Anda di halaman 1dari 45

Etika Lingkungan

Hidup
Pengertian dan Definisi Etika
Lingkungan Hidup
Etika

 Etika berasal dari bahasa yunani yaitu Ethos yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan.
 Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran
dan pandangan moral.
Etika
lingkungan hidup

Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah perilaku


praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral dan
upaya untuk mengendalikan alam agar tetap berada pada
batas kelestarian.
Etika lingkungan hidup juga berbicara mengenai relasi di
antara semua kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan
antara manusia dengan makhluk lain atau dengan alam
secara keseluruhan
Paradigma Lingkungan
Paradigma adalah suatu pandangan dasar yang dianut atau
diikuti pada kurun waktu tertentu, diakui kebenarannya serta
berpengaruh terhadap perkembangan ilmu dan kehidupan.

The Structure of Scientific Revolution (1970)


Mengartikan paradigma sebagai “keseluruhan kumpulan
(konstelasi) kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik)
mempelajari, menjelaskan, cakupan, dan sasaran kajian, yang dianut
oleh warga suatu komunitas tertentu”.
Teori etika lingkungan

ANTROPOSENTRISME

BIOSENTRISME

EKOSENTRISME
1. Antroposentrisme
Etika yang memandang manusia sebagai pusat
dari alam semesta. Dalam antroposentrisme,
etika nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi
manusia. Kepentingan manusia mempunyai nilai
tertinggi dibandingkan makhluk hidup yang
lainnya.
ANTROPOSENTRISME
 Manusia sebagai pusat sistem alam semesta

Hanya manusia yang mempunyai hak,


kepentingan, dan nilai atas alam.

Kepentingan manusia yg paling utama, paling


penting, dan paling tinggi.

Segala sesuatu yang lain di alam hanya dinilai


sebatas fungsinya untuk menunjang dan
memenuhi kebutuhan manusia.
2. Biosentrisme
Memandang bahwa semua makhluk hidup dalam
ekosistem mempunyai nilai dan berharga, sehingga
pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian
moral. Semua kehidupan di alam semesta adalah
kesatuan moral.
Biosentrisme
3. Ekosentrisme
Memandang makhluk hidup (biotik) dan makhluk tak
hidup (abiotik) lainnya saling terkait satu sama lainnya.
Etika diperluas untuk mencakup komunitas ekologis
seluruhnya, baik yang hidup maupun tidak.
ekosentrisme
Secara ekologis, sistem alam semesta
dibentuk dan disusun oleh sistem yang
hidup dan benda-benda abiotik yang
saling berinteraksi satu sama lain.

seluruh komponen
saling ekologis mempunyai
membutuhkan, kewajiban dan
saling melengkapi, tanggung jawab
saling mengisi moral yg sama
ekosentrisme
Dasar pendekatan etika
lingkungan

PENDEKATAN EKOLOGIS

PENDEKATAN HUMANISME

PENDEKATAN TEOLOGIS
DASAR PENDEKATAN EKOLOGIS

Mengenalkan suatu pemahaman


adanya keterkaitan yang luas atas
kehidupan; tindakan manusia pada
masa lalu, sekarang dan yang akan
datang akan memberikan dampak
pada organisme lain maupun
komponen ekosistem yang lain.
DASAR PENDEKATAN HUMANISME

Setara dengan pendekatan ekologis,


menekankan pada pentingnya
tanggung jawab kita untuk hak dan
kesejahteraan manusia lain atas
sumberdaya alam.
DASAR PENDEKATAN TEOLOGIS

Merupakan dasar dari kedua pendekatan


sebelumnya, bersumber dari nilai-nilai
agama.

