Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang


digunakanuntuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudian kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.
    
     Perananganbangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas
utilitas yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan
arsitektur, perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana sistem pemadam kebakaran pada perumahan?
b. Bagaimana sistem pengelolaan sampah pada perumahan?
c. Bagaimana sistem jaringan listrik dan telepon pada perumahan?

C. TUJUAN
a. Mengetahui bagaimana sistem pemadam kebakaran pada
perumahan.
b. Mengetahui bagaimana sistem pengelolaan sampah pada
perumahan.
c. Mengetahui bagaimana sistem jaringan listrik dan telepon pada
perumahan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMADAM KEBAKARAN PADA PERUMAHAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan banyak
kerugian.
Bencana yang sering terjadi adalah kebakaran, tak jarang kita melihat atau
mendengar di berbagai media informasi tentang berita kebakaran. Dengan jumlah
kebakaran yang tinggi, tentunya pemerintah akan melakukan tindakan – tindakan
yang dapat mengurangi atau meniadakan bencana kebakaran itu terjadi.
Berdasarkan undang – undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf
b.d.q bahwa penanggulangan bencana meliputi pencegahan, pengurangan, dan
pemadaman kebakaran. Memberikan kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri
pada waktu kebakaran serta pengendalian penyebaran panas, asap dan gas. Maka
dari itu, setiap pemerintah instansi pemerintah ataupun non pemerintah
bertanggung jawab dalam kegiatan pencegahan bencana kebakaran.

a. Alat – Alat Membantu Mencegah Kebakaran :


Sistem penanggulangan kebakaran dapat dilakukan dengan cara
melengkapi bangunan tersebut dengan alat – alat yang dapat membantu mencegah
kebakaran dan mengurangi membesarnya api. Berikut alat – alat yang digunakan
untuk mencegah kebakaran di permukiman :

1. Peralatan pemadam api yang dapat di jinjing (APAR)


Peralatan pemadam api yang dapat dijinjing adalah peralatan
pemadam api yang berukuran kecil, yang dapat dibawa dan digunakan
oleh satu orang. Peralatan ini juga sering disebut Alat Pemadam Api
Ringan (APAR). Alat ini beratnya berkisar 0,5 – 16 kg. Keunggulan dari
alat ini yaitu ringan dan dapat dibawa dan dioperasikan oleh satu orang.
Sedangkan kelemahannya yaitu tidak dapat memadamkan api yang
berukuran besar.
Jenis – jenis alat pemadam api ringan (APAR) antara lain :
a.) Chemical foam jenis balik ( tanpa kran atau seal)
b.) Chemical foam jenis kraan atau seal
c.) Dry power jenis yamato
d.) Bromo chloroh6ydi fluoro mhetane (BCF)
e.) Carbon tetra chloride (CTC)
f.) Carbon dioxide (CO2)
2. Hydran Halaman
Adalah alat yang
dilengkapi dengan slang dan
mulut pancar (nozzle) untuk
mengalirkan air bertekanan,
yang digunakan bagi keperluan
pemadaman kebakaran dan
diletakkan di halaman gedung.
Dalam situasi dimana
diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran – hidran tersebut
harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil pemadam sedemikian hingga
tiap bagian dari jalur tersebut berada dalam sekurang – kurangnya 38
liter/detik pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal
selama 30 menit

