Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOKRASI PUBLIK

INOVASI PELAYANAN PUBLIK PADA ERA DISRUPSI DI INDONESIA

Disusun oleh :

Anggota Kelompok

MUHAMMAD SURYA RAMADHAN 170903057

RAHMANITA MARDIYAH POHAN 180903124

PANJI PERKASA HARAHAP 180903126

LUVI ANISYAH 180903141

DWI YOSEVA SIMARMATA 180903142

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Peningkatan pelayanan publik merupakan tujuan dari pelaksanaan reformasi birokrasi.


Karena pada umumnya masyarakat selalu menginginkan terjadinya peningkatan pada
pelayanan publik. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah seperti dengan
memperbaiki regulasi pelayanan dan juga melakukan inovasi-inovasi tertentu untuk
mempercepat dan mempermudah proses serta mekanisme pelayanan yang ada. Era teknologi
informasi dan kemajuan internet telah menjadikan kehidupan masyarakat menjadi lebih
modern serta tidak lepas dari koneksi internet melalui media smartphone. Hal tersebut
menunjukkan bahwa masyarakat saat ini dalam memenuhi kebutuhannya akan pelayanan
publik ingin lebih mudah, cepat dan praktis.

Perubahan keinginan dan perilaku masyarakat tersebut harus diimbangi dengan


kemampuan lembaga maupun instansi untuk menghadapi perubahan yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Internet saat ini telah menjadi kebutuhan dan menjadi media bagi
masyarakat untuk mendapatkan informasi apapun, serta dapat pula dimanfaatkan untuk upaya
dalam pemenuhan kebutuhan akan pelayanan Publik. Adapun salah satu bentuk pelayanan
yang telah dilakukan pemerintah yaitu dengan membentuk layanan berbasis website. dan hal
tersebut dikenal dengan istilah e-government. Namun hal tersebut belum dapat menjawab
akan semua kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik yang dibutuhkan. Dimana saat ini
masyarakat cenderung menggunakan maupun memanfaatkan internet melalui smartphone
yang mereka miliki. Maka daripada itu harus dicari solusi yang tepat berkaitan dengan
permasalahan yang muncul di era disrupsi yang berkaitan dengan pelayanan publik.

Era disrupsi adalah era dimana segala kemungkinan sulit untuk diprediksi dan
diperlukan inovasi untuk menghadapi tuntutan zaman yang semakin modern. Inovasi dalam
pelayanan publik dibutuhkan untuk mengubah sikap dan paradigma dari masyarakat itu
sendiri. Terdapat berbagai strategi maupun langkah dalam upaya mengubah sikap masyarakat
tersebut. Menurut Kurnia, Edi (2013:156) menyatakan, bahwa “salah satu teori yang dapat
mengubah sikap adalah pendekatan fungsional yang menunjukkan bahwa mengubah motivasi
dasar individu dapat mengubah sikap individu terhadap suatu objek tertentu.” Dengan
demikian diperlukan strategi inovasi yang cenderung memposisikan fungsi dari produk jasa
yang diunggulkan dan diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan dari lembaga maupun instansi publik. Karena bagaimanapun lembaga pemerintah

1
tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam melayani kebutuhan masyarakat, baik
yang bersifat kebutuhan pelayanan umum maupun dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan
dasar. Dari latar belakang masalah diatas kami tertarik untuk membahas tentang Inovasi
Pelayanan Publik Pada Era Disrupsi Di Indonesia agar dapat mengetahui bagaimana
inovasi pelayanan publik pada era disrupsi dan kunci sukses serta faktor penghambat inovasi
dalam pelayanan publik di Indonesia.

2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inovasi

Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang
sudah dikenal sebelumnya, orang atau wirausahaan yang selalu berinovasi, maka ia dapat
dikatakan sebagai seorang wirausahawan yang inovatif. Seorang yang inovatif akan berupaya
melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru atau unik yang berbeda dengan yang
sudah ada. Pengertian inovasi di bidang pelayanan publik merupakan ide kreatif teknologi
atau cara baru dalam teknologi pelayanan untuk memperbarui yang sudah ada atau
menciptakan terobosan atau penyederhanaan dibidang aturan, pendekatan, prosedur, metode,
maupun struktur organisasi pelayanan yang memberikan hasil yang lebih baik dari segi
kuantitas maupun kualitas pelayanan.

Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins (1994) lebih memfokuskan mengenai


inovasi pada tiga hal utama, yakni:

1. Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam menangani suatu fenomena yang sedang
terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa penemuan
dari suatu gagasan pemikiran, ide, sistem sampai pada kemungkinan gagasan yang
mengkristal.

2. Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindak
lanjuti dengan berbagai aktifitas, kajian, penelitian dan percobaan sehingga
melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa yang siap
dikembangkan dan diimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang pendidikan.

3. Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan


melakukan perbaikan yang terus menerus sehingga buah inovasi itu dapat dirasakan
manfaatnya.

2.2 Pengertian Pelayanan Publik

Menurut lewis dan Gilman (2005), pelayanan publik adalah kepercayaan publik.
Pelayanan publik dilaksanakan secara bertanggungjawab dan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang ada. Nilai akuntabilitas pelayanan yang diberikan dapat memberikan
kepercayaan kepada masyarakat tentang pelayanan yang diberikan. Dalam pemberian

3
pelayanan, menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk menyediakannya secara
profesional, akuntabel dan optimal. Pelayanan yang optimal adalah harapan semua
masyarakat agar tercipta kualitas pelayanan yang lebih baik. Optimalisasi pelayanan publik
menurut pendapat Indri dan Hayat (2015), yaitu memberikan pelayanan secara profesional
dan berkualitas yang mempunyai implikasi positif terhadap kepuasan masyarakat.

Pelayanan publik berdasarkan undang-undang nomor 25 tahun 2009 yaitu kegiatan


atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan
atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Sumber
daya manusia menjadi indikator penting dalam pelayanan publik. Keberadaan sumber daya
aparatur adalah unsur utama dalam pemberian pelayanan. Karena birokrasi menjadi aktor
utama yang langsung bersentuhan dengan masyarakat sebagai penerima layanan. Aparatur
negara menjadi kunci keberhasilan pelayanan publik pada instansi atau lembaga pemerintah.
Jika aparaturnya kompeten, maka pelayanan dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Bentuk
pelayanan publik dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Layanan dengan lisan. Layanan yang dilakukan oleh pegawai bidang hubungan
masyarakat, bidang informasi dan bidang lainnya yang tugasnya memberikan
penjelasan kepada siapa saja yang membutuhkan.

2. Layanan dengan tulisan. Layanan ini merupakan bentuk layanan yang paling
menonjol dalam implementasi tugas, tidak hanya dari aspek jumlah tetapi juga dari
aspek peranannya. Layanan melalui tulisan ini dinilai cukup efesien terutama untuk
layanan jarak jauh karena faktor baiya.

3. Layanan bentuk perbuatan. Layanan ini sering terkombinasi dengan layanan lisan,
sebab hubungan lisan terbanyak dilakukan dalam hubungan pelayanan secara umum,
namun fokusnya diperbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh orang berkepentingan.

2.3 Pengertian Era Disrupsi

Istilah “disrupsi” telah dikenal puluhan tahun lalu, tetapi baru populer setelah guru
besar Harvard Business School, Clayton M. Christensen, menulis buku berjudul The
Innovator Dilemma (1997). Buku ini berisi tentang persaingan dalam dunia bisnis, lebih
khusus inovasi. Christensen ingin menjawab pertanyaan penting, mengapa perusahaan-
perusahaan besar bahkan pemimpin pasar (incumbent) bisa dikalahkan oleh perusahaan yang

4
lebih kecil, padahal perusahaan kecil tersebut kalah dalam hal dana dan sumber daya
manusia. Jawabannya terletak pada perubahan besar yang dikenal dengan disrupsi. Disrupsi
tidak hanya sekedar perubahan, tetapi perubahan besar yang mengubah tatanan.

Terdapat dua hal yang menjadi karakteristik dan penyebab terjadinya hal ini. Alasan
yang pertama karena perubahan langsung mengarah ke bagian fundamental yakni model
bisnis, sehingga mereka yang tidak menggunakan cara itu, langsung keluar dari ekosistem.
Kedua, disrupsi selalu dimulai dari low-end atau pasar bawah. Hal inilah yang membuat
pemain lama yang biasanya bermain di pasar atas (high-end) tidak menyadari bahwa pasar
akan di disrupsi oleh pemain baru. Disisi lainnya, seiring berjalannya waktu perusahaan baru
yang awalnya bermain di pasar bawah mulai memiliki pondasi bisnis yang kuat, dan dengan
natural mereka melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan kualitas dan ikut bermain
dipasar atas. Dan pada akhirnya, pemain baru mendisrupsi perusahaan yang saat itu sudah
besar dan menjadi pemimpin.

