Anda di halaman 1dari 13

VISUALISASI PROSES PERILAKU MANUSIA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Anas Rohman, M.Pd.

Disusun Oleh :
Dini Rahma Aulia 19106011095
Aminatuz Zahro 19106011120
Lana Fauziyah 176010157

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Visualisasi Proses Perilaku Manusia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang periodisasi perkembangan manusia bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Anas Rohman, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 27 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................5
A. Proses Terjadinya Perilaku Manusia.....................................................5
B. Taksonomi Perilaku Manusia................................................................6
C. Pengaruh Pendidikan Terhadap Perubahan Perilaku............................8
D. Faktor Psikologi Yang Mempengaruhi Perilaku..................................10
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan
dari proses interaksi dengan lingkungan, terbentuknya dan perubahan perilaku
karena proses interaksi individu dengan lingkungan ini melalui suatu proses
yakni proses belajar. Oleh sebab itu, perubahan perilaku dan proses belajar
sangat erat kaitannya. Dalam proses pembentukan atau perubahan perilaku di
pengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain: susunan syarat pusat, persepsi,
motivasi, emosi, dan belajar perilaku yang berlaku pada individu atau
organisme tidak timbul dengan sendirinya. Tetapi sebagai akibat dari stimulus
yang diterima dari organism yang bersangkutan baik itu stimulus eksternal
maupun stimulus internal.
Perilaku dapat diobservasi, baik langsung seperti tertawa, minum, dan
sebagainya maupun secara tidak langsung seperti pikiran dan perasaan.
Bahkan bisa saja perilaku yang sama turun temurun dari generasi ke generasi
di masyarakat, hal ini bisa menjadi suatu kebudayaan masyarakat daerah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya perilaku manusia?
2. Bagaimana taksonomi perilaku manusia?
3. Apa pengaruh pendidikan terhadap perubahan perilaku?
4. Apa saja faktor-faktor psikologi yang mempengaruhi perilaku?
C. Tujuan
1. Mengetahui proses terjadinya perilaku manusia
2. Mengetahui taksonomi perilaku manusia
3. Mengetahui pengaruh pendidikan terhadap perubahan perilaku
4. Mengetahui faktor-faktor psikologi yang mempengaruhi perilaku

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Proses Terjadinya Perilaku Manusia


Perilaku manusia terjadi akibat interaksi antara individu dengan
lingkungannya, kedua belah pihak sama-sama mempunyai peranan. Menurut
Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organism, dan kemudian organism tersebut merespons , maka teori
Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua:1
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
Menurut Walgito pembentukan perilaku dibagi menjadi tiga cara
sesuai keadaan yang diharapkan, yakni:2
1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentuka perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning
atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti
yang diharapkan, maka akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Cara
ini didasarkan atas teori belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh
Pavlov maupun oleh Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang tidak
seratus persen sama, namun para ahli tersebut mempunyai dasar
pandangan yang tidak jauh beda satu sama lain.
2. Pembentukan perilaku dengan pengertian
1
Soekidjo Notoatmodjo, Perilaku Kesehatan dan Pendidikan (Jakarta: Rieneka Cipta,
2003), hlm. 154.
2
Bimo Walgito, Psikologi Umum (Jakarta: Rieneka Cipta, 2003), hlm. 74.

5
Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,
pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan pengertian. Cara ini
didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya
pengertian. Bila dalam eksperimen Thorndike dalam belajar yang
dipentingkan adalah soal latihan, maka dalam eksperimen Kohler dalam
belajar yang dipentingkan adalah pengertian. Kohler adalah salah satu
tokoh psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif.
3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Disamping cara-cara pembentukan perilaku di atas, pembentukan perilaku
masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh.
Pemimpin dijadikan model atau contoh bagi yang dipimpinnya. Cara ini
didasarkan oleh teori belajar sosial (social learning theory) atau
(observational learning theory) yang dikemukakan oleh Bandura.
Menurut penelitian Rogers seperti dikutip Notoatmodjo
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam
diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:3
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
B. Taksonomi Perilaku Manusia
Jika membahas perilaku manusia mencakup segala pernyataan hidup,
betapa banyak kata yang harus dipergunakan untuk mendeskripsikannya.
Untuk keperluan studi tentang perilaku kiranya perlu ada sistematika
pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu (taksonomi).
Dalam konteks pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga kawasan
(domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan,
yakni kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor.

