Disusun Oleh :
1. Andy Kurniawan Eko Saputro
2. Aan Nurhasanah 14. Liza Azizah Tusyadiah
3. Ade Sudarsono 15. Novi Yusliani
4. Ade Teti Suhaeti 16. Nani Carnani
5. Deasy Andiyanti 17. Pipit Agustika
6. Dewi Nurmaya 18. Pipin Vinalia
7. Eni Rohayati 19. Rini Abriyani
8. Engkus Kusliah 20. Rika Hernawati
9. Endin Wahyudin 21. Sujana
10. Heriyana 22. Sri Hastuti Meilani
11. Iis Indra Yuniasih 23. Sumarno
12. Jaja Sutarja 24. Tatang
13. Jajang Suteja 25. Ujang Haerudin
27
28
Disusun Oleh :
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Adapun tujuan penulisan laporan ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Cirebon.
menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis
laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
Cirebon.
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
pada penulis mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah
SWT. Amin...
Penulis
32
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vi
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 56
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya dari seluruh potensi
bangsa baik masyarakat, swasta maupun pemerintah pusat dan daerah. Pembangunan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
kesadaran yang tinggi yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. (Depkes
RI, 2006)
komunitas.
yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan
atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk
prevensi atau pencegahan yaitu : prevensi primer yang pelaksanaan difokuskan pada
keperawatan komunitas merupakan hal yang teramat penting disusun oleh perawat.
terutama sekali faktor masyarakat itu sendiri, karena pada hakekatnya masyarakatlah
yang memiliki rencana tersebut, dan perawat sebaiknya hanyalah sebagai fasilitator
Tidak hanya perencanaan tentunya ners harus mampu pula memastikan bahwa
rencana tersebut merupakan upaya yang paling maksimal, artinya ners tidak saja
melakukan lobi, negosiasi, serta advokasi terhadap apa yang telah direncanakan
untuk dapat diwujudkan. Hal ini akan memaksa ners untuk mampu bekerja sama
masyarakat, maupun kalangan bisnis. Oleh karena itu penting dilakukan pendekatan
strategi yang mantap dengan memanfaatkan berbagai data primer, sekunder dan
merasa perlu untuk praktek keperawatan komunitas, yang dilaksanakan dari tanggal
08 Oktober 2013 s.d 02 Nopember 2013 di Desa Bakung Lor Kecamatan Jamblang
Kabupaten Cirebon. Sebagai out put dari praktek keperawatan komunitas tersebut
39
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
1. Studi kepustakaan yaitu usaha memperoleh data secara teori yang berhubungan
2. Studi kasus secara langsung pada kegiatan dilapangan dan berpartisipasi aktif
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
41
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan. (Mubarak, 2006)
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari
44
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok
derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara
3. Kerjasama (Partnership)
jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan
masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya
cepat.
berikut :
itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta
didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit
influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik
bertujuan untuk:
pendidikan kesehatan.
kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
1. Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu. Secara
b. KB
c. Imunisasi
d. Peningkatan gizi
e. Penanggulangan diare
f. Sanitasi dasar
lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat
untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi
dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
hidup sehat
1) Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS (Pasangan
Usia Subur)
48
2) Meja II
3) Meja III
Pengisian KMS
4) Meja IV
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom
5) Meja V
a. Pemberian iminisasi
b. Pemeriksaan Kehamilan
c. PMT
d. Imunisasi.
materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu
dilapangan yang kita temukan dari meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh
kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader selama ini hanya
dalam kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu
yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari
konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care
System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang
stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel,
50
normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. (Mubarak &
Chayatin, 2009)
keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan
dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu:
keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek
Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal
3. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara
5. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
6. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah
7. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai
harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan
sakit medisnya
8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial.
Kesehatan Utama
masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang
menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan
(1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas
telah diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan
1. Tingkat individu
rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit
demam darah dan diare. Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan
perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
2. Tingkat keluarga
dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita
penyakit menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama
3. Tingkat komunitas
lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah
sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga
aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok
dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan oleh
keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada
1. Pencegahan primer
yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi
2. Pencegahan sekunder
3. Pencegahan tertier
stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat
(Mubarak, 2009):
2. Pengorganisasian masyarakat
1. Tahap persiapan
2. Tahap pengorganisasian
dan masyarakat.
pendidikan kesehatan.
5. Tahap koordinasi
6. Tahap akhir
Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik
kerja selanjutnya.
56
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat
bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan
dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi.
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas
(Mubarak, 2005):
1. Pengkajian
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok
1) Pengumpulan data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
a. Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-
terjamin
58
gangguan penyakit
2) Jenis data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
a. Data subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
b. Data objektif
pengukuran.
c. Sumber data
Data primer
Data sekunder
record.
4) Pengelolaan data
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
5) Analisa data
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
masalah kesehatan.
7) Prioritas Masalah
Abraham H Maslow:
2. Diagnosa keperawatan
yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat
rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga
komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom
Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
3. Perencanaan/ Intervensi
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
4. Pelaksanaan/Implementasi
bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat
penyakit
komunitas
5. Penilaian/Evaluasi
sebagai berikut :
BAB III
kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) pada sampel dari populasi penduduk Desa
N
Keterangan : n=
1+N
N = Besarnya populasi (d2)
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan
Maka jumlah sampel pada Survey Mawas Diri (SMD) di Desa Bakunglor
1947 1947
n = =
1 + 1947 (0.052) 5,9
= 330 KK
64
Tabel 3.1 Distribusi Proporsi Sampel Pada Setiap Dusun Di Desa Bakunglor
Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon
Dusun N Rumus n
Gempol 576 ∑ 𝑛 𝑑𝑢𝑠𝑢𝑛
330 98
∑ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 ×
Hasil Survey Mawas Diri (SMD) yang telah dilaksanakan pada tanggal
11 Oktober 2013 sampai dengan tanggal 16 Oktober 2013 dengan cara pendataan
1. Dimensi Lokasi
a. Batasan Komunitas
Bakungkidul
Desa Bakunglor yang terletak ± 1 km dari pusat desa yang dapat dicapai
dengan jalan kaki, kendaraan roda dua dan roda empat. Sedangkan
c. Gambaran Geografis
yang terdiri dari 248,281 hektar tanah sawah dan 13,049 hektar tanah darat.
terletak dikebun.
e. Lingkungan Buatan
Terdapat sarana olah raga seperti lapangan badminton dan volly ball,
2. Dimensi Populasi
a. Ukuran
terdiri laki-laki 3.202 jiwa dan perempuan 3.103 jiwa. Sedangkan jumlah
kepala keluarga (KK) adalah 1947 KK dan jumlah pasangan usia subur
(PUS) berdasarkan hasil survey mawas diri (SMD) sebanyak 261 pasang.
b. Kepadatan
469 m2/jiwa
c. Komposisi Penduduk
Dari hasil survey mawas diri (SMD) pada penduduk Desa Bakunglor
yang dilakukan pada tanggal 11 – 16 Oktober 2013 didapat hasil yang dapat
5. 18 – 55 671 62,42
6. > 55 th 105 9,77
Jumlah 1075 100
Sumber : Data primer pendataan Oktober 2013
dan masyarakat.
d.Pertumbuhan Penduduk
Kelahiran pada satu tahun terakhir ada 11 bayi lahir hidup, sedangkan
kematian bayi tidak ada, baik infant mortality rate maupun maternal
mortality rate tidak ada. Kematian balita (3-5 tahun) 1 orang pada periode 6
e.BudayaPenduduk
68
f. Mobilitas Penduduk
1) Jenis Kependudukan
jam 21.00 WIB sudahtidur malam dan bangun pagi jam 04.00WIB.
keluarga Pra-sejahtera.
bekerja sebagai petani. Dari hasil wawancara didapat data bahwa petani
bekerja jam 06.00 dan pulang jam 18.00. Dilihat dari jam kerja para petani
hampir seharian penuh (12 jam) bekerja di sawah atau ladang, maka
kemungkinan terjadi kelelahan akibat kerja dan hal ini akan menurunkan
kerja menurun.
a. Sistem Kesehatan
b) Pertolongan persalinan
d) Pelayanan umum
saat ini sakit yaitu : 6 balita (75%) ISPA dan 2 balita (25%) diare.
Terdapat 119 anak usia pra sekolah dan sekolah, 24 orang (20,17%)
kondisi anak saat ini sakit, yaitu : ISPA 10 orang (41,7%), carries 7
ada.
73
Terdapat 671 usia dewasa, 10 orang (1,5 %) kondisi saat ini sakit,
Terdapat 101 usia lansia, 28 orang (27,7%) kondisi lansia saat ini
tentang posbindu.
a) Pemukiman
b) Kondisi Rumah
c) Ventilasi Rumah
d) Pencahayaan Rumah
e) Jamban Keluarga
Tabel 3.14 Distribusi Rumah Berdasarkan Jarak Sumber Air dengan Septiktank
nyamuk.
h) Pengolahan Sampah
76
4. Sistem Keluarga
a. Type Keluarga
Tabel 3.24 Distribusi Kebiasaan Anak Memakai Alas Kaki Saat Bermain
bersih.
80
5. Sistem Kesejahteraan
6. Sistem Ekonomi
pertanian padi. Hal ini sesuai dengan sumberdaya alam utama yang dimiliki
oleh desa bakunglor adalah lahan pesawahan yang subur, disamping padi hasil
pertanian lainya yang menjadi andalan desa bakunglor adalah jambu biji.
tingkat penghasilan > Rp. 1000.000, hal ini menunjukan bahwa dari segi
81
ekonomi sudah dapat dikatakan cukup memadai dan ini merupakan kekuatan
7. Sistem Politik
non formal seperti bidang agama, misalnya imam dan bilal di masjid
RT.
8. Sistem Rekreasi
seperti pada saat tahun baru dan pada hari raya idul fitri.sesekali.
dan lain-lain. Satu-satunya sarana hiburan bagi keluarga pada waktu luang
9. Sistem Komunikasi
sebaliknya.
Desa Bakunglor setiap malam minggu jam 18.00 WIB. Selain itu juga selalu
1. Klasifikasi Data
2. Interpretasi Data
3. Prioritas Masalah
Ketersediaan Keahlian
Kemampuan Perawat
penyelesaian masalah
Motivasi Masyarakat
Tidak Terselesaikan
yang Relevan
Penyelesaian
Percepatan
Masalah
Masalah Kesehatan
Pembenaran
Prioritas
Jumlah
Nomor
NIlai
Bobot 5 Bobot 10 Bobot 5 Bobot 7 Bobot 8 Bobot 8
Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria :
Tinggi 3 Tinggi 3 Tinggi 3 Tinggi 3 Tinggi 3 Tinggi 3
Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2 Sedang 2
Rendah 1 Rendah 1 Rendah 1 Rendah 1 Rendah 1 Rendah 1
1 Resiko terjadinya penyakit yang Masyarakat menyadari
disebabkan oleh karena sanitasi namun membutuhkan
lingkungan yang kurang baik biaya dan waktu yang
3,3 3,3 3,3 2,3 8 2,6 22,8 II
lama karena
masalahnya yang
kompleks
2 Resiko tinggi terjadinya Masyarakat menyadari
peningkatan angka kejadian & masalah dapat
penyakit degeneratif pada diatasi dengan
5 3,3 5 4,6 8 5,3 31,2 I
lansia. (reumatik, Hipertensi, memberikan Penkes
dan Katarak) dan pembinaan pada
lansia
88
Penyakit yang sering dialami lansia adalah reumatik, hypertensi dan katarak
mengenai dampak yang di timbulkan dari sanitasi lingkungan yang kurang baik,
59,39% tidak memiliki jamban keluarga dan melakukan perilaku buang air
Prioritas Tujuan Strategi Aktifitas Penanggung Waktu Tempat Biaya Standar/Kriteria Ket
Masalah jawab
Prioritas Tujuan Strategi Aktifitas Penanggung Waktu Tempat Biaya Standar/Kriteria Ket
Masalah jawab
2 Jangka Panjang : - Penyegaran dan - Mengadakan Sujana 29 Balai 50.000 - Kader mengerti apa
- Sampai akhir pelatihan kader penyegaran dan Heriyana Oktober Desa yang disampaikan
Nopember 2013 kesehatan pelatihan kader 2013 oleh pemberi materi
tidak terjadi kesehatan - Seluruh Kader hadir
penyakit akibat tentang PHBS
tentang PHBS pada kegiatan
sanitasi tatanan rumah tatanan rumah pelatihan kader
lingkungan yang tangga tangga dan
kurang baik STBM
seperti ISPA & - Sosialisasi
diare. kegiatan:
Jenis, persiapan, - Kerja sama Jaja S 30 Balai 50.000 - Masyarakat yang
Jangka Pendek : dan bentuk dengan tokoh Pipin V Oktober Desa diundang dapat hadir
- Adanya partisipasi yang masyarakat, 2013 dalam pendidikan
peningkatan diharapkan Puskesmas kesehatan
pengetahuan untuk - Masyarakat
masyarakat - Kerja sama pelaksanaan mengatakan bahwa ia
tentang sanitasi lintas program pendidikan mampu dan akan
lingkungan yang dan lintas kesehatan berusaha untuk
memenuhi syarat sektoral tentang sanitasi menata lingkungan
kesehatan lingkungan yang yang sesuai dengan
- Masyarakat sehat serta kesehatan
mampu dampak negatif - Tidak terjadi
meningkatkan dari kondisi peningkatan angka
pengetahuan lingkungan yang kejadian ISPA
tentang PHBS tidak sehat bagi ataupun diare
tatanan rumah kesehatan - Puskesmas berperan
tangga aktif dalam follow up
- Masyarakat - Bina keluarga case dan pembinaan
mampu dan follow up keluarga
mempertahankan case
pola hidup sehat
92
Melaksanakan pelatihan
kader posbindu tentang
proses menua dan
penyakit degeneratif
bertempat di Balai Desa
Bakunglor jam 09.00 WIB
Mengadakan kegiatan
pemeriksaan kesehatan
dan konseling pada lansia
bertempat di Balai Desa
Bakunglor jam 11.00 WIB
PEMBAHASAN
Kabupaten Cirebon, maka analisis SWOT nya dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Kekuatan (Strength)
>1000.000/bulan.
56
5
2. Kelemahan (Weaknesses)
1. Peluang (Opportunity)
2. Ancaman (Threat)
3. Matriks TOWS
BAB V
5.1 Kesimpulan
sebab banyak pihak dan pihak yang harus digerakkan agar tercipta kegiatan yang
5.2 Saran
Pokjakes
untuknya negosiasi, lobi dan advokasi pada semua level baik grassroot
puskesmas Wangunharja.
diintervensi.
6
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sutarna. Buku Pedoman Kepemilikan Komunitas. Bandung : PSIK FK Unpad. 2003.
Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV. Jakarta : Depkes RI. 1992.
Dainur. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya Medika. 1995.
Knollmueler. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah. Jakarta : EGC. 1988.