Anda di halaman 1dari 7

KUALITAS UDARA INDOOR

Judul : Polusi udara dalam ruangan dan kejadian kardiometabolik di Indonesia : analisis
data Indonesian Family Life Survey (IFLS)

Sumber : https://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/26159

Oleh : Fitri Kusuma Dewi1 , Lutfan Lazuardi2

Diterbitkan : 1 Juli 2017

RESUME

Pendahuluan :

Indonesia merupakan negara peringkat kedua diantara negara-negara di kawasan Asia Timur dan
Pasifik dalam hal kematian yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar padat.Berdasarkan
survey sosial ekonomi nasional tahun 2010 yang dilaksanakan BPS (Badan Pusat
Statistik),menunjukkan bahwa sekitar 46% rumah tangga menggunakan LPG sebagai bahan
bakar utama memasak,40% bergantung pada kayu bakar,12% menggunakan minyak tanah dan
2% nya lagi menggunakan energi lain (listrik,arang,bahan bakar tradisional,biogas).

Berdasarkan studi tahun 2010 oleh The Golden Burden of Disease,diperkirakan sebanyak
165.000 jiwa meninggal setiap tahunnya karena kematian dini yang berhubungan dengan polusi
udara di rumah tangga yang disebabkan asap dari pembakaran bahan bakar padat.Beberapa
penelitian epidemiologi telah membuktikan bahwa polusi udara yang berasal dari penggunaan
bahan bakar padat berhubungan dengan risiko kejadian hipertensi,stroke,jantung coroner,serta
diabetes mellitus.

Metode :

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kohort prospektif dengan menganalisis data
sekunder Indonesian Family Survey (IFLS) 2 hingga IFLS 5.Analisis bivariate menggunakan uji
regresi logistic dan simple cox regression.

Hasil :

Berdasarkan hasil pada penelitian ini,ditemukan bahwa karakter populasi yang paling banyak
terpapar polusi dari penggunaan kayu bakar di Indonesia adalah perempuan,tingkat pendidikan
rendah,tidak pernah merokok,memiliki kategori IMT normal,lingkar pinggang <80cm,tingkat
aktivitas sangat kurang,dan berdomisili di daerah pedesaan.Hubungan antara paparan polusi
udara dari penggunaan kayu bakar dengan penyakit kardiometabolik yang signifikan pada
penelitian ini hanya ditemukan pada penyakit diabtese mellitus saja.Sedangkan untuk outcome
penyakit kardiovaskuler seperti PJK dan stroke tidak signifikan.
Mekanisme biologis hubungan antara paparan polusi udara rumah tangga dari penggunaan kayu
bakar dengan kejadian penyakit kardiometabolik khususnya diabetes mellitus diduga melalui
resisten insulin dan gangguan fungsi endothelium vascular yang terjadi setelah paparan polusi
udara dari penggunaan kayu bakar.

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DALAM RUANG MENGGUNAKAN IMPAKTOR DI


GEDUNG DELI, UNIVERSITAS TELKOM, BANDUNG
1 Ryandhari Refony Shania, 2 Indra Chandra, 3 Amaliyah Rohsari Indah Utami Program
Studi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
Abstrak
Indoor Air Quality (IAQ) merupakan sebuah indikator baik atau tidaknya kualitas udara dalam
ruangan yang berdampak pada kesehatan manusia dan meningkatkan kenyamanan penghuni.
Berdasarkan WHO, angka kematian akibat gangguan kesehatan karena buruknya kualitas udara
dalam ruang jauh lebih tinggi dibandingkan di luar ruangan. Salah satu parameter yang
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara dalam ruang adalah adanya mikroorganisme
di udara. Bioaerosol umumnya bersumber dari vegetasi, tanah, dan sumber air, serta
keberadaannya di dalam ruangan merupakan pengaruh dari kelembapan relatif (RH) dan
temperatur udara (T).