Menurut Kasali (2017) disrupsi tidak hanya bermakna fenomena perubahan hari ini
(today change) tetapi juga mencerminkan makna fenomena perubahan hari esok (the future
change). Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa perubahan pada era disrupsi pada hakikatnya
tidak hanya berada pada cara atau strategi tetapi juga pada pada aspek fundamental bisnis.
Domain era disrupsi merambah dari mulai struktur biaya, budaya hingga pada ideologi
industri. Implikasinya, pengelolaan bisnis tidak lagi berpusat pada kepemilikan individual,
tetapi menjadi pembagian peran atau kolaborasi atau gotong royong. Di dalam dunia
perguruan tinggi, fenomena disrupsi ini dapat kita lihat dari berkembangnya riset-riset
kolaborasi antar peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan perguruan tinggi. Riset tidak lagi
berorientasi pada penyelesaian masalah (problem solving) tetapi didorong untuk menemukan
potensi masalah maupun potensi nilai ekonomi yang dapat membantu masyarakat untuk
mengantisipasi berbagai masalah sosial ekonomi dan politik di masa depan.

2.4 Inovasi Pelayanan Publik di Era Disrupsi

Perkembangan ilmu pengetahuan modern telah menjadikan segala sesuatu yang tidak
mungkin menjadi lebih mungkin terjadi. Keberhasilan sebuah inovasi tersebut menjadi
indikator bahwa ide maupun gagasan yang ada menjadi sebuah ide yang bersifat solutif.
Menurut Suwarno, Yogi (2008), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi inovasi
pelayanan, dapat dianalisis menjadi 2 (dua) yaitu: (a) lingkungan internal; dan (b) lingkungan
eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan di dalam organisasi yang berpengaruh

5
terhadap kinerja, meliputi visi, misi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, organisasi,
manajemen, keuangan dan pemasaran. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi lingkungan
makro dan lingkungan mikro. Lingkungan makro meliputi demografi, sosioekonomi,
teknologi, politik, dan sosial budaya, serta lingkungan mikro meliputi pelanggan dan pesaing.

Faktor internal yang didalamnya terdapat keberhasilan dalam sebuah kinerja


merupakan keberhasilan sebuah instansi publik dalam memperbaiki proses dalam
berorganisasi. Proses dalam berorganisasi yang baik akan menimbulkan performa dari
organisasi dalam pencapaian tujuan tersebut lebih meningkat dan upaya dalam merealisasikan
beberapa program yang telah dicanangkan oleh lembaga ataupun organisasi tersebut akan
lebih mudah terealisasi. Sedangkan untuk faktor eksternal ada yang dinamakan dengan
teknologi. Kemajuan teknologi yang ada telah mempermudah bagi kehidupan masyarakat dan
bahkan untuk kemajuan sebuah lembaga publik. Inovasi teknologi ternyata dalam
implementasinya di bidang pelayanan publik telah menjadikan pelayanan yang bersifat
konvensional bertransformasi menjadi terkomputerisasi.

Hal ini pula yang menjadikan inovasi sebagai leading factor dalam upaya peningkatan
sebuah pelayanan. Hal itu juga menuntut beragam informasi yang ada harus dikelola dengan
baik. Misalnya telah muncul konsep tentang Sistem Informasi Manajemen (SIM) di dalam
sebuah lembaga, terurama di lembaga publik ataupun formal. Menurut Halvorsen (dalam
Yogi. S, 2018) terdapat 6 (enam) tipologi inovasi di sektor publik, yaitu: (a) a new or
improved service; (b) process innovation; (c) administrative innovation; (d) system
innovation; (e) conceptual innovation; dan (f) radical change of rationality. Berdasarkan
tipologi inovasi tersebut, maka terdapat beberapa hal mengenai inovasi di sektor publik.
Pertama, dari segi perbaikan pelayanan atau adanya pelayanan baru yang bertujuan untuk
memberikan pilihan dan pemenuhan kebutuhan dari masyarakat sebagai pelanggan pelayanan
sebuah jasa tertentu. Kemudian adanya inovasi proses, dimana terdapat perubahan dalam
penyediaan pelayanan. Setelah itu dalam tipologi inovasi, yakni inovasi administrative.
Disinilah letak dari pusat kendali perbaikan sebuah layanan.