3
Soekidjo Notoatmodjo, Perilaku Kesehatan dan Pendidikan (Jakarta: Rieneka Cipta,
2003), hlm. 157.

6
Taksonomi perilaku menurut Bloom ini di atas menjadi rujukan
penting dalam proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil
pendidikan.
Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya
perubahan perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup
semua kawasan perilaku. Dengan merujuk pada tulisan Gulo, di bawah ini
akan diuraikan ketiga kawasan tersebut beserta sub kawasannya.4
1. Kawasan kognitif
Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari:
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling
mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan
mengingat kembali suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama,
peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan.5
b. Pemahaman
Pemahaman atau dapat juga disebut dengan istilah mengerti merupakan
kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah
diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti
definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur
kognitif yang ada. Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian
berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk
struktur kognitif baru.
c. Penerapan
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau
menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang
dikatakan menguasai kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh,
menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan, dan
mengidentifikasi hal-hal yang sama.
d. Penguraian
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan
hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa atau memberi argument-argumen yang menyokong suatu
pernyataan.
e. Memadukan
4
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 130.
5
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekata Baru (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2015), hlm. 84.

7
Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi
satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir
induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Contoh:
memilih nada dan irama dan kemudian menggabungkannya sehingga
menjadi gubahan musik yang baru, memberi nama yang sesuai bagi
suatu temuan baru, menciptakan logo organisasi.
f. Penilaian
Mempertimbangkan, menilai, dan mengambil keputusan benar-salah,
baik-buruk, atau bermanfaat-tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteia
tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif.6
2. Kawasan afektif
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya, terdiri dari:7
a. Penerimaan (receiving/attending)
b. Sambutan (responding)
c. Penilaian (valuing)
d. Pengorganisasian (organization)
e. Karakterisasi (characterization)
3. Kawasan psikomotor
Kawasan psikomotor adalah yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot dan fungsi
psikis. Kawasan ini terdiri dari kesiapan, peniruan, membiasakan,
menyesuaikan, dan menciptakan.8
C. Pengaruh Pendidikan Terhadap Perubahan Perilaku
Pendidikan memang sejak zaman dahulu kala menjadi salah satu
bentuk usaha manusia dalam rangka mempertahankan keberlangsungan
eksistensi kehidupan maupun budaya manusia itu sendiri.
Bagi kalangan behaviorisme, pendidikan dipahami sebagai alat
pembentukan watak, alat pelatihan keterampilan. Sementara kalangan
humanism, pendidikan lebih diyakini sebagai suatu media atau wahana untuk
menanamkan nilai-nilai moral dan ajaran keagamaan, atau sebagai wahana
untuk memanusiakan manusia, serta wahana untuk pembebasan manusia.9

6
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 131-134.
7
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 135.
8
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm. 136-137.
9
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Belajar (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 178.

8
Penyelenggaraan pendidikan selanjutnya menjadi kewajiban
kemanusiaan dalam rangka mempertahankan kehidupannya. Melihat begitu
pentingnya pendidikan bagi umat manusia, banyak peradaban manusia yang
“mewajibkan” masyarakatnya untuk tetap menjaga keberlangsungan
pendidikan. Yang menjadi persoalan, sejauh manakah pendidikan dapat
mempengaruhi perubahan dan perkembangan perilaku individu. Bagaimana
pula kontribusi individu itu sendiri terhadap perubahan dan perkembangan
perilakunya. Dengan menggunakan konsep dasar psikologis, khususnya
dalam pandangan behaviorisme, pendidikan pada hakekatnya merupakan
usaha conditioning (penciptaan seperangkat stimulus) yang diharapkan dapat
menghasilkan pola-pola perilaku (seperangkat respon) tertentu, yang
dimanifestasikan dalam bentuk perubahan dan perkembangan perilaku, baik
dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Sementara itu, pandangan humanism bahwa justru organisme atau
individu itu sendiri yang memegang peranan penting dalam suatu proses
belajar. Pada dasarnya, individu sejak lahir sudah dibekali dengan potensi-
potensi tertentu, terutama potensi intelektual, selanjutnya dengan bantuan
atau tanpa bantuan orang lain, individu yang bersangkutan berupaya aktif
mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya melalui interaksi yang
dilakukannya dengan lingkungannya, termasuk lingkungan sekolah. Sehingga
potensi yang semula masih bersifat laten (terpendam) dapat diaktualisasikan
menjadi prestasi. Jika kita amati dari kedua pandangan tersebut tampak ada
hal yang kontras. Menurut pandangan behaviorisme hasil belajar individu
merupakan hasil reaktif dari lingkungan. Sedangkan dalam pandangan
humanism, hasil belajar indiviu merupakan hasil dari upaya aktif dan
proaktifnya terhadap lingkungan. Dengan adanya perbedaan pandangan
tersebut menyebabkan pula terjadinya perbedaab-perbedaan dalam
pendekatan dan teknis proses pendidikan. Walaupun demikian, harus diakui
bahwa kedua pandangan tersebut memiliki peranan penting dan memberikan
kontribusi terhadap perubahan dan perkembangan pribadi atau perilaku
individu.10