Pendahuluan
Menurut WHO kematian akibat pencemaran udara didalam ruangan lebih besar dari pada
pencemaran udara di luar ruangan karena sumber utama pencemaran udara yang terjadi di dalam
ruangan tertutup berasal dari aktivitas parameter biologi yaitu mikroba udara yang hinggap pada
system bangunan seperti saluran udara , yang biasa di sebut bioaerosol yaitu mikroorganisme dan
sisa-sisa seperti jamur,bakteri, dan virus. Kontaminan biologi sendiri dapat menyebabkan
gangguan kesehatan bagi penghuni seperti iritasi,infeksi dan alergi. Ventilasi ruangan menjadi
salah satu faktor yang menentukan kualitas udara . sedangkan ventilasi udara dibedakan menjadi
2 yaitu ventilasi alami dan mekanik . salah satu contoh mekanis yaitu AC . dalam penelitian ini
berhubungan dengan pengaruh aktivitas dan jumlah penghuni yang turut berkontribusi
menentukan kualitas udara di dalam ruangan .
Metodologi
1. Alat ukur parameter biologi berbasis impactor
Alat ukur yang digunakan berupa Bioaerosol sampler, yaitu BioStage Single-Stage
Impactor,SKC Inc. yang dilengkapi air pump dan tripod. Impaktor merupakan alat untuk
melakukan pengambilan sampel . Pengukuran dilakukan selama dua menit setiap sampel
berdasarkan perhitungan pengambilan sampel indoor dari penelitian sebelumnya [4]. Kemudian
dari hasil sampel yang diambil menggunakan impaktor didapatkan perhitungan jumlah koloni
yang akan dikonversi menjadi konsentrasi bakteri per-satuan volume (CFU/m3 ) dengan
membagi jumlah koloni dengan volume udara.
2. Alat ukur parameter Non-Biologi
Pada non-biologi menggunakan perangkat low-cost seperti sensor DHT 22 untuk mengukur
temperatur (T) dan Kelembapan Relatif, sensor SKU-SEN0177 untuk mengukur konsentrasi
partkulat berukuran < 2.5 μm (PM2.5 ) yang bekerja menggunakan prinsip kerja hamburan
cahaya, dan sensor SKU-SEN0159 untuk mengukur konsentrasi gas Karbon dioksida (CO2 )
dengan prinsip kerja NDIR atau Non-Dispersive Infrared [17]. Chamber yang terdiri atas
beberapa perangkat low-cost sensor tersebut juga dilengkapi oleh Kipas (fan) untuk
memudahkan sampel udara masuk ke dalam chamber. Perangkat kemudian perlu disambungkan
ke sumber listrik (AC) agar dapat bekerja.
Lokasi Penelitian
Penelitian sendiri dilakukan di Ruang administrasi letaknya di lantai 1 potensi sumber
emisi sendiri yang berhubungan dengan penurunan kualitas udara yaitu dari tempat pembakaran
sampah,aktivitas industry,jalan raya dan pembangunan pemukiman .
Jenis konstruksi yang digunakan pada Ruang Kerja LAA yaitu lantai berupa ubin dan
karpet, dinding berupa tembok beton, batap erupa plafon akustik dan sistem ventilasi yang ada
pada ruangan hanya berupa jendela kaca yang selama pengambilan sampel selalu dalam keadaan
tertutup, sehingga untuk sirkulasi udara di dalam ruangan perlu mengandalkan sistem ventilasi
lain berupa Air Conditioner (AC). Oleh karena itu, waktu pengambilan sampel udara setiap
harinya dibagi menjadi dua kali, yaitu saat sebelum waktu kerja dimulai dimana AC dalam
keadaan tidak menyala (off) dan saat berlangsungnya waktu kerja dimana AC sudah dalam
keadaan menyala (on).
Hasil pengukuran Kualitas Non-Biologi Udara
Pada hal ini didapatkan bahwa kelembapan relative di dalam ruang cenderung lebih
tinggi dibandingkan di luar ruangan, hal itu disebabkan karena kenaikan temperature dari pagi-
siang hari yang menyebabkan turunnya kelembapan serta tingginya konsentrasi karbon dioksida .
hal ini disebabkan karena penggunaan AC , yang berdasarkan referensi penggunaan AC tidak
menurunkan konsentrasi CO2, sedangkan pertukaran udara terjadi hanya ketika pintu ruangan
dibuka sesekali .
Hasil Pengukuran Kualitas Biologi
Pada hal ini dilakukan 2 tahapan yaitu sebelum waktu kerja dan saat waktu kerja . Hasil
dari sampel yang dimiliki 7 dari 8 sampel membuktikan bahwa kualitas udara masih rentang
sesuai standar. Akan tetapi terdapat 4 bakteri yaitu Micrococcus, Staphylococcus sp. (tersangka
S. epidermidis), Streptococcus sp., dan Bacillus sp. yang merupakan bakteri flora normal pada
manusia namun beresiko bagi kesehatan apabila terpapar secara berlebihan.
Kesimpulan
Hasil dari penelitian diatas kualitas udara berdasarkan dari hasil pengukuran, parameternya telah
memenuhi standar , yaitu hanya temperatur yang berada dalam rentang 18-30oC dan konsentrasi
bakteri per-satuan volume yang menunjukkan 7 dari 8 sampel memenuhi standar . serta terdapat
4 genius bakteriyang teridentifikasi umumnya berpotensi menyebabkan resiko penyakit
pernapasan yaitu pneumonia ( radang paru-paru ) dan ada juga yang lebih berisiko apabila
penghuni memiliki riwayat gangguan anti bodi . tidak ditemukan korelasi yang signifikan antara
biologi dan non-biologi karena pengaruh dari system ventilasi ruangan yang menggunakan AC,
dan faktor lain yang mendukung adanya polutan biologi di ruangan diduga berasal dari penghuni
ruangan itu sendiri .
KUALITAS UDARA OUTDOOR