Bagaimana sebenarnya alam diciptakan


dan bagaimana kedudukan dan fungsi
manusia serta interaksi yg selayaknya terjalin
antara manusia dan alam.
Prinsip-Prinsip Etika
Lingkungan
PRINSIP-PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN
1. Manusia sebagai bagian dari lingkungan hendaknya
selalu berupaya menjaga pelestarian,
keseimbangan, dan keindahan alam.
2. Manusia merupakan bagian lingkungan yang tidak
terpisahkan sehingga perlu menyayangi semua
kehidupan dan lingkungannya.
3. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja,
melainkan juga untuk makhluk hidup lainnya.
4. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang
terbatas termasuk bahan energi.
5. Ditetapkannya undang-undang sebagai bentuk
kepedulian pemerintah terhadap lingkungan.
Perilaku Manusia terhadap
Lingkungan hidup
Perilaku manusia terhadap lingkungan hidup telah
dapat dilihat secara nyata sejak manusia belum
berperadaban, awal adanya peradaban, dan
sampai sekarang… saat peradaban itu menjadi
modern dan semakin canggih setelah didukung oleh
ilmu dan teknologi. Ironisnya perilaku manusia
terhadap lingkungan hidup tidak semakin arif tetapi
sebaliknya.
Contoh kelalaian manusia terhadap lingkungan:
Kekeringan dan kelaparan berawal dari
pertumbuhan penduduk yang tinggi, penggundulan
hutan, erosi tanah yang meluas, dan kurangnya
dukungan terhadap bidang pertanian, bencana
longsor, banjir, terjadi berbagai ledakan bom.
Sebenarnya kemajuan ilmu dan teknologi diciptakan
manusia untuk membantu memecahkan masalah tetapi
sebaliknya malapetaka menjadi semakin banyak dan
kompleks, oleh karena itu dianjurkan untuk dapat berperilaku
menjadi ilmuwan yang alamiah melalui amal yang ilmiah.
Sekecil apapun perilaku manusia terhadap lingkungan
hidupnya harus dipikirkan untuk bumi yang lebih baik, bumi
adalah warisan nenek moyang yang harus dijaga dan
diwariskan terhadap anak cucu kita sebagai generasi
penerus pembangunan… yang berwawasan lingkungan
berkelanjutan.
Lingkungan mempunyai keterbatasan memulihkan
kondisinya, manusia membutuhkan lingkungan sebagai
tempat hidupnya.
Lingkungan hidup terbagi menjadi tiga yaitu lingkungan
alam fisik (tanah, air, udara) dan biologis (tumbuhan-hewan),
dan lingkungan manusia (hubungan sesama manusia).
Perilaku manusia terhadap lingkungan yang tepat antara lain
tidak merusak tanah, tidak menggunakan air secara berlebih,
tidak membuang sampah sembarangan.
Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :
1. Manusia adalah bagian dari alam.
2. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat
dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh diperlakukan
sewenang-wenang.
3. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam
diperlakukan sewenang-wenang.
4. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk.
5. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai.
6. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati.
7. Menghargai dan memelihara tata alam.
8. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem
alternatif yaitu sistem mengambil sambil memelihara.
Etika Keutamaan dan Etika
Kewajiban
Etika Keutamaan
Etika keutamaan tidak berhubungan dengan
benar atau salahnya tindakan manusia menurut
prinsip-prinsip moral tertentu, melainkan
berhubungan dengan baik dan buruknya perilaku
atau watak manusia (B. Williams, 1985:1). Etika ini
bertujuan mengarahkan manusia kepada
pengenalan akan tujuan hidupnya sendiri.
Maksudnya, tujuan hidup akan dicapai melalui
keutamaan berupa keluhuran watak dan kualitas
budi pekerti yang dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Etika Kewajiban

Etika ini disebut etika peraturan atau etika


normatif (K. Bertens, 2000: 17), yaitu etika yang
mengacu kepada kewajiban moral yang
mengikat manusia secara mutlak. Baik buruknya
perilaku atau benar dan salahnya tindakan
secara moral diukur (dinilai) dari sesuai tidaknya
dengan prinsip moral yang wajib dipatuhi tanpa
syarat.
Unsur Etika atau Moral
Lingkungan
Unsur etika atau moral lingkungan yang perlu dipertimbangkan
(H. Rhiti: 1996:11-18) adalah:
a. Etika lingkungan hidup sebaiknya etika keutamaan atau
kewajiban? Etika keutamaan itu perlu karena yang kita
butuhkan adalah manusia-manusia yang punya keunggulan
perilaku. Sementara itu etika kewajiban, dalam arti
pelaksanaan kewajiban moral, tidak bisa diabaikan begitu saja.
b. Bila etika lingkungan hidup adalah etika normatif plus etika
terapan, maka ada faktor lain yang mesti ikut dipertimbangkan,
yaitu sikap awal orang terhadap lingkungan hidup, informasi,
termasuk kerja sama multidisipliner dan norma-norma moral
lingkungan hidup yang sudah diterima masyarakat (ingat akan
berbagai) kearifan lingkungan hidup dalam masyarakat kita,
yang dapat dikatakan sebagai “moral lingkungan hidup”
(Bertens, 2000:295-300).
c. Etika lingkungan hidup tidak bertujuan menciptakan
apa yang disebut sebagai eco-fascism (fasis
lingkungan, Ton Dietz, 1996). Artinya, dengan dan
atas nama etika seolah-olah lingkungan hidup
adalah demi lingkungan hidup itu sendiri.
d. Ciri-ciri etika lingkungan hidup yang perlu
diperhatikan adalah sikap dasar menguasai secara
berpartisipasi, menggunakan sambil memelihara,
belajar menghormati lingkungan hidup dan
kehidupan, kebebasan dan tanggung jawab
berdasarkan hati nurani yang bersih, baik untuk
generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan
datang.
Undang – Undang terkait
Etika Lingkungan Hidup
Undang-undang tentang lingkungan hidup
terdapat pada “Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.”
Pada bab X dibahas tentang hak, kewajiban, dan
larangan tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Bagian pertama membahas tentang
hak, kemudian bagian kedua membahas tentang
kewajiban yaitu:
Pasal 67
 Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 68
 Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan berkewajiban:
a) Memberikan informasi yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
b) Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c) Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan
hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup.
Bagian ketiga menjelaskan tentang larangan yaitu:
Pasal 69
1. Setiap orang dilarang:
a. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
b. Memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan
perundang-undangan ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
c. Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia ke media
lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
e. Membuang limbah ke media lingkungan hidup
f. Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan
hidup;
g. Melepaskan produk rekayasa genetic ke media
lingkungan hidup yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
h. Melakukan pembukaan lahan dengan cara
membakar;
i. Menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi
penyusun amdal; dan/atau
j. Memberikan informasi palsu, menyesatkan,
menghilangkan informasi, merusak informasi, atau
memberikan keterangan yang tidak benar.
Pada bab XII dibahas tentang pengawasan dan
sanksi administratif. Pada bagian pertama dibahas
tentang pengawasannya. Kemudian pada bagian
kedua dibahas tentang sanksi administratif yaitu:
Pasal 76
1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan
sanksi administratif kepada penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. Teguran tertulis;
b. Paksaan pemerintah;
c. Pembekuan izin lingkungan; atau
d. Pencabutan izin lingkungan.
Pasal 77
 Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika
Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara
sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap
pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 78
 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76
tidak membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana.
Pasal 79
 Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau
pencabutan izin lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf d dilakukan
apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
tidak melaksanakan paksaan pemerintah.
Pasal 80
1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76 ayat (2) huruf b berupa:
a) Penghentian sementara kegiatan produksi;
b) Pemindahan sarana produksi;
c) Penutupan saluran pembuangan air limbah atau
emisi;
d) Pembongkaran;
e) Penyitaan terhadap barang atau alat yang
berpotensi menimbulkan pelanggaran;
f) Penghentian sementara seluruh kegiatan; atau
g) Tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan
pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi
lingkungan hidup.
2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa
didahului teguran apabila pelanggaran yang dilakukan
menimbulkan:
a) Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan
lingkungan hidup;
b) Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya;
dan/atau
c) Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika
tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau
perusakannya.
Pasal 81
 Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
tidak melaksanakan paksaan pemerintah dapat dikenai
denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi
Pasal 82
1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang
untuk memaksa penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan pemulihan lingkungan
hidup pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup yang dilakukannya.
2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang
atau dapat menunjuk pihak ketiga untuk melakukan
pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 83
 Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
“Apabila kamu menjagaku,
niscaya aku akan menjagamu”

Anda mungkin juga menyukai