2.5 Bentuk Inovasi Pelayanan Publik

Reformasi birokrasi berusaha untuk meningkatkan kesadaran peningkatan kualitas


pelayanan para pegawai penyelenggara pelayanan publik bagi masyarakat. Maka diperlukan
pula bentuk nyata inovasi dalam sebuah pelayanan publik. Inovasi pelayanan publik adalah
pembaharuan atau kreativitas maupun ciptaan baru yang mampu memberikan nilai tambah

6
(value added). Dalam konteks pelayanan publik, inovasi bisa diartikan sebagai pembaharuan
atau kreativitas maupun ciptaan baru dalam pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas
layanan (Diah N.F, 2014). Oleh karena itu sesuatu yang baru dapat menjadikan pelayanan
publik mengarah ke arah lebih maju, jika semua pihak mau menerima dan
mengimplementasikan inovasi yang muncul pada penyelenggara layanan publik tersebut.

Salah satunya menurut Dayang E.D (2015) menyatakan, bahwa terdapat 4 (empat)
bentuk inovasi pelayanan, diantaranya Rehabilitasi Ruang Publik; Mempercepat Pelayanan;
Area Permainan; Jejaring Sosial. Rehabilitasi ruang publik dari segi penataan juga
mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk
membuat nyaman bagi masyarakat ketika akan mendapatkan pelayanan jasa dari
penyelenggara pelayanan. Penyediaan fasilitas ruang yang nyaman merupakan upaya
peningkatan pelayanan masyarakat. Serta adanya area merokok merupakan upaya
perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan.

Dalam pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pihak penyelenggara pelayanan


akan mengevaluasi kritik dan saran dari masyarakat melalui indeks kepuasan masyarakat
(IKM) atau melalui sms, telepon dan facebook maupun media komunikasi yang lainnya.
Pemanfaatan media online pun menjadi salah satu hal yang dapat digunakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Layanan online merupakan layanan yang memberikan akses
yang lebih luas kepada masyarakat dalam memperoleh informasi dan layanan publik dengan
cara berkomunikasi dengan orang lain melalui internet.

2.6 Kunci Sukses Inovasi Pada Pelayanan Publik di Indonesia


Ada beberapa kunci sukses ataupun faktor pendukung inovasi pada pelayanan publik di
Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Adanya tuntutan perubahan yang didukung oleh pemerintah dan pimpinan aparatur
2. Sikap dan budaya para pemimpin yang mendorong kreativitas dan inovasi
3. Kelembagaan pemerintahan mendorong, mengakui, dan menghargai inovasi
4. Proses inovasi perlu dikembangkan dalam suatu “siklus” sistem tertentu
5. Inovasi mengandung resiko dan membutuhkan pemimpin dan aparatur yang berani
mengambil resiko yang telah diperhitungkan, bukan mereka yang takut mengambil
resiko atau sekedar mempertahankan status

7
6. Keberhasilan inovasi menuntut ketersediaan sumber daya (man, money, materials,
methods, times, and environment), harus dijamin ketersediaannya (ingat: no-one
wants to pay – risk aversion behavior)
7. Aparatur sektor publik sesungguhnya memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaan,
sangat termotivasi untuk bekerja, berorientasi hasil dan mendahulukan kepentingan
masyarakat (di samping para oknum aparatur yang merusak sistem untuk kepentingan
pribadi atau golongannya)
8. Pemerintah harus mendorong inovasi, namun juga harus memiliki reservasi bahwa
capaian kinerja akan bervariasi, dan harus memberi ruang untuk perbaikan.