Judul Jurnal : Pengaruh Faktor Meteorologi Terhadap Konsentrasi NO2 di Udara Ambien
(Studi Kasus Bundaran Hotel Indonesia DKI Jakarta)
Sumber : https://ojs.serambimekkah.ac.id/jse/article/view/2146

Pendahuluan :

NO2 merupakan salah satu jenis polutan yang dapat menurunkan kualitas udara dan
berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Gas NO2 termasuk prekursor utama dalam
pembentukan Ozon (O3) di atmosfer. Sumber NO2 di udara ambien dapat berupa proses alami di
atmosfer dan permukaan bumi seperti produksi oleh tanaman, tanah, dan air. Selain itu NO2 juga
dapat berasal dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, lalu lintas atau
knalpot kendaraan bermotor, penyulingan bensin dan logam, pembangkit listrik tenaga batu bara,
industri manufaktur, dan penggunaan perumahan. NO2 berkontribusi dalam pembentukan kabut
fotokimia yang memberikan dampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Paparan NO2
dapat meningkatkan risiko infeksi pernapasan. Keberadaan polutan udara di lingkungan dapat
dipengaruhi oleh kondisi meteorologis, baik berperan sebagai penghambat atau pemicu
pembentukan polutan. Faktor meteorologi yang dapat mempengaruhi pencemaran udara
diantaranya yaitu temperatur.

Data dan Metode :

Pemantauan kualitas udara (konsentrasi polutan NO2) dan kondisi meteorologi dilakukan
di kawasan Bundaran Hotel Indonesia DKI Jakarta yang merupakan lokasi peletakan stasiun
pemantauan kualitas udara DKI-1 yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI
Jakarta. Data konsentrasi NO2 dan kondisi meteorologi diperoleh dari stasiun pemantauan yang
terukur setiap 30 menit selama 24 jam setiap harinya. Konsentrasi NO2 terukur dalam satuan
g/m3. Data meteorologi yang dipantau antara lain, yaitu suhu, T (C); kelembaban relatif, RH
(%), curah hujan, rainfall (mm) dan kecepatan angin, wind speed (m/s). Pemantauan dilakukan
selama 7 hari mulai dari tanggal 1 April hingga 7 April 2018. Analisis pengaruh faktor
meteorologi terhadap konsentrasi NO2 yang terukur akan dikaji menggunakan metode analisis
regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda merupakan model regresi linear dengan
satu variabel terikat atau dependen dan dua atau lebih variabel bebas atau independen. Variabel
dependen atau Y pada penelitian ini adalah Konsentrasi NO2 dan variable independen terdiri dari
suhu (X1), kelembaban relatif (X2), curah hujan (X3), dan kecepatan angin (X4).

Hasil :

Dari hasil data yang diperoleh didapatkan faktor meteorologi yang meliputi suhu,
kelembaban udara relatif, curah hujan dan kecepatan angin mempengaruhi konsentrasi NO2 yang
terukur. Nilai R multiple dari analisis regresi linear berganda adalah 0,619 yang menunjukkan
hubungan yang kuat antara konsentrasi NO2 dan keempat faktor meteorologi. Nilai R2 sebesar
0,383 menunjukkan persentase sumbangan pengaruh variabel T, RH, rainfall, dan wind speed
terhadap konsentrasi NO2 adalah sebesar 38,3% dan sisanya yaitu 61,7% dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak dimasukkan dalam pengukuran pada penelitian ini. Secara parsial ada pengaruh
signifikan antara T terhadap konsentrasi NO2 dan keduanya memiliki korelasi positif. Tidak ada
pengaruh signifikan antara RH terhadap konsentrasi NO2 dan korelasinya negatif. Tidak ada
pengaruh signifikan antara rainfall terhadap konsentrasi NO2 dan korelasinya negatif. Ada
pengaruh signifikan antara wind speed terhadap konsentrasi NO2 dan korelasi negatif.

Resume Jurnal: Pencemaran Udara Akibat Kinerja Lalu-Lintas Kendaraan Bermotor di


Kota Medan (Air Pollutions Due to Traffic Performance of Motor Vechiles in Medan City)
Jurnal Pemukiman Vol. 13 No. 1 Mei 2018: 13-20
Indriyani, Sri Asfiati Tahun

Tingginya penggunaan kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
penurunan kualitas udara, termasuk di Kota Medan. Penelitian kualitas udara di Kota Medan
dilakukan di tiga lokasi, yaitu Jalan Gatot Subroto, Jalan Gagak Hitam, dan Jalan Sisingamaraja
pada pukul 06.00 – 22.00 WIB. Sampel yang diambil adalah kendaraan yang dibagi atas dua
kategori, yaitu kendaraan angkutan barang (pick-up dan truck) dan kendaraan angkutan
penumpang (becak, motor, mobil pribadi, angkot, bus, dan bus mikro (L-300)). Parameter yang
dipantau adalah hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), partikulat 10 mm (PM10), total
suspended particulate (TSP), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), timah hitam (Pb),
dan oksidan (O3).

Berdasarkan pemantauan jumlah kendaraan di ketiga jalan tersebut, Jalan Sisingamaraja


memiliki volume terbanyak, yaitu dengan total kendaraan yang melintas pada satu hari sebanyak
34.355 kendaraan pribadi. Volume lalu lintas tertinggi terjadi pada sore hari, sekitar pukul 14.00-
18.00 karena Jalan Sisingamaraja dekat dengan pusat kota sehingga terjadi penumpukan dan
kepadatan lalu lintas.

Dari pemantauan jumlah kendaraan pada ketiga jalan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kota
Medan telah tercemar akibat kepadatan lalu lintas di mana terdapat kadar karbon monoksida
yang mendekati ambang batas dan kadar hidrokarbon (HC), partikel debu (PM10) dan total
suspended particulate (TSP) yang telah melebihi ambang batas.

µg/Nm3 = mikrogram/normal meter kubik


Hasil pengukuran kosentrasi kualitas udara ambien di ketiga lokasi menunjukkan Debu Total
(TSP) sebesar 75.80 µg/Nm3 di Jalan Gatot Subroto, sebesar 284.34 µg/Nm3 di Jalan Gagak
Hitam dan sebesar 284.34 µg/Nm3 di Jalan Sisingamangaraja, yang diambil dari BLH-PROVSU
Hydrocarbon (HC). Kinerja lalulintas yang padat dan menumpuk di satu lokasi jalan (macet)
mengakibatkan siklus udara tidak dapat bergerak sehingga menimbulkan untuk TSP pencemaran
yang begitu besar. Sedangkan ambang batas 230.00 µg/Nm3.

Pengaruh kinerja lalu lintas terhadap kualitas udara ambien sebesar 28,07% dan sisanya di
pengaruhi faktor lain. Hasil tersebut cukup besar untuk satu parameter pencemar udara di
perkotaan. Pencemar lainnya diakibatkan banyak faktor seperti pembakaran hutan, sampah, sisa
pertanian, letusan gunung berapi, limbah pembakaran bahan-bahan kimia di kawasan industri,
pembakaran batubara, minyak, dan limbah asap dari hasil pembakaran (rokok) dari masyarakat.
Untuk meningkatkan baku mutu pencemaran kendaraan angkutan barang maka perlu komitmen
bersama pemerintah dan masyarakat pengguna jalan dalam pengawasan lingkungan agar
memperhatikan parameter pencemar udara di perkotaan sesuai baku mutu kualitas udara ambien.

Anda mungkin juga menyukai