3. Free alarm box


Adalah perangkat luar
ruangan yang digunakan untuk memberitahu
pos pemadam kebakaran. Kotak alarm
kebakaran menggunakan sistem telegraf dan
merupakan metode utama untuk menelepon
pemadam kebakaran. Ketika tombol dalam
kotak ditekan roda pegas berputar dan
menyalurkan sinyal alarm kebakaran melalui telegraf ke pos pemadam
kebakaran.
4. Pasokan Air
Suatu pasokan air yang di setujui dan mampu memasok aliran air yang
diperlukan untuk reaksi kebakaran harus di sediakan guna menjangkau
seluruh lingkungan di mana fasilitas, bangunan gedung, atau bagian
bangunan di konstruksi atau akan disahkan secara formal
Apabila tidak ada sistem distribusi air yang handal, maka
diperbolehkan untuk memasang atau menyediakan reservoir, tangki
bertekanan, tangki elevasi, atau berlangganan air daripemadam kebakaran
atau sistem lainnya yang disetujui. Jumlah dan jenis hidran halaman dan
sambungannya ke sumber air lainnya yang disetujui harus mampu
memasok air untuk pemadaman kebakaran dan harus disediakan di lokasi
– lokasi yang disetujui.
Hidran halaman dan sambungannya ke pasokan air lainnya yang
disetujui harus dapat dijangkau oleh pemadam kebakaran. Sistem pasokan
air individu, harus di uji dan di pelihara sesuai ketentuan baku atau standar
yang berlaku. Apabila di persyaratkan oleh OBS, hidran halaman yang
rawan terkena kerusakan akibat kendaraan harus dilindungi kecuali apabila
terletak dalam lokasi jalan umum.

b. Prosedur Penanggulangan Kebakaran Pada Pada Pemukiman

Ketika terjadi kebakaran pada sebuah rumah :

1. Ketika melihat sumber api, apabila sumber api masih dalam


skala kecil segera mengambil hydrant portable dan
menyemprotkan ke sumber api .
2. Anggota keluarga lainnya segera keluar rumah untuk menekan
tombol yang ada dalam fire alarmbox dan memberi tahu kepada
tetangga bahwa telah terjadi kebakaran.
3. Apabila pemadam kebakaran belum datang, warga yang ada
disekitar rumah yang kebakaran harus membantu memadamkan
api tersebut dengan hydran portable yang tersedia di setiap
rumah. Usaha pemadaman harus tetap dilakukan sebelum dan
saat pemadam kebakaran datang.
4. Tindakan selanjutnya lakukan pemadaman kebakaran sesuai
prosedur yang diberikan oleh petugas pemadam kebakaran.
Apabila pasokan air tidak mencukupi, segera manfaatkan
pasokan air yang ada di hydrant halaman.

B. SISTEM PENGOLAHAN JARINGAN SAMPAH

Pengelolaan sampah suatu perumahan bertujuan untuk melayani sampah


yang dihasilkan penduduknya, yang secara tidak langsung turut memelihara
kesehatan masyarakat serta menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik dan
sehat. Pada awalnya, pemukiman seperti pedesaan memiliki kepadatan penduduk
yang masih sangat rendah.  Secara alami tanah / alam masih dapat mengatasi
pembuangan sampah yang dilakukan secara sederhana (gali urug). Makin padat
penduduk suatu pemukiman atau kota dengan segala aktivitasnya,  sampah tidak
dapat lagi diselesaikan di tempat; sampah harus dibawa keluar dari lingkungan
hunian atau lingkungan lainnya. Permasalahan sampah semakin perlu untuk
dikelola secara profesional.

Saat ini pengelolaan persampahan menghadapi banyak tekanan terutama


akibat semakin besarnya timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat baik
produsen maupun konsumen.  Hal ini menjadi semakin berat dengan masih
dimilikinya paradigma lama pengelolaan yang mengandalkan kegiatan
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan; yang kesemuanya membutuhkan
anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu; yang bila tidak tersedia akan
menimbulkan banyak masalah operasional seperti sampah yang tidak terangkut, 
fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak
mengikuti ketentuan teknis.
Pada akhirnya berbagai masalah tersebut akan bermuara pada rendahnya
kuantitas dan kualitas pelayanan dan tidak diindahkannya perlindungan
lingkungan dalam pengelolaan; yang bila tidak segera dilakukan perbaikan akan
berdampak buruk terhadap kepercayaan dan kerjasama masyarakat yang sangat
diperlukan untuk menunjang pelayanan publik yang mensejahterakan masyarakat.

a. Sumber Sampah
Ada beberapa kategori sumber sampah, yaitu:

 Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan


 Sumber sampah yang berasal dari daerah komersial
 Sumber sampah yang berasal dari fasilitas umum
 Sumber sampah yang berasal dari fasilitas sosial

Klasifikasi kategori sumber sampah tersebut pada dasarnya juga dapat


menggambarkan klasifikasi tingkat perekonomian yang dapat digunakan untuk
menilai tingkat kemampuan masyarakat dalam membayar retribusi sampah dan
menentukan pola subsidi silang.