2.7 Faktor Penghambat Inovasi Pada Pelayanan Publik Di Indonesia


Menurut Albury dalam Suwarno (2008: 54), hambatan dalam inovasi diidentifikasi ada
delapan jenis, yaitu:
1. Keengganan menutup program yang gagal
2. Ketergantungan berlebihan pada high performer
3. Memiliki teknologi yang baik, tetapi terhambat budaya dan penataan organisasi
4. Tidak ada penghargaan atau insentif
5. Ketidakmampuan menghadapi resiko dan perubahan
6. Anggaran jangka pendek dan perencanaan
7. Tekanan dan hambatan administrasi
8. Budaya Risk Aversion (budaya yang tidak menyukai resiko)

2.8 Contoh-Contoh Inovasi Pelayanan Publik


Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik kepada masyarakat, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
membentuk Kompetisi inovasi Pelayanan Publik. Pada tahun 2014 telah dilaksanakan
Kompetisi inovasi Pelayanan Publik oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi. Hal ini diharapkan dapat menjadi terobosan dalam pemberdayaan dan
pembelajaran untuk menyebarluaskan gagasan dan terobosan pelayanan publik di Indonesia
dalam rangka percepatan reformasi birokrasi di bidang pelayanan publik. Berikut ini
beberapa contoh inovasi dalam pelayanan publik yang melibatkan pemanfaatan dari teknologi
informasi dan komputerisasi yang berkaitan dengan layanan yang bersifat daring dan telah
beroperasi seperti : (a) Mini Lab Food Security-Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung;
(b) Layanan Free Hotspot-Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Merauke; serta (c)

8
Gugus Antisipasi Cegah Antrian Panjang dengan Antar Obat ke Rumah Pasien-RSUD
Blambangan Kabupaten Banyuwangi (www.menpan.go.id, 2018).

2.9 Cara Menghadapi Era Disrupsi


1. Meningkatan SDM
Terjadinya disrupsi oleh perusahaan baru karena mereka memiliki SDM yang lebih
unggul sehingga bisa mengadopsi cara baru lebih dulu dengan sangat baik. Maka dari itu,
peningkatan SDM harus menjadi salah satu prioritas.Sudah banyak pihak yang
mengatakan bahwa mereka yang menguasai teknologi adalah pemenangnya. Jika kita
bisa meningkatkan SDM agar melek dengan teknologi, minimal kita bisa mengejar
ketertinggalan, bahkan sampai bisa bersaing.
2. Terus Berinovasi
Belajar dari kesalahan Nokia dan produk lainnya yang kurang cepat dalam inovasi
membuat android yang diprakarsai Google berada di puncak kejayaan. Dalam hal ini,
terus berinovasi adalah kunci untuk mempertahankan pasar. Harus kita ketahui bahwa
selera pasar terus berubah. Jika demikian, ada dua hal yang bisa kita lakukan, yakni
menghambat perubahan pasar atau melakukan inovasi. Sayangnya menghambat
perubahaan selera pasar hampir mustahil untuk dilakukan, jadi mau tidak mau kita harus
terus melakukan inovasi.
3. Melek Teknologi
Fungsi dari adanya teknologi adalah untuk mempermudah pekerjaan kita, dan tentu saja
dengan mengetahui teknologi kita menjadi lebih mudah dan efisien dalam
bekerja,misalkan menggunakan dompet digital  untuk transaksi online, Workplace
Facebook untuk kerja online dan sebagainya. Perusahaan bisa mulai untuk
memperkenalkan teknologi yang mampu mempermudah pekerjaan kepada karyawan
dimulai dari penggunaan computasi awan, Big data, robot, tools marketing,
cybersecurity, dan masih banyak lagi lainnya.
4. Siap dengan Perubahan
Adanya teknologi membuat perubahan terjadi dengan sangat cepat dan masif, hal ini
membuat perusahaan harus selalu siap mengadopsi perubahan-perubahan baru yang
muncul dan belum populer. Saat ini terus belajar bukan lagi sebuah ajakan, namun harus
menjadi sebuah keharusan.Ada sebuah quote yang relevan dengan kondisi sekarang ini,
yakni mereka yang tidak siap dengan perubahan, adalah mereka yang kalah lebih dulu
dalam persaingan.

9
PENUTUP

Kesimpulan

Inovasi dan pemerintahan memang tidak akan lepas sebagai dua hal yang saling
berikatan. Begitu pula dengan pelayanan publik yang tidak lepas dari kualitas pelayanan dan
kebijakan. Kebijakan yang memihak kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat sebagai pengguna layanan jasa. Masyarakat pun diharapkan
dapat diuntungkan dengan adanya kebijakan sebagai payung hukum untuk mengatur dan
mengontrol penyelenggaraan pelayanan publik. Kompetisi yang sangat ketat telah mendorong
sektor swasta untuk mengembangkan dan memandang inovasi sebagai alat untuk
meningkatkan kualitas produk, proses, dan pelayanan, dan dengan demikian mereka
mendapatkan keuntungan kompetitif dan meningkatkan keuntungan. Walaupun arahnya
sedikit berbeda, di sektor publik pun progres dalam proses inovasi difokuskan sebagai sebuah
alat untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas telah berkembang dengan cukup baik,
bahkan mungkin lebih menantang dibandingkan dengan apa yang terjadi di sektor swasta.

