Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SYAMSUL BAHRI

NIM : TID211007
Mata Kuliah : Pendidikan Agama
Program Studi : Teknik Industri

ISLAM DALAM TANTANGAN MODERNITAS

Pergulatan modernitas dan tradisi dalam dunia Islam melahirkan upaya-upaya pembaharuan
terhadap tradisi yang ada. Harun Nasution menyebut upaya tersebut sebagai gerakan
pembaruan Islam, bukan gerakan modernisme Islam. Menurutnya, modernisme memiliki
konteksnya sebagai gerakan yang berawal dari dunia Barat bertujuan menggantikan ajaran
agama Katolik dengan sains dan filsafat modern. Gerakan ini berpuncak pada proses
sekularisasi dunia Barat.

Memang harus diakui, ekspansi gagasan modern oleh bangsa Barat tidak hanya membawa
sains dan teknologi, tetapi juga tata nilai dan pola hidup mereka yang sering kali berbeda
dengan tradisi yang dianut masyarakat obyek ekspansi. Baik dalam makna obyektif atau
subyektifnya, modernitas yang diimpor dari bangsa Barat membuat perubahan dalam
masyarakat muslim, di segala bidang. Pada titik ini umat Islam dipaksa memikirkan kembali
tradisi yang pegangnya berkaitan dengan perubahan yang sedang terjadi. Respons ini
kemudian melahirkan gerakangerakan pembaruan.

Tetapi, pembaruan Islam bukan sekedar reaksi muslim atas perubahan tersebut. Degradasi
kehidupan keagamaan masyarakat muslim juga menjadi faktor penting terjadinya gerakan
pembaruan. Banyak tokoh-tokoh umat yang menyerukan revitalisasi kehidupan keagamaan dan
membersihkan praktek-praktek keagamaan dari tradisi-tradisi yang dianggap tidak islami.

Kemudian, sikap yang diambil oleh sebagian masyarakat lainnya adalah menerima dengan
sikap kritis. Ada anggapan bahwa ada budaya barat yang positif dan ada budaya barat yang
negatif. Makanya, di dalam tindakan yang diambil adalah dengan mengambil budaya barat yang
positif dan membuang budaya barat yang negatif. Handphone adalah produk budaya barat yang
lebih banyak positifnya. Dengan HP maka jarak tidak lagi menghalangi orang untuk
berkomunikasi satu dengan lainnya. Bisa orang berbicara tentang hal-hal yang santai sampai
urusan bisnis internasional.
Namun demikian, tidak selamanya HP itu positif. Kalau yang disimpan di dalam HP adalah
perkara kemungkaran, maka yang terjadi adalah kejelekan. Akan tetapi kalau yang disimpan di
dalam HP tersebut adalah ayat Al-Quran, dan Al-Quran itu dibaca pastilah HP memiliki sifat
menguntungkan atau bermanfaat. Oleh karena itu masyarakat harus memilih mana yang
dianggap manfaat dan mana yang dianggap mudarat. Masyarakat Islam harus menjadi modern
tetapi harus tetap berada di dalam koridor ajaran Islam yang selalu mengagungkan terhadap
penetapan norma-norma yang selalu berguna bagi umat manusia.

Agama Islam, bagi kita, merupakan keyakinan. Bagi bangsa Indonesia, secara empiris, Islam
merupakan bagian agama terbesar rakyat. Karena itu, sikap-sikap yang diterbitkan atau
disangka diterbitkan oleh agama Islam, akan mempunyai pengaruh besar sekali bagi proses
perubahan sosial. Bagi perubahan sosial, peranan Islam akan diwujudkan dalam dua sikap:
menopang atau merintangi.

Penting bagi kita untuk memahami betapa lebarnya kesenjangan antara pendidikan dan
pendidikan sekuler di Mesir berikut konsekuensi-konsekuensinya yang sangat jauh
jangkauannya. Hal ini tidak hanya menempatkan suatu sekolah dalam posisi berlawanan
dengan sekolah lainnya dan suatu universitas-universitas lainnya: tetapi juga, lebih dari pada
faktor mana pun, mendorong timbulnya perpecahan dikalangan umat muslim, yang terutama
tampak di kotakota besar, yang menempatkan kelompok ortodoks dalam posisi berlawanan
dengan kelompok
“yang dibaratkan” dalam hampir semua kegiatan social maupun intlektual, dalam cara
berpakaian, sikap hidup, kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat, hiburan, sastra, dan bahkan
dalam percakapan mereka.18

Kenyataan tentang adanya kesenjangan dan perlunya diakhiri kesenjangan inilah yang
mendorong timbulnya modernisme dalam Islam. Pada saat yang sama, ia menampilkan
pengertian-pengertian dilema kejahatan di mana gerakan pembaharuan itu dipaksa masuk. Di
satu pihak, dalam upaya menuju formulasi prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran Islam yang modern,
para pembaharu itu hanya menjangkau sebagian besar kalangan terpelajar, tidak menyentuh
rakyat kebanyakan.

Karena itu pengaruh mereka jauh lebih besar dikalangan umat Muslim terpelajar di luar
kelompok ahli-ahli agama (ulama). Intinya adalah, Islam mengutuk taql³d secara membabi buta
(mengikuti pendapat yang tidak kritis) dalam masalah keyakinan dan pengamalan kewajiban-
kewajiban agama secara mekanik.

Islam membangunkan akal dari tidurnya dan menyaringkan suaranya untuk menentang
prasangka-prasangka orang yang bodoh, sembari menegaskan bahwa manusia tidak dicipta
untuk dibelenggu tetapi secara fitri dia harus membimbing dirinya sendiri dengan menggunakan
ilmu dan pengetahuan, yaitu ilmu tentang alam semesta dan pengetahuan tentang hal-hal yang
sudah berlalu.

Anda mungkin juga menyukai