1. Daerah Perumahan  (rumah tangga)


Sumber sampah didaerah perumahan dibagi atas :
 Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income)
 Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income)
 Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah / daerah kumuh (Low
income / slum area)
2. Daerah komersial.
Daerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan,
hiburan dan lain-lain. Yang termasuk kategori komersial adalah pasar
pertokoan hotel restauran bioskop salon kecantikan  industri dan lain-lain

3. Fasilitas umum
Fasilitas umum merupakan sarana / prasarana perkotaan  yang
dipergunakan untuk kepentingan umum. Yang termasuk dalam kategori
fasilitas umum ini adalah perkantoran, sekolah, rumah sakit, apotik, gedung
olah raga, museum, taman, jalan,  saluran / sungai dan lain-lain.

4. Fasilitas sosial

Fasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang


digunakan untuk kepentingan sosial atau bersifat sosial. Fasilitas sosial ini
meliputi panti-panti sosial (rumah jompo, panti asuhan) dan tempat-tempat
ibadah (mesjid, dll)

b. Pola Operasional

Pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA


dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pengumpulan, pemindahan,
pengolahan, pengangkutan dan pembuangan akhir

 
(Diagram Operasional Penanganan Sampah)

c. Proses Penanganan Sampah :

1. Pewadahan
 Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap
penghasil sampah sendiri sedangkan wadah komunal dan pejalan
kaki disediakan oleh pengelola dan atau swasta. spesifikasi
wadah sedemikian rupa sehingga memudahkan operasionalnya,
tidak permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila ada
pemisahan wadah untuk sampah basah dan sampah kering
 Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling
lama 2 hari sekali sedangkan untuk wadah komunal harus
dilakukan setiap hari

2. Pengumpulan
 Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara
langsung dengan alat angkut (untuk sumber sampah besar atau
daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak
langsung dengan menggunakan gerobak (untuk daerah teratur)
dan secara komunal oleh mayarakat sendiri (untuk daerah tidak
teratur)
 Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas
jalan protokol, pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain
3. Pemindahan
 Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat
angkut (truk) dilakukan di trasnfer depo atau container untuk
meningkatkan efisiensi pengangkutan
 Lokasi pemindahan haru dekat dengan daerah pelayanan atau
radius  500 m
 Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak
ke lokasi TPA lebih besar dari 25 km
4. Pengangkutan
 Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi
pada daerah pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi
lainnya atau pada daerah pelayanan tertentu berdasarkan
pertimbangan keamanan maupun estetika dengan
memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar
oleh pengguna jasa
 Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada
hasil survey time motion study untuk mendapatkan jalur yang
paling efisien.
 Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki
kemampuan membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan
cepat
 Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus
mempertimbangkan kemampuan pemeliharaan
5. Pengolahan
 Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume
sampah yang harus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan
 Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui
pembuatan kompos, pembakaran sampah secara aman (bebas
COx, SOx, NOx dan dioxin), pemanfaatan gas metan dan daur
ulang sampah. Khusus pemanfaatana gas metan TPA (landfill
gas), dapat masuk dalam CDM (clean developmant mechanism)
karena secara significan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca
yang berpengaruh pada iklim global.
 Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal
(kawasan), skala kota dan skala regional.
 Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek
lingkungan, dana, SDM dan kemudahan operasional
6. Pembuangan akhir
 Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241-1994
tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA. Agar keberadaan
TPA tidak mencemari lingkungan, maka jarak TPA ke badan air
penerima > 100m, ke perumahan terdekat > 500 m, ke airport
1500 m (untuk pesawat propeler) dan 3000 m (untuk pesawat
jet). Selain itu muka air tanah harus > 4 m, jenis tanah lempung
dengan nilai K  < 10-6 cm/det.
 Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan
dengan controlled landfill (untuk kota sedang dan kecil)
dan sanitary landfill (untuk kota besar dan metropolitan) dengan
“sistem sel”
 Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan
masuk, drainase keliling dan pagar pengaman (dapat berfungsi
sebagai buffer zone)
 Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan
meliputi lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul lindi,
pengolahan lindi dan ventilasi gas / flaring atau landfill gas
extraction untuk mngurangi emisi gas.
 Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat berat
(buldozer, excavator, loader dan atau landfill compactor)  dan
stok tanah penutup
 Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau minimal
secara berkala dengan ketebalan 20 – 30 cm
 Penyemprotan insektisida harus dilakukan apabila penutupan
sampah tidak dapat dilakukan secara harian
 Penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai dengan
peruntukan lahan bekas TPA
 Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan
meskipun TPA telah ditutup terutama untuk gas dan efluen
leachate, karena proses dekomposisi sampah menjadi  gas dan
leahate masih terus terjadi sampai 25 tahun setelah penutupan
TPA
 Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat
dan membutuhkan tenaga terdidik yang memadai
 Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk  digunakan sebagai
lahan terbuka hijau.