Walaupun pada umumnya sektor publik sering kali ketinggalan dalam banyak hal
dibandingkan dengan sektor swasta, tetapi tidak juga bisa dikatakan bahwa sektor publik
tidak mengembangkan inovasi atau hanya sebagai pengikut dari inovasi-inovasi yang telah
dikembangkan oleh sektor swasta. Inovasi pada sektor publik hanya akan berhasil apabila
masyarakat banyak memiliki kemampuan untuk menjangkaunya. Inovasi menjadi tidak
memiliki arti apa-apa, dan tidak membuat perbedaan apabila tidak dapat dimanfaatkan oleh
publik secara luas. Inovasi juga harus memperhatikan budaya dan identitas lokal, sebagai
bagian dari proses adaptasi inovasi yang lebih baik. Pemanfaatan identitas lokal, tidak hanya
strategis dalam mendekatkan inovasi kepada penggunanya, tetapi juga bagian dari apresiasi
terhadap budaya yang kita miliki. Hal ini akan diharapkan menjadi sebuah solusi yang tepat
berkaitan dengan permasalahan yang muncul pada Era Disrupsi

10
Daftar Pustaka

Buku

Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2017. Era Disrupsi Peluang dan Tantangan
Pendidikan Tinggi Indonesia. Jakarta. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Christensen Clayton (1997) The Innovator’ s Dilemma; When New Technologies Cause
Great Firms to Fail. President and Fellows of Harvard College

Lewis, Carol W., and Stuart C. Gilman. 2005. The Ethics Challenge in Public Service: A
Problem-Solving Guide. Market Street, San Fransisco: Jossey-Bass.

Rhenald Kasali (2017). Manajemen Public Relations. Jakarta: PT Pustaka UtamaGrafiti

Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi di Sektor Publik. STIA-LAN Press, Jakarta.

Jurnal

Anugerah Yuka Asmara. Inovasi Pelayanan Kesehatan Gancang Aron Di Kabupaten


Banyuwangi Dalam Perspektif Matrik Inovasi Sektor Publik. Journal of Public Sector
Innovation, Vol. 3, No. 2, Mei Tahun 2019.

Arik Ariyani, Lely Indah Mindarti, dan Mohammad Nuh. Inovasi Pelayanan Publik (Studi
pada Pelayanan Kesehatan Melalui Program Gebrakan Suami Siaga di Puskesmas
Gucialit Kabupaten Lumajang). JIAP Vol. 2 No. 4 (2016)

Ari Kusumah Wardani. Urgensi Inovasi Pelayanan Bidang Administrasi Publik Di Era
Disrupsi. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara Vol 6, No 2 (2019)

Dayang E.D. 2015. Inovasi Pelayanan Publik di Kecamatan Sungai Kunjang Kota
Samarinda. Jurnal Ilmu Pemerintahan.3.(3).

Diah N.F. 2014. Inovasi Pelayanan Publik BUMN (Studi Deskriptif tentang Inovasi Boarding
Pass System dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kereta Api PT KAI di Stasiun
Gubeng Surabaya).Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik.2.(1).1-10.

11
Rizvanda Meyliano Dharma Putra. Inovasi Pelayanan Publik Di Era Disrupsi (Studi Tentang
Keberlanjutan Inovasi E-Health Di Kota Surabaya). Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Publik Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018

Robbins, Stephen P., 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, Alih Bahasa
Jusuf Udaya. Jakarta : Arcan.

Yogi Suwarno. 2008. Inovasi Di Sektor Publik. Jakarta. STIA-LAN Press

Lainnya

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

http://pusdikmin.com/perpus/file/Inovasi%20Di%20Sektor%20Publik%20PIM3.pdf

Apa itu Disrupsi? Menelaah Definisi dan Cara Sukses Menghadapi Era Disrupsi -
Divedigital.ID

http://digilib.uinsby.ac.id/21560/3/Bab%202.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai