Anda di halaman 1dari 3

Generasi Muda Dalam Pelestarian Tradisi Dugderan

Semarang kini menjadi sudah berubah menjadi kota metropolitan dengan penduduk
yang cukup padat. Namun itu tidak menghilangkan tradisi yang dimiliki Kota Semarang sejak
dulu salah satunya adalah Dugderan.

Dugderan adalah sebuah upacara yang menandai bahwa bulan puasa telah datang.
Zaman dulu upacara Dugderan ini digunakan untuk menginformasikan kepada masyarakat
tentang datangnya bulan Ramadhan, karena dulu banyak perbedaan pendapat untuk
menentukan awal puasa. Hal itu mendorong Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo
Purbaningrat yang saat itu menjabat sebagai Bupati Semarang mengadakan pesta rakyat
untuk menentukan awal puasa. Upacara dugderan ini dilakukan 1 hari sebelum bulan puasa.
Nama dugderan diambil dari bunyi bedug yaitu “Dug” dan bunyi meriam atau petasan yaitu
“Der”.

Upacara ini selalu ramai dipadati oleh warga Semarang dan sekitarnya. Hal ini
menarik minat sejumlah pedagang untuk berjualan di area sekitar lokasi upacara. Beberapa
dagangan yang iconic saat dugderan yaitu mainan anak-anak yang terbuat dari tanah liat
(gerabah), mainan dari bambu (seruling, gangsingan) dan mainan dari kertas berbentuk
Warak Ngendhog. Pada tahun 2000-2009 Pemkot Semarang mewajibkan seluruh kecamatan
untuk mengirimkan kontingen seni untuk tampil dalam acara tersebut untuk melestarikan
tradisi Dugderan, namun mulai tahun 2010 Pemkot Semarang menunjuk satu kecamatan
untuk mengirimkan kontingen seni untuk tampil, hal ini dilakukan secara bergantian agar
seluruh kecamatan mendapat kesempatan yang sama untuk tampil di acara Dugderan.
Sebagai generasi muda, baiknya kita turut melestarikan dan mengembangkan tradisi
Dugderan. Ada berbagai cara untuk melakukan hal tersebut. Salah satu caranya adalah
dengan membuat karya seni maupun karya sastra yang memuat tentang tradisi Dugderan
sehingga masyarakat luas dapat mengenal tradisi ini. Tradisi dugderan juga bisa
mendapatkan sentuhan untuk dijadikan salah satu atraksi wisata di Kota Semarang sehingga
mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota Semarang.

“Kekuatan sebuah budaya bergantug pada banyak sedikitnya yang melestarikan”


Tugas Artikel Pelestarian dan Pengembangan Budaya

Disusun oleh:

Umi Umawati Solichah (2101419081)

PBSID / Rombel 03

Fakultas Bahasa dan Seni

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Anda mungkin juga menyukai