C. JARINGAN LISTRIK DAN JARINGAN TELEPON

a. Sistem Utilitas Jaringan Listrik

1. Sistem informasi utilitas

Sistem informasi berbasis komputer yang dirancang secara khusus


untuk mengumpulkan, menyimpan, dan memanipulasi data utilitas yang erat
kaitanya didalam bentuk pelayanan umum terhadapsegala fasilitas infrastruktur
yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti pelayanan air minum,
saluran buangan, telepon, listrik dan pipa gas.

Karakteristik umum dari utilitas itu sendiri berbentuk suatu jaringan


yang terhubung kepada pelanggan. Adapun lokasi jaringan utilitast erletak
diarea badan jalan relatifnya berada ditepi jalan atau terletak dibadan jalan.

Dalam perencanaan dan pengaturan utilitas diperlukan jugap eta yang


merupakan visualisasi dari data spasial. Ketelitian dan akurasi peta dalam
perencanaan dan pengaturan utilitas merupakan faktor yang harus diperhatikan.
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan utilitas yaitu :

 Lokasi dari utilitas 


 Elemen dari utilitasnya
 Kepadatan dari elemen-elemen utilitas dan unsur-unsur geografi
 Dampak jika terjadi kesalahan dalam penentuan dari elemen-elemen
utilitas
2. Tahapan pekerjaan utilitas

Pekerjaan sistem utilitas dibedakan atas empat tahapan yaitu :

 Perencanaan merupakan tahap awal dalam membuat suatu pekerjaan


sebelum pelaksanaanya di lapangan.
 Desain dan Kontruksi merupakan proses kelanjutan dari yang telah
di rencanakan pada tahap perencanaan.
 Pemeliharaan bertujuan menjaga alur distribusi listrik dari
pembangkit hingga kekonsumen dapat berjalan dengan baik serta
melakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan terhadap elemen –
elemen jaringan listrik
 Administrasi dan Keuangan merupakan tahap terakhir yang
bertujuan mengorganisir seluruh pekerjaan yang berhubungan
dengan ketiga tahap sebelumnya.

3. Sistem distribusi jaringan listrik

Sistem distribusi yang merupakan bagian dari sistem kelistrikan


yang terdapat diantara gardu induk sampai ke pelanggan.Secara umum
sistem distribusi listrik dibagi atas 3 jenis sistem yaitu :

 Sistem distribusi tegangan inggi


 sistem distribusi tegangan menengah
 sistem distribusi tegangan rendah

4. sistem distribusi tegangan rendah

Tegangan 220/380 volt yang dihasilkan oleh gardu distribusi ke


pelanggan-pelanggan melalui tiang pelanggan. Metoda
pendistribusiannya bersifat hirarki yang artinyabercabang.

