Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

Tentang Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Mobilisasi


DI RUANG GRAHA
KLINIK GRAND RAYA HUSADA

PERIODE TANGGAL 21 DESEMBER 2020

Oleh :

NAMA : VINA RIZKI NUR RACHMAWATI


NIM : 192303101018

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Mobilisasi


A. Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk
bergerak/melakukan aktivitas didalam lingkungan sekitarnya, dari pengertian tersebut,
adanya kemampuan yang dimiliki oleh individu agar dapat melakukan aktivitas
sehari-hari (ADL) dalam memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan,minum,mandi,
dan berpakaian tanpa harus memerlukan bantuan orang lain.
Mobilisasi merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan
pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Banyak keuntungan bisa
diraih dari latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah.
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko
karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/ penegangan otot-otot
di seluruh tubuh dansirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan
peristaltik maupun berkemih.
B. Keseimbangan /Nilai Normal
Nilai-nilai normal :
1. Nadi: 60-100x/menit ( dewasa)
2. Tekanan darah: 120/80mmHg (dewasa)
3. Pernafasan: 16-24x/menit (dewasa)
C. Organ Pengatur
Organ pengatur pada mobilisasi antara lain yaitu :
a. Otot Skeletal : mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.
b. Tipe kontraksi otot : isotonic dan isomentrik. Isometrik dengan pemakaian energi
meningkat. Tanda : RR,N, TD
c. Gerakan volunteer adalah kombinasi I-I
d. Postur dan Gerakan Otot : merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang.
e. Tonus otot : suatu keadaan tegangan otot yang seimbang karena kontraksi dan
relaksasi tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan aliran darah ke
jantung.
f. Skeletal : rangka pendukung tubuh panjang, pendek, pipih, ireguler.
g. Sendi : hubungan di antara tulang.
h. Ligamen : ikatan jaringan fibrosa , putih, mengkilat, fleksibel, mengikat sendi satu
sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago.
i. Tendon : jaringan ikat fibrosa putih, mengkilat, hubungkan otot-tulang, kuat,
fleksibel,tidak elastic, panjang dan tebal variasi.
j. Kartilago : jaringan penghubung pendukung yang tidak bervaskuler di sendi dan
thoraks, trachea, laring, hidung, dan telinga.
D. Ketidakseimbangan dan Jenis-jenisnya
Ketidakseimbangan mobilisasi dapat dipengaruhi individu yang tidak
memiliki gaya hidup tidak aktif atau yang diharapkan dengan keadaan tidak aktif
karena sakit atau cedera beresiko mengalami banyak masalah yang dapat
mempengaruhi sistem tubuh dan ketidakseimbangan.
Jenis-Jenis Mobilisasi antara lain :
a. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh, bebas tanpa pembatasan jelas yang dapat mempertahankan untuk
berinteraksi sosial dan menjalankan peran sehari-harinya.
b. Mobilisasi sebagian
Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas, tidak mampu bergerak secara bebas, hal tersebut
dapat dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuh
seseorang. Mobilisasi sebagian ini ada dua jenis, yaitu :
1) Mobilisasi sebagian temporer
Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan bersifat sementara, hal tersebut
dapat disebabkan adanya trauma reversible pada sistem muskuloskeletal.
2) Mobilisasi sebagian permanen
Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan bersifat menetap, hal tersebut disebabkan karena
rusaknya sistem saraf yang reversible sebagai contoh terjadinya paraplegia
karena injuri tulang belakang, pada poliomyelitis karena terganggunya system
saraf motorik dan sensorik.
E. Faktor Yang Mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi mobilisasi antara lain :
1. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan
tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara
yang sehat.
2. Proses penyakit atau trauma
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk
mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi,
karena adanya rasa sakit atau nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk
bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena
menderita penyakit tertentu.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau
banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
4. Tingkat energi
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau
banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
5. Usia dan tingkat perkembangannya
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan
dengan seorang remaja.
F. Pathway

G. Pemeriksaan
Pemeriksaan ini berfokus pada aktivitas dan olahraga yang menonjolkan
kesejajaran tubuh, cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi, kemampuan dan
keterbatasan gerak, kekuatan dan massa otot, serta toleransi aktivitas.
a. Mengkaji skelet tubuh
b. Mengkaji tulang belakang : Skoliosis, Kifosis, Lordosis.
c. Mengkaji system persendian : Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,
deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
d. Mengkaji system otot
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah gangguan
mobilitas yaitu dengan memberikan latihan rentang gerak. Latihan rentang gerak yang
dapat diberikan salah satunya yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM) yang
merupakan latihan gerak sendi dimana pasien akan menggerakkan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara pasif maupun aktif. Range of
Motion (ROM) pasif diberikan pada pasien dengan kelemahan otot lengan maupun
otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi dikarenakan pasien tidak dapat
melakukannya sendiri yang tentu saja pasien membutuhkan bantuan dari perawat
ataupun keluarga.
II. Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aktifitas Mobilisasi
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau wawancara untuk menggali
masalah keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat adalah mengkaji riwayat
kesehatan pasien. Dalam wawancara awal, perawat berusaha memperoleh gambaran
umum status kesehatan pasien. Perawat memperoleh data subjektif dari pasien
mengenai awitan masalhnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan.
Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat
memengaruhi perbaikan kesehatan (Arif Muttaqin, 2010).
a. Informasi Biografi : meliputi tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, usia, status
pekerjaan, status perkawinan, nama anggota keluarga terdekat atau orang terdekat
lainnya, agama, dan sumber asuransi kesehatan.
b. Keluhan Utama : Setiap keluhan utama harus ditanyakan sedetil-setilnya kepada
pasien dan semuanya dituliskan pada riwayat penyakit sekarang.
c. Riwayat kesehatan dahulu : menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah
dialami sebelumnya. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi: Pengobatan yang lalu dan
riwayat alergi, riwayat keluarga, riwayat pekerjaan dan kebiasaan, dan perkawinan.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat
tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
2) Mengkaji tulang belakang : Skoliosis, Kifosis, Lordosis.
3) Mengkaji system persendian : Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,
deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
4) Mengkaji system otot : Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
5)  Mengkaji cara berjalan
Misanya cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-
selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit
Parkinson).
6) Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan
mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
7)  Mengkaji  fungsional klien
3. Pemeriksaan Penunjang (Lab, Rontgent, USG, dll)
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament
atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang
didaerah yang sulit dievaluasi.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive,
yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk
memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang Dll.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot.
B. Diagnosa Keperawatan Utama
1. Definisi/Pengertian
Hambatan mobilitas fisik : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
2. Batasan Karakteristik
a. Dispnea setelah beraktivitas
b. Gangguan sikap berjalan
c. Gerakan lambat
d. Gerakan spastic
e. Gerakan tidak terkoordinasi
f. Instabilitas postur
g. Kesulitan membolak-balik posisi
h. Keterbatasan rentang gerak
i. Ketidaknyamanan
3. Faktor Yang Berhubungan
a. Agens farmaseutikal
b. Ansietas
c. Depresi
d. Disuse
e. Fisik tidak bugar
f. Gangguan fungsi kogitif
g. Gangguan metabolisme
h. Gangguan musculoskeletal
i. Gangguan neuromuscular
j. Gaya hidup kurang gerak
C. Planning/Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24jam diharapkan pasien dapat tetap
mempertahankan pergerakannya, dengan kriteria:
NOC Label :Body Mechanics Performance
 Menggunakan posisi duduk yang benar
 Mempertahankan kekuatan otot
 Mempertahankan fleksibilitas sendi
2. Intervensi dan Rasional
Intervensi :
NIC Label Exercise Therapy: Joint Mobility
a. Kaji keterbatasan gerak sendi
b. Kaji motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi
c. Jelaskan alasan/rasional pemberian latihan kepada pasien/ keluarga
d. Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri selama aktivitas
e. Lindungi pasien dari cedera selama latihan
f. Bantu klien ke posisi yang optimal untuk latihan rentang gerak
g. Anjurkan klien untuk melakukan latihan range of motion secara aktif jika
memungkinkan
h. Anjurkan untuk melakukan range of motion pasif jika diindikasikan
i. Beri reinforcement positif setiap kemajuan klien
Rasional :
a. Menentukan batas gerakan yang akan dilakukan
b. Motivasi yang tinggi dari pasien dpt melancarkan latihan
c. Agar pasien beserta keluarga dapat memahami dan mengetahui
alasanpemberian latihan
D. Masalah Keperawatan Lain Yang Bisa Terjadi (Disertai Rencana Tindakan
Keperawatan sampai intervensi lengkap untuk 1 diagnosa keperawatan
tambahan)
Diagnosa Keperawatan :
Risiko Jatuh : Peningkatan rentan jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik dan
gangguan kesehatan
Tujuan dan Kriteria Hasil :
a. Klien dapat menggunakan alat bantu dengan benar
b. Klien dapat menempatkan penompang untuk mencegah jatuh
c. Klien dapat memodifikasi lingkungan untuk mencegah jatuh
d. Klien dapat menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
e. Klien dapat menempatkan susunan pegangan tangan sesuai
Kebutuhan
Intervensi dan Rasional :
Intervensi :
1. Berikan tanda-tanda atau amankan identifikasi gelang untuk mengingatkan
penyedia layanan kesehatan
2. Pindahkan pasien ke ruangan dekat stasiun perawat
3. Menanggapi panggilan cahaya sesegera mungkin
4. Pastikan bahwa tempat tidur berada pada posisi serendah mungkin
Rasional :
1. Untuk mengetahui siapa yang memiliki kondisi, meningkatkan keselamatan
pasien dan mencegah jatuh
2. Menyediakan pengamatan yang lebih konstan dan respons cepat terhadap
kebutuhan panggilan
3. Untuk mencegah pasien keluar dari tempat tidur tanpa bantuan apapun
4. Untuk mengurangi resiko jatuh dan cedera serius
DAFTAR PUSTAKA
- Antameng, R., Rambi, C., & Tinungki, Y. L. (2019). PENERAPAN MOBILISASI
DINI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUANGAN DAHLIA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH LIUN KENDAGE TAHUNA TAHUN 2019. Jurnal
Ilmiah Sesebanua, 3(2), 59-64.
- Hidayah N. 2019. Buku Seri Keperawatan komplementer: “Totok punggung “
(TOPUNG) untuk Penderita Stroke Yang Mengalami Gangguan Mobilitas Fisik.
- WAHYUNINGSIH, N. D., & PO7120216048, N. I. M. PENGARUH MOBILISASI
RANGE OF MOTION (ROM) PASIF TERHADAP WAKTU PULIH SADAR
PASIEN DENGAN GENERAL ANESTESI DI RUANG PEMULIHAN RSUP DR.
SOERAJI TIRTONEGORO KLATEN.
- Handiyani, H & Kep, M n.d., MANAGING MOBILITY PROBLEMS Case study,
viewed 20 December 2020,
<https://staff.ui.ac.id/system/files/users/honey/material/pkkdm-mobilisasiklien.pdf>.
- Herdman, T. Heather. Nanda International Inc. diagnosis keperawatan : definisi &
klasifikasi 2015-2017 editor,T Heather Herdman,Shigemi Kamitsuru; alih bahasa,
Budi Anna Keliat.Ed 10-Jakarta : EGC.2015.
- Wilkinson, Judith M. Diagnosis Keperawatan:diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC,
hasil NOC. Ed.10-Jakarta: EGC,2016.
- Resmi, Cahyanti (2020) PENGARUH MOBILISASI (ROM AKTIF ASISTIF)
TERHADAP KEJADIAN KONSTIPASI PADA PASIEN BEDREST DENGAN POST
OP FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH DI RUANG TERATAI DAN BOUGENVIL
1,2 RSUD Dr SOEGIRI LAMONGAN. Jurnal Surya, 1 (1). pp. 1-8. ISSN 1979-9128

Anda mungkin juga menyukai