Secara skematik , pengaruh fungsional pendidikan terhadap perubahan


dan perkembangan perilaku dapat dijelaskan dalam bagian berikut ini:
P = Person (pribadi, perilaku)
10
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Belajar (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 179

9
F = function (fungsi)
S = stimulus (pendidikan/belajar)
O = organism
Contoh :
Untuk memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang Psikologi
Pendidikan (P), seorang mahasiswa (O) dengan segala karakteristiknya
mengikuti kegiatan belajar Psikologi Pendidikan. Melalui interaksi belajar
mengajar yang disepakati dengan dosen, dia memperoleh sejumlah
pengalaman belajar, misalnya melalui diskusi dengan teman, membaca dan
mengkaji buku-buku yang relevan, mengobservasi perilaku di kelas, bahkan
melakukan penelitian, maka pada akhirnya dia mendapatkan pengetahuan,
baik untuk kepentingan diri pribadi sehari-hari maupun dalam rangka
mempersiapkan diri untuk menjadi guru kelak di kemudian hari.
D. Faktor-Faktor Psikologi Yang Mempengaruhi Perilaku
1. Keturunan
Keturunan adalah pembawaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Keturunan
sering disebut dengan pembawaan, heredity-teori Mendel (yang dikenal
dengan hipotesa genetika) menyatakan bahwa:11
a. Tiap sikap makhluk hidup dikendalikan oleh faktor lingkungan.
b. Tiap pasanagan adalah penentu alternatif bagi keturunannya.
c. Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan memisah
dan menerima pasangan faktor keturunan.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang
berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku. Lingkungan turut
berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia.
Lingkungan dapat digolongkan:
a. Lingkugan manusia
Meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat termasuk di dalamnya
kebudayaan, agama, taraf kehidupan.
b. Lingkungan benda
Benda yang terdapat di sekitar manusia yang turut memberi warna
pada jiwa manusia yang disekitarnya.
c. Lingkungan geografis

11
A Wawan dan M. Dewi, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia (Yogyakarta: Nuha
Medika, 2010), hlm. 184.

10
Lingkungan ini turut mempengaruhi corak kehidupan manusia.
Masyarakat yang tinggal di pinggir pantai memiliki keahlian,
kegemaran, dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang
tinggal di daerah yang gersang.
3. Emosi
Merupakan konsep dasar dalam pembentukan perilaku. Perubahan
perilaku manusia dapat ditimbulkan akibat kondisi emosi. Perubahan yang
didasari memungkinkan mengubah sifat atau perilakunya. Emosi
menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala
kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis.
4. Persepsi
Organisasi pengamatan membentuk perilaku yang berbeda karena
pengamatannya berbeda. Pengalaman yang dihasilkan dari indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama.12
5. Motivasi
Daya dorong menjadi penguat terhadap perilakunya. Dorongan untuk
bertindak guna mencapai suatu tujuan, sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan fisiologi, psikologi, dan sosial.
6. Belajar
Ketika orang sudah matang masa perkembangannya otomatis akan
mempengaruhi perkembangan psikis seseorang. Kematangan dan
perkembangan menampilkan kemampuan seseorang sesuai kebutuhannya.
7. Intelegensi
Ketika seseorang mempunyai intelegensi tinggi akan memberikan
keanggunan pada perilakunya. Kemampuan seseorang dalam
menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepar dan efektif.

12
A Wawan dan M. Dewi, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia (Yogyakarta: Nuha
Medika, 2010), hlm. 18

11
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perilaku manusia terjadi akibat interaksi antara individu dengan
lingkungannya, kedua belah pihak sama-sama mempunyai peranan.
Terjadinya perilaku karna adanya stimulus terhadap organisme, kemudian
organisme tersebut merespon.
2. Dalam taksonomi perilaku dibagi menjadi tiga kawasan yakni kawasan
kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor.
3. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia untuk
melakukan perubahan pada diri individu namun di samping dihasilkan
melalui kegiatan pendidikan perilaku juga dipengaruhi faktor internal dari
individu itu sendiri.
4. Faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah keturunan,
lingkungan, emosi, persepsi, motivasi belajar, dan intelegensi.
B. Saran
Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar dapat penulis jadikan acuan kedepannya
untuk penulisan makalah yang lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.


Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Perilaku Kesehatan dan Pendidikan. Jakarta:
Rieneka Cipta.
Shaleh, Abdul Rahman. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Kencana.
Syah, Muhibin. 2015. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rieneka Cipta.
Wawan, A. dan M, Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.

13

Anda mungkin juga menyukai