5. Elemen – elemen sistem jaringan listrik

 Pembangkit merupakan elemen listrik yang paling utama karena


pembangkit menghasilkan tegangan listrik yang digunakan sehari-
hari
 Gardu merupakan tempat sekumpulan perlengkapan yang di
gunakan untuk membangkitkan dan melayani aliran listrik. Gardu di
bedakan menjadi 4 jenis yaitu : Gardu pembangkit, Gardu induk,
Gardu distribusi dan Gardu hubung.
 Tiang merupakan elemen listrik yang menghubungkan jaringan antar
kabel pada saluran kabel udara.
 Jointer merupakan elemen listrik yang berfungsi menghubungkan
jaringan antar kabel pada saluran kabel bawah tanah .
 Trafomerupakan elemen listrik yang berfungsi untuk menaikan atau
menurunkan tegangan 
 Pemutus tenaga merupakan elemen listrik yang berfungsi untuk
memutuskan daya listrik pada suatu jaringan 
 Jaringan kabel saluran udara merupakan jaringan kabel yang di
tempatkan di atas permukaan bumi.
 Jaringan kabel bawah tanah merupakan jaringan kabel yang di
tempatkan di bawah permukaan bumi
 KWH meter merupakan elemen listrik yang berfungsi untuk
mencatat berapa pemakaian daya listrik pada suatu konsumen
 Lampu umum di gunakan untuk keperluan publik atau umum.

b. Sistem Utilitas Jaringan Komunikasi

Dalam merancang suatu bangunan utamanya gedung yang berfungsi


sebagai bangunan sarana umum hal yang perlu di perhatikan adalah
utilitasnya. Berikut salah satu utilitas bangunan sipil yang juga menjadi
perencanaan adalah sistem telekomunikasi Gedung, berikut ulasannya:
Ada dua macam Sistem telekomunikasi dalam gedung yang perlu kita
perhatikan, yakni:

1. Sistem hubungan telepon

Hubungan internal. Berhubungan masih dalam lingkungan sistem


PABX sebagai sentral telepon antar sambungan cabang/ nomor extension
yang satu dengan sambungan cabang/ nomor extension yang lain.
Perangkat atau peralatan - peralatan yang digunakan dalam jaringan telepon
dalam gedung , yaitu :

 Junction Box
Kotak pembagi jaringan telepon yang berfungsi sebagai terminal
telepon dari Telkom kejaringan dalam gedung milik pribadi.

 Panel incoming-outgoing

Titik input Kotak Terminal Batas (KTB) dari jaringan Telkom


menuju panel MDF.

 MDF

Main Distribution Frame (MDF) yaitu panel atau kotak pembagi


terminal utama/ induk jaringan telepon dalam gedung baik dari SST
telkom menuju PABX atau pendistribusian jaringan extension
keruangan-ruangan.

 PABX

Private Automatic Branch Exchange (PABX) yaitu perangkat


untuk memperbanyak atau menambah nomor SST Telkom menjadi
nomor extension, sebagai sentral telepon dalam gedung yang mengatur
lalu lintas komunikasi suara.

 UPS

Power Supply (UPS) yaitu catu daya listrik cadangan apabila


daya listrik PLN mengalami pemadaman dan agar tegangan PABX tetap
stabil 48 VDC.

 Baterai

Sumber listrik cadangan yang menggantikan sumber listrik PLN


48 VDC.

 Arrester

Alat untuk melindungi peralatan telepon dari kerusakan akibat


kejutan tegangan berlebih, terkena petir, short circuit.

 Operator Console
Alat operator telepon yang merupakan pintu gerbang dalam
melakukan komunikasi suara dapat mengatur lalu – lintas komunikasi
suara, menghubungkan ke nomor yang akan dituju baik telepon masuk
(Incoming) maupun telepon keluar (Outgoing) dan dalam lingkungan
telepon intern. 

Tipe operator console :

1) Telephone Based

Menggunakan pesawat telepon digital sebagai operator console,


dengan konsep yang praktis, common dan user friendly sehingga
dapat memberikan pelayanan dengan cepat dan lebih cocok
digunakan oleh perusahaan skala kecil dan menengah.

2) Computer Based

Operator console tipe ini menggunakan perangkat komputer yang


dilengkapi multimedia system dan peralatan khusus. Konsep ini
memiliki features yang lebih canggih dan diperuntukkan bagi
perusahaan skala menengah dan besar.

