksi kapasitas akibat hambatan samping
FCcs : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
2.3.3 Sistem Pergerakan
Mengidentifikasi dan menganalisis sistem pergerakan seperti analisis volu
me lalu lintas. Pada analisis ini menggunakan metode kuantitatif yaitu den
gan menggunakan Traffic Counting serta menganalisis konektivitas denga
n memperhatikan tema Kawasan Perkotaan.
1. Analisis Mobilitas
Untuk menghitung mobilitas penduduk yang ada di Kawasan Perkotaa
n Parigi dapat dihitung dengan mengunakan metoda dibawah ini :
Indeks Mobilitas =
4. Analisis Konektivitas
Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaks
i antarwilayah adalah kondisi prasarana transportasi yang menghubun
gkan suatu wilayah dengan wilayah lain di sekitarnya. Jumlah dan kua
litas prasarana jalan, baik jalan raya, jalur udara, maupun laut, tentuny
a sangat memperlancar laju dan pergerakan distribusi manusia, barang
dan jasa antarwilayah. Antara satu wilayah dan wilayah lain senantias
a dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk pola
jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas jaringan yang menghubun
gkan berbagai wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus int
eraksi.
Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinja
u dari struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kans
ky mengembangkan Teori Grafik dengan membandingkan jumlah kot
a atau wilayah yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana penghu
bung wilayah tersebut. Untuk menghitung indeks konektivitas ini digu
nakan rumus sebagai berikut :
I=
Keterangan:
I = indeks konektivitas
e = jumlah garis/jaringan jalan
v = jumlah titik
Rumus Gravitasi secara umum adalah sebagai berikut (Tarigan,2004) :
Sumber : W.J.Reilly,1929
Keterangan :
I = Besarnya interaksi antara kota/wilayah A dan B
p1 = Jumlah penduduk kota/wilayah i (ribuan jiwa)
p2 = Jumlah penduduk kota/wilayah j (ribuan jiwa)
dij(d) = Jarak antara kota I dan kota j (km)
k = Bilangan konstanta berdasarkan pengalaman
b = Pangkat dari dijyang sering digunakan b=2
3.4 Matriks Analisis
Unit Tah
Sasaran Output Metodologi Teknis Analisis Data Sumber Data In
un
Deskriptif Tatrawil
Sarana Pendukung Transportasi Kualitatif
Tatralok
ntifikasi Sistem
2020 Dokumen, Foto, Peta (shp) Dinas Perh
VCR = Q/C
- Ruas jalan Analisis Volume PUTRPRKP
- Jumlah Kendaraan
- Kapasitas Jalan
- Lebar jalan Analisis Kapasitas Jalan C =Co x FCw x FCsp xFCsf x FCcs
- Hambatan samping
- Arus pergerakan
I=
Indeks Konektivitas
Jumlah jaringan jalan
Survei traffic
Pergerakan Kendaraan dan kapasi counting,
Traffic Counting
tas jalan observasi, dan
kuisioner
Analisis
Sistem Transportasi
Analisis VCR Analisis Aksesibilitas Deskriptif Kualitatif Volume Pergerakan Analisis Mobilitas
dan Level of Service
Wawancara/kuisioner
VCR = Indeks aksesbilitas = x
kepada masyarakat Traffic Counting (TC) Indeks Mobilitas =
100
dan instansi terkait C = Co x FCw x FCsp x
FCsf x FCcs