3) Jaringan/ instalasi

Merupakan rangkaian penghubung peralatan-peralatan telepon


yang membawa sinyal komunikasi seperti terminal-terminal, PABX,
operator console, pesawat telepon, dll. Berupa pair-kabel atau
sepasang kabel (1 pair berisi 2 kawat tembaga penghubung).

4) Roset

Adalah alat untuk menghubungkan jaringan/ instalasi telepon


dengan kabel pesawat telepon. Berupa terminal penghubung Out
Bow (OB) yang tidak ditanam di dinding dan terminal penghubung
In Bow (IB) yang ditanam didinding.

5) Pesawat telepon
   Adalah alat yang digunakan untuk merubah suara menjadi sinyal
komunikasi.

6) Billing System

Billing system digunakan untuk memonitor biaya pemakaian


telepon sehingga dapat mengontrol, menganalisa dan merencanakan
biaya operasional khususnya pemakaian telepon. Dengan cara ini
dapat melakukan efisiensi yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan, misalnya seperti di hotel. Berikut ini adalah keperluan
atau pencatatan yang dapat diperoleh dengan adanya billing system,
yaitu :

 Tanggal dan waktu panggilan terjadi


 Nomor yang dipanggil
 Nomor saluran cabang yang memanggil
 Lama pembicaraan
 Authorization code
 Code account yang dibebankan
 Dapat merekam semua pembicaraan lokal, nasional atau
internasional

.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Peralatan untuk menanggulangi kebakaran pada kawasan
permukiman adalah hydrant prtable, fire alarm box, dan hydrant
halaman
 Tiap rumah diharapkan memiliki hydrant portable yang berfungsi
dengan baik
 Tiap RT diharapkan memiliki fire alarm box yang diletakkan di
daerah strategis dan mudah dijangkau oleh warga
 Hydrant halaman diletakkan di daerah yang strategis ataupun
disepanjang jalan akses mobil pemadam kebakaran
 Kapasitas reservoir pillar hydrant = 1.512 m3
 Volume air yang dibutuhkan hidran pilar sebesar 108.000 liter
 Perencanaan pengelolaan sampah di Perumahan adalah :
 Pewadahan
 Pengumpulan
 Pemindahan
 Pengangkutan
 Pengolahan
 Pembuangan akhir
 Sistem informasi utilitas yaitu Sistem informasi berbasis komputer yang
dirancang secara khusus untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
memanipulasi data utilitas yang erat kaitanya didalam bentuk pelayanan
umum terhadapsegala fasilitas infrastruktur yang menyangkut hajat hidup
orang banyak seperti pelayanan air minum, saluran buangan, telepon,
listrik dan pipa gas.
 Pekerjaan sistem utilitas dibedakan atas empat tahapan yaitu :
- Perencanaan
- Desain dan Kontruksi
- Pemeliharaan
- Administrasi dan Keuangan
 Sistem hubungan telepon
- Junction Box
- Panel incoming-outgoing
- MDF & PABX
- UPS
- Baterai
- Arrester
- Operator Console
DAFTAR PUSTAKA

Aswandi Muhammad. perencanaan pengelolaan sampah di peumahan tavanjuka


mas palu. 2008. Vol. 1 no 1:1-12

Amelia Sri Riska, Oktopianto Yogie, Dan Vipriyanti Yusrista. 2012. “Kebutuhan
Air Pemadam Kebakaran Untuk Kawasan Pemukinan Di Rw 01 Kelurahan
Taman Sari, Bandung”. (https://www.slideshare.net/YogieVianto/kebutuhan-
air-pemadam-kebakaran-untuk-kawasan-pemukiman-di-rw-01-kelurahan-
taman-sari-bandung-21375895)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar laporan
ini bisa berguna bagipembaca dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Palu, 15 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................


B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan ................................................................................................

BAB II. TINJAUAN UMUM

A. Pemadam kebakaran pada perumahan.................................................


B. Sistem pengolahan jaringan sampah ...................................................
C. Jaringan listrik dan jaringan telepon ...................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai